MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA DI PETERNAKAN BUMIKU HIJAU YOGYAKARTA

(1)

commit to user

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA DI PETERNAKAN BUMIKU HIJAU YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Oleh :

HENRY NUGROHO H3408019

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa sebagai seorang akedemisi dituntut untuk menguasai ilmu yang sedang dipelajari. Sebagaian besar ilmu yang diperoleh mahasiswa berasal dari bangku perkuliahan dimana perlunya inisiatif dan kreatifitas dari mahasiswa karena sistem pembelajaran di bangku kuliah adalah belajar secara mandiri. Seringkali ilmu yang didapat di bangku kuliah adalah ilmu yang berkaitan dengan teori-teori, sehingga kadangkala berbeda dengan apa yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.

Mahasiswa yang merupakan calon sarjana juga dituntut untuk mengetahui ilmu secara langsung baik teori maupun praktek yang berupa pengalaman di lapangan. Praktek dapat diperoleh melalui praktikum di laboraturium maupun melalui praktek secara langsung di masyarakat dengan melakukan kegiatan magang. Kegiatan magang diharapkan menjadi sarana untuk belajar mahasiswa dalam menerapkan teori yang dipelajari diperkuliahan. Karena dalam kegiatan magang selain dapat menerapkan ilmu yang dipelajari secara nyata dimana banyak variabel factor yang berpengaruh,

mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja

dilingkungan yang baru dan bagaimana berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat perusahaan.

Pemilihan kegiatan magang di Peternakan Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang usaha peternakan terutama manajemen pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa. Aspek-aspek yang akan dikaji antara lain penyediaan bakalan, tatalaksana perkandangan, tatalaksana pemberian pakan, penanganan kesehatan, teknik pengolahan limbah, manajemen organisasi, usaha dan pemasaran susu kambing. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman melalui kegiatan magang mahasiswa di Peternakan Kambing Etawa Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta.


(3)

commit to user B. Tujuan Magang

1. Tujuan umum

a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan

mengenali kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan secara luas.

b. Meningkatkan pemahaman kepada mahasiswa mengenai hubungan

antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke masyarakat.

c. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja

yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta memecahkan masalah yang ada dalam kegiatan di bidang peternakan.

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui secara langsung kondisi umum Peternakan Kambing

Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta.

b. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan yang ada di Peternakan Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta.

C. Manfaat Magang

- Mengetahui kesesuaian dan penerapan ilmu yang dipelajari di lapangan.

- Mengetahui faktor-faktor eksternal di lapangan yang mempengaruhi

pengaplikasian teori ilmu.

- Menambah pengalaman dan ketrampilan kerja.

- Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam

lingkungan perusahaan.

- Mampu menganalisis permasalahan dan kendala dalam pengelolaan dan pengembangan usaha peternakan.


(4)

(5)

commit to user II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kambing Peranakan Etawa

Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003). Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing. Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.

Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk


(6)

commit to user

memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.

B. Tatalaksana Penyediaan Pakan

Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan. Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut. Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan. Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput. Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).

Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).

C. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993). Sistem pemeliharaan


(7)

commit to user

secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari.

(Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu.

(Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.

D. Tatalaksana Pengolahan Limbah

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sampah dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan menguntungkan secara ekonomis. Teknologi yang dapat digunakan dalam penanganan masalah sampah antara lain adalah pemanfaatan mikroorganisme sebagai upaya untuk mempercepat proses

dekomposisi sampah khususnya sampah organik menjadi pupuk organik.


(8)

commit to user

atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil,

guano, tepung tulang, limbah ternak dan lain sebagainya (Murbandono, 1988).

Pupuk organik merupakan pupuk yang memiliki senyawa organik dengan perbandingan C atau N yang ada dalam tanah dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan perbandingan seimbang banyak mikroorganisme yang mati dan terurai kembali menjadi unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah. Pupuk organik mempunyai kompisisi unsur hara yang lengkap tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Tetapi sesuai dengan namanya, pupuk organik

termasuk pupuk yang mempunyai kandungan bahan organik yang cukup

tinggi. Pada umumnya pupuk organik mengandung N, P, K dalam jumlah yang rendah tetapi bisa memasok unsur hara mikro essensial. Sebagai bahan pembenah tanah bahan organik dan pupuk kandang mempunyai kontribusi dalam mencegah erosi, pergerakan tanah, dan memperbaiki struktur tanah. Bahan organik juga memacu perkembangan bakteri dalam biota tanah. Jika dibandingkan dengan pupuk buatan yang mengandung satu nutrisi saja

bertolak belakang dengan pupuk organik yang beragam dan seimbang

(Murbandono, 1988).

Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk

organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh kompos

merupakan contoh pupuk organikpadat yang dibuat dari bahan organik padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thil urine adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun

urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik


(9)

commit to user E. Tatalaksana Pemasaran

Persepsi konsumen dari hasil studi Sodiq, 2002 memperlihatkan tentang posisi susu kambing yang semakin penting di masyarakat. Dari hasil wawancara tersebut, bahwa sebagian besar konsumen memanfaatkan susu kambing sebagai obat (56,3%) selebihnya untuk menambah daya tahan tubuh (31,2%) dan sebagai aprodisiak (12,5%). Susu kambing lebih dikenal sebagai penawar penyakit tertentu disamping sebagai sumber gizi. Konsumen beranggapan bahwa susu kambing bermanfaat sebagai penawar gatrointestinal, penyakit pernafasan (asma, TBC, bronkhitis) sebagai aprodisiak dan untuk menjaga kondisi kesehatan. Dari uji organoleptik menunjukan bahwa susu kambing cukup digemari seperti layaknya susu sapi. Susu kambing mempunyai kandungan total bahan kering (abu) dan lemak lebih tinggi daripada sapi, demikian juga kandungan mineralnya (Ca, P, Ca:P, CI, ,kecuali Fe dan Cu), vitaminnya (vitamin A dan B) serta riboflavin (tabel 1). Total protein, albinum dan globulin serta casein memang rendah, namun non protein nitrogen lebih tinggi pada kambing daripada susu sapi. Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi (3%). Kandungan protein susu kambing hasil analisis ini lebih tinggi yaitu 3,69% (Adnan, 1984).

Dari data yang ada, susu kambing ternyata sangat potensial sebagi sumber protein hewani disamping susu sapi. Bagi anak-anak (bayi) yang alergi terhadap susu sapi, susu kambing dapat menggantikannya. Oleh sebab itu, tepat sekali kalau pemasyarakatn susu kambing dikaitkan dengan program gizi keluarga dalam program posyandu. Di Inggris, susu kambing selain dikonsumsi, juga diolah menjadi berbagai bentuk seperti keju, krim, mentega dan yoghurt (Sodiq, 2002).

Harga yang sangat menarik. Persepsi tersebut diatas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap mahalnya harga susu kambing jika dibandingkan harga susu sapi yang dapat mencapai 10 kali lipat. Harga susu kambing Etawah segar adalah Rp 12.000/liter di Jakarta, sebaliknya harga susu sapi Rp 2000 - 3000,-/liter. Konsumsi Susu Kambing. Akhir-akhir ini


(10)

commit to user

konsumsi susu kambing terus meningkat dari tahun ketahun. Laju peningkatan populasi yang tidak seimbang dengan laju permintaan kambing tersbut akan menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi tersebut. Jika diperkirakan seekor kambing dapat menghasilkan daging seberat 10 kg, laju permintaan daging kambing 6% per tahun dan laju peningkatan populasi kambing sebesar 3% per tahun (Sodiq, 2002).


(11)

commit to user

III METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Magang Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa ini dilaksanakan selama 30 hari, mulai tanggal 21 Februari 2011 sampai 21 Maret 2011 di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta yang terletak di Jl. Ring Road Utara, Pandean, Gondok, Condongcatur Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Peternakan Bumiku Hijau menjalin kerjasama dengan tiga peternak mitra yang memproduksi susu kambing. Kandang A milik pak Nur terletak di desa Argomulyo, Jetis, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kandang B milik pak Budi terletak di Turi, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Dan Kandang C milik bu Caecil terletak di Godean, Yogyakarta.

B. Metode Pelaksanaan 1. Materi

a. Alat

Kandang, tempat pakan, tempat minum, peralatan sanitasi, tempat penampung susu, gelas ukur.

b. Bahan

Kambing laktasi, Hijauan, Wheat Brand, Ampas tahu, Vitamin, obat-obatan, desinfektan, air minum, feed suplement.

