HUBUNGAN USIA DENGAN OSTEOARTRITIS LUTUT DITINJAU DARI GAMBARAN RADIOLOGI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYKARTA

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA DENGAN OSTEOARTRITIS LUTUT

DITINJAU DARI GAMBARAN RADIOLOGI

DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh RENDY KURNIAWAN

20120310155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA DENGAN OSTEOARTRITIS LUTUT

DITINJAU DARI GAMBARAN RADIOLOGI

DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh RENDY KURNIAWAN

20120310155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN USIA DENGAN OSTEOARTRITIS LUTUT

DITINJAU DARI GAMBARAN RADIOLOGI

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun oleh RENDY KURNIAWAN

20120310155

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 1 Juli 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad, M. Kes dr. Ana Majdawati M. Sc, Sp. Rad NIK : 797692 NIK :19690803199910173037

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, SP.OG., M.KES NIK: 1971102819970917302


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : RENDY KURNIAWAN

NIM : 20120310155

Program Studi : S1 Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 11 April 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah swt karena atas ridho dan karunia-Nya sehingga penulis berkesempatan mengikuti Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “hubungan usia dengan osteoatritis lutut ditinjau dari gambaran radiologi di RS PKU Muhammadiyah Gamping” sebagai salah satu syarat dalam proses untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Segala sesuatu yang telah penulis lakukan dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karnanya, dengan rasa hormat dan tulus, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan proposal penelitian ini. 2. dr. H. Ahmad Faesol, sp. Rad, M. Kes, sebagai pembimbing saya yang selalu

mengingatkan untuk belajar dan berusaha.

3. Partner saya, teman satu kelompok penelitian, Ezra Sena Pradesia, Rijal Mahdi Pradana dan Riski Andhika Patama (almarhum) yang banyak memberikan dukungan, semangat dan doa.

4. Kedua orang tua saya, Bapak Heru Wahyono dan Ibu Juairiyah, serta kakak saya Okto Putra Pradana dan adik saya Fika Rahmi Putri yang selalu memberikan dukungan dan senantiasa mendoakan.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.


(6)

v

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripi ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu penulis mengharap saran dan kritik membangun untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya.

Yogyakarta, 19 Maret 2015 Penulis


(7)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...….i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFATAR GAMBAR ... ix

ABSTRACT ... x

INTISARI ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. TINJAUAN TEORI ... 7

1. Osteoartritis (OA) ... 7

2. Gejala dan Tanda Klinik Osteoartritis ... 8

3. Epidemiologi Osteoartritis Lutut ... 9

4. Patogenesis Osteoartritis ... 10

5. Faktor Risiko Osteoartritis Lutut ... 13

6. Tanda – tanda klinik osteoartritis ... 16

7. Gambaran Radiologik dan Laboratorium
 ... 16

8. Diagnosis ... 17

9. Usia Lanjut (Lansia) dan Batasannya ... 18

10.Hubungan Kegemukan dengan Osteoartritis ... 18

11.Penatalaksanaan Osteoartritis ... 19

B. Kerangka Konsep ... 23

C. Kerangka Teori ... 24

D. Hipotesis ... 24

BAB III ... 25

METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan sampel penelitian ... 25

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Definisi Operasional ... 26

F. Alat dan Bahan ... 27

G. Jalannya Penelitian ... 27

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27


(8)

vii

BAB IV ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Gambaran Karakteristik Responden ... 28

B. Karakteristik Pasien Osteoarthritis Berdasarkan Usia... 28

C. Gambaran Radiologis Responden ... 29

D. Pembahasan ... 31

BAB V ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian... 6

Tabel 2. Definisi Operasional ... 26

Tabel 3. Karakteristik pasien osteoarthritis berdasarkan usia ... 29

Tabel 4. Gambaran radiologis pasien osteoatritis genu ... 29

Tabel 5. Lokasi Gambaran Radiologis Responden Pasien osteoarthritis... 30


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. A Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal.B. Kanan :gambar sendi lutut

yang mengalami osteoartriti ... 11

Gambar 2. Radiologis OA. ... 17

Gambar 3. Kerangka Konsep ... 23

Gambar 4. Kerangka Teori... 24


(11)

x ABSTRACT

Osteoathritis is chronic disease, slowly progressive running, non-inflammatory or causes only mild inflammation, and characterized by deterioration and abrasion of articular cartilage, and new bone formation at the joint surface. The occurrence of osteoarthritis is influenced by the factors of risk that one of them is age (aging). This study aims to determine whether there is a relationship of age with osteoarthritis.

