TA : Rancang Bangun Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Etawa Menggunakan Metode Pearson Square Pada Peternakan Nyoto.
RANCANG BANGUN APLIKASI PENGOPTIMALAN
KOMPOSISI PAKAN KAMBING PERANAKAN ETAWA
MENGGUNAKAN METODE PEARSON SQUARE
PADA PETERNAKAN NYOTO
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
ALFIAN SUTRISNO 08410100024
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2015
(2)
x
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Rancang Bangun Sistem ... 9
2.2 Aplikasi... 9
2.3 Pengoptimalan ... 10
2.4 Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 11
2.5 Peternakan Kambing PE ... 11
2.6 Metode Pearson Square ... 12
2.7 Kebutuhan Nutrisi Kambing... 13
(3)
xi
2.9.1 Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan.. ... 16
2.9.2 Implementasi Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan ... 19
2.9.3 Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan... ... 21
2.9.4 Implementasi Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan ... 25
2.9.5 Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan ... 28
2.9.6 Implementasi Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan ... 34
2.10 Analisis Sistem ... 38
2.11 Data Flow Diagram (DFD) ... 38
2.12 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 39
2.13 Design System ... 43
2.14 System Development Life Cycle (SDLC) ... 43
2.14.1 Requirements Elicitation ... 44
2.14.2 Requirements Analysis ... 45
2.14.3 Software Design ... 45
2.14.4 Software Construction ... 45
2.14.5 Software Testing and Implementation ... 46
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 48
3.1 Analisis Sistem ... 48
3.1.1 Analisis Permasalahan ... 48
3.1.2 Analisis Kebutuhan. ... 50
(4)
xii
3.3.2 Context Diagram ... 57
3.3.3 Diagram Berjenjang Proses ... 58
3.3.4 Data Flow Diagram (DFD) ... 59
3.3.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 63
3.3.6 Struktur Basis Data ... 64
3.3.7 Perancangan I/O... 66
3.3.8 Perancangan User Interface ... 66
3.4 Perancangan Uji Coba ... 73
3.4.1 Rancangan Uji Coba Login ... 74
3.4.2 Rancangan Uji Coba Master User ... 75
3.4.3 Rancangan Uji Coba Master Pakan Kebutuhan Nutrisi ... 75
3.4.4 Rancangan Uji Coba Master Pakan Komposisi Bahan ... 76
3.4.5 Rancangan Uji coba Transaksi Formulasi Pakan ... 77
3.4.6 Rancangan Uji Coba Laporan Formulasi Pakan ... 78
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 79
4.1 Kebutuhan Sistem ... 79
4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 79
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak... 79
4.2 Implementasi Sistem ... 80
4.2.1 Form Login ... 80
(5)
xiii
4.2.4 Form Master User Change Password Admin ... 82
4.2.5 Form Master Pakan Tab Control Kebutuhan Nutrisi Kambing ... 83
4.2.6 Form Master Pakan Tab Control Komposisi Bahan Pakan ... 83
4.2.7 Form Formulasi Pakan ... 84
4.2.8 Form Informasi Cetak Formulasi Pakan ... 85
4.3 Uji Coba dan Evaluasi ... 87
4.3.1 Uji coba ... 87
4.3.2 Evaluasi... 109
BAB V PENUTUP ... 135
5.1 Kesimpulan ... 135
5.2 Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 136
(6)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan dari ketahanan pangan secara nasional, misalnya Statistik Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mencapai 219,8 juta (2005), 228,5 juta (2008), dan 231,4 juta (2009). Apabila dibandingkan dengan angka produksi daging yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan pada tahun 2010 yang menunjukkan angka produksi daging secara nasional yang baru mencapai 2,062 juta ton (2006), 2,069 juta ton (2007), 2,136 juta ton (2008), 2,204 juta ton (2009), dan 2,348 juta ton (2010), maka angka rata-rata konsumsi daging keseluruhan per kapita per tahun baru mencapai 9,37 kg (2006), 9,35 kg (2008) dan 9,52 kg (2009). Selanjutnya dapat diuraikan lebih jauh bahwa untuk Indonesia konsumsi daging kambing baru mencapai 0,64 kg/kapita tahun 2006, 0,50 kg/kapita tahun 2008 dan 0,55 kg/kapita pada tahun 2009. Angka konsumsi daging per kapita ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Selain meningkatkan jumlah populasi kambing, salah satu usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi daging kambing adalah dengan cara penggemukan kambing. Sayangnya, usaha penggemukan kambing di Indonesia pada umumnya masih dikelola secara tradisional. Padahal jika dikelola dengan
(7)
baik bisa mendatangkan laba yang lebih besar lagi. Penggemukan kambing ini
tentunya akan berpengaruh pada produktivitas ternak dan pakan memengaruhi
sekitar 60 % dari keberhasilan usaha penggemukan. Meskipun bibit kambing (bakalan) yang digunakan berkualitas baik, tetapi apabila pakan yang diberikan dan dikonsumsi kurang tepat atau tidak memenuhi standar dapat mengakibatkan produktivitas tidak optimal. Pakan juga menyumbang biaya produksi yang paling besar dalam usaha peternakan, yaitu sekitar 60 % dari keseluruhan biaya produksi. (Redaksi Agromedia, 2009).
Menurut Utomo (2003) pembangunan peternakan di Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: 1. Penyediaan pakan yang tidak ada sepanjang tahun, 2. Kualitas bahan pakan yang variatif, 3. Polusi lingkungan. Ketersediaan bahan pakan di Indonesia (daerah tropik) terutama untuk ternak ruminansia yang berupa hijauan sangat fluktuatif tergantung pada musim. Pada musim hujan hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia melimpah sedangkan pada musim kemarau sangat terbatas sampai tidak ada produksi sama sekali tergantung pada lamanya musim kemarau. Kekurangan hijauan pakan ini dipengaruhi kebijakan pemerintah yang lebih memprioritaskan produksi pangan daripada pakan dan keperluan lain. Lahan subur dengan irigrasi tekhnis di daerah padat penduduk diprioritaskan untuk produksi pangan, sedangkan untuk produksi hijauan pakan digunakan tanah yang tidak subur (margin). Akibat dari kebijakan ini padang rumput semakin berkurang, produksi pakan hijauan menjadi sangat rendah, sehingga berakibat langsung pada produktivitas ternak terutama daging dan susu. Dipandang dari fungsinya, padang rumput dapat digunakan untuk mencegah erosi asal dikelola dengan baik,
(8)
meskipun kemampuan untuk mencegah erosi masih di bawah tanaman legume dan hutan (Reksohadiprodjo, 1985).
Salah satu usaha yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
daging kambing adalah Peternakan Nyoto. Peternakan Nyoto terletak di Desa
Tangunan, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Peternakan
Nyoto memiliki sekitar 200 kambing, meliputi kambing peranakan etawa (PE)
sekitar 90%, kambing kacang sekitar 5%, dan kambing blingon atau jawa randu sekitar 5%. Kandang yang digunakan berupa kandang utama untuk proses penggemukan kambing dan pemerahan susu, sedangkan kandang kedua digunakan untuk menampung anakan. Proses bisnis utamanya meliputi perdagangan kambing (live goat trading), pembibitan kambing (breeding), dan penggemukan kambing (fattening).
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa tata laksana pemeliharaan maupun penggemukan kambing peranakan etawa menggunakan kandang kelompok berbentuk panggung, bahan kandang terbuat dari kayu dan sistem pemeliharaan dilakukan secara intensif, yaitu pemberian pakan atau ransum dibagi menjadi tiga waktu (jam 08.00, 14.00, dan 16.00). Jam 08.00 dan 14.00 diberi makanan kering yaitu rendeng kangkung sebanyak 400 gram serta konsentrat (jagung, kopra, dan polar) dengan perbandingan 3:1:1 sebanyak 125 gram dan ini diberikan kepada semua kambing tanpa dibedakan jumlahnya, sedangkan jam 16.00 diberi makanan hijauan yaitu kaliandra dan sengon laut sebanyak 200 gram per hari per kambing. Air minum diberikan sekali dalam sehari dengan menggunakan ember. Pemberian pakan seperti ini tidak
(9)
perbandingannya tergantung pakan yang tersedia di sekitar peternakan. Pemberian pakan tersebut membuat peternak kesulitan untuk mencari pengganti pakan yang dapat memberikan hasil optimal untuk pemeliharaan dan tujuan penggemukan kambing terutama pada pergantian musim. Pakan yang diberikan belum mampu mencukupi kebutuhan Bahan Kering (BK), Total Digestible Nutrient (TDN), dan Protein (PK) ternak. Sistem pemberian pakan yang digunakan saat ini masih bersifat coba-coba, seperti sistem pemberian pakan masih menggunakan kombinasi pemberian pakan seperti di atas. Pada pergantian musim dan bahan pakan terbatas, maka peternak dituntut untuk memformulasikan bahan pakan yang optimal dari dua, tiga, dan empat bahan pakan yang tersedia di sekitar peternakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan pada Peternakan Nyoto adalah bagaimana agar peternak dapat memformulasikan kebutuhan pakan yang sesuai dengan kebutuhan kambing peranakan etawa, mampu mencukupi kebutuhan gizi kambing, seperti protein dan nutrisi yang sebelumnya tidak diperhatikan oleh peternak dengan cepat dan tepat tanpa mengurangi kebutuhan gizi pada tiap-tiap kambing. Kebutuhan pakan kambing dibedakan berdasarkan berat badan kambing baik dalam hal jumlah dan komposisi setiap harinya. Memformulasikan bahan pakan secara optimal dari dua, tiga, dan empat bahan pakan pada kondisi pergantian musim dan bahan pakan yang terbatas di sekitar peternakan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam tugas akhir ini penulis membuat sebuah aplikasi yang dapat memberikan solusi cara mengatasinya, yaitu dengan menggunakan metode Pearson Square. Metode ini memungkinkan pencampuran dari dua, tiga, dan empat bahan pakan dengan konsentrasi nutrisi
(10)
yang berbeda ke dalam campuran dengan konsentrasi yang diinginkan sesuai dengan standar kebutuhan tiap-tiap kambing etawa secara optimal pada kondisi pergantian musim serta pakan yang terbatas di sekitar peternakan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang didapat adalah bagaimana merancang bangun aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam aplikasi ini, agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai maka pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Proses pengoptimalan komposisi pakan kambing yang ada dalam aplikasi ini
tidak dibuat berdasarkan faktor genetik atau biologis;
2. Jenis kambing yang digunakan dalam bahasan ini adalah kambing peranakan
etawa;
3. Pada proses pemberian pakan diasumsikan semua kambing dalam kondisi
sehat dan normal;
4. Sistem optimalisasi komposisi pakan kambing menggunakan metode Pearson
Square dengan dua, tiga, dan empat bahan pakan yang tersedia di sekitar
peternakan;
5. Jenis pakan yang digunakan dalam sistem ini ada dua macam, yaitu pakan
pokok yang terdiri atas hijauan (rumput, legum, dan limbah pertanian), dan penguat/konsentrat (bungkil kelapa, jagung, ampas tahu, kacang-kacangan, dan dedak/bekatul).