2. Metode

a. Persiapan kandang

Membersihkan kandang dari kotoran yang masih tersisa, kemudian

mengumpulkannya pada satu tempat. Penyemprotan desinfektan

secara merata dilakukan setiap awal kambing datang.

b. Pemasukan kambing laktasi.

Melakukan standarisasi pemilihan bibit atau kambing laktasi yang layak dipelihara. Memberikan suntikan vitamin dan obat cacing. Memberikan pakan fermentasi dan air minum.


(12)

commit to user

c. Pemberian pakan dan air minum

Memberi pakan komboran yaitu campuran wheat brand dan polar, Hijauan, dan pakan fermentasi. Pemberian air minum secara ad libitum. Mencuci tempat komboran tiap sebelum pemberian. Mencatat jumlah pakan, vitamin dan obat-obatan yang diberikan tiap hari.

d. Penanganan kesehatan

Memberikan obat cacing setiap kambing datang dan meberikan vitamin dan obat-obatan sesuai program dan kondisi kambing. Melakukan sanitasi dan kebersihan kandang setiap hari. Melakukan pemotongan kuku tiga bulan sekali dan memandikan kambing seminggu sekali.

e. Pencatatan / Recording

Mencatat jumlah pakan, vitamin, obat-obatan yang diberikan dan mencatat produksi susu tiap hari.

f. Penanganan limbah ternak.

Feses dan urine dikumpulkan pada suatu tempat dicampur dengan sisa-sisa hijauan dengan tujuan agar terfermentasi dengan baik.

g. Pengemasan dan pemasaran

Susu yang dipasarkan dalam bentuk cair dan bubuk. Susu cair dikemas dengan botol plastik 350 ml dan plastik 1 liter. Sebelum dipasarkan dimasukan dalam freezzer agar terjaga kualitas susunya.

C. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data yang digunakan dalam kegiatan magang di PT. Bumiku Hijau :

1. Observasi (pengamatan)

a. Bangunan kandang

- Kontruksi kandang

- Ukuran kandang

- Bahan bangunan yang digunakan

b. Pakan


(13)

commit to user

- Cara pemberian

- Frekuensi pemberian

- Konsumsi

- Produksi Susu

- Konversi pakan

- Pertumbuhan

c. Proses pengadaan bibit ternak

- Sumber bibit

d. Syarat kambing diperah

- Cara pemerahan

- Hasil pemerahan/produksi susu

- Afkir/induk (pembuntingan kembali)

e. Pasar susu/produk

- Konsumen

- Jumlah terjual/hari - Harga perliter

- Packing/pengemasan

f. Pengendalian penyakit

- Vitamin dan antibiotik yang digunakan dan cara pemberiannya

- Program biosecurity

g. Penanganan limbah ternak

- Cara membersihkan kotoran ternak

- Penanganan limbah ternak

h. Sterilisasi kandang

- Pembersihan kandang

- Pembersihan peralatan

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan magang ini adalah manager farm, supervisor produksi, staf perusahaan dan karyawan kandang.


(14)

commit to user

3. Magang

Kegiatan ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja secara langsung dari kegiatan tersebut.

4. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah. D. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan praktik lapangan ini data primer didapat dari wawancara dengan manajer perusahaan, staf, karyawan, dan masyarakat sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber. Dalam kegiatan praktik lapangan ini menjadi sumber data sekunder yaitu diambil dari buku, arsip, dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang.


(15)

commit to user

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

1. Sejarah Perusahaan

Usaha Peternakan kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau di Yogyakarta mulai dirintis sejak tahun 1996 oleh Bondan Danu Kusuma, SE, Seorang pengusaha supplier bahan bangunan dan tanaman hias yang sekarang telah diberikan amanah sebagai ketua paguyuban peternak Kambing Peranakan Etawa Provinsi Yogyakarta. Peternakan ini diawali dengan membangun kandang permanen di belakang gudang penyimpanan bahan bangunan miliknya tepatnya di daerah Jl. Ring Road Utara, Pandean, Gondok, Condongcatur Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Peternakan ini merupakan devisi usaha baru yang sudah berjalan kurang lebih 15 tahun.

Usaha pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa juga bersifat komersial yang bertujuan untuk mencari keuntungan/laba. Dalam mengawali usahanya peternakan ini banyak menghadapi tantangan, namun dengan semangat, kerja keras dan keuletanya dalam mengelola usahanya akhirnya peternakan ini mampu mempertahankan usahanya. Semakin meningkatnya permintaan susu kambing peternakan ini sempat mengalami kekurangan stock susu. Dengan peluang tersebut perusahaan ini semakin berkembang dan akan memperluas lokasi usahanya serta banyak menjalin kerjasama dengan para pengusaha dan perusahaan.

Untuk memperkuat jaringan usahanya maka dijalin kerjasama dengan para pedagang bakalan kambing Kaligesing dan supplier bahan pakan. Didalam memperlancar usahanya Peternakan Bumiku Hijau membuat pola baru yaitu kemitraan dengan petani. Dengan kerjasama bentuk kemitraan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena kebutuhan akan susu kambing semakin meningkat. Bentuk kerjasama yang dijalankan yaitu Peternakan Bumiku Hijau berbeda-beda dalam harga susu tergantung dengan status kepemiikan kambing laktasi.


(16)

commit to user

Setelah produksi susu diperkirakan menurun kurang lebih 5-6 bulan atau lebih masa laktasi, kambing tersebut dikawinkan kembali atau diganti dengan kambing laktasi.

2. Pengelolaan Usaha

Peternakan Bumiku Hijau mempunyai beberapa tenaga kerja untuk mendukung usaha ini. Dalam recruitment tenaga kerja dilakukan dengan memprioritaskan pekerja yang sudah dikenal oleh pimpinan peternakan, yang sebelum dipekerjakan orang tersebut diberikan pelatihan sesuai dengan tanggung jawab yang akan diemban. Setelah dirasa mampu melaksanakan pekerjaan yang diberikan padanya, orang tersebut mulai dipekerjakan. Semua tenaga kerja mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri atas pekerjaanya.

Adapun struktur organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta seperti disajikan pada Gambar 1 :

Gambar 1. Struktur Organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta Struktur organisasi Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta terdiri 4 unit, yaitu unit kepngurusan anak kambing, unit pakan, anak kambing, dan administrasi. Empat unit tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga memudahkan dalam sistem pengelolaan. Semua kebutuhan terkait produksi sudah dapat tertangani oleh masing-masing unit, yang kemudian pemeliharaan secara teknis dipercayakan kepada peternak mitra.

Manager Umum

Farm Manager

Administrasi Anak

Kandang Unit Pakan

Unit Kepengurusan Anak kambing


(17)

commit to user

Usaha Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta mempunyai dua divisi yaitu produksi susu, pengadaan bakalan kambing Peranakan Etawa. Kandang yang terletak Condongcatur Sleman digunakan sebagai pengadaan bakalan kambing Peranakan Etawa. Sedangkan untuk produksi susu terletak di kandang milik peternak mitra. Peternakan Bumiku Hijau pada Februari 2011 mempunyai 3 peternak mitra yang mensuplai susu, yang rencananya akan merekrut peternak mitra lagi. Dalam rencananya, penambahan peternak mitra dengan memprioritaskan pekerja kandang yang sudah bekerja di peternakan, dengan maksud pekerja tersebut sudah dapat dipercaya dan bertanggung jawab, selain itu tidak perlu lagi mengadakan pelatihan untuk peternak mitra karena membutuhkan waktu dan biaya.