This study is a retrospective observational analytic research with cross sectional approach. The sample are the medical records of patients aged over 40 years who complained of knee pain who were referred to radiology institutions in RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Based on the results of this study stated that age> 60 years have at most 49% incidence on the incidence of knee osteoarthritis at least at age <50 years of 24%. Age is the strongest factor in comparison with other factors for the occurrence of OA.

Based on the analysis and discussion, it was concluded, that age factors have contributed to the incidence rate of knee osteoarthritis,. Age> 60 years had an incidence rate more than 50-60 years of age and at least age <50 years in the incidence of knee osteoarthritis.


(12)

xi

INTISARI

Osteoathritis adalah penyakit bersifat kronik, berjalan progresif lambat, noninflamasi atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, serta ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu salah satunya adalah umur (proses penuaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan usia dengan osteoartritis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Sample dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien berusia di atas 40 tahun yang mengeluh nyeri lutut yang dirujuk ke instansi radiologi di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Berdasarkan hasil penelitian ini menyebutkan bahwa usia > 60 tahun mempunyai kejadian paling banyak 49% pada osteoarthritis lutut dan kejadian paling sedikit pada usia <50 tahun sebesar 24%. Usia merupakan faktor terkuat dibandingkan dengan faktor lain untuk terjadinya OA.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan, Bahwa faktor usia mempunyai andil dalam tingkat kejadian osteoartritis lutu, . Usia >60 tahun memiliki tingkat kejadian lebih banyak daripada usia 50-60 tahun dan paling sedikit usia <50 tahun pada kejadian osteoartritis lutu.


(13)

(14)

x ABSTRACT

Osteoathritis is chronic disease, slowly progressive running, non-inflammatory or causes only mild inflammation, and characterized by deterioration and abrasion of articular cartilage, and new bone formation at the joint surface. The occurrence of osteoarthritis is influenced by the factors of risk that one of them is age (aging). This study aims to determine whether there is a relationship of age with osteoarthritis.

This study is a retrospective observational analytic research with cross sectional approach. The sample are the medical records of patients aged over 40 years who complained of knee pain who were referred to radiology institutions in RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Based on the results of this study stated that age> 60 years have at most 49% incidence on the incidence of knee osteoarthritis at least at age <50 years of 24%. Age is the strongest factor in comparison with other factors for the occurrence of OA.

Based on the analysis and discussion, it was concluded, that age factors have contributed to the incidence rate of knee osteoarthritis,. Age> 60 years had an incidence rate more than 50-60 years of age and at least age <50 years in the incidence of knee osteoarthritis.


(15)

xi

INTISARI

Osteoathritis adalah penyakit bersifat kronik, berjalan progresif lambat, noninflamasi atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, serta ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu salah satunya adalah umur (proses penuaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan usia dengan osteoartritis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Sample dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien berusia di atas 40 tahun yang mengeluh nyeri lutut yang dirujuk ke instansi radiologi di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Berdasarkan hasil penelitian ini menyebutkan bahwa usia > 60 tahun mempunyai kejadian paling banyak 49% pada osteoarthritis lutut dan kejadian paling sedikit pada usia <50 tahun sebesar 24%. Usia merupakan faktor terkuat dibandingkan dengan faktor lain untuk terjadinya OA.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan, Bahwa faktor usia mempunyai andil dalam tingkat kejadian osteoartritis lutu, . Usia >60 tahun memiliki tingkat kejadian lebih banyak daripada usia 50-60 tahun dan paling sedikit usia <50 tahun pada kejadian osteoartritis lutu.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Artinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341.

Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Osteoathritis yang dapat disingkat menjadi OA adalah penyakit bersifat kronik, berjalan progresif lambat, noninflamasi atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, serta ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. (Sudoyo A et al, 2009)

Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) terutama sendi lutut. OA pada sendi lutut ini dapat menyebabkan nyeri yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari


(17)

2

dan mengurangi kualitas hidup. (Sudoyo A et al, 2009)

Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko yaitu umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan, olah raga, kelainan anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit inflamasi sendi. (Sudoyo A et al, 2009)

Diantara faktor – faktor tersebut umur merupakan faktor utama yang menyebabkan osteoarthritis dikarenakan proses degeneratif. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. (Sudoyo A et al, 2009)

Jenis kelamin juga memiliki peranan penting dalam terjadinya OA lutut, wanita lebih sering terkena OA dari pada laki – laki hal ini terjadi akibat hormonal pada wanita yang telah menaupose, yang mengakibatkan hormone estrogen turun yang menyebabkan penurunan dari densitas tulang dan persendian. Faktor resiko lainnya, seperti faktor mekanis berupa cedera sendi. (Sudoyo A et al, 2009)

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami

inflamasi ringan. (osteoarthritis at Dorland’s Medical Dictionary)

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. (Berenbaum F,


(18)

3

2013, Glyn-Jones N et al,. 2015)

Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >61 tahun.Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. (Soeroso J, et al, 2006)

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia. Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola / struktur penduduk yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia) karena meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Angka UHH di Indonesia yang pada tahun 1995 – 2000 sebesar 64,71 tahun meningkat menjadi 67,68 tahun pada tahun 2000 – 2005. Proporsi penduduk lansia (di atas 60 tahun) meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000 menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun 2005. Sedangkan dari data USA – Bureau of the Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020. (Darmojo R et al, 1999)

Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan sering


(19)

4

disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis.

