PENAMBANGAN BATUBARA OLEH RAKYAT DI DESA TANJUNG LALANG KECAMATAN TANJUNG AGUNG KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

(1)

ii ABSTRACT

THE COAL MINING PEOPLE IN THE VILLAGE OF TANJUNG LALANG SUB DISTRICT TANJUNG AGUNG MUARA ENIM

DISTRICT SOUTH SUMATRA PROVINCE By

Aditya Eko Saputra

This study aims to assess on coal mining by the people in the village of Tanjung Lalang Sub District Tanjung Agung Muara Enim South Sumatra Province, with a pressure point on the review of mining areas, the number of miners, revenue per month, the number of mining and mine way.

This research uses descriptive method, with a sample of 47 families, the collection of data by observation, structured interviews and documentation and an analysis of data using tables and presentations.

The results showed that: (1) The area of coal mining in the village of Tanjung Lalang sub district Tanjung Agung of Muara Enim predominantly on location VI (very narrow) as many as 13 people or 27.66% (2) The number of coal miners in the village of Tanjung Lalang sub district Tanjung Agung of Muara Enim dominated by miners in a large area with a number of miners were 105 people or

37.77%. (3) Average revenue per month of coal mined in the amount of Rp 3,279,926, -. (4) The amount of a coal mine in the village of Tanjung Lalang

sub district Tanjung Agung of Muara Enim mining as much as 6 points. (5) How coal mining communities in the village of Tanjung Lalang sub district Tanjung Agung of Muara Enim that is the way in and open pit mines.


(2)

PENAMBANGAN BATUBARA OLEH RAKYAT DI DESA TANJUNG LALANG KECAMATAN TANJUNG AGUNG KABUPATEN

MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN (Skripsi)

Oleh

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENAMBANGAN BATUBARA OLEH RAKYAT DI DESA TANJUNG LALANG KECAMATAN TANJUNG AGUNG KABUPATEN

MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh :

Aditya Eko Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN ABSTRAK ... i

HALAMAN ABSTRACT ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Pengertian Geografi Sosial ... 9

2. Sumber Daya Mineral ... 11

3. Pertambangan Batubara ... 17

4. Kerusakan Lingkungan dalam Kaitannya dengan Penambangan Batubara ... 20

5. Wilayah Penambangan ... 24

6. Pendapatan Masyarakat ... 25

7. Cara Penambangan ... 28


(8)

xiv BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ... 32

B. Populasi ... 32

C. Sampel Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Operasional Variabel ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian ... 37

1. Luas Wilayah ... 37

2. Keadaan Iklim ... 41

3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 45

4. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ... 46

5. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 52

6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 53

7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 55

B. Deskripsi Data Penelitian ... 57

1. Umur Responden ... 57

2. Tingkat Pendidikan Responden... 58

C. Hasil dan Pembahasan... 59

1. Luas Penambangan... 59

2. Jumlah Penambang... 62

3. Pendapatan per Bulan ... 63

4. Jumlah Tempat Penambangan... 66

5. Cara Penambangan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir Penilitian ... 31 2. Peta Administratif Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung

Agung Kabupaten Muara Enim ... 40 3. Peta Lokasi Pemukiman Penduduk Desa Tanjung Lalang

Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim ... 51 4. Penumpukan Hasil Tambang Batubara di Desa Tanjung Lalang

Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim ... 62 5. Peta Lokasi Penambangan Batubara di Desa Tanjung Lalang

Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim ... 67 6. Cara Penambangan Batubara Tambang Dalam di Desa Tanjung

Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim ... 68 7. Penambangan Dalam oleh Masyarakat Desa Tanjung Lalang ... 69 8. Cara Penambangan Batubara Tambang Terbuka di Desa Tanjung

Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim ... 70 9. Penambangan Terbuka oleh Masyarakat Desa Tanjung Lalang ... 70


(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Panduan Wawancara

2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Hasil Penelitian di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim


(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggunaan Lahan di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung

Agung Kabupaten Muara Enim Tahun 2014 ... 38 2. Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir di Kecamatan Tanjung

Agung Kabupaten Muara Enim ... 42 3. Klasifikasi Iklim menurut Schmidth-Fergusson ... 44 4. Jumlah Penduduk dari Tahun 2009 sampai dengan 2014 di Desa

Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara

Enim ... 47 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Muara Enim Tahun 2014 ... 52 6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung

Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun

2014 ... 53 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung

Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun

2014 ... 55 8. Jumlah Responden Menurut Umur di Desa Tanjung Lalang

Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun 2014 ... 57 9. Tingkat Pendidikan Responden... 59 10.Jumlah Responden Berdasarkan Wilayah Penambangan Batubara

di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Muara Enim Tahun 2015 ... 60 11.Jumlah Penambang Berdasarkan Area Penambangan Batubara di

Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Muara Enim Tahun 2015 ... 62 12.Pendapatan Responden per Bulan Menurut Lokasi atau Area

Penambangan Batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan

Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun 2015 ... 64 1.