(11)
6. Tidak ada bahasan mengenai masalah kesehatan pada ternak;
7. Sistem pemeliharaan yang digunakan adalah sistem dikandangkan (Dry Lot
Fattening);
8. Tidak ada bahasan mengenai keuangan serta pengeluaran biaya pakan yang
telah diformulasikan;
9. Sisa pakan kambing setelah diformulasikan menggunakan Metode Pearson
Square tidak dihitung kembali.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi Pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode Pearson
Square.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat membantu Peternakan Nyoto dalam memenuhi kebutuhan komposisi pakan kambing secara optimal;
2. Dapat melakukan proses perhitungan komposisi pakan yang dapat dicetak dalam bentuk laporan.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini secara sistematika diatur dan disusun dalam lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah diambilnya topik Tugas Akhir, perumusan masalah dari topik Tugas Akhir, pembatasan masalah
(12)
pengerjaan Tugas Akhir, tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Akhir yang dibuat, serta sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi tentang landasan teori yang berbentuk uraian kualitatif
atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan
permasalahan rancang bangun aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode Pearson Square. Beberapa teori lainnya terdiri atas aplikasi, rancang bangun, kambing peranakan etawa, peternakan kambing peranakan etawa, analisis sistem, desain sistem, diagram arus data, entity relationship diagram, optimalisasi, dan Software Development Life Cycle (SDLC).
Bab III Analisis dan Perancangan Sistem
Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dikerjakan dalam penyelesaian Tugas Akhir yang terdiri dari analisis sistem identifikasi masalah, analisis kebutuhan, perancangan sistem, pembuatan system
flow, context diagram, diagram berjenjang proses, data flow diagram, entity relationship diagram, conceptual data model, physical data model,
struktur basis data, dan desain antar muka. Bab IV Implementasi dan Evaluasi
Bab ini berisi tentang proses implementasi dari sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian terhadap sistem untuk mengetahui sistem yang telah dibuat dapat menyelesaikan permasalahan sesuai yang diharapkan dan penjelasan tentang evaluasi dari sistem yang telah dibuat.
(13)
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan tentang tugas akhir ini apakah sudah sesuai dengan sistem yang telah dibuat sesuai hasil yang diharapkan. Saran yang dimaksud adalah saran tentang permasalahan yang masih belum dapat diselesaikan dalam pembuatan tugas akhir ini untuk dikembangkan lebih lanjut. Tujuannya agar rancang bangun aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa dapat disempurnakan sehingga bisa menjadi lebih baik dan berguna.
(14)
9
2.1 Rancang Bangun Sistem
Menurut Pressman (2012), perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik. Bangun sistem adalah membangun sistem informasi dan komponen yang didasarkan pada spesifikasi desain (Whitten dkk, 2007).
Dengan demikian pengertian rancang bangun merupakan kegiatan menerjemahkan hasil analisis ke dalam bentuk paket perangkat lunak kemudian menciptakan sistem tersebut ataupun memperbaiki sistem yang sudah ada.
2.2 Aplikasi
Pengertian Aplikasi menurut (Jogiyanto, 2010) adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. Aplikasi merupakan rangkaian kegiatan atau perintah untuk dieksekusi oleh komputer. Program merupakan kumpulan instruction set yang akan dijalankan oleh pemroses, yaitu berupa software. Program berisi konstruksi logika yang dibuat oleh manusia, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mesin sesuai dengan format yang ada pada instruction set .Program aplikasi merupakan program siap pakai. Program yang direkam untuk melaksanakan suatu fungsi bagi
(15)
pengguna atau aplikasi yang lain. Contoh-contoh aplikasi ialah program pemproses kata dan Web Browser.
2.3 Pengoptimalan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, pengoptimalan adalah proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi dan sebagainya). Menurut Ledesma (2008) optimalisasi adalah sarana untuk mengekspresikan, dalam model matematika hasil dan penyesuaian suatu masalah dengan cara terbaik. Hal ini dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan pada hampir semua bidang aplikasi.
Menurut Crama dan Schyns (2001), persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat suatu nilai fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (men), uang (money), dan material yang merupakan input serta waktu dan ruang. Sedangkan menurut National Institute of Standard and technology (NIST), masalah optimalisasi adalah masalah komputasi dimana tujuannya adalah menemukan yang terbaik dari semua solusi yang mungkin.
Secara garis besar, optimalisasi adalah tindakan untuk memberikan hasil yang paling baik, apakah itu hasil maksimal ataupun hasil minimum, untuk membuat sistem yang seefektif mungkin untuk menemukan yang terbaik dari semua solusi yang mungkin.
(16)
2.4 Kambing Peranakan Etawa (PE)
Menurut Redaksi Agromedia (2009), kambing peranakan etawa merupakan hasil persilangan antara kambing etawa (asal India) dengan kambing kacang. Kambing peranakan etawa dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan susu (perah). Penampilan kambing peranakan etawa mirip dengan kambing etawa, tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip kambing kacang disebut blingon atau jawarandu yang merupakan tipe pedaging.
Karakteristik kambing peranakan etawa, antara lain:
1. Bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut
2. Terdapat gelambir dibawah leher yang tumbuh dari sudut janggut
3. Telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak melipat
4. Ujung tanduk agak melengkung
5. Tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang
6. Bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha
7. Bulu paha panjang dan tebal
2.5 Peternakan Kambing PE
Menurut Handoyo (2012), Kambing etawa atau di Indonesia dikenal dengan kambing PE memiliki tempat atau kelas tersendiri di kalangan peternak, khususnya di pulau Jawa. Perkembangan dan minat dari peternak dalam membudidayakan kambing PE meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti pula dengan peningkatan harga dan kualitas dari kambing PE itu sendiri. Secara sederhana, minat atau keinginan peternak atau calon peternak dalam upayanya mendirikan peternakan kambing PE merujuk pada:
(17)
1. Kambing PE memiliki postur tubuh yang sangat besar dan elegan dibanding kambing pada umumnya yang ada di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat akan berpendapat bahwa apabila kambing PE dijadikan sebagai kambing pedaging, tentu lebih memuaskan karena jumlah dagingnya lebih banyak.
2. Kambing PE ternyata dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kambing
perahan. Susu hasil perahan kambing ini mempunyai nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi dibandingkan susu perahan dari sapi. Harga per liter susu kambing PE tahun 2011 adalah Rp. 30.000, sedangkan harga susu sapi hanya Rp. 4000.
3. Feses atau kotoran dan urin kambing PE dapat dijadikan sebagai pupuk
organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Terlebih jika kotoran dan urin difermentasikan terlebih dahulu untuk menghilangkan residu dan cendawan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan tanaman tertentu.