Pada penelitian kali ini, penulis akan mencoba untuk mengetahui untuk mengetahui hubungan usia pada penderita OA lutut dengan meninjau pada hasil pemeriksaan radiologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah terdapat hubungan antara usia dengan gambaran OA pada

pemeriksaan radiologi?” C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan usia pada penderita osteoatritis lutut dilihat dari hasil pemeriksaan radiologi.

2. Tujuan khusus

a. Menadapatkan gambaran penyebaran kasus penyakit OA sesuai dengan usia pasien.

b. Mendapatkan karakteristik gambaran radiologi OA lutut sesuai dengan usia pasien.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pemerintahan Dan Pendidikan Terkait

a) Sebagai data tambahan dalam bidang ilmu radiologi pada rumahsakit atau lab didaerah yg terkait.


(20)

5

institute yang terkait.

c) Sebagai bahan evaluasi kesehatan masyarakat dalam meningkatkan kualitas atau kinerja sumber daya manusia didaerah dan institusi terkait.

d) Sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ataupun pengetahuan masyarakat didaerah dan institusi terkait.

2. Bagi Institusi Pendidikan Peneliti

a) Sebagai bahan bacaan maupun sarana untuk menambah wawasan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berkaitan dengan kasus osteoatritis lutut.

b) Sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, bila ada peneliti yang baru melanjutkan penelitian angka kejadian ataupun tentang penanganan kasus osteoatritis lutut kedepanya.

c) Mengetahui gambaran radiologi osteoatritis lutut pada usia lanjut pada beberapa perbandingan usia.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman mahasiswa yang melakukan penelitian, dengan dibuatnya karya tulis ilmiah mengenai hubungan usia pada penderita osteoatritis lutut dengan meninjau dari hasil pemeriksaan radiologi serta menjadi bekal atau tambahan untuk penelitian-penelitian lainya sebagai seorang dokter yang long life learning.


(21)

6 E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

NO Peneliti Tahun Judul Hasil Perbedaan dengan penelitian ini

1 Khairani et al., 2013 Hubungan umur, jenis kelamin, imt, dan aktivitas fisik dengan osteoarthritis lutut

Adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, imt, dan aktivitas fisik dengan keparahan gejala klinis osteoarthritis lutut

Penelitian ini hanya memfokuskan tentang hubungan umur dengan osteoarthritis lutut yang dilihat dari gambaran radiologi dan penelitian ini dilakukan di PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. 2 Nugraha et al., 2015 Hubungan Obesitas

dengan Terjadinya Osteoatritis Lutut pada Lansia

Kecamatan Laweyan Surakarta

Adanya hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kepahrahan terjadinya osteoarthritis lutut yang terjadi pada lansia

Sama no 1

3 Kurnuawati et al., 2014 Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteostritis Lutut

Adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh dengan derajat radiologi OA lutut.


(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI

1. Osteoartritis (OA)

Osteoartritis (OA) lutut adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronis dan menyebabkan disabilitas yang memengaruhi kualitas hidup penderita. Tatalaksana OA lutut terdiri dari farmakologi dan non-farmakologi dengan bermacam-macam pilihan terapi. (Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm. 187-191).

Nyeri merupakan masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan alasan umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri sendi merupakan gangguan nyeri yang sering ditemukan pada lansia sehingga membatasi gerakannya.( Stanley, et al, 2006).

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran atau pembatasan aktivitas fisik. ( Mubarak, et all, 2009) Salah satu faktor yang dapat meningkatkan nyeri sendi adalah aktivitas fisik. (Davey, Patrick. 2005) Rasa sakit yang tiba-tiba biasanya disebabkan oleh aktivitas fisik berat atau tidak biasa. (Davies, Kim. 2007) Keluhan nyeri akan lebih hebat sesudah mengadakan gerak badan atau bertambah dengan aktivitas dan bisa membaik dengan istirahat. (Dave, Patrick. 2005) Aktivitas fisik yang tidak tepat akan memperparah rasa sakit pada Arthritis sedangkan aktivitas fisik yang teratur membantu mengurangi penyakit Arthritis


(23)

8

dengan mengurangi rasa sakit itu sendiri dan jumlah sendi yang menimbulkan rasasakit tersebut. (Gordon, Neil F. 2002).