(12)

viii

MOTO

Aku tidak akan mengadakan perbaikan jika aku tidak berkesanggupan

Aku adalah cambuk Allah untuk menuntun hamba-Nya agar rajin berilmu dan beramal, sehingganya dengan keduanya

mereka mendapatkan pahala taqarub dari Allah ( Ibnu Qudamal Al-Maqdisi )

Kegagalan yang kamu alami bukanlah merupakan sebuah titik kehancuran, melainkan dimulainya perubahan diri

yang akan menjadi lebih baik dari sebelumnya ( Aditya Eko Saputra )

Keberhasilan bukan diraih lewat tetesan air mata penyesalan, tetapi keberhasilan hasil dari keberanian dalam

menjalani dilema kehidupan ( Aditya Eko Saputra ) Aku memang terlambat, tetapi aku tak akan pernah mundur

untuk meraih sukses yang tertunda ( Sukarmin )


(13)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai rasa cinta dan kasihku serta ucapan terima kasihku kepada :

1. Bapak dan ibu tercintaku yang selalu berharap akan keberhasilan dan kesuksesan putra-putrinya.

2. Adik-adik tercintaku, Cindy Dwi Novitasari dan M. Egi Setiawan yang selalu menjadi inspirasi agar aku berhasil dan dapat menjadi contoh bagi mereka kelak.

3. Mbah kakung dan mbah putrid tercintaku yang selalu menemani disetiap hari-hariku.

4. Untuk pacarku tercinta Sugiarti yang selalu ada disetiap waktu yang memberikan semangat dan motifasi agar aku dapat meraih kesuksesan dan menungguku selama ini.

5. Semua saudara-saudaraku yang selalu mengharapkan keberhasilanku.

6. Almamater tercinta UNIVERSITAS LAMPUNG

7. Terimakasih kepada bapak Drs. Rosana, M.Si yang selalu senantiasa membimbingku dan mengarahkanku untuk menjadi lebih baik dan berhasil, serta mau menjadi pengganti orang tuaku di kampus tercinta ini.


(14)

vii

RIWAYAT HIDUP

Aditya Eko Saputra, dilahirkan di Tanjungkarang pada tanggal 13 Juni 1990, merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara, buah hati dari Ayahanda Supartono dan ibunda Parmiati.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Tanjung Enim Muara Enim dan diselesaikan pada tahun 1996, pendidikan dasar di SD Negeri 327 Desa Seleman Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim pada tahun 2002. Kemudian penulis mengakhiri pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Negeri 2 Tanjung Agung pada tahun 2005, dan mengakhiri pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Unggulan Muara Enim tahun 2008.

Penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Universitas Lampung pada tahun 2008.


(15)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penambangan Batubara oleh Rakyat di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan”, dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan

keterbatasan yang ada. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Pembimbing I, Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Pembimbing II sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Pembahas.

Diselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa


(16)

xi

mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku plt. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. 3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Bidang

Keuangan, Umum dan Kepegawaian.

4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 7. Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Edi Anwar, selaku Kepala Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.


(17)

xii

10.Ibu Windy, selaku Sekretaris Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data dan profil desa.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu baik moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala yang diberikan oleh semua pihak dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pecinta ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Namun penyebaran sumberdaya alam di Indonesia tidak merata, hal ini sesuai dengan pendapat Katili (1983: 16),

bahwa “Salah satu penyebaran sumberdaya alam adalah penyebaran tidak

merata di bumi, sehingga dalam sumberdaya alam kita mengenal istilah the haves and the have nots”. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata penyebarannya adalah batubara.

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumberdaya energi yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.

Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan


(19)

2 datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.

Pengelolaan sumberdaya alam sering kali tidak memperhatikan akan arti pentingnya lingkungan, sehingga lingkungan menjadi rusak dan terjadi ketidakseimbangan antara lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam. Rusaknya lingkungan ini meliputi hutan, tanah, air dan udara.

Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Australia dalam urutan Negara pengekspor batubara. Sekitar 74% batubara Indonesia merupakan hasil penambangan perusahaan swasta, sementara itu satu-satunya BUMN yang melakukan penambangan batubara adalah PT Tambang Bukit Asam. Berdasarkan informasi PUSLITBANG Teknologi Mineral dan Batubara, 2006, sebagian besar batubara digunakan untuk pembangkitan energi.

Penambangan batubara menimbulkan beberapa dampak yang merugikan penduduk sekitar dan lingkungan. Jika permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide, disebut juga dengan emas bodoh) berinteraksi dengan air dan udara maka akan terbentuk asam sulfat. Jika terjadi hujan di daerah pertambangan, maka asam sulfat tersebut akan bergerak sepanjang aliran air, dan sepanjang terjadinya hujan di daerah tailing pertambangan maka produksi


(20)

3 asam sulfat terus terjadi, baik selama penambangan beroperasi maupun tidak. Jika batubara pada tambang terbuka, seluruh lapisan yang terbuka berinteraksi dengan air dan menghasilkan asam sulfat, maka akan merusak kesuburan tanah dan pencemaran sungai mulai terjadi akibat kandungan asam sulfat yang tinggi, hal ini berdampak pada terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagai gas rumah kaca. Gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan merupakan suatu kegiatan yang meliputi: Eksplorasi, eksploitasi, pengolahan pemurnian, pengangkutan mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan batubara tanpa izin (penambangan pribadi/tradisional) yang selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si


(21)

4 penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait. Salah satu penambangan batubara pribadi atau tradisional yaitu di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarmin (2007) tentang dampak penambangan timah secara tradisional terhadap kualitas air sungai Sengkeli dan dampak bagi masyarakat sebagai pengguna air sungai Sengkeli di Desa Sijuk Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung tahun 2006 bahwa kualitas air sungai Sengkeli di tiga titik yaitu bagian hulu pH 6,02, total solid 468 mg/l, kekeruhan 12 NTU, temperatur 140C, air jernih, air tidak berbau dan tidak berasa. Bagian tengah pH 4,81, total solid 1538 mg/l, kekeruhan 26,82 NTU, temperatur 21,40C, air berwarna putih susu pekat, air berbau daun dan tanah membusuk, rasa air agak sedikit berasa pahit dan getir. Bagian hilir pH 4,23, total solid 1692,3 mg/l, kekeruhan 29,14 NTU, temperatur 22,30C, air berwarna putih susu kehitaman, berbau daun dan tanah membusuk, rasa air sedikit asin. Dengan demikian kualitas air sungai Sengkeli secara keseluruhan berkualitas buruk, serta terdapat dampak terhadap masyarakat yaitu air sungai berbau, berwarna dan berasa serta menimbulkan penyakit mata dan penyakit gatal-gatal pada kulit bagi masyarakat Desa Sijuk yang menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama.

Penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim mayoritas masih dilaksanakan secara tradisional, baik


(22)

5 di lahan milik sendiri maupun di kawasan hutan. Penambangan dilakukan dengan menggunakan alat gali sederhana, dengan cara membuat lubang di dalam tanah untuk mengumpulkan batubara. Hasil penambangan dari masyarakat di Desa Tanjung Lalang ditumpuk di sepanjang jalan maupun di samping rumah penduduk. Lubang-lubang dari penambangan batubara ini pada akhirnya akan membentuk rongga-rongga besar di dalam tanah. Eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat ini akan berdampak pada kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal masyarakat itu sendiri dan apabila dibiarkan secara terus-menerus akan berdampak pada tanah longsor. Selain itu, penumpukan batubara di pinggir-pinggi jalan dan didekat rumah penduduk akan berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama dapat menyebabkan terjadinya batuk dan gangguan pernafasan sebagai akibat dari debu batubara yang terhirup oleh masyarakat.

Disisi lain, penambangan batubara yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Tanjung Lalang merupakan sebagai salah satu mata pencaharian dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, baik yang bekerja sebagai penambang, tukang ojek hasil tambang batubara, maupun masyarakat dengan mata pencaharian sebagai pedagang. Banyaknya tenaga kerja, luas penambangan dan jumlah tempat penambangan akan mempengaruhi produktivitas batubara yang dihasilkan setiap harinya, dan hal ini akan berdampak pada pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Lalang itu sendiri.


(23)

6 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengadakan penelitian mengenai penambangan batubara secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dengan judul : “Penambangan Batubara Oleh Rakyat Di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa wilayah penambangan batubara yang dilakukan oleh rakyat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan?

2. Berapa jumlah penambang batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan? 3. Berapa pendapatan per bulan yang diperoleh masyarakat dari hasil

penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan?

4. Berapa jumlah tempat penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan?

5. Bagaimana cara penambangan batubara yang dilakukan oleh rakyat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan?


(24)

7 C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari informasi tentang : 1. Wilayah penambangan batubara yang dilakukan oleh rakyat di Desa

Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

2. Jumlah penambang batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

3. Pendapatan per bulan yang diperoleh masyarakat dari hasil penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

4. Jumlah tempat penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

5. Cara penambangan batubara yang dilakukan oleh rakyat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(25)

8 2. Sebagai bentuk nyata dari ilmu pengetahuan yang telah didapat di bangku

kuliah dalam memecahkan masalah yang terdapat di lapangan. E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu penambangan batubara dilihat dari wilayah penambangan, jumlah penambang, pendapatan per bulan, jumlah penambangan dan cara menambang.

2. Ruang lingkup subyek penelitian yaitu penambang batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

3. Ruang lingkup tempat adalah di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2015.

5. Ruang lingkup ilmu yaitu Geografi. Geografi adalah ilmu yang menafsirkan area permukaan bumi seperti apa adanya, tidak hanya dalam arti perbedaan-perbedaan hal tertentu, tetapi dalam artian kombinasi keseluruhan fenomena di setiap tempat, yang berbeda keadaan di tempat lain (Bintarto dan Hadisumarno, 2002).


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi Sosial

Menurut Macgregor (1989) dalam Sutanto (1999), bahwa Geografi Sosial adalah ilmu yang menjelaskan mengenai interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya yaitu manusia lain maupun kelompok manusia yang ada disekelilingnya. Maksudnya, manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder pasti akan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.

Menurut Bintarto (1981), Geografi Sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan.

Menurut Bintarto (1981), ada 3 konsep dalam geografi sosial, yaitu ruang, proses, dan pola.

a. Ruang

Secara geografis, ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun organisme lainnya.

Dalam geografi sosial, ruang mempunyai makna yang mendalam, yaitu:


(27)

10 1) Sebagai tempat atau wadah dari benda-benda atau perilaku.

2) Sebagai tempat yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha

3) Sesuatu yang dapat diatur dan dimanfaatkan oleh dan untuk manusia.

b. Proses

Proses adalah tindakan manusia dalam beradaptasi dan memanfaatkan lingkungan. Proses terbagi atas dua yaitu: secara makro dan mikro. Proses sosial yang bersifat mikro yaitu menekankan pada kegiatan individu dan kelompok masyarakat, contohnya perpindahan rumah seseorang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan proses makro yaitu proses yang menekankan pada masyarakat secara umum, contohnya terjadinya migrasi, transmigrasi, urbanisasi, gelombang pengungsi dan sebagainya.

c. Pola

Pola adalah proses yang terjadi berulang-ulang, dalam hal ini adalah pola kehidupan dan penghidupan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat dengan tempat lainnya yang mencerminkan perbedaan sifat daerah dan penduduknya sehingga akan terwujud bentang sosial yang berbeda.

Bentang sosial adalah sekelompok penduduk atau beberapa kelompok penduduk yang hidup dalam suatu wilayah atau tempat tertentu dan mempunyai gagasan yang sama terhadap lingkungannya.