2.6 Metode Pearson Square
Sebuah definisi persentase yang pasti dari protein, energi, kalsium, fosfor yang biasanya terdapat dalam ransum. Pearson Square menyediakan metode sederhana dan cepat yang memungkinkan pencampuran dari dua pakan (atau campuran pakan) dengan konsentrasi hara yang berbeda ke dalam campuran dengan konsentrasi yang diinginkan. Hal ini biasanya digunakan dalam kasus pakan pencampuran kaya energi dengan pakan kaya protein. Metode ini bekerja dengan tingkat yang disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan oleh ternak dan komposisi bahan yang akan dicampur. Metode ini memungkinkan substitusi cepat
(18)
bahan pakan sebagai respon terhadap fluktuasi pasar tanpa mengganggu isi dari nutrisi yang dipertimbangkan. Hal ini penting untuk peternak yang harus merespon dengan cepat terhadap perubahan harga bahan pakan. (Technical Bulletin No.16)
Pearson Square adalah cara yang sederhana, cepat untuk menghitung
jumlah pakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dan hewan lainnya. Sebagai contoh, ketika dua bahan pakan dicampur untuk bagian dari jatah campuran total atau sebagai suplemen untuk makan rumput, Pearson
Square dapat digunakan untuk menentukan kuantitas setiap bahan pakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkat gizi tertentu dalam campuran. (National Research Council, 2001)
2.7 Kebutuhan Nutrisi Kambing
Kebutuhan nutrisi kambing berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan (Ginting, 2009) dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini
2.8 Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Nutrisi bahan pakan kambing dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini. (Ginting, 2009)
(19)
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Kambing
Bobot
(kg) PBBH (g) BK (g) TDN (%) Protein (%) (%) Ca (%) P
0-10
0-25 320 16 17 0,9 0,7
25.01-50 360 21 22 1,2 0,9
50.01-75 370 25 26 1,5 1,2
75.01-100 350 3 31 1,9 1,5
10.01-20
0-25 440 22 17 1,2 0,9
25.01-50 450 24 22 1,5 1,1
50.01-75 500 31 26 1,9 1,4
75.01-100 500 36 31 2,2 1,7
20.01-30
0-25 540 27 17 1,5 1,1
25.01-50 580 32 22 1,8 1,3
50.01-75 600 72 12,39 2,1 1,6
75.01-100 1300 41 11 0,37 0,23
30.01-40
0-25 640 32 33 1,8 1,3
25.01-50 680 37 38 2,1 1,5
50.01-75 710 41 43 2,4 1,8
75.01-100 730 46 42 2,7 2,1
40.01-50
0-25 740 37 38 2,1 1,5
25.01-50 770 41 41 2,4 1,7
50.01-75 800 46 40 2,7 2
75.01-100 830 51 22 3,1 2,3
50.01-60
0-25 910 46 45 2,5 1,9
25.01-50 950 5 43 2,8 2,1
50.01-75 980 55 58 3,1 2,4
75.01-100 1700 6 9,3 0,24 0,23
60.01-70
0-25 920 47 49 2,6 2,0
25.01-50 960 6 53 2,8 2,2
50.01-75 990 55 58 3,1 2,5
75.01-100 1200 6 62 3,5 2,7
70.01-80
0-25 930 48 48 2,7 1,8
25.01-50 950 5 53 2,8 2,1
50.01-75 980 56 58 3,1 2,4
75.01-100 1000 8 64 3,6 2,8
80.01-90
0-25 950 46 48 2,5 1,9
25.01-50 950 7 54 2,9 2,2
50.01-75 980 57 59 3,2 2,5
75.01-100 1110 8 65 3,6 2,9
90.01-100
0-25 910 46 48 2,5 1,9
25.01-50 950 8 53 2,8 2,4
50.01-75 980 55 58 3,1 2,6
(20)
Tabel 2.2 Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Bahan Pakan BK (%) PK (%) SK
(%)
TDN (%)
Ca (%)
P (%)
Rumput gajah 21 10 - 89 - -
Rumput benggala 20 8,7 34,60 50 0,7 0,2
Rendeng segar 35 15,10 22,70 65 1,51 0,2
Daun singkong 23 17 - 81 - -
Daun lamtoro 29 22,3 14,4 - 2,1 0,01
Daun gamal segar 25 24,3 18 65 0,6 0,2
Rumput lapangan 35 6,7 34,2 - - -
Daun kaliandra 39 24 - - 1,6 0,2
Dedak padi 88,4 13,4 11 - - -
Jerami padi 86 4,4 - 52 - -
Dedak jagung 86 13,8 5,00 74 0,2 1,2
Dedak gandum 86 15,00 15,70 70,00 0,15 1,23
Jagung kuning 86 10,30 1,4 80,00 0,02 0,33
Gaplek 86 1,70 1,6 69,00 0,10 0,04
Onggok 86 2,20 26,90 65,00 0,68 0,05
Cantel (sorghum) 86 11,20 2,8 80,00 0,19 0,20
Tepung jagung 86 6,6 3 87 0,2 0,2
Tepung ikan 90 44,8 - 75 - -
Tetes 86 4,20 0 53,00 0,71 0,07
Bungkil kedelai 86 45,00 5,10 78 0,20 0,74
Pollard 91 16,5 10 70 0,14 0,32
Bungkil kacang 86 49,50 5,30 65 0,11 0,74
Bungkil kelapa 86 21,60 10,20 66 0,08 0,67
Bungkil kapok 86 31,70 24,00 74 0,47 0,97
Bungkil kapas 86 44,20 15,80 66 0,22 1,34
Bungkil kelapa
sawit 86 20,40 9,00 80 0,31 0,85
2.9 Formulasi Bahan Pakan Metode Pearson Square
Syarat-syarat sebelum merumuskan menggunakan metode Pearson
Square:
1. Harus terdapat daftar kebutuhan nutrisi
(21)
antara lain:
a. Usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, jenis produksi (pertumbuhan, laktasi,
kehamilan,dll) dan tingkat produksi
b. Umumnya yang dihitung adalah protein, TDN, kalsium, dan fosfor yang
dipertimbangkan dalam penyusunan ransum untuk kambing
3. Metode ini hanya efisien apabila tidak lebih dari dua bahan yang digunakan,
namun memungkinkan untuk menggunakan metode ini lebih dari dua bahan pakan
4. Persyaratan jumlah yang akan dihitung nutrisinya harus berada diantara
konsentrasi nutrisi dalam pakan keduanya. Contoh, jika kebutuhan Protein 16% maka, salah satu pakan harus lebih besar dari 16% kandungan proteinnya dan Protein yang lain harus kurang dari 16%
5. Selalu menggunakan angka positif
6. Akan terdapat beberapa hasil dari metode ini yang tidak sesuai dengan
kebutuhan nutrisi yang diinginkan, tetapi itu tidak masalah karena metode ini hanya menghitung kebutuhan pakan kambing saja tanpa memperhitungkan variabel lain seperti faktor-faktor yang telah disebutkan diatas.
2.9.1 Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan
Di bawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus
Pearson Square menggunakan dua bahan pakan untuk kambing peranakan etawa
(PE). (Ginting, 2009)
1. Menggambar sebuah persegi metode Pearson Square
X PropY
PK
(22)
X : Bahan pakan pertama Y : Bahan pakan kedua
PK : Protein yg diketahui dari berat badan kambing
PropY : Hasil pengurangan antara PK dengan bahan pakan pertama dan hasilnya harus selalu positif
PropX : Hasil pengurangan antara PK dengan bahan pakan kedua dan hasilnya harus selalu positif
2. PropX = PK – X
3. PropY = PK – Y
4.
5. BasisX =P
P × %
6. BasisY = P
P × %
7. Menghitung jumlah BK yang tersedia dari bahan pakan:
8. 9.
10. � � = �+ �
� � : Jumlah BK yang tersedia dari bahan pakan X dan Y
11. Menghitung komposisi pakan yang harus diberikan:
12.
X a : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing
13.
Ya : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing
(23)
15. 16.
17. NPK = PK + PK
K ×
NPK : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X dan Y
18. Pengecekan jumlah kandungan nutrisi Ca (Calcium):
19. 20.
21. N a= a + a
K ×
N a : Jumlah kalsium yang disumbangkan oleh bahan X dan Y
22. Pengecekan jumlah kandungan nutrisi P (Fosfor):
23. 24.
25. NP = P + P
K ×
NP : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan X dan Y
Keterangan :
a. BB : Berat Badan
b. BK : Bahan Kering
c. TDN : Total Digestible Nutrient
d. Prop : Hasil penambahan antara PropX dengan PropY
e. BasisX : Pembagian antara PropX dengan Prop dikalikan 100%
f. BasisY : Pembagian antara PropY dengan Prop dikalikan 100%
g. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan X
(24)
i. : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing
j. : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing
k. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X
l. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Y
m. : Jumlah calcium yang disumbangkan oleh bahan X
n. : Jumlah calcium yang disumbangkan oleh bahan Y
o. : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan X
p. : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan Y
2.9.2 Implementasi Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan
Menyusun bahan pakan untuk kambing penggemukan dengan berat badan 30 Kg dan PBBH 100 gram per hari. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput benggala dan daun kaliandra. (Ginting, 2009)
Cara mengerjakan:
Menentukan kebutuhan ternak dengan data sebagai berikut:
a. Jenis ternak: kambing
b. Berat badan: 30 Kg
c. Kebutuhan nutrisi (pada Tabel 2.1 dan 2.2)
Tabel 2.3 Kebutuhan Nutrisi Kambing Dua Bahan Pakan (Ginting, 2009)
BB (Kg) PBBH BK (gram) Protein (%) Ca (%) P (%)
(25)
d. Kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (pada Tabel 2.4)
Tabel 2.4 Kandungan Nutrisi Dua Bahan Pakan (Ginting, 2009)
1.
2. PropX = 11 – 8,7 = 2,3
3. PropY = 11 – 24 = 13
4.
5. BasisX =
, × % = 0,849673203 %
6. BasisY = ,
, × % = 0,150326797 %
7. Jumlah BK yang tersedia dari bahan:
8. X K= , × = 1104,575163 gram
9. Y K = , × = 195,4248366 gram
10. � � = 1104,575163 + 195,4248366 = 1300 gram
11. Komposisi pakan yang harus diberikan:
12. X a = × , = 5522,875817 gram atau 5,5 Kg
13. Ya = × , = 501,0893246 gram atau 0,501 Kg
14. Pengecekan kandungan nutrisi Protein:
15. XPK = , % × , = 96,09803922 gram 16. YPK = % × , = 46,90196078 gram
Bahan Pakan BK (%) Protein (%) Ca (%) P (%)
Rumput Benggala 20 8,7 0,7 0,2
Daun Kaliandra 39 24 1,6 0,2
8,7 13
11
(26)
17. NPK = , + , × = 11%
18. Pengecekan kandungan nutrisi Ca (Calcium):
19. X a = , % × . = 7,732026144 gram 20. Y a = , % × , = 3,126797386 gram
21. N a= , + , × = 0,835294118 %
22. Pengecekan kandungan nutrisi P (Fosfor):
23. XP = , % × . = 2.209150327gram 24. YP = , % × , = 0.390849673 gram
25. NP = . + . × = 0,2 %
Sehingga kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah
Tabel 2.5 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun
Bahan Pakan Jumlah BK Protein Ca P
Rumput benggala 5522,4 20 8,7 0,7 0,2
Daun kaliandra 500,99 39 24 1,6 0,2
Kandungan nutrisi ransum 6023,39 1300 10,99 0,83 0,2
Kebutuhan 1300 11 0,37 0,23
Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK dan proteinnya sesuai.