2. Gejala dan Tanda Klinik Osteoartritis

Pada umumnya, gambaran klinis osteoartritis berupa nyeri sendi, terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan berkurang bila penderita beristirahat. Nyeri dapat timbul akibat beberapa hal, termasuk dari periostenum yang tidak terlindungi lagi, mikrofaktur subkondral, iritasi ujung-ujung saraf di dalam sinovium oleh osteofit, spasme otot periartikular, penurunan aliran darah di dalam tulang dan peningkatan tekanan intraoseus dan sinovitis yang diikuti pelepasan prostaglandin, leukotrien dan berbagai sitokin. (Price Sylvia A, et al, 1995).

Selain nyeri, dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tidak digerakkan beberapa lama (gel phenomenon), tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi digerakkan. Jika terjadi kekakuan pada pagi hari, biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit ( tidak lebih dari 30 menit ). (Haq I, et al, 2003).

Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam bergerak, nyeri tekan lokal, pembesaran tulang di sekitar sendi, efusi sendi dan krepitasi. Keterbatasan gerak biasanya berhubungan dengan pembentukan osteofit, permukaan sendi yang tidak rata akibat kehilangan rawan sendi yang berat atau spasme dan kontraktur otot periartikular. Nyeri pada pergerakan dapat


(24)

9

timbul akibat iritasi kapsul sendi, periostitis dan spasme otot periartikular. (Price Sylvia A, et al, 1995).

Beberapa penderita mengeluh nyeri dan kaku pada udara dingin dan atau pada waktu hujan. Hal ini mungkin berhubungan dengan perubahan tekanan intra artikular sesuai dengan perubahan tekanan atmosfir. Beberapa gejala spesifik yang dapat timbul antara lain adalah keluhan instabilitas pada penderita OA lutut pada waktu naik turun tangga, nyeri pada daerah lipat paha yang menjalar kepaha depan pada penderita OA koksa atau gangguan menggunakan tangan pada penderita OA tangan. (Setiyohadi Bambang, 2003).

3. Epidemiologi Osteoartritis Lutut

Dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA, lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya. (Wiiliams M.H, et al, 1991).

Data Arthritis Research Campaign menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut yang parah dan 2 juta orang mengunjungi dokter praktek umum maupun rumah sakit karena OA lutut. Lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling. (Arthritis Research Campaign 2000).


(25)

10

4. Patogenesis Osteoartritis

Patogenesis Osteoartritis Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi. (Creamer P., Hochberg M. Osteoarthritis. Lancet, 1997).

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.( Setiyohadi Bambang, 2003), (Klippel John H, et al, 1994), (Price Sylvia A, et al, 1995).


(26)

11

Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik. (Setiyohadi Bambang, 2003), (Price Sylvia A, et al, 1995).

Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. (Sumariyono, 2006).

Gambar 1. A Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal.B. Kanan :gambar sendi lutut yang mengalami osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)


(27)

12

Rawan sendi mengandung 70% air dan sisanya berupa jaringan kolagen (Kolagen tipe II) dan proteoglikan. Proteoglikan sendiri terdiri dari glikosaminoglikan (mukopolisakarida) yang berikatan dengan inti protein yang linear membentuk struktur seperti sikat botol. Proteoglikan yang menyusun rawan sendi terdiri dari Glikosaminoglikans Khondroitin Sulfate-4 (KS-4) dan 6 (KS- 6) serta keratan sulfat. Khondroitin Sulfate-6 (KS-6) ini terdistribusi terutama pada lapisan permukaan rawan sendi, sedangkan KS-4 lebih berperan pada kalsifikasi. Jumlah glikosaminoglikan pada sendi penyangga berat tubuh ternyata lebih tinggi dibandingkan sendi lainnya. Demikian pula kadar KS jauh lebih tinggi dibandingkan sendi yang bukan penyangga berat tubuh (Rawan, 2008).

Pada kartilago penderita OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut (Ghosh, 1992).

Proses kerusakan rawan sendi melalui dua jalur (pathway) yaitu jalur intrinsik dimana khondrosit itu sendiri yang merusak matrik ekstra selular (extra cellular matrix/ECM) dan jalur ekstrinsik yang diperankan oleh sel lain selain khondrosit seperti terjadinya jaringan pannus, keradangan sinovium, infiltrasi sel inflamatorik yang akan merusak ECM terutama melalui cairan sinovium. Pada dasarnya kedua jalur tersebut akan melibatkan proses aktivasi enzimatik (Rawan, 2008).