(28)

11 Dalam wilayah yang lebih luas, dengan kondisi geografi yang berbeda-beda, terjadilah bermacam-macam kegiatan baik sosial ekonomi maupun sosial kultural, sehingga terbentuklah struktur kegiatan atau pekerjaan. Struktur pekerjaan ini mencerminkan nilai-nilai sosial. Sebaliknya nilai-nilai sosial kelompok pekerjaan merupakan kekuatan atau menjadi unsur perubahan yang dapat menimbulkan diferensiasi bentang di darat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya geografi mengkaji hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan dalam cakupan wilayah demi kemakmuran dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengkaji mengenai penambangan batubara secara tradisional yang dilakukan manusia yang dilihat dari aspek luas, jumlah penambang, pendapatan, tempat penambangan dan cara menambang.

2. Sumber Daya Mineral

Sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan bahan galian mengandung arti bahan yang dijumpai di dalam baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan. Berdasarkan bentuknya bahan galian dibedakan menjadi tiga yaitu bahan galian berbentuk padat (misalnya emas, perak dan gamping, lempung dan lain-lain), bahan galian berbentuk cair (misalnya minyak bumi, yodium dan lain-lain), maupun bahan galian yang berbentuk gas (misalnya gas alam).


(29)

12 Barang tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut. Untuk mengolah barang tambang tersebut tentunya kita harus memiliki banyak modal, tenaga ahli dan penguasaan tekhnologi yang cukup mumpuni. Kekayaan alam Indonesia dapat dikelola oleh perusahaan swasta maupun asing dengan syarat bahwa mereka telah mendapatkan konsensi resmi dari Pemerintah Indonesia. Konsensi ini merupakan surat izin yang dikeluarkan pemerintah terhadap perusahaan yang berminat untuk mengolah barang tambang yang ada di Indonesia dengan peraturan sistem bagi hasil.

Usaha pertambangan bahan galian merupakan semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia. Menurut Rumindi (2009), usaha pertambangan bahan galian yang dimaksudkan dalam Undang-Undang meliputi kegiatan: a. Penyelidikan Umum

Penyelidikan umum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cadangan barang tambang yang terkandung di dalamnya.

b. Eksplorasi

Usaha penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti adanya sifat dan letak bahan galian.

c. Eksploitasi pengolahan dan pemurnian

Usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.


(30)

13 d. Pengangkutan

Usaha pemindahan bahan galian dari daerah eksplorasi, eksploitasi atau dari tempat pengolahan ke tempat lain.

e. Penjualan

Usaha penjualan dari hasil pengolahan ataupun pemurnian bahan galian.

Pertambangan secara besar-besaran di Indonesia dengan menggunakan peralatan modern, terutama untuk pertambangan energi dan mineral logam. Usaha pertambangan dan bahan galian dalam pembangunan Indonsia mempunya peranan diantaranya:

a. Menambah pendapatan negara/devisa negara. b. Memperluas lapangan pekerjaan.

c. Memajukan bidang transfortasi dan komunikasi. d. Memajukan industri dalam negeri.

Usaha pertambangan tentunya memiliki suatu perencanaan yang sangat matang baik untuk hal-hal yang menyangkut modal, tekhnologi ataupun sumber daya manusia yang benar-benar trampil dan memiliki keahlian yang sangat baik. Terlepas dari itu semua yang paling pokok adalah kita harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sehingga pengelolaan ini tidak merugikan banyak pihak.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bahan galian ini merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Dimana jumlahnya yang sangat


(31)

14 terbatas dan juga pembentukan serta pemulihannya memakan waktu yang cukup lama bahkan dapat menelan waktu hingga jutaan tahun lamanya. Untuk itulah dalam pemanfaatannya kita harus mampu menggunakannya seefektif dan seefisien mungkin.

Dibawah ini akan diterangkan lebih lanjut mengenai proses pembentukan beberapa bahan galian/barang tambang diantaranya:

a. Minyak bumi

Proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu jutaan tahun. Minyak bumi berasal dari mikroplankton (ganggang) yang terdapat di danau, teluk, rawa, dan laut yang dangkal. Sesudah mati, mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar-dasar kemudian bercampur denganlumpur sapropelium. Tekanan dari lapisan-lapisan atas dan pengaruh magma yang mengakibatkan terjadinya proses destilasi yang menghasilkan minyak bumi.

Kualitas minyak bumi di Indonesia terbilang cukup baik. Kadar sulfurnya sangat rendah, sehingga mengurangi asap motor yang menimbulkan pencemaran udara.

Perusahaan yang melakukan eksploitasi minyak bumi di Indonesia yaitu Perusahaan minyak negara (Pertamina), sedangkan untuk pihak swastanya yaitu PT. Caltex Indonesia dan PT. Stanvac Indonesia) dan untuk pihak asinya yaitu Petromer Tren, Arco, Union Oil dan Javec.