Dalam pengelolaan pemeliharaan kambing Peranakan Etawa dipegang langsung oleh Manajer umum. Dalam pelaksanaanya usaha ini dilakukan oleh Farm Manager. Farm manager juga bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan, dalam hal ini farm manager ikut memantau langsung kegiatan di lapangan, sehingga dapat mengetahui secara langsung keadaan yang sebenarnya, selanjutnya apabila terdapat kesulitan atau ketidakmampuan anak kandang dalam penanganan kambing, maka Farm Manager membantu penanganan tersebut. Misal pengobatan scabies dengan cara disuntikan. Farm manager dipilih orang sudah lama bekerjasama dengan manager umum dengan kata lain orang

keperyaan. Sebelumnya dilakukan pelatihan oleh manager umum dan farm

manager, sehingga dia mengetahui dan paham betul tentang tata cara

memelihara kambing Peranakan Etawa. Farm manager bertugas

memimpin jalannya pemeliharaan kambing. Farm manager juga

bertanggung jawab atas kelancaran pemeliharaan kambing, mulai dari persiapan pemeliharaan sampai pasca panen. Unit kepengurusan anak kambing bertugas mengurusi anak kambing, anak kambing tersebut adalah disiapkan untuk kontes. Unit pakan bertugas menyediakan bahan pakan


(18)

commit to user

memelihara kambing yang terdapat di kandang pembibitan. Serta Administrasi berkewajiban melakukan pencatatan keluar masuknya barang ke lokasi kandang, vitamin dan obat-obatan, produksi susu. Berikut ini data susunan pengurus Peternakan Bumiku Hijau beserta jabatannya yang disajikan pada tabel 1 ;

Tabel 1. Nama dan Jabatan Pengurus Peternakan Bumiku Hijau

No Nama Jabatan

1 Bondan Danu Kusuma, SE Manager Umum

2 Budi Farm Manager

3 Imam Unit Kepengurusan Anak kambing

4 Yudi Unit Pakan

5 Ngadimin Anak Kandang

6 Yuli Administrasi

Sumber : Peternakan Bumiku Hijau (2011)

Lokasi Peternakan Kambing Peranakan Etawa terletak di Jl. Ring Road Utara, Pandean, Gondok, Condongcatur Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Peternakan ini mempunyai 4 tempat lokasi usaha, antara lain tempat pengadaan bakalan di Condongcatur dan tempat produksi susu yang terletak di Cangkringan, Turi, dan Godean. Hal tersebut dikarenakan peternakan ini memberlakukan sistem kemitraan, jadi pemeliharaan kambing dilakukan oleh peternak mitra.

Denah Lay out kandang Peternakan Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta disajikan seperti pada gambar 2.

U

Gambar 2. Denah lay out kandang pembibitan Peternakan Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau Yogyakarta.

1

1

1

1

2

3


(19)

commit to user Keterangan Gambar :

1. Kandang Kambing

2. Dapur

3. Mess Karyawan

4. Gudang Pakan

B. Uraian Kegiatan

1. Populasi Kambing Peranakan Etawa

Sampai bulan Februari 2011 populasi kambing di Peternakan Bumiku Hijau adalah 122 ekor. Jumlah tersebut tersebar di beberapa tempat sebagai berikut : kandang Peternakan Bumiku Hijau yang berlokasi di Condongcatur berisi 57 ekor dan yang dan yang berada di kandang peternak mitra berjumlah 65 ekor. Kambing yang terdapat di kandang Peternakan Bumiku Hijau yang teretak di Condongcatur terdiri dari : 8 ekor pejantan, 42 ekor betina dewasa, 2 ekor dara, 1 ekor calon pejantan, dan 4 ekor anak kambing. Populasi kambing milik peternakan Bumiku Hijau di kandang peternak mitra yang tersebar di Cangkringan, Turi, dan Godean sampai bulan Februari 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi Kambing PE Milik Peternakan Bumiku Hijau di Peternak Mitra

Nama Peternak Lokasi Jumlah Kambing

Nur Cangkringan, Sleman, Yogyakarta 19

Budi Turi, Sleman, Yogyakarta 24

Caecil Godean, Sleman, Yogyakarta 22

Bondan Condongcatur, Sleman 57

Total 122

Sumber : Peternakan Bumiku Hijau (2011)

Di kandang pak Nur yang teretak di daerah Argomulyo Cangkringan terdapat 19 ekor kambing PE dan kambing Bligon, yang terdiri dari 18 kambing produksi dan 1 kambing bunting. Dikandang pak Budi yang terletak di daerah Turi terdapat 24 ekor kambing, yang terdiri dari 1 ekor kambing jantan, 16 ekor betina dewasa, ekor 3 kambing dara, dan 4 ekor anak kambing. Di kandang Ibu Caecil yang terletak di Godean mempunyai 22 ekor kambing, yang terdiri dari 1 ekor calon pejantan, 14


(20)

commit to user

ekor kambing betina dewasa, 3 ekor kambing dara, 4 ekor anak kambing kambing PE ras Kaligesing dan Bligon. Jumlah kambing yang dimiliki perusahaan bisa berubah setiap saat, karena hampir setiap minggu selalu membeli kambing dari pasar hewan dan dari peternak-peternak. Selain itu banyak konsumen yang datang ke lokasi kandang di Condongcatur untuk membeli kambing.

2. Kandang

Persiapan kandang pembibitan di peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta ada beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembersihan kandang dengan menyemprotkan air detergen dan dibersihkan dengan sapu. Setelah kandang bersih dari kotoran maka dilanjutkan dengan penyemprotan desinfektan menggunakan formalin. Pembersihan kandang selanjutnya dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari. Setelah penyemprotan desinfektan selesai, dilanjutkan pencucian tempat pakan dan minum. Pencucian dilakukan dengan air biasa,dalam pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tempat pakan dan minum. Pencucian tempat pakan dilakukan setiap kali setelah pemberian komboran dan tempat minum dilakukan setiap kali pengantian air minum.

3. Pengadaan bakalan

Pengadaan bakalan dilaksanakan setelah kandang dan peralatan siap digunakan untuk pemeliharaan. Proses pengadaan bibit atau bakalan didatangkan dari daerah sekitar dan Kaligesing. Dengan standarisasi tertentu memilih bakalan mulai dari pejantan, dara bunting, induk laktasi. Pengadaan bakalan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kambing kontes sehingga diterapkan standarisasi peforma kambing tertentu. Hal tersebut dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan layak untuk dijadikan kambing kontes. Kemudian pengadaan kambing untuk diperah, peternakan ini membeli induk laktasi. Perlakuan pertama untuk kambing diberikan obat cacing yaitu verm-O ml pada awal pemeliharaan. Kambing dilakukan pembuntingan kembali apabila produksi turun.


(21)

commit to user

4. Pakan dan Air Minum

a. Ternak Kambing Kandang Pembibitan.

Pakan yang diberikan berupa komboran dan hijauan segar yang berupa Rumput Gajah, daun gliricidae, Kaliandra, daun Nangka. Pakan hijauan segar diberikan sekali sehari pada pukul 16.00 WIB sejumlah 2,5 kg. Bahan pakan komboran terdiri dari ampas tahu dan wheat brand, diberikan kepada kambing sebanyak 3 kg/ekor/hari. Di kandang pembibitan diberikan pakan fermentasi untuk kambing dagangan. Pakan fermentasi yang digunakan Peternakan Bumiku Hijau diperoleh dari pabrik pakan fermentasi di daerah jalan Imogiri Barat, Bantul dengan harga Rp 1.700,-/kg. Bahan pakan fermentasi antara lain : rendeng kangkung, kulit kacang, dedak, gaplek, kedelai, jagung, kulit ari kedelai, limbah roti, tetes tebu, garam, air. Hijauan didapat dari lahan milik sendiri dan lahan sewa. Selain itu, di kandang A juga mendapat kiriman hijauan dari PLN. Air minum diberikan secara tidak terbatas (adlibitum).

b. Ternak Kambing Kandang Produksi

Pakan yang diberikan berupa komboran dan hijauan segar yang berupa Rumput Gajah, daun gliricidae, Kaliandra. Pakan hijauan segar diberikan dua kali sehari pada pukul 09.00 WIB dan jam 16.00 WIB sejumlah 2,5 kg. Sedangkan komboran diberikan dua kali sehari pada pukul 06.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Bahan pakan komboran terdiri dari ampas tahu dan wheat brand, diberikan kepada kambing sebanyak 3 kg/ekor/hari. Hijauan didapat dari lahan milik sendiri dan lahan sewa. Air minum diberikan secara tidak terbatas (adlibitum).

5. Pengelolaan Kesehatan

Pemberian vitamin dan obat-obatan diberikan secara kondisional. Pada awal pemeliharaan diberikan obat cacing untuk mencegah perkembangan cacing dalam tubuh kambing. Akibatnya mempengaruhi produksi kambing. Vitamin B-kompleks diberikan setiap 1 bulan sekali. Ternak yang mengalami mencret diberikan tablet karbon aktif (norit)


(22)

commit to user

sebanyak 2 tablet dan juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk. Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic 2 ml dibawah kulit. Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing secara oral obat cacing verm-O ml. Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan supertetra atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.