2.9.3 Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan
Di bawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus
Pearson Square menggunakan tiga bahan pakan untuk kambing Peranakan Etawa
(27)
1.
: Asumsi dari bahan kedua (Y) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan BK dari keseluruhan pakan.
As: Asumsi yang ditentukan oleh peternak.
BK: Kandungan Bahan Kering yang berasal dari kebutuhan nutrisi kambing 2.
KP: Kandungan Protein 3.
–BK: Kekurangan Kandungan BK
4.
–P: Kekurangan Kandungan Protein
5. %-P = -P
- K×
% - P: Kekurangan Kandungan Protein dalam persen
6. Menggambar sebuah persegi metode Pearson Square
X: Bahan Pakan Pertama Z: Bahan Pakan Ketiga
% - P: Kekurangan Kandungan Protein dalam persen
PropZ: Hasil pengurangan antara %-P dengan bahan pakan Z dan hasilnya harus selalu positif
X PropZ
%-P
(28)
PropX: Hasil pengurangan antara %-P dengan bahan pakan X dan hasilnya harus selalu positif
7. PropZ = Z – %-P
8. PropX = X – %-P
9. 10.
11.
12. Jumlah BK yang tersedia dari bahan:
13. 14.
15. � � = � + �
� �: Jumlah BK yang tersedia dari bahan X dan Z
16. Komposisi pakan yang harus diberikan:
17.
18.
19.
20. N a = Ya + X a + Z a
� � : Jumlah bahan pakan yang harus diberikan
21. Pengecekan kandungan nutrisi Protein:
22. 23. 24.
(29)
25. NPK = PK + PK+ PK
K ×
: Jumlah kandungan nutrisi protein dari masing-masing bahan
26. Pengecekan kandungan nutrisi Serat Kasar (SK):
27. 28. 29.
30. N K= K + K+ K
K ×
���: Jumlah kandungan nutrisi serat kasar
Keterangan :
a. Y : Bahan Pakan Kedua
b. Prop : Hasil penambahan antara PropX dengan PropZ
c. BasisX : Pembagian antara PropX dengan Prop dikalikan 100%
d. BasisZ : Pembagian antara PropZ dengan Prop dikalikan 100%
e. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan X
f. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan Y
g. : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing
h. : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing
i. � : Jumlah bahan pakan Z yang harus diberikan pada kambing
j. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X
k. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Y
l. ��: Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Z
m. ��: Jumlah serat kasar yang disumbangkan oleh bahan X
(30)
o. ��: Jumlah serat kasar yang disumbangkan oleh bahan Z
2.9.4 Implementasi Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan
Menyusun bahan pakan untuk kambing dengan bobot badan 50 Kg dan PBBH 76 gram/hari. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput lapangan, dedak padi dan daun lamtoro. (Ginting, 2009)
Cara mengerjakan:
Menentukan kebutuhan ternak berdasarkan Tabel 2.1 sebagai berikut:
a. Jenis ternak : kambing
b. Bobot badan : 50 Kg
Tabel 2.6 Kebutuhan Nutrisi Kambing Tiga Bahan Pakan. (Ginting, 2009)
Kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat tabel kandungan nutrisi bahan pakan)
Tabel 2.7 Kandungan Nutrisi Tiga Bahan Pakan. (Ginting, 2009)
Bahan Pakan BK
(%)
Protein (%)
Ca (%)
P (%)
SK (%)
Rumput Lapangan 35 6,7 - - 34,2
Dedak Padi 88.4 13,4 - - 11
Daun Lamtoro 29 22,3 2,1 0,01 14,4
Membuat asumsi dedak padi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan BK 10% dari keseluruhan ransum, sehingga BK dedak padi adalah:
1. = 170 gram BK
2. Kandungan protein yang terpenuhi dari dedak:
BB (Kg) PBBH (g) BK (gram) Protein (%) Ca (%) P (%)
(31)
3. = 22,78 gram protein
Sehingga untuk menyusun ransum dengan kebutuhan BK 1700 gram dan protein 9.3% masih kekurangan:
4. = 1530 gram
5. = 158,1 – 22,78 = 135,32 gram
6. %-P = , × = 8,84 %
Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (rumput lapangan dan daun lamtoro) dengan perhitungan sebagai berikut:
7.
8. PropX = 6,7 – 8,84 = 2,14
9. PropZ = 22,3 – 8,84 = 13,5
10. = 15,64
11. = 13,7 %
12. = 86,5%
13. Menghitung jumlah BK yang tersedia dari bahan:
14. = 1323,95 gram
15. = 209,6 gram
16. � � = 209,6 + 1323,95 = 1533,55 gram
17. Menghitung komposisi pakan yang harus diberikan:
6,7 13,5
8,84
(32)
18.
19.
20. = 722,75 gram
21. Pengecekan kandungan nutrisi Protein:
22. = 22,78 gram
23. = 88,7 gram
24. = 46,74 gram
25. NPK = , + , + , × = 9,3%
26. Pengecekan kandungan nutrisi Serat Kasar (SK):
27. = 18,7 gram
28. = 452,79 gram
29. = 30,18 gram
30. N K= , + , + , × = 29,5 %
Pengecekan kandungan nutrisi Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) tidak bisa dilakukan karena kandungan nutrisi tersebut tidak terdapat di tabel, sehingga cukup hanya dengan kandungan nutrisi yg ditemukan saja.
Kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah:
Tabel 2.8 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun
Bahan Pakan Jumlah BK Protein Ca P
Dedak 192,3
Rumput Lapangan 3781,28
Daun Lamtoro 722,75
Kandungan nutrisi ransum 1700 9,3
(33)
Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK dan proteinnya sesuai.
2.9.5 Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan
Dibawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus
Pearson Square menggunakan empat bahan pakan untuk kambing peranakan
etawa (PE). (Ginting, 2009)
1. Menggambar sebuah persegi Pearson Square untuk pencampuran bahan
pakan pertama
A: Bahan Pertama B: Bahan Kedua Pro: Protein
PropB: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan kedua (B) dan hasilnya harus selalu positif
PropA: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan pertama (A) dan hasilnya harus selalu positif
2.
3. PropB = B – Pro
4. PropA = A – Pro
5.
6.
A PropB
Pro
(34)
7. Menghitung kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I: 8. TDN = BasisB × TDN k a a a
9. TDN = BasisA × TDN k a a a 10.
TDN a : Jumlah kandungan TDN yang terdapat pada campuran I
11. Menghitung kandungan Protein yang terdapat dalam campuran I:
12. Pro = BasisB × Pro k a a a 13. Pro = BasisA × Pro k a a a 14. Pro a = Pro × Pro
Pro a : Jumlah kandungan protein yang terdapat dalam campuran I
15. Menghitung campuran II antara C dan D:
16. Menggambar persegi Pearson Square untuk pencampuran bahan pakan II
C: Bahan Ketiga D: Bahan Keempat Pro: Protein
PropD: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan keempat (D) dan hasilnya harus selalu positif
PropC: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan ketiga (C) dan hasilnya harus selalu positif
17.
C PropD
Pro
(35)
18. PropD = D – Pro
19. PropC = C – Pro
20.
21.
22. Menghitung jumlah kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II:
23. TDN = BasisD × TDN k a a a 24. TDN = BasisC × TDN k a a a 25.
TDN a : Jumlah kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II
26. Menghitung jumlah kandungan Protein yang terdapat dalam campuran II:
27. Pro = BasisD × Pro k a a a 28. P = BasisD × Pro k a a a 29. Pro a = Pro × Pro
Pro a : Jumlah kandungan Protein yang terdapat dalam campuran II
30. Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan TDN:
31.
TDNdiket: Jumlah TDN yang terdapat dalam tabel kebutuhan nutrisi kambing PropCamp2: Hasil pengurangan antara Pro dengan TDNCamp2 dan hasilnya harus selalu positif
TDNCamp1
TDNdiket
(36)
PropCamp1: Hasil pengurangan antara Pro dengan TDNCamp1 dan hasilnya harus selalu positif
32.
33. = TDNCamp2–
34. = TDNCamp1–
35.
36.
37. Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan Protein:
Pro: Jumlah Protein yang terdapat dalam tabel kebutuhan nutrisi kambing 38. Prop = � � � + � � �
39. � � � = ProCamp2–� ��
40. � � � = ProCamp1–� ��
41. � � � � =P am
P × %
42. � � � � =P am
P × %
43. Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum:
44.
45.
46.
ProCamp1
Pro
(37)
47.
48. Sehingga kandungan BK setiap bahan pakan:
49.
50.
51.
52.
53. N K = BK + BK + BK + BK
N K : Jumlah total kandungan BK dari setiap bahan pakan
54. Kebutuhan dalam bahan segar:
55.
56.
57.
58.