(32)

15 Persebaran pertambangan minyak bumi di Indonesia antara lain Nanggroe Aceh Darussalam/NAD, Sumatera Utara, Riau dan Kep. Riau yaitu Kep. Natuna (Pulau Sumatera), lepas pantai Teluk Jakarta disekitar kepulauan Seribu dan di Jati Barang Indramayu (Jawa Barat), sekitar Cepu (Jawa Tengah), Bojonegoro, Surabaya, dan lepas patai timur Madura (Jawa Timur), Balikpapan, Tarakan, Pulau Bunyu dan Pulau Bekapai di lepas patai timur Samarinda (Kalimantan Timur), Pulau Seram bagian timur di teluk Bula dan Pulau Lemun, Teluk Seram Utara (Maluku), Sorong, Kepala Burung, Biak, dan Kasim (Papua/Irian Jaya).

b. Gas Alam

Gas alam merupakan campuran beberapa hidro karbon dengan kadar karbon yang kecil, terutama metan, propan dan butan yang digunakan sebagi bahan bakar. Terdapat dua macam gas alam cair yang diperdagangkan yaitu Liquified Natural atau gas alam cair (LNG) dan Gas Liquified Petroleum Gas atau gas minyak bumi cair (LPG), dipasarkan dengan nama elpiji dengan tabung gas. Elpiji ini yang digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan pemanas lainnya. Daerah persebarannya di Arun, NAD (Sumatera), Kamojang (Jawa Timur), Bontang dan Kalimantan Timur (Kalimantan).


(33)

16 c. Batubara

Sebagian besar batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan tropis masa prsejarah/masa karbon. Tumbuhan tersebut tertimbun hingga berada di dalam lapisan batuan sedimen. Proses pembentukan batubara disebutinkolen (proses pengarangan) yang terjadi mejadi dua (proses biokimia dan proses metamorfosis). Proses biokimia adalah proses pembentukan batubara yang dilakukan oleh bakteri anaerob sehingga sisa-sisa tumbuhan yang menjadi keras karena beratnya sendiri, tidak ada kenaikan suhu dan tekanan. Proses ini menyebabkan tumbuh-tumbuhan menjadi gambut (turf). Proses metamorfosis merupakan proses yang terjadi karena pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi dan berlangsung lama dan proses ini tidak ada bakteri lagi.

Daerah persebaran batubara di Indonesia yaitu di Sumatera bagian tengah, Ombilin (Sawah Lunto), Sumatera bagian selatan, Bukit Asam (Sumatera), di daerah Mahakam, Kalimantan bagian tenggara di Pulau Laut (Kalimantan).

d. Tanah liat

Tanah liat merupakan tanah yang mengandung lempung (65%), butir-butirnya sangat halus sehingga rapat dan sulit menyerap air. Persebaran tanah liat ini terdapat di dataran rendah seperti di Pulau Jawa.


(34)

17 e. Kaolin

Kaolin yang disebut oleh masyarakat tanah lempung putih atau tanah liat putih merupakan endapan residual atau dapat pula terjadi sebagai akibat proses pelapukan dan hydrothermal alterasi pada batuan beku yang banyak mengandung feldspar dimana mineral potassium alumunium silikat dan feldspar dirubah menjadi kaolin. Persebarannya terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Maluku.

3. Pertambangan Batubara

Menurut Hartman (1987), pertambangan adalah kegiatan, pekerjaan dan industri yang berhubungan dengan ekstraksi mineral. Industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian sampai dengan pemasarannya.

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menentukan bahwa batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Angka 5, pertambangan batubara


(35)

18 adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Selanjutnya, dalam angka 6, bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energi yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batubara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. Indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batubara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.


(36)

19 Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.

Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.

a. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.

b. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan karbon 686% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.

c. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.


(37)

20 d. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.

e. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu :

a. Penambangan permukaan (surface/shallow minning) meliputi tambang terbuka, penambangan dalam dan penambangan hidrolik.

b. Penambangan dalam (subsurface deep minning).

4. Kerusakan Lingkungan dalam Kaitannya dengan Penambangan Batubara

Pada pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada


(38)

21 saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Kegiatan penambangan khususnya batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang dapat mengubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya.

Perlu diingat bahwa kualitas lingkungan di tempat penambangan harus ditingkatkan. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan di daerah tersebut.

Tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang


(39)

22 hanya mementingkan laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.

Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa investasi telah menelan banyak biaya, yang bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling mudah dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan memperhitungkannya sebagai biaya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan teknologi proses (Wardana, 2001).

Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai apalagi danannya terbatas.

Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini disebabkan kerena dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus dikupas sehingga hilanglah media


(40)

23 untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk proses pembentukannya.

Disamping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopeng-bopengnya permukaan bumi, penambangan juga menghasikan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus yang merupakan sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu menggunung di lokasi penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir dan sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada pencemaran sungai yang menyebabkan ekosistem sungai bisa terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak dari pencemaran ini.

Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;

b. Usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta buangan tambang yang mengandung


(41)

24 zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya; c. Pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja

dan kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang dan gempa.

5. Wilayah Penambangan

Menurut Samadi (2007), wilayah merupakan suatu unit dari geografi yang dibatasi oleh parameter tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal. Para ahli geografi memandang wilayah adalah tiap bagian yang ada di permukaan bumi, dengan wilayah yang paling luas adalah seluruh permukaan bumi. Dalam geografi wilayah permukaan bumi terlalu luas, maka wilayah tersebut dibagi menjadi bagian-bagian tertentu.

Waluya (2009) mengatakan bahwa wilayah dibagi berdasarkan homogenitas tertentu yang membedakan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Tujuan dari dibentuknya pewilayahan adalah untuk menyifatkan dan memberi arti terhadap bermacam-macam wilayah, serta untuk mengetahui adanya kemungkinan pengembangan suatu wilayah. Pasal 1 angka 32 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mendefinisikan Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.


(42)

25 Selanjutnya dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menentukan bahwa kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut:

a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

b. mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;

c. endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;

d. luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;

e. menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau

f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

Berdasarkan uraian di atas, maka luas wilayah penambangan batubara merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu dan berbeda dengan wilayah yang lain, dimana wilayah tersebut dijadikan sebagai sarana penambangan batubara baik yang dilakukan oleh badan usaha atau penambangan secara tradisional oleh masyarakat.