(28)

13

5. Faktor Risiko Osteoartritis Lutut

Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk terserang OA lutut. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis / gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terhadinya OA lutut. (Klippel John H, et al, 1994). Faktor risiko osteoartritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormon, jenis kelamin, penyakit otot, lingkungan. (Irga, 2008).

Usia Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA. Studi Framingham menunjukkan bahwa 27% orang berusia 63 – 70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun atau lebih. (Felson D.T, et al, 1995).

Studi lain membuktikan bahwa risiko seseorang mengalami gejala timbulnya OA lutut adalah mulai usia 50 tahun (Kraus V.B, 1997). Studi mengenai kelenturan pada OA telah menemukan bahwa terjadi penurunan kelenturan pada pasien usia tua dengan OA lutut. (Pay Y.C, et al, 1997).

Jenis kelamin Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50


(29)

14

tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50 – 80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan. (Felson D.T, 1998).

Cedera sendi (trauma), terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi.Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut. (Bambang, 2003).

Ras/ etnis prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia. (Klippel Jhon H, et all, 1994), (Abbate L, et al, 2006). Suatu studi lain menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA dibandingkan kulit putih. (Setiyohadi Bambang, 2003).

Olahraga Berat Osteoartritis juga behubungan dengan berbagai olahraga yang membebani lutut dan atau panggul, seperti lari maraton, sepak bola dan sebagainya (Bambang, 2003).


(30)

15

Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan. (Kippel John H, et al, 1994).

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan sendi. Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan pada OA lutut dapat dijelaskan sebagai berikut: (Amin, et al, 2006).

a. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan sendi.

b. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya tulang rawan.

c. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan.

Di sisi lain, terdapat penelitian yang menyimpulkan bahwa merokok memiliki efek protektif terhadap kejadian OA lutut. Hal tersebut diperoleh setelah mengendalikan variabel perancu yang potensial seperti berat badan. (Klippel John, et al, 1994).


(31)

16

6. Tanda – tanda klinik osteoartritis

Gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri. Ada tiga tempat yang menjadi sumber nyeri yaitu sinovium, jaringan sendi dan tulang (Isbagio, 1995). Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri gerak pada sendi yang terserang. Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi periostitis dan spasme otot periartikular (Bambang, 2003).

7. Gambaran Radiologik dan Laboratorium


Gambaran radiologik Osteoartritis pertama kali diperkenalkan oleh Kellgren dan Lawrence pada tahun 1957 dan akhirnya diambil oleh WHO pada tahun 1961. Berdasarkan kriteria tersebut gambaran radiologik Osteoartritis dapat berupa pembentukan osteofit pada tepi sendi, periarticular ossicles terutama pada sendi interfalang distal dan proksimal, penyempitan celah sendi akibat penipisan rawan sendi pseudokista subkondral dengan dinding sklerotik, dan perubahan bentuk ujung tulang (Isbagio, 1995).


(32)

17

Gambar 2. Radiologis OA. (Sumber Makalah Seminar Pengapuran Sendi, Penyakit Reumatik, & Operasi Penggantian Sendi Untuk Masyarakat Awam &

Tenaga Medis). 8. Diagnosis

Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis lutut, koksa dan tangan digunakan kriteria klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien positif osteoartritis lutut bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut:

a. Umur > 40 tahun b. Kaku pagi < 30 menit c. Krepitus

d. Nyeri tekan

e. Pembesaran tulang


(33)

18

9. Usia Lanjut (Lansia) dan Batasannya

Menurut Constantinides (1994) yang dijutip oleh Boedhi Darmojo & Martono (1999), menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses alami menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Sedangkan pengertian usia lanjut menurut Badan Penyuluhan Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah tahap akhir perkembangan manusia yang ditandai oleh perubahan anatomi, faali, dan biokimia di dalam sel – sel tubuh. Kriteria usia lanjut berbeda – beda di berbagai negara. WHO mengelompokkan usia lanjut menjadi 3 kelompok yaitu (Bustan,2007):

a. Middle age 45 – 59 tahun b. Elderly age 60 – 74 tahun c. Old age 75 – 100 tahun.

Sedangkan batasan usia lanjut di Indonesia berdasarkan UU No. 4 Tahun 1965 yang menggunakan usia mulai pensiun adalah mereka yang berusia 45 tahun keatas (Wasis, 1999).

10.Hubungan Kegemukan dengan Osteoartritis


Sejalan dengan bertambahnya usia, risiko munculnya osteoartritis pun semakin besar. Osteoartritis adalah sejenis penyakit rematik yang disebabkan oleh ausnya tulang rawan dan menipisnya minyak sendi/sinoval. Populasi dengan berat badan lebih dan obesitas mempunyai


(34)

19

faktor risiko Osteoartritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun unilateral pada jenis kelamin apapun (Eyler, 2003). Wanita obesitas merupakan memiliki faktor risiko 4-5 kali untuk terserang Osteoartritis lutut dibanding wanita yang kurus (Bambang, 2003).

Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3- 6 kali lipat berat badan (Haq, 2003; Moll, 1987). Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. Dijelaskan Mquet (2005) secara biomekanika bahwa pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot - otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut akan tidak seimbang Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu badan. Oleh karena itu kelebihan berat badan pada umur 36- 37 tahun membuat satu faktor risiko bagi OA lutut pada umur lanjut. (Haq I, 2003; Moll, 1987).

11.Penatalaksanaan Osteoartritis

Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami OA adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat (edukasi,


(35)

20

penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan tindakan bedah. (Haqi I, et al, 2003).

a. Terapi Non Obat

Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. (Stiyohadi Bambang, 2003).

Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21 penderita OA yang mengalami obesitas, kemudian mereka melakukan penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit. (Messier S.P, et, al, 2000)

Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang tidak


(36)

21

menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan. (Klippel John H, et al, 1994), (Haq I, et al, 2003)

b. Terapi Obat

Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita OA dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua. Kombinasi parasetamol / opiat seperti coproxamol bisa digunakan jika parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari (Haq I, et al, 2003).

Kelompok obat yang banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik, terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional (Setiyohadi


(37)

22

Bambang, 2003), (Klippel John H, et al, 1994), (Haq I, et al, 2003). c. Terapi Lokal

Terapi lokal meliputi pemberian injeksi intra artikular steroid atau hialuronan (merupakan molekul glikosaminoglikan besar dan berfungsi sebagai viskosuplemen) dan pemberian terapi topikal, seperti krem OAINS, krem salisilat atau krem capsaicin. Injeksi steroid intra artikular diberikan bila didapatkan infeksi lokal atau efusi sendi (Klippel John, et al, 2003).

d. Operasi

Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan tindakan yang efektif. (Dieppe Paul A, et al, 2005).Operasi yang dapat dilakukan antara lain arthroscopic debridement, joint debridement, dekompresi tulang, osteotomi dan artroplasti. Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik. (Klippel John H, et al, 1994), (Dieppe Paul A, et al, 2005).


(38)

23

B. Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka Konsep OA Lutut

Usia <50 tahun 50-60 tahun >60 tahun

OA (+)

Dikatakan OA (+) bila ada minimal satu kriteria : pembentukan osteofit, penyempitan joint space, perubahan bentuk ujung tulang.

OA (-)

Dikatakan OA (-) bila tidak ada salah satu dari kriteria diatas atau normal.

IMT

Jenis Kelamin

RAS Gaya Hidup

Aktivitas


(39)

24

C. Kerangka Teori

Keterangan : : variable yang tidak diteliti : variable yang diteliti

Gambar 4. Kerangka Teori D. Hipotesis

Hipotesis saya pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya hubungan yang bermakna antara usia pasien dan osteoarthritis pada gambaran radiologi.

Usia salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan OA lutut, karena proses penuaan menyebabkan

peningkatan kelemahan di sekitar sendi,

penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit.

Faktor Predisposisi

Faktor demografi (Usia, Jenis Kelamin, Ras)

Faktor Genetik

Faktor Gaya Hidup (Merokok)

Faktor Biomekanis

Riwayat Terauma

Aktifitas Fisik/Pekerjaan

Kebiasaan Olahraga

Osteoart ritis


(40)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Observasional karena peneliti hanya mengamati variabel dan tidak melakukan perlakuan. Penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistic untuk menganalisa data yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian dilakukan dalam satu waktu dan satu kali pengambilan data, untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

B. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah data rekap medis pasien osteoartritis lutut di RS PKU Muhammadiyah Gamping periode 1 Januari 2016 – 30 April 2016.

2. Sampel penelitian

Pada penelitian kali ini, teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sempling, sampel dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien yang mengeluh nyeri lutut yang dirijuk ke instalasi radiologi di RS PKU Muhammadiyah Gamping.


(41)

26

Kriteria inklusi:

a. Rekam medis pasien dengan klinis OA lutut yang dilakukan pemeriksaan radiologi dan ada hasil deskripsi pemeriksaan gambaran radiologi.

b. Semua pasien OA dari segala usia Kriteria eksklusi:

Pasien yang gambaran radiologinya menunjukan adanya kelainan lain selain OA : fraktur, tumor, osteomilitis.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dalam waktu tiga bulan.