59. Pengecekan Kandungan TDN:
60. A N = TDN × BK 61. B N= TDN × BK 62. C N= TDN × BK 63. D N= TDN × BK
64. N N= N + N+ N+ N
K × %
N N : Jumlah total kandungan TDN dari setiap bahan pakan
65. Pengecekan Kandungan Protein:
(38)
67. BP = Pro × BK 68. CP = Pro × BK 69. DP = Pro × BK
70. NP = Pr + Pr + Pr + Pr
K × %
NP : Jumlah total kandungan Protein dari setiap bahan pakan
Keterangan :
a. Prop : Hasil penambahan antara PropA dengan PropB
b. BasisB : Pembagian antara PropB dengan Prop dikalikan 100%
c. BasisA : Pembagian antara PropA dengan Prop dikalikan 100%
d. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan A dalam
campuran I
e. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan B dalam
campuran I
f. BasisD : Pembagian antara PropD dengan Prop dikalikan 100%
g. BasisC : Pembagian antara PropC dengan Prop dikalikan 100%
h. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan D dalam
campuran II
i. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan C dalam
campuran II
j. : Pembagian antara PropCamp1 dengan Prop dikalikan 100%
(39)
2.9.6 Implementasi Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan
Menyusun bahan pakan untuk kambing dengan bobot badan 20 Kg. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput gajah, daun singkong, jerami padi, dan tepung ikan.
Cara mengerjakan:
Menentukan kebutuhan ternak berdasarkan Tabel Kebutuhan Nutrisi Kambing (2.1) sebagai berikut:
Jenis ternak : kambing Bobot badan : 50 Kg
Tabel 2.9 Kebutuhan Nutrisi Kambing Empat Bahan Pakan. (Ginting, 2009)
BB (Kg)
PBBH (g)
BK (gram)
Protein (%)
TDN (%)
Ca (%)
P (%)
20.01-30 50.01-75 600 12,39 72 - -
Tabel 2.10 Kandungan Nutrisi Empat Bahan Pakan. (Ginting, 2009)
Bahan Pakan BK
(%)
Protein (%)
TDN (%)
Ca (%)
P (%)
Rumput Gajah 21 10 89 - -
Daun Singkong 23 17 81 - -
Jerami Padi 86 4,4 52 - -
Tepung Ikan 90 44,8 75 - -
Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (rumput gajah dan daun singkong) dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Golongan bahan dalam kriteria TDN yang berdekatan digabungkan, yaitu
golongan pertama rumput gajah dan daun singkong dan golongan kedua adalah jerami padi dan tepung ikan.
(40)
2. Menghitung dengan metode pearson square antara Rumput Gajah dengan Daun Singkong (campuran I)
3.
4.
5. PropB = 17 – 12,39 = 4,61
6. PropA = 10 – 12,39 = 2,39
7. = 65,85 %
8. = 34,14 %
9. Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I:
10. = 58,61 %
11. = 27,66 %
12. = 86,27 %
13.Menghitung campuran II antara Jerami Padi dan Tepung Ikan:
14.
15. = 40,4 %
16.PropD = 44,8 – 12,39 = 32,41
17.PropC = 4,4 – 12,39 = 7,99
10 4,61
12,39
17 2,39
4,4 32,41
12,39
(41)
18. = 80,22 %
19. = 19,77 %
20.Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II:
21. = 41,72 %
22. = 14,83 %
23. = 56,55 %
24.Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan TDN
yaitu 72%:
25. = 29,72 %
26. = 86,27 – = 15,45
27. = 56,55 – = 14,27
28. = 52,29 %
29. = 47,71 %
30.Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum:
31. %
32. = 17,85 %
33. = 38,27 %
34. = 9,43 %
35.Sehingga kandungan BK setiap bahan pakan:
86,27
72
(42)
36. = 206,64 gram
37. = 107,1 gram
38. = 229,62 gram
39. = 56,58 gram
40.Kebutuhan dalam bahan segar atau yang diberikan kepada kambing:
41. = 984 gram
42.
43. = 267 gram
44. = 62,87 gram
45.Pengecekan kandungan TDN:
46.A N = % × , = 183,90 % 47.B N= % × , = 86,75 % 48.C N= % × , = 119,40 % 49.D N = % × , = 42,43 %
50.N N= , + , + , + , × % = 72 %
51.Pengecekan kandungan Protein:
52.AP = % × , = 20,66 % 53.BP = % × , = 18,20 % 54.CP = , % × , = 10,10 % 55.DP = , % × , = 25,34 %
(43)
Tabel 2.11 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun
Bahan Pakan Jumlah BK Protein TDN Ca P
Rumput Gajah 984 - - - - -
Daun Singkong 465,65 - - - - -
Jerami Padi 267 - - - - -
Tepung Ikan 62,87 - - - - -
Kandungan nutrisi ransum - 600 12,39 72 - -
Kebutuhan - 600 12,39 72 - -
Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK, protein serta TDNnya sesuai.
2.10 Analisis Sistem
Menurut Jogiyanto (2010), analisis sistem (system analysis) dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem (system planning) dan sebelum tahap desain sistem (system
design).
2.11 Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Jogiyanto (2010), diagram arus data merupakan diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem. Beberapa simbol yang digunakan dalam penggambaran DFD (Data Flow
(44)
a. Kesatuan Luar (External Entity)
Merupakan kesatuan di luar lingkungan sistem yang dapat berupa orang, organisasi dan sebagainya yang akan memberikan masukan (input) atau menerima keluaran (output) dari sistem.
b. Arus Data (Data Flow)
Menunjukkan arus dari data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem. Arus data ini mengalir diantara proses (process), simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity).
c. Proses (Process)
Merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses.
d. Penyimpanan Data (Data Store)
Merupakan simpanan dari data yang berupa file atau database dari komputer, arsip atau catatan manual.
2.12 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah gambaran pada sistem
dimana di dalamnya terdapat hubungan antara entity beserta relasinya. Model ER adalah persepsi terhadap dunia nyata sebagai terdiri objek-objek dasar yang disebut entitas dan keterhubungan (relationship) antar entitas-entitas itu. Konsep paling dasar di model ER adalah entitas, relationship dan atribut.
Model ER penting dalam perancangan basis data. Model ER menyediakan konsep-konsep berguna yang mementingkan bergerak dari deskripsi-deskripsi informal apa yang diinginkan pemakai terhadap basisdata
(45)
menuju deskripsi-deskripsi lebih rinci dan presisi yang dapat diimplementasikan DBMS.
Menurut Marlinda (2004), Atribute adalah kolom di sebuah relasi. Macam-macam atribute yaitu :
a. Simple Atribute
Atribute ini merupakan atribute yang unik dan tidak dimiliki oleh atribute
lainnya, misalnya entity mahasiswa yang atribute-nya NIM. b. Composite Atribute
Composite atribute adalah atribute yang memiliki dua nilai harga, misalnya
nama besar (nama keluarga) dan nama kecil (nama asli).
c. Single Value Atribute
Atribute yang hanya memiliki satu nilai harga, misalnya entity mahasiswa
dengan atribute-nya umur (tanggal lahir).
d. Multi Value Atribute
Multi value atribute adalah atribute yang banyak memiliki nilai harga,
misalnya entity mahasiswa dengan atribute-nya pendidikan (SD, SMP, SMA).
e. Null Vallue Atribute
Null value atribute adalah atribute yang tidak memiliki nilai harga, misalnya entity tukang becak dengan atribute-nya pendidikan (tanpa memiliki ijazah).
Sedangkan relasi adalah hubungan antar entity yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan pemetaan antar entity.
(46)
Komponen utama pembentuk ER Model adalah : a. Entity
Entity adalah segala hal nyata maupun abstrak yang berhubungan dengan masukan dan keluaran data. Contoh: Mahasiswa, matakuliah, dan sebagainya.
Gambar 2.1 Simbol Entity
b. Attribute
Attribute adalah identifikasi dari suatu entitas atau entity. Contoh: Entity
mahasiswa mempunyai attribute NIM, Nama, dan seterusnya. c. Relationship
Relation yang berisi komponen himpunan entitas don himpunan relasi yang
masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang mempresentasikan
seluruh fakta dari ‘dunia’ yang kita tinjau, dapat digambarkan dengan lebih
sistematis menggunakan Diagram Entity Relationship (Diagram ER). Macam-macam relasi itu sendiri antara lain:
1. One to One (1:1)
Relasi dari entity satu dengan entity dua adalah satu berbanding satu. Contoh: Pada pelajaran privat, satu guru mengajar satu siswa dan satu siswa hanya diajar oleh satu guru.
Guru Siswa
(47)
Gambar 2.2 Relasi One to One 2. One to Many (1: m)
Relasi antara entity yang pertama dengan entity yang kedua adalah satu berbanding banyak atau dapat pula dibalik, banyak berbanding satu. Contoh: Pada sekolah, satu guru mengajar banyak siswa dan banyak siswa diajar oleh satu guru.
Gambar 2.3 Relasi One to Many
3. Many to Many (m : m)
Relasi antara entity yang satu dengan entity yang kedua adalah banyak berbanding banyak. Contoh: Pada perkuliahan, satu dosen mengajar banyak mahasiswa dan satu mahasiswa diajar oleh banyak dosen pula.
Gambar 2.4 Relasi Many to Many
Entity Relationship Diagram ini diperlukan agar dapat menggambarkan
hubungan antar entity dengan jelas, dapat menggambarkan batasan jumlah entity dan partisipasi antar entity, mudah dimengerti pemakai dan mudah disajikan oleh perancang database. Untuk itu Entity Relationship Diagram dibagi menjadi dua jenis model, yaitu:
Dosen Mahasiswa
(48)
a. Conceptual Data Model (CDM)
Conceptual Data Model (CDM) adalah jenis model data yang
menggambarkan hubungan antar tabel secara konseptual.
b. Physical Data Model (PDM)
Physical Data Model (PDM) adalah jenis model data yang menggambarkan
hubungan antar tabel secara fisikal.