6. Pendapatan Masyarakat

Menurut Hart dan Stapleton (1995), pendapatan adalah alur pembayaran yang selalu bertambah untuk individu atau organisasi selama periode waktu tertentu. Lebih lanjut Komaruddin (1983) menyatakan bahwa


(43)

26 pendapatan pada hakekatnya merupakan balas jasa dari jasa yang dikorbankan. Termasuk di dalamnya upah, gaji, sewa tanah, bunga modal, deviden, honorarium, laba dan pensiun.

Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi yang berdasarkan prestasinya yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan. Pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri/usaha perseorangan dari kekayaan serta dari sektor subsistem (Sumardi, 1982).

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua arti yaitu pendapatan yang berupa uang dan dapat berupa pula barang. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas. Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterima dalam bentuk barang dan jasa.

Pendapatan rata-rata keluarga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pendapatan rata-rata harian, pendapatan rata-rata mingguan, pendapatan rata-rata bulanan. Pendapatan rumah tangga penduduk pada dasarnya terbagi atas tiga sumber yaitu upah dan gaji, usaha rumah tangga, pendapatan lainnya (Susanto, 1985).


(44)

27 Mubyarto (1992) mengatakan bahwa pendapatan menurut sumbernya dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Pendapatan pokok

Pendapatan pokok merupakan upah/gaji berupa uang yang diterima dari pekerjaan utama.

2) Pendapatan sampingan

Pendapatan sampingan merupakan upah/gaji dari pekerjaan tambahan. 3) Pendapatan lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan upah/gaji yang diterima di luar pendapatan utama (pokok) dan pendapatan sampingan misalnya beasiswa, penerimaan sewa ataupun kiriman.

Pendapatan yang diperoleh seseorang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, baik untuk pangan, sandang, papan yang merupakan kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Selain untuk konsumsi seperti itu pendapatan juga dialokasikan untuk tabungan bila memungkinkan pengeluaran itu selain untuk pemenuhan kebutuhan hidup disesuaikan dengan pendapatannya.

Tingkat pendapatan adalah seluruh penghasilan berupa uang yang diperoleh/diterima baik dari pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan dari suami dan istri dalam satu bulan. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan diukur dari besarnya seluruh penghasilan berupa uang yang diperoleh suami dan istri baik dari penghasilan pokok maupun


(45)

28 sampingan dalam satu bulan dengan tolok ukur rupiah. Pendapatan yang telah dijumlahkan kemudian dianalisis dan diklasifikasikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh seseorang baik berupa barang atau uang yang merupakan balas jasa atau imbalan dari hasil kerja atau usaha yang dilakukan orang tersebut dinilai dengan jumlah uang atau barang yang berlaku saat ini. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang diperoleh kepala keluarga yang bekerja di penambangan batubara tradisional di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim sebagai hasil dari tenaga yang dikeluarkan untuk penambangan.

7. Cara Penambangan

Menurut Rumindi (2009), usaha pertambangan bahan galian merupakan semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia.

Menurut Wiriosudarmo (1999) penambangan tradisional diartikan sebagai operasi dan investasi pertambangan dimana investor maupun operatornya adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama-sama (kolektif) dengan menggunakan alat yang sederhana.


(46)

29 Metode penambangan batubara sangat tergantung kepada :

a. Keadaan geologi daerah antara lain: sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara, struktur geologi

b. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit

Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu : a. Tambang Dalam (Underground)

Dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangannya sendiri dapat dilakukan :

1) Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga manusia

2) Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem elektronis dengan pengendalian jarak jauh b. Tambang Terbuka

Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan


(47)

30 untuk kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan dan modifikasi besar. Pemilihan metode penambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan oleh faktor :

1) Biaya penambangan

2) Batubara yang dapat diambil (coal recovery) 3) Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan

Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai pada kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara lapisan batuan tanah penutup dengan batubara merupakan faktor penentu dalam memilih metode penambangan.

B. Kerangka Pikir

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, yaitu sebagai salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar nomor 2 setelah Australia hingga tahun 2013. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Namun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambangannya maupun meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar penambangan.


(48)

31 Penambangan batubara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim merupakan tambang tradisional. Penambangan batubara yang dilakukan banyak terdapat di daerah perkebunan masyarakat dan area hutan.

Penambangan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat itu sendiri dan akan mampu menopang pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagan kerangka pikir dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penilitian Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung

Agung, Kabupaten Muara Enim

Penambangan Batubara secara tradisional

Wilayah penambangan

Jumlah penambang

Pendapatan penambang

Jumlah lokasi/tempat penambangan

Cara menambang


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan eksploratif. Dalam penelitian geografi banyak terdapat macam-macam pendekatan dalam proses penelitiannya. Pendekatan ini dapat digunakan dengan berdiri sendiri atau penggabungan dari berbagai macam pendekatan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan sosial. Pendekatan sosial digunakan untuk melihat kegiatan penambangan batubara oleh masyarakat dengan luas, jumlah penambang, pendapatan, tempat penambangan dan cara menambang.

B. Populasi

Pengertian populasi menurut Hadi (1987) adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki atau universum. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki suatu sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah di sekitar penambangan dan penimbunan hasil tambang batubara di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan


(50)

33 Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan yang berjumlah 465 Kepala Keluarga (Monografi Desa Tanjung Lalang, 2014). C. Sampel Penelitian

Berdasarkan jumlah subyek penelitian di atas, maka pentingnya penggunaan teknik penentuan sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung pada jumlah subyek penelitian. Apabila jumlah sampel kurang dari 100 maka keseluruhan subyek penelitian merupakan sampel penelitian, akan tetapi bila subyek penelitian lebih dari 100 dapat ditentukan antara 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto, 2002).