Selain pemberian vitamin dan obat-obatan, cara pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan serta biosecurity dilaksanakan dengan ketat. Sanitasi dilakukan terutama pada lantai kandang dan kolong lantai yang biasanya terdapat kotoran yang

bercampur urine, karena dapat sebagai tempat sumber penyakit.

Biosecurity dilaksanakan sangat ketat dengan cara mengkarantina hewan yang keluar masuk kandang.

6. Produksi dan Pemasaran Susu

Setiap hari dilakukan pengukuran produksi susu dari masing-masing kambing. Pengukuran produksi susu bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi susu turun atau tidak, sebagai bahan evaluasi penyebab penurunan produksi susu. Produksi susu yang dihasilkan tiap harinya rata-rata 25 liter. Pemasaran susu dilakukan dengan cara ditawarkan ke konsumen langsung, para pelanggan susu kambing biasanya yang sedang mengalami penyakit asma, paru, dan untuk vitalitas tubuh. Kemudian peternakan ini mengembangkan pemasaran susu kambing dengan cara membuka kedai susu. Dalam kedai tersebut terdapat penyajian yang berbeda-beda dalam hal rasa, seperti susu kambing rasa strawberry, coklat, jahe. Selain menjual susu kambing, dikedai tersebut juga menyediakan


(23)

commit to user

berbagai makanan seperti jagung bakar dan roti bakar. Dengan adanya kedai tersebut ternyata mampu menarik minat konsumen menjadi lebih besar. Harga susu Rp 10.000,-/gelas, susu dikemas dengan botol minuman 350 ml dengan harga Rp.10.000,-/botol dan plastik ukuran 1 liter dengan harga Rp 30.000,-.

C. Pembahasan

1. Pemilihan bibit unggul

Ternak yang dipelihara di Peternakan Bumiku Hijau dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh perusahaan. Apabila akan diambil sebagai bibit maka dipilih indukan maupun pejantan unggul, baik dari bentuk tubuhnya maupun genetiknya. Kambing yang dimanfaatkan untuk penghasil susu maka tidak perlu dipilih yang sempurna yang penting dapat menghasilkan susu. Hal itu dikarenakan lemak yang memiliki bentuk tubuh dan genetik yang sempurna atau sering disebut sebagai kambing kelas A harganya sangat mahal. Untuk betina dipilih yang memiliki badan lebar, kaki lurus serta kuat serta memiliki dua ambing dan bentuknya simetris. Khusus untuk pejantan dipilih yang memiliki sifat kejantanan yang baik. Sifat kejantanan yang baik dapat dilihat dari nafsu pejantan ketika ada kambing betina. Biasanya ternak yang memiliki nafsu yang baik adalah selalu ingin mengawini ternak betina. Untuk tujuan produksi susu di Peternakan Bumiku Hijau ada beberapa jenis kambing yang dipelihara antara lain kambing Peranakan Etawa, kambing Jawarandu (Bligon), dan kambing senduro. Menurut Sugeng (1990), Kambing Peranakan Etawa adalah hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Bentuk fisiknya lebih mirip kambing Etawa. Jika bentuk fisiknya lebih mirip kambing Kacang dan ukuran badannya lebih kecil dari kambing PE, maka disebut kambing Bligon, Gumbolo atau Jawarandu. Produksi susunya sangat beragam, yaitu antara 0,5 – 2,5 liter/hari/ekor.

Ciri-ciri spesifik yang berlainan antara kambing jantan dan betina dapat menjadi standarisasi kualitas dalam memilih bibit. Standarisasi


(24)

commit to user

ukuran untuk menilai kambing yang berkualitas memang berbeda sesuai umur. Adapun beberapa standar ukuran kambing PE dewasa sebagai berikut :

Tabel 3 . Standarisasi Kambing Peranakan Etawa

No Standarisasi Pejantan Betina

1 Telinga Panjang ≥ 32 cm Panjang ≥ 28 cm

2 Kontur Telinga lemas turun ke

bawah

Lemas turun ke bawah

3 Panjang Badan ≥ 100 cm ≥ 85 cm

4 Tinggi Badan ≥ 90 cm ≥ 78 cm

5 Cekung Hidung ≥ 25 cm ≥ 22 cm

6 Lebar Telinga ≥ 12 cm -

7 Lingkar Perut ≥ 100 cm ≥ 100 cm

8 Bobot hidup ≥ 80 kg ≥ 60 kg

9 Gelambir Panjang dan lebar Panjang dan lebar

10 Bulu Belakang

paha

Lebat dan panjang Lebat dan panjang

11 Ekor Melengkung ke atas Melengkung ke atas

12 Bibir atas dan

bawah

Sejajar bila menutup Sejajar bila menutup

13 Ambing Susu - Sedang dan

menyambung, putting susu tergantung lurus, sejajar, simetris

14 Dua buah zakar Besar dan sejajar -

15 Penis Panjang dan normal -

16 Bulu Mulus dan

mengkilat

Mulus dan mengkilat Sumber : Peternakan Bumiku Hijau (2011)

2. Pakan

Pemberian pakan di kandang produksi Peternakan Bumiku Hijau berdasarkan ransum yang diberikan ke ternak laktasi dengan perbandingan 60 : 40, dengan 60 % adalah konsentrat dan 40 % hijauan. Kandungan beberapa bahan pakan dapat dilihat dalam tabel 4.


(25)

commit to user Tabel 4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan

No Bahan Pakan BK PK TDN Ca P

% BK

1. Kaliandra 16 22,4 62 1 0

2. gliricidae 25 25,7 63,40 1 0

3. Rumput Gajah 15,1 9,20 54 0,51 0,51

4. Ampas Tahu 13,3 21 76 0,53 0,24

5. Wheat Brand 88,4 17 74,83 0,91 0,22

Sumber : Lindasari, (2007).

Komposisi bahan yang tertera dalam tabel dapat digunakan untuk menghitung kandungan nutrien yang diberikan, sehingga dapat pula diketahui bahwa pakan yang diberikan telah mencukupi kebutuhan nutrien. Kebutuhan nutrien kambing laktasi dengan bobot 45 kg dan lemak susu 4% dapat dilihat dalam tabel 5 , sehingga didapat selisih (tabel 6)

Tabel 5. Kebutuhan kambing laktasi bobot 45 kg dengan lemak susu 4 %

Kebutuhan PK (gram) TDN(gram)

Hidup pokok kambing bobot 45 kg 69 489

Produksi susu dengan lemak susu 4% 72 346

Jumlah 141 835

Sumber : Aditama, (2008).

*

diperhitungkan berdasar produksi susu 1 kg

Tabel 6. Pemberian dan kebutuhan pakan yang diberikan di Peternakan Bumiku Hijau

Jenis PK (gram) TDN (gram)

Pemberian Hijauan 93 269

Konsentrat 206 863

Jumlah 299 1132

Kebutuhan 141 835

Selisih (Kelebihan) (+) 158 (+) 297

Hasil yang didapat dari selisih antara pemberian dan kebutuhan di tabel menunjukkan adanya kelebihan antara kebutuhan dan pemberian. Menurut Parakkasi (1995), yang menyatakan bahwa efisiensi pakan dinyatakan dalam satuan persen dan dapat ditentukan dalam konversi pakan yang diperoleh melalui pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi dalam BK untuk menghasilkan 1 kg susu. Dalam lampiran diperoleh konversi pakan


(26)

commit to user

sebesar 2,15 atau efisiensi pakan sebesar 46,54%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa 1 kg pakan yang diberikan menghasilkan 46,54% dari jumlah susu yang dihasilkan per harinya. Menurut Siregar (1995), semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan produksi susu semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Menurut Siregar (1995) konversi pakan dipengaruhi oleh bangsa ternak, tersedianya zat-zat pakan ransum dan kesehatan ternak.