2.13 Design System
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran yang jelas apa yang harus dikerjakan. Kemudian memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut. Menurut Jogiyanto (2010), desain sistem dapat diartikan sebagai berikut :
a. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem.
b. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional.
c. Persiapan untuk rancang bangun implementasi.
d. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk.
e. Berupa gambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari
beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.
f. Menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan
perangkat keras dari suatu sistem.
(49)
Siklus Hidup Pengembangan Sistem atau Software Development Life
Cycle (SDLC) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses
pembuatan atau pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut.
Menurut McLeod dan Schell (2008), siklus hidup pengembangan sistem dirancang untuk menanggulanggi masalah yang timbul pada proyek berskala besar yang melibatkan banayak pemakai dan memerluka banyak waktu dalam pengembangan analisis dan pemrograman.
Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: requirement elicitation (elisitasi kebutuhan), requirements analysis (analisis kebutuhan), software design (perancangan sistem), software construction (penulisan kode program), software
testing (uji coba aplikasi) dan implementation (instalasi).
2.14.1 Requirements Elicitation
Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem (Sommerville dan Sawyer, 2011). Sejalan dengan proses rekayasa kebutuhan secara keseluruhan, elisitasi kebutuhan bertujuan untuk (Leffingwell dan Widrig, 2015):
a. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali
batasan-batasan sistem.
(50)
c. Mengenali tujuan dari sistem yaitu sasaran-sasaran yang harus sistem selesaikan.
2.14.2 Requirements Analysis
Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, analisis kebutuhan mencakup pekerjaan-pekerjaan penentuan kebutuhan atau kondisi yang harus
dipenuhi dalam suatu produk baru atau perubahan produk, yang
mempertimbangkan berbagai kebutuhan yang bersinggungan antar berbagai pemangku kepentingan. Kebutuhan dari hasil analisis ini harus dapat dilaksanakan, diukur, diuji, terkait dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi, serta didefinisikan sampai tingkat detail yang memadai untuk desain sistem.
2.14.3 Software Design
Perancangan sistem dijelaskan sebagai proses mendefinisikan arsitektur, kompenen, antarmuka, dan karakteristik lain dari sistem (IEEE Computer Society, 2004). Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian kompurisasi yang dimaksud, mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung konsistensi terhadap kriteria yang ada, serta mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam membangun aplikasi.
2.14.4 Software Construction
Software Construction (SC) menurut IEEE Computer Society (2004)
(51)
pengerjaannya, yang berarti software melalui kombinasi dari koding, verifikasi,
unit testing, testing terintregasi dan debugging.
2.14.5 Software Testing and Implementation
Testing adalah suatu proses yang dibuat sedemikian rupa untuk
mengidentifikasikan adanya ketidaksesuaian suatu hasil sebuah sistem informasi dengan apa yang diharapkan (IEEE Computer Society. 2004). Tujuan dari testing adalah untuk memastikan kualitas dari suatu produk apakah sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan dan untuk memastikan/menjaga (quality assurance) mutu suatu produk. Testing dibagi menjadi beberapa tahap, dimulai dari Software
Testing Fundamentals yang melingkupi definisi dasar tentang testing dan
hubungannya dengan kegiatan lain. Tahap kedua adalah Test Levels yang dibagi menjadi dua topik, yaitu daftar pembagian level testing dan testing untuk kondisi tertentu. Tahap ketiga adalah Test Techniques yang menjelaskan teknik-teknik
testing yang dapat digunakan. Tahap keempat adalah Tes-related Measures yang
menjelaskan ukuran-ukuran pencapaian untuk dapat dievaluasi kembali. Tahap terakhir adalah Test Process yang menjelaskan tentang aktivitas testing.
Pengujian non-functional dan functional harus dilakukan untuk meyakinkan kecukupan pengujian. Pengujian non-functional berdasarkan analisis struktural cenderung untuk menemukan kesalahan selama pengkodean program, sementara pengujian functional berdasarkan analisis fungsional cederung akan menemukan kesalahan dalam pengimplementasian kebutuhan.
Pengujian functional memastikan bahwa semua kebutuhan-kebutuhan telah dipenuhi dalam sistem aplikasi. Dengan demikian fungsi-fungsinya adalah
(52)
tugas-tugas yang didesain untuk dilaksanaan sistem. Pengujian functional tidak berkonsentrasi pada bagaimana prosesnya terjadi, tetapi pada hasil dari proses.
Pengujian non-functional menitikberatkan pada pemastian kecukupan pengujian implementasi dari suatu fungsi. Walaupun digunakan selama pengkodean, analisis struktural harus digunakan dalam semua unsur dalam SDLC dimana perangkat lunak direpresentasikan secara formal dalam bahasa algoritma, desain atau kebutuhan. Tujuan dari pengujian non-functional adalah untuk memperkirakan implementasi dengan cara menemukan data pengujian yang mewakili ruang lingkup dari struktur-struktur yang ada dalam aplikasi yang diimplementasikan.
(53)
48
3.1 Analisis Sistem
Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Sistem Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto. Dalam analisis sistem ini akan dilakukan identifikasi masalah dan analisis permasalahan yang ada, kemudian akan dilakukan analisis kebutuhan dan selanjutnya akan dilakukan perancangan sistem sebagai solusi permasalahan tersebut.
3.1.1 Analisis Permasalahan
Peternakan Nyoto merupakan peternakan yang bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan kambing yang memiliki tidak kurang sekitar 200 kambing. Salah satunya yaitu kambing etawa, kambing kacang, dan kambing blingon/jawa randu. Dalam memenuhi kebutuhan daging kambing, Peternakan Nyoto memerlukan kambing dengan pemeliharaan dan penggemukan kambing yang baik dan tepat.
Proses bisnis Peternakan Nyoto dimulai dari pemilik peternakan melakukan pengadaan kambing dengan membeli kepada supplier, setelah melakukan pengadaan kambing, manajer peternakan melakukan pencatatan kambing serta fungsi pemantauan, selain melakukan pencatatan serta fungsi pemantauan kambing manajer peternakan juga melakukan penjualan kambing
(54)
kepada pelanggan. Pegawai peternakan bertugas untuk melakukan pemberian pakan, penghitungan bobot, dan mengawinkan kambing.
Pada Peternakan Nyoto saat ini belum terdapat sistem yang dapat melakukan proses penyusunan formulasi pakan kambing secara tepat dan efisien. Seringkali untuk mendapatkan informasi, peternak harus turun langsung ke pos penampungan untuk melihat kondisi kambing. Untuk melakukan penyusunan formulasi pakan membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya terkadang kurang tepat maka hal demikian dirasakan kurang efisien dan tidak efektif.
Berikut adalah proses bisnis saat ini pada Peternakan Nyoto dapat digambarkan dalam document flow yang ditunjukkan pada gambar 3.1
SUPPLIER PEMILIK PETERNAKAN MANAJER PETERNAKAN PEGAWAI PETERNAKAN PELANGGAN
PENGADAAN KAMBING
PENGADAAN KAMBING
MULAI
PENGADAAN KAMBING
PENCATATAN KAMBING
PEMANTAUAN KAMBING
PENJUALAN KAMBING
PEMBERIAN PAKAN
PENCATATAN
KAMBING PENGHITUNGAN
BOBOT
MENGAWINKAN KAMBING
PENJUALAN KAMBING
SELESAI
NOTA PENJUALAN
NOTA PENJUALAN
Gambar 3.1 Document flow pada Peternakan Nyoto
Sistem yang baru diperlukan untuk mengatasi penentuan jumlah bahan pakan pada Peternakan Nyoto. Sistem yang baru diharapkan dapat membantu Peternakan Nyoto dalam menentukan jumlah bahan pakan yang harus disediakan.
(55)
3.1.2 Analisis Kebutuhan
Dari uraian identifikasi masalah diatas, Peternakan Nyoto mengalami permasalahan dalam menentukan jumlah bahan pakan yang sesuai dengan nutrisi dari tiap-tiap kambing.
Dalam permasalahan ini, maka Peternakan Nyoto membutuhkan suatu sistem yang dapat menghitung :
1. Komposisi bahan pakan yang diberikan pada kambing dari kombinasi dua bahan pakan
2. Komposisi bahan pakan yang diberikan pada kambing dari kombinasi tiga bahan pakan
3. Komposisi bahan pakan yang diberikan pada kambing dari kombinasi empat bahan pakan
Untuk membantu menentukan komposisi bahan pakan dapat menggunakan metode Pearson Square. Metode Pearson Square ini menggunakan informasi dari data kebutuhan nutrisi kambing serta informasi nutrisi dari bahan pakan untuk dapat menghitung komposisi dua, tiga, dan empat bahan pakan.