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas : dilihat dari usia <50 tahun, 50-60 tahun, >60 tahun

Variabel terikat : pasien dengan osteoartritis lutut positif dan negatif yang didefinisikan menurut gambaran radiologi

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Osteoartritis lutut

Diagnosis menderita osteoartritis genu berdasarkan hasil radiologi yang ditetapkan oleh dokter spesialis radiologi

Berdasarkan rekam medis

Kategorikal, menjadi osteoartritis lutut dan bukan osteoartritis lutut

Usia Usia pasien yang tercantum dalam rekam medis dibagi dalam tiga kelompok (<50, 50-60, >60)

Berdasarkan rekam medis


(42)

27

F. Alat dan Bahan 1. Rekam medik 2. Gambaran radiologi G. Jalannya Penelitian

Gambar 5. Jalannya Penelitian H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas dalam penelitian ini mengunakan data rekam medis.

2. Uji realibilitas data diupayakan dilakukan oleh petugas medis yang terlatih untuk menjaga kerealitabilitasan data.

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji analisis chi square pada variabel usia berdasarkan jumlah pasien osteoartritis dan uji univariat deskriptif gambaran radiologis pasien osteosrtritis.

Pengambilan data usia dan gambaran radiologi pasien

OA (rekam medis)

Analisa Data hubungan usia pasien dengan gambaran OA

lutu uji statistic chi square Memepersiapkan

Surat Ijin Penelitian

Persetujuan RS PKU Muhammadiyah


(43)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Responden

Pada penelitian ini didapatkan 58 pasien osteoarthritis yang akan kami analisis berdasarkan karakteristik usia. Penentuan penyakit pasien dilihat berdasarkan diagnosis dokter dan gambaran radiologi tulang pada pasien osteoarthritis. Usia paling muda terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan usia paling tua terjadi pada 79 tahun. Terdapat range yang sangat jauh dari 12 hingga 79 tahun yaitu 67 tahun. Menjadi menarik bahwa terjada usia muda bisa menjadi osteoarthirits.

B. Karakteristik Pasien Osteoarthritis Berdasarkan Usia

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui seberapa besar karakteristik pasien osteoarthritis berdasarkan usia. Usia yang digunakan pada panelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu, <50 tahun, 50-60 tahun dan >60 tahun. Berikut adalah hasil analisisnya :


(44)

29

Tabel 3. Karakteristik pasien osteoarthritis berdasarkan usia

Usia

OA Genu

Total

Nilai P

Ya Tidak

F % f % F %

< 50 Tahun 10 28,6 14 60,9 24 41,4

0,015 50 – 60 Tahun 11 31,4 7 30,4 18 31,0

>60 Tahun 14 40,0 2 8,7 16 27,6

Total 35 100,0 23 100,0 58 100,0

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat kejadian osteoarthritis lutut paling banyak terjadi pada usia >60 tahun yaitu sebanyak 14 orang (40,0%), kemudian usia 50-60 tahun sebanyak 11 orang (31,4%), dan usia <50 tahun sebanyak 10 orang (28,6%). Dan berdasarkan table diatas, menunjukan bahwa tingkat kejadian bukan OA genu terjadi pada >60 tahun yaitu sebanyak 2 orang (8,7%), kemudian usia 50-60 tahun sebanyak 7 orang (30,4%), dan usia <50 sebanyak 14 orang (60,9%). Bahwa p= <0,05 yang berarti penelitian ini bermakna.

C. Gambaran Radiologis Responden

Berikut ini gambaran radiologis pasien osteoartritis di PKU Muhammadiyah Gamping, sebagai berikut:

Tabel 4. Gambaran radiologis pasien osteoatritis genu

Gambaran radiologis Frekuensi %

Penyempitan celah sendi asimetris (lebih berat pada bagian yang menannggung beban)

13 kasus 32,5

Peningkatan densitas (sclerosis) subkondral tulang

2 kasus 5,0

Kista tulang 0 kasus 0

Osteofit pada pinggir tulang sendi 18 kasus 45,0 Perubahan struktur anatomi tulang 12 kasus 30,0


(45)

30

Gambaran radiologis responden pasien osteoartritis genu sebanyak 40 orang dengan gambara radiologi menunjukkan penyempitan celah sendi ada sebanyak 13 ( 32,5%) responden, perubahan struktur anatomi tulang sebanyak 12 (30,0%) responden, peningkatan densitas subkondral tulang ada sebanyak 2 (5,0%) responden, osteofit pada pinggir tulang sendi ada sebanyak 18 (45,o%) responden, sedangkan kista tulang tidak ada yang menuliskannya.