3. Perkandangan

Jenis kandang yang dimiliki Peternakan Bumiku Hijau adalah jenis kandang panggung. Pada dasarnya tujuan dibuatkannya kandang untuk ternak adalah untuk melindungi ternak dari hewan pemangsa, mencegah ternak agar tidak merusak tanaman, sebagai tempat tidur dan istirahat ternak, untuk tempat makan dan minum, tempat kawin dan beranak, tempat membuang kotoran dan kencing ternak, tempat merawat ternak sakit dan memudahkan pengontrolan. Oleh karena itu berdasarkan tujuan dan fungsinya maka harus diperhatikan dalam mendirikan kandang yaitu membuat kandang harus kuat agar dapat dipakai tahan lama, perlu dirawat agar tidak cepat rusak, perlu dibersihkan secara rutin agar ternak sehat, bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki agar tidak meluas dan ukuran kandang disesuaikan kebutuhan (Ludgate, 1989)

Kandang pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu kandang individu (indukan, pejantan, anak kambing) dan kandang kelompok (untuk kambing bakalan yang siap dijual). Tujuan pembagian kandang ini untuk mengatasi perbedaan perlakuan terhadap kambing individu dan dagangan. Kandang kambing ini terdapat perlengkapan kandang tempat pakan hijauan dari kayu, disediakan tempat minum dan komboran dari plastik dengan tujuan mudah dibersihkan. Sementara di bagian belakang kandang dibuatkan pintu keluar-masuk bagi kambing ,tinggi pintu sekitar 115 cm. Menurut Devendra dan Burns (1994), Setiap kandang diperlukan perlengkapan kandang dalam rangka mempermudah pemeliharaan ternak.


(27)

commit to user

Ukuran kandang individu dengan panjang 1,75 m, lebar 1,25 m, dan tinggi 1,5 m. Di Kandang produksi yang terletak di daerah Cangkringan dibuat dengan konstruksi panggung, tipe kandang individu panjangnya 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 1,5 m. Kemudian kandang produksi yang terletak di daerah Turi dibuat dengan konstruksi panggung, tipe kandang individu. Ukuran kandang yaitu panjang 2 m, lebar 2 m, dan tinggi 2 m. Kandang tersebut ditata atau dibentuk 4 baris. Ukuran-ukuran kandang di Petenakan Bumiku Hijau sudah memenuhi syarat. Ukuran-ukuran kandang menurut Sugeng (1990) dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 7. Ukuran Kandang dan Tingkat Kepadatan Kambing.

Keadaan ternak Luas Kandang (m2) Jumlah populasi

Jantan Dewasa ( 1 tahun) 1,25 x 1,50 1 ekor

Betina Dewasa (1 tahun) 1,00 x 1,25 1 ekor

Betina Dewasa (1 tahun) 3,00 x 1,50 4 ekor

Betina menyusui/bunting 1,25 x 1,50 1 ekor + anak

Anak kambing lepas

sapih

1,00 x 1,25 1 ekor

Atap kandang di Peternakan Bumiku Hijau mempunyai ketinggian 2,60 m dan terbuat dari genteng. Ketinggian atap yang cukup tinggi ini bertujuan agar sirkulasi udara dalam kandang dapat berjalan lancar, sedangkan penggunan genteng untuk atap karena harganya lebih ekonomis. Menurut Devendra dan Burns (1994), bahan atap harus dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap radiasi matahari. Dijelaskan lebih lanjut, bagian pinggiran atap bagian bawah harus panjang (hingga 1 meter) untuk mencegah hempasan air hujan pada sisi-sisinya.

Konstruksi lantai yang diterapkan di Peternakan Bumiku Hijau cukup baik, dengan lantai panggung dari kayu dengan celah ± 1,5 cm, sehingga kaki ternak tidak terperosok dan kotoran dapat jatuh ke bawah. Kolong kandang berlantai semen dengan kemiringan 600 dengan maksud mempermudah membersihkan kolong lantai. Di belakang kandang terdapat selokan sebagai tempat penampung urine serta feses untuk sementara. Tinggi lantai kandang dengan lantai kolong 90 cm. Menurut


(28)

commit to user

Devendra dan Burns (1994), dengan adanya temperatur dan curah hujan yang tinggi di daerah tropis dan kerentanan kambing terhadap lantai basah serta serangan parasit, maka kandang kambing yang paling praktis adalah lantainya dibuat agak lebih tinggi dari tanah dan lantainya harus kuat dan tahan lama.

4. Pengelolaan Reproduksi

a. Sistem Perkawinan

Keberhasilan perkawinan sangat ditentukan oleh pemilihan bibit sejak awal, baik betina maupun pejantan, manajemen pengelolaan, kontrol organ reproduksi dan aspek terkait dengan organ tersebut, serta proses perkawinan (Sarwono, 2005). Di Peternakan Bumiku Hijau dilakukan perkawinan secara alami. Artinya, seluruh proses perkawinan masih menggunakan pejantan dalam membuahi betina yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta sudah berahi atau estrus (keinginan untuk kawin).

Menurut Murtidjo, (1993), perkawinan yang tepat adalah waktu ternak betina mengalami berahi. Apabila ternak terdeteksi pagi hari maka sebaiknya dikawinkan pada sore hari dan sebaliknya apabila terdeteksi sore hari maka sebaliknya dikawinkan pada pagi hari. Masa berahi berlangsung 16 sampai 20 jam dan berlangsung tiap 3 minggu sekali.

Keberhasilan perkawinan alami sangat ditentukan oleh pendeteksian berahi yang akurat, kesiapan stamina pejantan yang akan membuahi betina, keterampilan peternak dalam mengupayakan kelamin pejantan berhasil masuk (intromisi) liang vagina betina, serta kepastian siklus berahi betina selanjutnya sudah tidak tampak lagi sehingga tidak akan berhasil terbuahi. Biasanya para peternak dapat memperkirakan kambing yang sedang birahi dengan 3A (abang, abuh, anget), atau keadaan vulva pada vagina berwarna merah, agak membengkak dan diraba terasa hangat disertai keluar lendir bening. Adapun tingkah laku kambing yang menunjukkan birahi antara lain selalu mengembik,


(29)

commit to user

gelisah, nafsu makan kurang, ekor mengibas-gibas dan produksi susunya turun. Terkadang betina mempunyai kecenderungan berahi yang tak tampak (silent heat). Tindakan yang dilakukan dalam menghadapi kambing yang mengalami berahi tenang adalah selalu memonitor pendataan reproduksi dari ternak tersebut. Data tersebut akan sangat membantu dalam identifikasi ternak birahi tenang, ternak akan mengalami siklus birahi 18-21 hari. Kemudian birahi tak tampak dapat diatasi dengan perbaikan dan pembenahan pakan. Perkawinan yang baik dilakukan setelah 12 jam betina mengalami birahi. Teknik perkawinan yang dilakukan di peternakan Bumiku Hijau adalah dengan melepas kambing betina terlebih dahulu ke lokasi perkawinan kemudian disusul pejantan, biasanya pejantan langsung menuju ke betina birahi. Perkawinan ini dilakukan dua kali selama seminggu hal ini dimaksudkan untuk menjaga stamina dan kesehatan pejantan (Murtidjo, 2001)

Di Peternakan Bumiku Hijau akan dikawinkan lagi 2 bulan setelah melahirkan. Hali itu sesuai dengan Setiawan dan Tanius (2003), yang menyatakan jarak antar kelahiran yang baik adalah sekitar 8 sampai 9 bulan sehingga kambing dapat dikawinkan kembali pada hari ke-60 setelah kelahiran sebelumnya. Jarak waktu antara kelahiran berurutan yang terlalu pendek akan mengakibatkan kambing betina lemah. Hal ini dikarenakan alat reproduksi kambing betina belum pulih secara sempurna.

b. Penanganan Kebuntingan dan Kelahiran

Keberhasilan perkawinan ditandai dengan kebuntingan. Deteksi kebuntingan dilakukan dengan melihat siklus estrus kambing. Apabila 18 sampai 21 hari setelah dikawinkan kambing minta kawin lagi maka kambing tersebut tidak bunting tetapi sebaliknya apabila kambing tidak minta kawin lagi maka kambing tersebut dinyatakan bunting. Lama kebuntingan berlangsung selama 150 – 154 hari atau rata-rata 152 hari (Murtidjo, 2001).