3.3 Perancangan Sistem
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat dirancang sebuah solusi model pengembangan sistem yang akan menjadi dasar dalam perancangan sistem selanjutnya. Secara umum model pengembangan tersebut digambarkan dalam
(56)
INPUT
DATA BOBOT KAMBING
DATA KEBUTUHAN NUTRISI KAMBING
DATA NUTRISI BAHAN PAKAN KAMBING
PROSES
PILIH DATA BOBOT KAMBING
PILIH DATA KEBUTUHAN NUTRISI KAMBING
PILIH DATA NUTRISI BAHAN PAKAN
KAMBING
PENYUSUNAN FORMULASI
RANSUM
OUTPUT
HASIL FORMULASI Dua BAHAN PAKAN
HASIL FORMULASI Tiga BAHAN PAKAN
HASIL FORMULASI Empat BAHAN
PAKAN
Gambar 3.2 Block Diagram
Berdasarkan gambar block diagram tersebut, maka dapat dijelaskan input, proses, dan output, untuk jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut: a. Input
1. Data Bobot Kambing
Berisi data-data bobot kambing yang dibutuhkan oleh manajer peternakan 2. Data Kebutuhan Nutrisi Kambing
Berisi data-data kebutuhan nutrisi kambing yang dibutuhkan oleh manajer peternakan
3. Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Berisi data-data nutrisi bahan pakan kambing yang dibutuhkan oleh manajer peternakan
b. Proses
1. Memilih Data Bobot Kambing
Manajer peternakan bertugas memilih data bobot kambing 2. Memilih Data Kebutuhan Nutrisi Kambing
(57)
Manajer peternakan bertugas memilih data kebutuhan nutrisi kambing 3. Memilih Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Manajer peternakan bertugas memilih data nutrisi bahan pakan kambing 4. Meyusun Formulasi Ransum
Manajer peternakan bertugas memilih formulasi ransum yang akan digunakan untuk menyusun kombinasi bahan pakan kambing
c. Output
1. Komposisi Jumlah Bahan Pakan dari Kombinasi dua Bahan Pakan
Manajer peternakan memperoleh hasil formulasi ransum dari kombinasi dua bahan pakan
2. Komposisi Jumlah Bahan Pakan dari Kombinasi tiga Bahan Pakan
Manajer peternakan memperoleh hasil formulasi ransum dari kombinasi tiga bahan pakan
3. Komposisi Jumlah Bahan Pakan dari Kombinasi empat Bahan Pakan
Manajer peternakan memperoleh hasil formulasi ransum dari kombinasi empat bahan pakan
Untuk dapat menjalankan sistem yang dibuat untuk diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu. Adapun kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak unutk sistem ini adalah sebagai berikut: a. Analisis Kebutuhan perangkat Keras
Daftar kebutuhan perangkat keras pada penggunaan Rancang Bangun Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing, memiliki spesifikasi minimal:
1. Kapasitas Random Access Memory (RAM) 2024 MB.
(58)
3. Harddisk minimal berkapasitas 80 Gb.
4. VGA Card 512 MB On Board.
5. Printer untuk mencetak data yang diperlukan.
b. Analisis kebutuhan perangkat lunak
Daftar kebutuhan perangkat lunak untuk pengembangan aplikasi, memiliki spesifikasi minimal:
1. Sistem Operasi Microsoft Windows XP.
2. Microsoft SQL Server 2005.
3. Microsoft .NET Framework 4.0
4. Visual Studio 2005
3.3.1 System Flow
Di bawah ini adalah system flow dari aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto. System flow dapat dilihat pada gambar 3.6.
a. System flow mengelola data master user
System flow mengelola data master user dimulai ketika manajer peternakan
memasukkan data user ke dalam aplikasi pada form master user, selanjutnya manajer memasukkan data user pada form master user. Manajer memasukkan data user baru dan klik tombol simpan, aplikasi menyimpan data user baru. b. System flow mengelola data master pakan kebutuhan nutrisi
System flow mengelola data master pakan kebutuhan nutrisi dimulai ketika
manajer peternakan memasukkan data kebutuhan nutrisi ke dalam aplikasi pada form master pakan kebutuhan nutrisi, selanjutnya manajer memasukkan data kebutuhan nutrisi pada form master pakan kebutuhan nutrisi. Manajer
(59)
memasukkan data kebutuhan nutrisi baru dan klik tombol simpan, aplikasi menyimpan data kebutuhan nutrisi baru.
ADMIN APLIKASI
Apakah Username dan password sudah
benar? Memberi Otentifikasi Pada Pengguna YA Username dan Password MULAI Menampilkan Pesan “Username dan Password Salah” Selesai Database User Otentifikasi Login Pengguna Database User TIDAK
Data User Baru Database
User Data User
Menampilkan Data User Simpan Data User Memilih Menu Master User Menampilka n Pesan
Gambar 3.3 System Flow Mengelola Data Master User
ADMIN APLIKASI
Apakah Username dan password sudah
benar? Memberi Otentifikasi Pada Pengguna YA Username dan Password MULAI Menampilkan Pesan “Username dan Password Salah” Selesai Database kebutuhan nutrisi Otentifikasi Login Pengguna Database User TIDAK
Data kebutuhan nutrisi Baru Database kebutuhan nutrisi Data kebutuhan nutrisi Menampilkan Data kebutuhan nutrisi Simpan Data kebutuhan nutrisi Memilih Menu Master Pakan Menampilka n Pesan
(60)
c. System flow mengelola data master pakan nutrisi bahan
System flow mengelola data master pakan nutrisi bahan dimulai ketika manajer
peternakan memasukkan data nutrisi bahan ke dalam aplikasi pada form master pakan nutrisi bahan, selanjutnya manajer memasukkan data nutrisi bahan pada
form master pakan nutrisi bahan. Manajer memasukkan data nutrisi bahan baru
dan klik tombol simpan, aplikasi menyimpan data nutrisi bahan baru.
ADMIN APLIKASI
Apakah Username dan password sudah
benar? Memberi Otentifikasi Pada Pengguna YA Username dan Password MULAI Menampilkan Pesan “Username dan Password Salah” Selesai Database nutrisi
bahan Otentifikasi Login Pengguna Database User TIDAK
Data nutrisi bahan
baru Database
nutrisi bahan
Data nutrisi bahan
Menampilkan Data nutrisi
bahan Simpan Data nutrisi bahan Memilih Menu Master Pakan Menampilka n Pesan
Gambar 3.5 System Flow Mengelola Data Master Pakan Nutrisi Bahan
d. System Flow Transaksi
System flow aplikasi dimulai ketika manajer peternakan memasukkan username
dan password, sistem akan melakukan otentifikasi pengguna berdasarkan
database user yang telah disimpan sebelumnya, apabila username dan password salah, maka sistem akan menampilkan pesan “username dan password salah” dan sistem akan mengembalikan proses untuk memasukkan username dan password kembali. Apabila username dan password yang
(61)
dimasukkan sudah benar, maka user akan lansung dapat memilih tab
transaction, memilih data kebutuhan nutrisi, sistem akan menampilkan data
kebutuhan nutrisi kambing dan langkah selanjutnya user memilih data nutrisi bahan pakan, sistem akan menampilkan data bahan pakan yang telah dipilih minimal dua dan maksimal empat bahan pakan. Sistem akan melakukan proses formulasi pakan dan hasil formulai pakan akan tampil pada layar, sistem menampilkan hasil formulasi pakan pada layar, selanjutnya user juga dapat mencetak hasil formulasi tersebut, sehingga dapat diberikan kepada pegawai agar dapat segera dilakukan pencampuran bahan pakan.
KEPALA PETERNAKAN APLIKASI
Apakah Username dan password sudah
benar? Memberi Otentifikasi Pada Pengguna YA
Memilih Dua atau Tiga atau Empat Bahan Pakan Username dan Password MULAI Menampilkan Pesan “Username dan Password Salah” Database Nutrisi Bahan Pakan Kambing Otentifikasi Login Pengguna Database User TIDAK Memilih Kebutuhan Nutrisi Kambing Database Kebutuhan Nutrisi Formulasi Bahan Pakan Hasil Formulasi Bahan Pakan Memilih Data kebutuhan Nutrisi Memilih Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing Cetak Hasil Formulasi Menampilkan Data Kebutuhan Nutrisi Menampilkan Nutrisi Bahan Pakan Komposisi Bahan Pakan Menampilka n Pesan PEGAWAI PETERNAKAN Komposisi Bahan Pakan Selesai Mencampur Komposisi Bahan Pakan Pemberian Bahan Pakan kepada Kambing
Gambar 3.6 System Flow Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Etawa Peternakan Nyoto
(62)
3.3.2 Context Diagram
Pada context diagram aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing PE ini terdapat dua buah entitas, yaitu bagian kepala peternakan dan pemilik peternakan. Pada sistem ini, Kepala Peternakan mengurusi data bobot kambing, kebutuhan nutrisi, nutrisi bahan pakan, dan pakan penyusun formulasi. Kepala Peternakan mendapatkan detail formulasi ransum dari sistem, sistem mengolah
input yang berasal dari Kepala Peternakan. Pegawai peternakan mendapatkan
laporan formulasi pakan. Laporan tersebut yang dibutuhkan pegawai peternakan untuk mencampurkan bahan pakan dari formulasi dua, tiga, dan empat bahan pakan.
Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing Data PBBH
Data Bobot Kambing
Data Formulasi empat Pakan Data Formulasi Tiga Pakan Data Formulasi Dua Pakan Data Formulasi Pakan
Data Master Pakan Nutrisi Bahan Data Master Pakan Kebutuhan Nutrisi
Data Master User
Memilih Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Report Formulasi Empat Bahan Pakan Report Formulasi Tiga Bahan Pakan
Report Formulasi Dua Bahan Pakan Memilih Data PBBH Memilih Data Bobot Kambing
0
Rancang Bangun Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Etawa
+
Kepala Peternakan
Pegawai Peternakan Admin
Gambar 3.7 Context Diagram Rancang Bangun Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Etawa
(63)
Pada context diagram di atas, terdapat satu proses yaitu Aplikasi Pengoptimalan Pakan Kambing Peranakan Etawa dengan tiga entitas, yaitu:
a. Entitas Admin
Entitas admin berperan sebagai pengelola data-data master, seperti data master user, data master pakan kebutuhan nutrisi, dan data master pakan nutrisi bahan ke sistem.
b. Entitas Kepala Peternakan
Entitas kepala peternakan berperan sebagai pemberi data bobot kambing, data PBBH, data nutrisi bahan pakan kambing, data formulasi dua pakan, data formulasi tiga pakan, dan data formulasi empat pakan ke sistem. Entitas kepala peternakan menerima data bobot kambing, data PBBH, data formulasi pakan, dan data nutrisi bahan pakan kambing dari sistem.
c. Entitas Pegawai Peternakan
Entitas pegawai peternakan berperan sebagai penerima report data formulasi dua bahan pakan, data formulasi tiga bahan pakan, dan data formulasi empat bahan pakan dari sistem.