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi yang ada. Jumlah populasinya adalah 465 Kepala Keluarga, jadi jumlah sampelnya adalah sebanyak 46,5 ≈ 47 Kepala Keluarga.

Dalam pengambilan sampel menggunakan sampel wilayah (area sampling) yang digunakan untuk populasi yang tidak dapat dibuat kerangka sampelnya (Singarimbun, 1987). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena yang dijadikan obyek penelitian hanya wilayah tertentu yang berhubungan dengan obyek penelitian dengan anggota populasi yang homogen.

D. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2002), bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam hal ini variabel


(51)

34 penelitian adalah luas, jumlah penambang, pendapatan, tempat penambangan dan cara menambang.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel yang diamati/diteliti, perlu sekali variabel diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Wilayah penambangan, dengan indikator meliputi wilayah areal penambangan yang diukur dalam hektar (ha).

2. Jumlah penambang, dengan indikator banyaknya orang yang melakukan kegiatan penambangan batubara pada lokasi atau areal penambangan. 3. Pendapatan, dengan indikator pendapatan rata-rata per bulan penambang

batubara meliputi pendapatan pokok dari hasil penambangan batubara secara tradisional yang diukur dalam rupiah (Rp).

4. Jumlah penambangan, dengan indikator banyaknya lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penambangan batubara.

5. Cara menambang, dengan indikator : a) Tambang dalam

b) Tambang terbuka F. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan faktor yang sangat penting dalam penelitian. Maksud dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Untuk memperoleh data yang dimaksud, digunakan


(52)

35 teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan (Hadi, 1987).

Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

2. Metode Wawancara Bertahap dengan Kuesioner

Interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari obyek wawancara/terwawancara (Arikunto, 2002). Metode wawancara ini dipergunakan sebagai metode pelengkap dilakukan terhadap responden yang tidak bisa membaca atau menulis. 3. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder seperti data monografi Desa, struktur organisasi, lokasi penambangan dan sebagainya. G. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka teknik analisis yang digunakan yaitu dengan membuat persentase dari data yang ada, selanjutnya dideskripsikan. Teknik analisis ini digunakan untuk membahas tentang luas, jumlah penambang, pendapatan, tempat penambangan dan cara menambang. Analisis ini melalui tahapan editing dan tabulasi data.


(53)

36 1. Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali kuisioner setelah wawancara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pengisian instrumen yang kurang lengkap. Di samping menggunakan pedoman wawancara juga dilakukan pencatatan keterangan penting yang diberikan oleh responden, hal ini dimaksudkan untuk merekam data yang tidak termasuk dalam pedoman wawancara.

2. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah memasukkan data dalam tabel-tabel untuk mempermudah analisis data. Tujuan dari tabulasi adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data dengan metode analisis deskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh dan tidak dianalisis dengan metode statistik. Adapun rumus yang digunakan adalah : % =

N n

x100 Keterangan :

n = nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai (Singarimbun, 1987)


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam penelitian dan telah diuraikan dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan mengenai penambangan batubara oleh rakyat di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut :

1. Wilayah penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim didominasi pada Lokasi VI (sangat sempit) sebanyak 13 orang atau 27,66% dan urutan kedua yaitu pada Lokasi V (sempit) sebanyak 9 orang atau 19,15%.

2. Jumlah penambang batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim didominasi oleh penambang pada Lokasi V (luas lahan sempit) dengan jumlah penambang sebanyak 56 orang atau 20,14%, selanjutnya pada Lokasi VI (luas lahan sangat sempit < 0,25 Ha) sebanyak 50 orang atau 17,98%.

3. Rata-rata pendapatan per bulan dari hasil penambangan batubara yaitu sebesar Rp 3.279.926,-, sedangkan pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp 5.124.000,- dan total pendapatan responden selama 1 bulan yaitu Rp 154.156.500.

4. Jumlah tempat penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim sebanyak 6 titik penambangan, dari


(55)

72 jumlah tersebut sebanyak 4 titik penambangan berada di kawasan hutan dan perkebunan dan sisanya berada di sekitar pekarangan rumah penduduk.

5. Cara penambangan batubara oleh masyarakat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim yaitu dengan cara tambang dalam dan tambang terbuka.

B. Saran

1. Bagi responden yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga hendaknya tetap terus berusaha dalam meningkatkan semua potensi yang ada yaitu dengan memanfaatkan areal penambangan secara maksimal, sehingga pendapatan per bulan yang diperolehnya meningkat serta kebutuhan pokok minimum keluarga dapat terpenuhi.

2. Masyarakat yang melakukan penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim hendaknya memperhatikan kembali tempat penimbunan dan penumpukan batubara hasil penambangan pada tempat yang jauh dari pemukiman warga dilakukan secara kolektif, sehingga mampu meminimalisir terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat di sekitar penambangan.

3. Penambang yang melakukan penambangan dalam hendaknya selalu hati-hati dan waspada terhadap keselamatannya, karena kondisi tanah galian penambangan sewaktu-waktu dapat menyebabkan longsor.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Bintarto. 1981. Geografi untuk SMA Kelas XI. Phibeta. Jakarta.

Bintarto dan Suprapto Hadisumarno. 2002. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Hartman. 1987. Teks Pelengkap Pembelajaran Geografi. Penerbit SIC. Surabaya. Katili. 1993. Sumberdaya Alam untuk Pembangunan Nasional Indonesia. Ghalia.