(30)

commit to user

Pada saat bunting tua dilakukan kontrol dan pemantauan ketat. Hal ini dilakukan karena resiko yang timbul dalam proses kelahiran, baik bagi induk maupun anak yang dilahirkan. Keberhasilan penanganan kelahiran lebih banyak ditentukan oleh kesiapan peternak dalam memantau perkembangan ternak. Proses kelahiran ini akan berlangsung baik kalau kondisi tubuh induk sehat dan tidak terlalu gemuk. Gejala-gejala ternak yang akan melahirkan adalah ternak gelisah, vulva membengkak dan tulang ekor akan mengendur. Kelahiran pada ternak betina selalu ditunggui oleh anak kandang. Lantai kandang segera diberi alas dari karung hal itu dilakukan agar anak tidak terjepit alas kandang. Hidung anak kambing segera dibersihkan sampai kering menggunakan kain lalu diusahakan agar induk menjilati tubuh anaknya. Apabila induk tidak mau menjilati tubuh anaknya maka segera dibantu dengan mengelap menggunakan kain sampai kering. Segera diberikan susu dengan cara mendekatkan anak kambing ke putting induknya.

5. Pengendalian Penyakit

Penyakit yang sering terjadi pada kambing perah dapat berupa penyakit bacterial (disebabkan oleh bakteri), penyakit parasit (disebabkan oleh binatang parasit), serta penyakit lain yang bukan disebabkan oleh bakteri atau parasit. Secara umum, obat yang digunakan pada pengobatan ternak sakit menggunakan cara intramuscular (disuntik pada otot daging), subkutan (disuntikan di bawah kulit pangkal leher), intravena (diinfus atau disuntik pada urat nadi), per oral (melalui air minum), spray (disemprot), intrauterine(dimasukkan melalui vagina), dan intramamae (dimasukkan melalui putting) (Sarwono, B. 2005). Sanitasi di Peternakan Bumiku Hijau sudah cukup baik. Kegiatan sanitasi yang dilakukan meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja. Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali. Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang. Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit


(31)

commit to user

yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit (Setiawan, B dan A. Tanius. 2003).

Tabel 8. Obat-obatan yang digunakan di Peternakan Bumiku Hijau.

Nama obat Kegunaan

Supertetra Untuk mengobati mata, bentuk krim yang dioleskan.

Kututox Untuk membasmi kutu dan hewan kecil yang mengganggu, bentuk bedak yang ditaburkan di badan ternak

Kaloxy Mengobati mata yang disemprotkan ke mata Amoxycol Untuk mengobati penyakit pernafasan atau

paru-paru yang diinjeksikan pada ternak

Ivomec Mengobati ecthyma contagiosa, koreng atau luka luar yang diinjeksikan pada ternak

Albendasol 5 % Untuk mengobati cacingan yang diinjeksikan pada ternak

verm-O ml Untuk mengobati cacingan yang diinjeksikan pada

ternak

Wormectin Untuk membasmi ektoparasit

B-Komplek Untuk menambah nafsu makan yang diinjeksikan pada ternak

Betadine Untuk luka-luka tergores pada ternak Sofradex Untuk mengobati mata

Sumber : Data Sekunder Peternakan Bumiku Hijau (2011)

Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan cara diberi tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2 tablet. Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit. Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral obat cacing verm-O ml dan yang disuntikan di bawah kulit. Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau diberikan minuman bersoda ± 200 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan supertetra secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.


(32)

commit to user

6. Pemerahan dan Pasca Pemerahan Susu

a. Sanitasi Peralatan

Peternakan Bumiku Hijau melakukan sanitasi peralatan dengan mencuci semua peralatan yang akan digunakan tersebut menggunakan deterjen dan dibilas berulang kali dengan air bersih. Kain yang digunakan untuk menyaring susu dibersihkan dengan mencucinya menggunakan deterjen dan dijemur hingga kering. Untuk menjaga agar kandungan bakteri dalam susu dapat serendah mungkin, semua peralatan yang dipakai untuk penanganan susu segar harus diusahakan tetap bersih, dalam keadaan sanitasi yang baik dan kering setelah dipakai (Adnan, 1984)

b. Pemerahan

Sebelum melakukan pemerahan, ambing dan puting ternak harus dicuci dengan air hangat bersih atau dilap dengan kain basah dan bersih. Penggunaan air hangat juga dimaksudkan untuk merangsang produksi susu. Sementara kuku tangan pemerahnya harus dalam keadaan pendek. Bila kukunya masih panjang saat pemerahan, sangat dikhawatirkan akan melukai ambing dan puting ternak. Selain kuku, tangan pemerahnya pun harus bersih. Tangan yang tidak bersih akan menyebabkan susu yang diperah terkontaminasi ataupun kotor. Metode pemerahan yang dilakukan di peternakan Bumiku Hijau adalah metode whole hand dan metode stripping. Menurut Setiawan dan Tanius (2003)

pemerahan menggunakan metode whole hand dilakukan untuk kambing

yang memiliki putting panjang. Adapun caranya adalah sebagai berikut : 1). Pegang pangkal puting ternak dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan rapat. Jari telunjuk memegang melingkari pangkal putting, 2). Ikuti pegangannya jari tengah, jari manis dan kelingking, 3). Lakukan tekanan pada puting ternak dengan jari tengah, jari manis, kelingking secara berurutan, 4). Ulangi gerakan dengan jari-jari tersebut, 5). Kendorkan kelima jari agar putting terisi susu kembali. Ulangi gerakan mulai dari awal, 6). Lakukan proses pemerahan sampai susu di dalam


(33)

commit to user

ambing ternak habis terperah. Pemerahan menggunakan metode stripping dilakukan untuk kambing yang memiliki puting yang pendek. Cara pemerahan dengan metode stripping adalah dengan menjepit putting diantara ibu jari dan telunjuk kemudian jepitan diarahkan kebawah. Metode ini bias menyebabkan rasa sakit pada terak sehingga produksi susu tidak maksimal dan bisa menyebabkan puting panjang. Pemerahan dengan cara ini bisa menuntaskan proses pemerahan.

Kesalahan melakukan pemerahan susu akan sangat beresiko yaitu ternak dapat terserang penyakit mastitis (infeksi ambing). Bila terjadi hali ini tentu sangat merugikan. Untuk itu pemerahan harus dilakukan sampai tuntas dan sanitasi peralatan, kandang, ternak maupun tenaga pemerah harus diperhatikan. Di Peternakan Bumiku Hijau ternak betina bunting tua dikeringkan dengan cara berselang yaitu sehari diperah dan sehari tidak. Selang waktu yang ditambah menjadi sehari diperah dua hari tidak sampai produksi susu benar-benar habis.

Pemerahan dilakukan satu atau dua kali sehari, semakin sering frekuensi pemerahan semakin banyak susu yang dihasilkan. Pemerahan dilakukan pada kandang yang bersih, diharapkan tidak terkontaminasi zat tertentu atau tercemar bau tidak sedap. Ini disebabkan sifat susu sangat peka terhadap lingkungan. Di peternakan Bumiku Hijau kandang pejantan dijauhkan dari kandang laktasi untuk menghindari bau prengus yang berakibat terkontaminasinya susu yang diperah.

c. Produksi Susu

· Kandang A

Kandang A adalah kandang milik pak Nur yang terletak di daerah Argomulyo Cangkringan. Rata-rata Produksi di kandang Pak Nur ± 11 liter per hari dari 18 ekor kambing yang diperah, atau rata-rata 1 ekor kambing menghasilkan 0,6 liter susu per hari. Pemerahan di kandang pak Nur dilakukan hanya 1 kali pemerahan, yaitu hanya pada pagi hari. Karena Pak Nur bermitra dengan pak Bondan dan ternak yang ada dikandang pak Nur adalah milik pak Bondan, Susu


(34)

commit to user

kambing dikandang pak Nur dihargai Rp 3.500,- per botol plastik 350 ml. Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas

(Devendra dan Burns, 1994).

· Kandang B

Kandang B adalah kandang milik pak Budi yang terletak di Turi Sleman. Rata-rata produksi susu dikandang milik pak Budi ± 8 liter per hari dari 7 ekor kambing yang diperah, atau rata-rata 1 ekor kambing menghasilkan 1,1 liter susu per hari. Pemerahan dikandang pak Budi dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Produksi susu yang dihasilkan pada pemerahan pagi lebih banyak dari pada produksi susu yang dihasilkan pada sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindoredjo (1960), bahwa produksi susu pada pemerahan pagi umumnya lebih banyak dibandingkan dengan pemerahan sore hari, karena pada malam hari keadaan ternak lebih tenang.