3.3.3 Diagram Berjenjang Proses
Diagram berjenjang proses berguna sebagai alat desain dan teknik dokumentasi dalam siklus pengembangan sistem yang berbasis pada fungsi. Tujuan dari diagram jenjang proses adalah dapat memberikan informasi mengenai fungsi-fungsi yang ada di dalam sistem tersebut. Rancang bangun aplikasi pengoptimalan komposisi pakan kambing PE memiliki dua sub proses yang meliputi mengelola master, mengelola formulasi ransum, dan mencetak hasil
(64)
formulasi ransum. Untuk lebih jelasnya, diagram berjenjang proses formulasi pakan kambing PE dapat dilihat pada gambar 3.8.
1.1 Master User 1.2 Master Kebutuhan Nutrisi 1.3 Master Nutrisi Bahan 2.1 Memilih Kebutuhan Nutrisi 0 Aplikasi Pengoptimalan Pakan Kambing PE 2 Transaksi 1 Mengelola Master 2.2 Memilih Komposisi Bahan Pakan 2.4 Cetak Hasil Formulasi 2.3 Formulasi Bahan Pakan
Gambar 3.8 Diagram Berjenjang Proses
3.3.4 Data Flow Diagram (DFD)
Penggambaran sistem menggunakan data flow diagram (DFD) dimulai dari context diagram seperti dapat dilihat pada gambar 3.7. Dari context diagram dapat didekomposisi lagi menjadi level yang lebih rendah (lowest level) untuk menggambarkan sistem lebih rinci.
Data Flow Diagram (DFD) level 0 merupakan hasil dekomposisi dari context diagram untuk mengetahui lebih detil proses-proses yang berjalan di
Aplikasi Pengoptimalan Pakan Kambing Peranakan Etawa. DFD Level 0 aplikasi dapat dilihat pada gambar 3.9.
Pada gambar 3.9 terdapat dua proses utama yaitu pengelolaan data master, dan transaksi. Proses pengelolaan data master menerima masukan data master user, data master pakan kebutuhan nutrisi, dan data master pakan nutrisi bahan dari entitas kepala peternakan yang akan disimpan ke data store master
(65)
user, master kebutuhan nutrisi, dan master nutrisi bahan. Proses transaksi
menerima masukan data bobot kambing, data PBBH, data nutrisi bahan pakan kambing, data formulasi dua pakan, data formulasi tiga pakan, dan data formulasi empat pakan dari entitas kepala peternakan. Proses transaksi juga menerima daftar kebutuhan nutrisi dari data store master kebutuhan nutrisi, daftar nutrisi bahan dari data store master nutrisi bahan. Proses transaksi memberikan data PBBH, data nutrisi bahan pakan kambing, data bobot kambing, dan data formulasi pakan kepada entitas kepala peternakan. Proses transaksi juga memberikan report formulasi dua bahan bahan pakan, formulasi tiga bahan bahan pakan, dan formulasi empat bahan bahan pakan kepada entitas pegawai peternakan.
Data User
Daftar Kebutuhan Nutrisi Daftar Nutrisi Bahan
Report Formulasi Dua Bahan Pakan Report Formulasi Tiga Bahan Pakan Report Formulasi Empat Bahan Pakan
Data Formulasi Tiga Pakan Data Formulasi Dua Pakan
Data Formulasi empat Pakan
Data Formulasi Pakan Memilih Data Bobot Kambing Memilih Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing Data Nutrisi Bahan Pakan Kambing
Memilih Data PBBH Data PBBH
Data Bobot Kambing Record Data Nutrisi Bahan
Record Data Kebutuhan Nutrisi
Record Data Master User
Data Master Pakan Nutrisi Bahan Data Master Pakan Kebutuhan Nutrisi
Data Master User
Kepala Peternakan Admin Pegawai Peternakan 1 Mengelola Master + 2 Transaksi +
1 Master User
2 Master Kebutuhan Nutrisi
3 Master Nutrisi Bahan
Gambar 3.9 DFD Level 0 Rancang Bangun Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Etawa
(1)
132
3. Pemberian pakan dengan metode coba-coba (manual) menggunakan empat bahan pakan, yaitu rendeng kangkung sebanyak 400 gram, jagung sebanyak 250 gram, kopra sebanyak 100 gram, dan polar sebanyak 50 gram pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, diperoleh data pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 20-36 gram per hari per ekor
4. Pemberian pakan dengan metode Pearson Square (aplikasi) menggunakan dua bahan pakan, yaitu kaliandra sebanyak 1.1 Kg dan sengon laut sebanyak 195 gram pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, diperoleh data pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 25-50 gram per hari per ekor
5. Pemberian pakan dengan metode Pearson Square (aplikasi) menggunakan tiga bahan pakan, yaitu jagung sebanyak 3.7 Kg, jagung kopra sebanyak 192 gram, dan polar sebanyak 738 gram pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, diperoleh data pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 50-75 gram per hari per ekor
6. Pemberian pakan dengan metode Pearson Square (aplikasi) menggunakan empat bahan pakan, yaitu rendeng kangkung sebanyak 984 gram, jagung sebanyak 465 gram, kopra sebanyak 267 gram, dan polar sebanyak 63 gram pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, diperoleh data pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 75-100 gram per hari per ekor
Pemberian pakan dengan metode coba-coba (manual) pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, menghasilkan pertambahan bobot badan (PBBH) sebesar 20-36 gram per ekor per hari. Rata-rata PBBH terbesar diperoleh oleh kambing dengan empat bahan pakan sebesar 33.35 gram, sedangkan pemberian
(2)
133
pakan dengan metode Pearson Square pada kambing dengan berat antara 10-13 Kg, menghasilkan PBBH sebesar 25-100 gram per ekor per hari. Rata-rata PBBH terbesar diperoleh oleh kambing dengan empat bahan pakan sebesar 88.71 gram.
Selisih rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang didapatkan peternak apabila menggunakan aplikasi adalah sebesar 5-64 gram per hari. Data pertambahan bobot badan harian (PBBH) selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dua sampai lampiran tujuh.
(3)
134
Gambar 4.63 Perbandingan Manual dan Aplikasi Pengoptimalan Komposisi Pakan
(4)
135 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba dan evaluasi yang telah dilakukan terhadap aplikasi ini, maka kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Aplikasi dapat menghasilkan informasi kebutuhan nutrisi kambing peranakan etawa dan menghasilkan informasi kandungan nutrisi bahan pakan sesuai dengan target pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang diinginkan. 2. Aplikasi dapat menghasilkan informasi komposisi bahan pakan yang telah
diformulasikan sesuai dengan target pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang diinginkan.
3. Berdasarkan hasil uji coba pada bab empat diketahui bahwa menggunakan pencampuran empat bahan pakan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) lebih optimal.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya apabila ingin mengembangkan sistem yang telah dibuat ini agar menjadi lebih baik adalah:
1. Aplikasi dapat menghitung biaya pakan hasil formulasi menggunakan Metode Pearson Square.
2. Aplikasi dapat mencatat sisa hasil pakan sehingga diperoleh data PBBH yang lebih valid.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Crama, Y, dan Schyns, M. 2001. "Simulated Annealing for Complex Portfolio Selection Problems." with Simulated Annealing", J. Econometrics. Turkey: Bogazici University.
Ginting, Simon P. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pakan Dalam Usaha Ternak Kambing. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Handoyo, S. Rianto. 2012. Kiat Sukses Beternak Kambing Peranakan Etawa.
Yogyakarta: Lily Publisher.
IEEE Computer Society. 2004. Guide to the Software Engineering Body of Knowledge. California: The Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc.
Jogiyanto, H.M. 2010. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek. Yogyakarta: Andi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (http://kbbi.web.id/optimal), diakses pada 26 agustus 2015.
Ledesma, Sergio. et al. 2008. Practical Considerations for Simulated Annealing Implementation. Austria: University Library Rijeka.
Leffingwell, Dean dan Widrig, Don. 2015. Managing Software Requirements: An Unified Approach. Canada: Addison-Wesley.
Marlinda, Linda. 2004. Sistem Basis Data. Yogyakarta: Andi Offset.
McLeod, Raymond dan Schell, George. 2008. Management Information Systems. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
National Research Council. 2001. Nutrient Requirements for Dairy Cattle 7th rev edition. Washington DC: National Academy Press.
Pressman, RS. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu). Yogyakarta: Andi.
Redaksi Agromedia. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
(6)
Siregar, Sori Basya. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soedjana, Tjeppy D. 2011. Peningkatan Konsumsi Daging Ruminansia Kecil Dalam Rangka Diversifikasi Pangan Daging Mendukung PSDSK 2014. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Sommerville, Ian dan Sawyer, Pete. 2011. Requirements Engineering: A Good Practice Guide. England: Willey.
Technical Bulletin No.16. Formulation of Rations for Sheep and Goats. (http://www.ESGPIP.org), diakses pada 29 september 2013.
Utomo, R. 2003. Penyediaan Pakan di Daerah Tropik: problematika, Kontinuitas, dan Kualitas. Yogyakarta.
Whitten, J.L., Dittman, K.C., dan Bentley, L.D. 2007. Metode desain dan analisa Sistem. Yogyakarta: Andi Offset.