Jakarta.

Mardikanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Bandung. Alumni.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pemerintah Desa Tanjung Lalang. 2015. Monografi Desa Tanjung Lalang. Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim.

Rumindi, Sukandar. Batubara dan Pemanfaatannya: Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

---. 2009. Bahan Galian Industri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian,

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

Sukarmin. 2007. Dampak Penambangan Timah Secara Tradisional Terhadap Kualitas Air Sungai Sengkeli dan Dampak Bagi Masyarakat Sebagai Pengguna Air Sungai Sengkeli di Desa Sijuk Kecamatan Sijuk Kabupaten


(57)

Belitung Tahun 2006. Skripsi FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Wardana. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Yusuf. 1999. Geografi dan Kependudukan. Tiga Serangkai. Solo.


(1)

teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan (Hadi, 1987).

Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

2. Metode Wawancara Bertahap dengan Kuesioner

Interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari obyek wawancara/terwawancara (Arikunto, 2002). Metode wawancara ini dipergunakan sebagai metode pelengkap dilakukan terhadap responden yang tidak bisa membaca atau menulis. 3. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder seperti data monografi Desa, struktur organisasi, lokasi penambangan dan sebagainya. G. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka teknik analisis yang digunakan yaitu dengan membuat persentase dari data yang ada, selanjutnya dideskripsikan. Teknik analisis ini digunakan untuk membahas tentang luas, jumlah penambang, pendapatan, tempat penambangan dan cara menambang. Analisis ini melalui tahapan editing dan tabulasi data.


(2)

36 1. Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali kuisioner setelah wawancara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pengisian instrumen yang kurang lengkap. Di samping menggunakan pedoman wawancara juga dilakukan pencatatan keterangan penting yang diberikan oleh responden, hal ini dimaksudkan untuk merekam data yang tidak termasuk dalam pedoman wawancara.

2. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah memasukkan data dalam tabel-tabel untuk mempermudah analisis data. Tujuan dari tabulasi adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data dengan metode analisis deskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh dan tidak dianalisis dengan metode statistik. Adapun rumus yang digunakan adalah : % =

N n

x100 Keterangan :

n = nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai (Singarimbun, 1987)


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam penelitian dan telah diuraikan dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan mengenai penambangan batubara oleh rakyat di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut :

1. Wilayah penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim didominasi pada Lokasi VI (sangat sempit) sebanyak 13 orang atau 27,66% dan urutan kedua yaitu pada Lokasi V (sempit) sebanyak 9 orang atau 19,15%.

2. Jumlah penambang batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim didominasi oleh penambang pada Lokasi V (luas lahan sempit) dengan jumlah penambang sebanyak 56 orang atau 20,14%, selanjutnya pada Lokasi VI (luas lahan sangat sempit < 0,25 Ha) sebanyak 50 orang atau 17,98%.

3. Rata-rata pendapatan per bulan dari hasil penambangan batubara yaitu sebesar Rp 3.279.926,-, sedangkan pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp 5.124.000,- dan total pendapatan responden selama 1 bulan yaitu Rp 154.156.500.

4. Jumlah tempat penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim sebanyak 6 titik penambangan, dari


(4)

72 jumlah tersebut sebanyak 4 titik penambangan berada di kawasan hutan dan perkebunan dan sisanya berada di sekitar pekarangan rumah penduduk.

5. Cara penambangan batubara oleh masyarakat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim yaitu dengan cara tambang dalam dan tambang terbuka.

B. Saran

1. Bagi responden yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga hendaknya tetap terus berusaha dalam meningkatkan semua potensi yang ada yaitu dengan memanfaatkan areal penambangan secara maksimal, sehingga pendapatan per bulan yang diperolehnya meningkat serta kebutuhan pokok minimum keluarga dapat terpenuhi.

2. Masyarakat yang melakukan penambangan batubara di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim hendaknya memperhatikan kembali tempat penimbunan dan penumpukan batubara hasil penambangan pada tempat yang jauh dari pemukiman warga dilakukan secara kolektif, sehingga mampu meminimalisir terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat di sekitar penambangan.

3. Penambang yang melakukan penambangan dalam hendaknya selalu hati-hati dan waspada terhadap keselamatannya, karena kondisi tanah galian penambangan sewaktu-waktu dapat menyebabkan longsor.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Bintarto. 1981. Geografi untuk SMA Kelas XI. Phibeta. Jakarta.

Bintarto dan Suprapto Hadisumarno. 2002. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Hartman. 1987. Teks Pelengkap Pembelajaran Geografi. Penerbit SIC. Surabaya. Katili. 1993. Sumberdaya Alam untuk Pembangunan Nasional Indonesia. Ghalia.

Jakarta.

Mardikanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Bandung. Alumni.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pemerintah Desa Tanjung Lalang. 2015. Monografi Desa Tanjung Lalang. Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim.

Rumindi, Sukandar. Batubara dan Pemanfaatannya: Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

---. 2009. Bahan Galian Industri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian,

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.

Sukarmin. 2007. Dampak Penambangan Timah Secara Tradisional Terhadap Kualitas Air Sungai Sengkeli dan Dampak Bagi Masyarakat Sebagai Pengguna Air Sungai Sengkeli di Desa Sijuk Kecamatan Sijuk Kabupaten


(6)

Belitung Tahun 2006. Skripsi FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Wardana. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Yusuf. 1999. Geografi dan Kependudukan. Tiga Serangkai. Solo.