Susu dikandang pak Budi dihargai Rp 9.000,- per botol plastik 350 ml. Menurut Sutama et al, (1994), dengan perawatan biasa, induk kambing PE dapat menghasilkan susu sekitar 0,25-0,50 liter per hari. Kalau perawatannya diperbaiki, mutu, jumlah pakannya ditingkatkan, kesehatannya baik, dan diberi pakan penguat maka seekor induk kambing PE dapat menghasilkan susu sekitar 1,50-2,00 liter per hari dan lama produksinya bisa diperpanjang sampai 6-7 bulan.

· Kandang C

Kandang C adalah kandang milik Ibu Caecil yang terletak di Godean. Rata-rata Produksi di kandang C ± 6 liter per hari dari 9 ekor kambing yang diperah, atau rata-rata 1 ekor kambing menghasilkan 0,6 liter susu per hari. Produksi susu kambing Peranakan etawa selama 70 hari pertama masa laktasi bervariasi


(35)

commit to user

cukup besar yaitu antara 0,42 sampai 2,2 liter/ekor/hari (Sutama et al, 1994). Pemerahan di kandang C dilakukan hanya 1 kali pemerahan, yaitu hanya pada pagi hari. Susu dikandang C di hargai Rp 20.000,- per liter. Ibu Caecil menjual susu di peternakan Bumiku Hijau dengan kemasan plastik. Karena selain susu kambing dipasarkan dalam kemasan botol 350 ml, peternakan Bumiku Hijau juga memasarkan susu kambing melalui kedai yang baru berjalan kurang lebih selama 4 bulan.

Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur, terus-menerus, dan hasilnya berupa susu murni tanpa dicampur, dikurangi, atau ditambah sesuatu. Berat jenis susu minimal 1,027 pada suhu 27,50

C dengan kadar lemak minimal 2,8%. Susu terdiri dari 7/8 bagian air, dan 1/8 bagian bahan kering (Sarwono, 2005).

Menurut Murtidjo (2001) kelemahan dari susu kambing yang sangat prinsip bagi akselerasi di pasar adalah bau yang prengus (bau kambing jantan). Pada Sebagian konsumen, bau prengus sangat mengganggu sehingga merasa risih saat meminumnya. Agar bau prengus berkurang, peternak harus memperhatikan kebersihan areal peternakan, khususnya kandang. Kotoran yang ada dikandang segera dibersihkan saat ternak akan diperah.

d. Pengemasan susu

Susu segar hasil pemerahan kemudian disaring menggunakan kain bersih. Penyaringan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari masuknya benda asing ke dalam susu. Susu yang telah disaring tersebut kemudian ditakar dan dikemas dengan plastik dalam kemasan 1 liter dan ada dikemas di dalam botol ukuran 350 ml. Susu yang telah dikemas lalu dimasukkan dalam kotak sterofoam sambil menunggu pelanggan yang dating. Produksi susu pada hari tersebut dimasukkan freezer untuk dibekukan. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), susu


(36)

commit to user

dalam keadaan beku dapat tahan selama 14 hari sedangkan susu segar hanya tahan hingga 7 sampai 10 jam dalam suhu kamar.

7. Pengolahan Limbah

Limbah Peternakan berupa feses yang bercampur urine dan sisa pakan memerlukan penanganan secara khusus untuk pencemaran lingkungan di sekitar kandang. Penanganan limbah yang biasa dilakukan dengan cara pengomposan. Pengomposan pada dasarnya merupakan untuk mengaktifkan kegiatan mikrobia dari feses agar dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya (Trihatmojo, 2004).

Pengomposan adalah suatu proses degradasi dan stabilisasi bahan organik secara aerob yang dilakukan oleh mikrobia di bawah kondisi lingkungan yang terkendali, dengan hasil akhir berupa produk yang mirip humus dan dapat digunakan sebagai pupuk ataupun pembenah tanah. Selama proses pengomposan berlangsung, terjadi transformasi bahan organik menjadi senyawa organik dan anorganik sederhana. Bahan organik kompleks diubah menjadi CO2, humus, nitrat, sel mikrobia dan panas.

Pengomposan bertujuan untuk menstabilkan bahan organic, membunuh bakteri patogen, menghilangkan bau busuk dan mengurangi volume limbah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif penanganan limbah dan hasilnya dapat digunakan untuk menjaga kesuburan tanah selain untuk menjaga kesuburan tanah selain untuk meningkatkan kualitas dan nilai ekonomi dari kotoran ternak (Murbandono, 1988).

Bahan-bahan digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah feses

dan campuran ranting-ranting kecil, dan urine. Fungsi dari ranting-ranting kecil adalah sebagai karbon. Cara pembuatannya adalah semua bahan yang ada dimasukkan dalam tempat tabung kemudian dicampur menjadi satu hingga rata lalu ditutup menggunakan triplek. Pengomposan ini berlangsung 30 hari. Tiap hari kompos diaduk 3 kali. Kompos yang telah jadi dan matang akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1). Volumenya


(37)

commit to user

menyusut menjadi 1/3 bagian dari volume awal, 2). Lembab, Kapasitas

pengikatan air tinggi, 3). Suhu kompos turun dan mencapai suhu udara ambient, 4). Mudah dihancurkan dan berbau tanah, 5). Tidak berbau busuk, 6). Struktur pembentuknya tidak tampak lagi dan 6). Berbentuk seperti tanah berwarna kecoklatan sampai kehitaman (Susanto, 2002).


(38)

commit to user V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta dapat dikategorikan baik. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa hal, antara lain :

1. Pemilihan induk laktasi yang siap perah dipilih yang memiliki badan lebar, kaki lurus serta kuat serta memiliki dua ambing dan bentuknya simetris. Hal tersebut diharapkan produksi susu tinggi. Khusus untuk pejantan dipilih yang memiliki sifat kejantanan yang baik. Sifat kejantanan yang baik dapat dilihat dari nafsu pejantan ketika ada kambing betina. Sifat kejantanan tersebut akan berpengaruh pada produksi susu yang akan dihasilkan oleh keturunan pejantan tersebut bila mencapai status induk laktasi kelak. 2. Pemberian Pakan di Peternakan Bumiku Hijau telah memenuhi bahkan melebihi

kebutuhan nutrien yang dibutuhkan, yaitu 2,5 kg hijauan yang terdiri daun gliricidae, daun kaliandra, dan rumput gajah. Konsentrat yang terdiri ampas tahu 2 kg dan wheat bran 1 kg. Hal ini dengan maksud untuk memaksimalkan produksi susu kambing. Kebutuhan pakan kambing untuk bobot badan 45 kg dengan lemak susu 4 % adalah PK 141 gram dan TDN 835 gram . Setelah dihitung dengan jumlah pakan yang diberikan PK 299 gram dan TDN 1132 gram sehingga kebutuhan nutrient kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau terpenuhi.

3. Sistem perkandangan di Peternakan Bumiku Hijau telah memenuhi syarat atau dikatakan nyaman. Di kandang produksi 1,5 x 1x 1,5 m, dengan maksud agar ternak tidak leluasa bergerak sehingga pakan yang diberikan dapat maksimal untuk produksi susu. Dikandang pembibitan 1,75 x 1,25 x 1,5 m, ternak dapat cukup leluasa bergerak dan sirkulasi udara terjaga. Dan kebersihan atau sanitasi kandang cukup baik.

4. Pemasaran susu Peternakan Bumiku Hijau cukup baik apalagi dengan adanya kedai susu milik peternakan ini. Kebutuhan susu yang semakin meningkat tiap harinya menyebabkan rangsangan para peternak untuk meningkatkan produksi susunya. Dikarenakan pasar yang cukup tersedia luas.


(39)

commit to user

1. Agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan antaralain membuat produk olahan susu es krim, yogurt, sabun, sehingga pangsa pasar lebih luas.

2. Recording dan identifikasi sebaiknya dilakukan kembali karena sangat membantu di dalam mengevaluasi perkembangan ternak baik ternaknya maupun pengelolaan secara umum.


(1)

commit to user

kambing dikandang pak Nur dihargai Rp 3.500,- per botol plastik 350 ml. Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas

(Devendra dan Burns, 1994). · Kandang B

Kandang B adalah kandang milik pak Budi yang terletak di Turi Sleman. Rata-rata produksi susu dikandang milik pak Budi ± 8 liter per hari dari 7 ekor kambing yang diperah, atau rata-rata 1 ekor kambing menghasilkan 1,1 liter susu per hari. Pemerahan dikandang pak Budi dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Produksi susu yang dihasilkan pada pemerahan pagi lebih banyak dari pada produksi susu yang dihasilkan pada sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindoredjo (1960), bahwa produksi susu pada pemerahan pagi umumnya lebih banyak dibandingkan dengan pemerahan sore hari, karena pada malam hari keadaan ternak lebih tenang.

Susu dikandang pak Budi dihargai Rp 9.000,- per botol plastik 350 ml. Menurut Sutama et al, (1994), dengan perawatan biasa, induk kambing PE dapat menghasilkan susu sekitar 0,25-0,50 liter per hari. Kalau perawatannya diperbaiki, mutu, jumlah pakannya ditingkatkan, kesehatannya baik, dan diberi pakan penguat maka seekor induk kambing PE dapat menghasilkan susu sekitar 1,50-2,00 liter per hari dan lama produksinya bisa diperpanjang sampai 6-7 bulan.

· Kandang C

Kandang C adalah kandang milik Ibu Caecil yang terletak di Godean. Rata-rata Produksi di kandang C ± 6 liter per hari dari 9 ekor kambing yang diperah, atau rata-rata 1 ekor kambing menghasilkan 0,6 liter susu per hari. Produksi susu kambing Peranakan etawa selama 70 hari pertama masa laktasi bervariasi


(2)

commit to user

cukup besar yaitu antara 0,42 sampai 2,2 liter/ekor/hari (Sutama et al, 1994). Pemerahan di kandang C dilakukan hanya 1 kali pemerahan, yaitu hanya pada pagi hari. Susu dikandang C di hargai Rp 20.000,- per liter. Ibu Caecil menjual susu di peternakan Bumiku Hijau dengan kemasan plastik. Karena selain susu kambing dipasarkan dalam kemasan botol 350 ml, peternakan Bumiku Hijau juga memasarkan susu kambing melalui kedai yang baru berjalan kurang lebih selama 4 bulan.

Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur, terus-menerus, dan hasilnya berupa susu murni tanpa dicampur, dikurangi, atau ditambah sesuatu. Berat jenis susu minimal 1,027 pada suhu 27,50

C dengan kadar lemak minimal 2,8%. Susu terdiri dari 7/8 bagian air, dan 1/8 bagian bahan kering (Sarwono, 2005).

Menurut Murtidjo (2001) kelemahan dari susu kambing yang sangat prinsip bagi akselerasi di pasar adalah bau yang prengus (bau kambing jantan). Pada Sebagian konsumen, bau prengus sangat mengganggu sehingga merasa risih saat meminumnya. Agar bau prengus berkurang, peternak harus memperhatikan kebersihan areal peternakan, khususnya kandang. Kotoran yang ada dikandang segera dibersihkan saat ternak akan diperah.

d. Pengemasan susu

Susu segar hasil pemerahan kemudian disaring menggunakan kain bersih. Penyaringan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari masuknya benda asing ke dalam susu. Susu yang telah disaring tersebut kemudian ditakar dan dikemas dengan plastik dalam kemasan 1 liter dan ada dikemas di dalam botol ukuran 350 ml. Susu yang telah dikemas lalu dimasukkan dalam kotak sterofoam sambil menunggu pelanggan yang dating. Produksi susu pada hari tersebut dimasukkan freezer untuk dibekukan. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), susu


(3)

commit to user

dalam keadaan beku dapat tahan selama 14 hari sedangkan susu segar hanya tahan hingga 7 sampai 10 jam dalam suhu kamar.

7. Pengolahan Limbah

Limbah Peternakan berupa feses yang bercampur urine dan sisa pakan memerlukan penanganan secara khusus untuk pencemaran lingkungan di sekitar kandang. Penanganan limbah yang biasa dilakukan dengan cara pengomposan. Pengomposan pada dasarnya merupakan untuk mengaktifkan kegiatan mikrobia dari feses agar dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya (Trihatmojo, 2004).

Pengomposan adalah suatu proses degradasi dan stabilisasi bahan organik secara aerob yang dilakukan oleh mikrobia di bawah kondisi lingkungan yang terkendali, dengan hasil akhir berupa produk yang mirip humus dan dapat digunakan sebagai pupuk ataupun pembenah tanah. Selama proses pengomposan berlangsung, terjadi transformasi bahan organik menjadi senyawa organik dan anorganik sederhana. Bahan organik kompleks diubah menjadi CO2, humus, nitrat, sel mikrobia dan panas.

Pengomposan bertujuan untuk menstabilkan bahan organic, membunuh bakteri patogen, menghilangkan bau busuk dan mengurangi volume limbah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif penanganan limbah dan hasilnya dapat digunakan untuk menjaga kesuburan tanah selain untuk menjaga kesuburan tanah selain untuk meningkatkan kualitas dan nilai ekonomi dari kotoran ternak (Murbandono, 1988).

Bahan-bahan digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah feses dan campuran ranting-ranting kecil, dan urine. Fungsi dari ranting-ranting kecil adalah sebagai karbon. Cara pembuatannya adalah semua bahan yang ada dimasukkan dalam tempat tabung kemudian dicampur menjadi satu hingga rata lalu ditutup menggunakan triplek. Pengomposan ini berlangsung 30 hari. Tiap hari kompos diaduk 3 kali. Kompos yang telah jadi dan matang akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1). Volumenya


(4)

commit to user

menyusut menjadi 1/3 bagian dari volume awal, 2). Lembab, Kapasitas

pengikatan air tinggi, 3). Suhu kompos turun dan mencapai suhu udara ambient, 4). Mudah dihancurkan dan berbau tanah, 5). Tidak berbau busuk, 6). Struktur pembentuknya tidak tampak lagi dan 6). Berbentuk seperti tanah berwarna kecoklatan sampai kehitaman (Susanto, 2002).


(5)

commit to user V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta dapat dikategorikan baik. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa hal, antara lain :

1. Pemilihan induk laktasi yang siap perah dipilih yang memiliki badan lebar, kaki lurus serta kuat serta memiliki dua ambing dan bentuknya simetris. Hal tersebut diharapkan produksi susu tinggi. Khusus untuk pejantan dipilih yang memiliki sifat kejantanan yang baik. Sifat kejantanan yang baik dapat dilihat dari nafsu pejantan ketika ada kambing betina. Sifat kejantanan tersebut akan berpengaruh pada produksi susu yang akan dihasilkan oleh keturunan pejantan tersebut bila mencapai status induk laktasi kelak.

2. Pemberian Pakan di Peternakan Bumiku Hijau telah memenuhi bahkan melebihi

kebutuhan nutrien yang dibutuhkan, yaitu 2,5 kg hijauan yang terdiri daun gliricidae, daun kaliandra, dan rumput gajah. Konsentrat yang terdiri ampas tahu 2 kg dan wheat bran 1 kg. Hal ini dengan maksud untuk memaksimalkan produksi susu kambing. Kebutuhan pakan kambing untuk bobot badan 45 kg dengan lemak susu 4 % adalah PK 141 gram dan TDN 835 gram . Setelah dihitung dengan jumlah pakan yang diberikan PK 299 gram dan TDN 1132 gram sehingga kebutuhan nutrient kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau terpenuhi.

3. Sistem perkandangan di Peternakan Bumiku Hijau telah memenuhi syarat atau dikatakan

nyaman. Di kandang produksi 1,5 x 1x 1,5 m, dengan maksud agar ternak tidak leluasa bergerak sehingga pakan yang diberikan dapat maksimal untuk produksi susu. Dikandang pembibitan 1,75 x 1,25 x 1,5 m, ternak dapat cukup leluasa bergerak dan sirkulasi udara terjaga. Dan kebersihan atau sanitasi kandang cukup baik.

4. Pemasaran susu Peternakan Bumiku Hijau cukup baik apalagi dengan adanya kedai susu

milik peternakan ini. Kebutuhan susu yang semakin meningkat tiap harinya menyebabkan rangsangan para peternak untuk meningkatkan produksi susunya. Dikarenakan pasar yang cukup tersedia luas.


(6)

commit to user

1. Agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan antaralain membuat produk olahan susu es krim, yogurt, sabun, sehingga pangsa pasar lebih luas.

2. Recording dan identifikasi sebaiknya dilakukan kembali karena sangat membantu di dalam mengevaluasi perkembangan ternak baik ternaknya maupun pengelolaan secara umum.