Berikut adalah lokasi pada gambaran radiologisnya responden pasien osteoartritis, sebagai berikut:

Tabel 5. Lokasi Gambaran Radiologis Responden Pasien osteoartritis Lokasi gambaran radiologis Frekuensi %

Genu sinistra 16 kasus 40,0

Genus dextra 12 kasus 28,5

Genu dextra sinistra 7 kasus 17,5

Total 40 kasus 100,0

Pada gambaran radiologis pasien osteoartritis, menunjukkan lokasi genu dextra terbanyak mengalami gangguan nyeri sendi dan terdapatnya gambaran radiologis osteoartritis seperti oesteofit, penyempitan ceah sendi, subkondral sclerosis, perubahan anatomi sendi. Osteoastritis genu dextra sebanyak 17 (42,5%) responden, Selain di genu dextra juga daerah lain seperti os genu sinistra sebanyak 16 (40,0%) responden, genu dextra sinistra sebanyak 7 (17,5%) responden.


(46)

31

Uji Kappa

Tabel 6. Uji Kappa Radiolog B

Total Nilai P

OA Tidak OA

% % %

Radiolog A

OA 8 88,9 0 0,0 8 80,0

0,361 Tidak OA 1 11,1 1 100,0 2 20,0

Total 9 100,0 1 100,0 10 100,0

Nilai kappa menunjukan 0,286 dan signifikansinya 0,361 yang berarti tidak memiliki korelasi yamg signifikan antara peneliti pertama 1 dan ke dua 2. Indikator bahwa peneliti 1 dan 2 konsisten dengan menunjukan nilai kappa mendekati 1.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini menyebutkan bahwa usia > 60 tahun mempunyai kejadian paling banyak 47,5% pada osteoarthritis lutut dan kejadian paling sedikit pada usia <50 tahun sebesar 27,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2007) dari hasil studi kasus di RS dr. Kariadi Semarang responden pasien osteoarthritis lutut yang berumur > 50 tahun sebesar 77% dan usia < 50 tahun sebesar 23 % (Maharani, 2007). Jika dilihat pada penelitian ini usia >50 tahun sebesar 76%. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2014) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta menyebutkan bahwa usia 60 keatas memiliki tingkat kejadian osteoartritis paling banyak sebesar 57,6% daripada usia dibawah 60 sebesar 42,4%. Disebutkan juga oleh Marlina (2007) bahwa faktor usia berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya OA lutut (p=0,002). Probabilitas usia tertua


(47)

32

untuk mengalami OA lutut adalah 29,35 kali dibandingkan dengan usia termuda. Artinya bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin beresiko terjadi OA lutut (Marlina, 2014). Hal ini didukung data pada penelitian di Pontianak yaitu lebih dari separuh (51.3%) responden berusia 60-74 tahun atau berada pada usia lanjut (elderly) (Arrisa, 2010).

Usia merupakan faktor terkuat dibandingkan dengan faktor lain untuk terjadinya OA. Semakin bertambahnya usia semakin beresiko terjadi OA, sehingga OA disebut sebagai penyakit degeneratif (Ambardini, 2013). Dengan bertambahnya usia maka terjadi pengurangan volume/isi tulang rawan, proteoglikan, vaskularisasi dan perfusi tulang rawan. Perubahan ini dapat mengakibatkan ruang sendi menyempit dan pembentukan osteofit kecil. Selain itu juga dapat terjadi penurunan kekuatan otot, kehilangan proprioseptif, perubahan degeneratif pada meniskus dan ligamen sendi, serta pengapuran jaringan sendi. Semua perubahan ini semakin mempercepat terjadinya OA (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2009). Kekuatan kolagen pada lansia juga mengalami penurunan, hal ini bisa menyebabkan tulang rawan sendi menjadi lemah dan mudah rusak. Proses menua ada beberapa perubahan pada tulang dan sendi. Pada tulang terjadi pengurangan massa tulang dan berkurangnya formasi osteoblas tulang. Pada sendi terjadi gangguan matriks kartilago dan modifikasi proteoglikan dan glikosamaminoglikan (Johnson & Hunter, 2014).

Pada gambaran radiologis pasien osteoartritis, menunjukkan lokasi genu dextra terbanyak mengalami gangguan nyeri sendi dan terdapatnya gambaran


(48)

33

radiologis osteoartritis seperti oesteofit, penyempitan ceah sendi, subkondral sclerosis, perubahan anatomi sendi. Osteoastritis genu dextra sebanyak 17 (42,5%) responden, Selain di genu dextra juga daerah lain seperti os genu sinistra sebanyak 16 (40,0%) responden, genu dextra sinistra sebanyak 7 (17,5%) responden. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariss pada tahun 2012 di RSU Dokter Sudarso Pontianak menunjukkan bahwa osteoartritis yang berlokasi di sendi lutut paling banyak yaitu mencapai 89,91%. Sendi lutut merupakan sendi yang mudah terkena osteoartritis karena sendi tersebut selalu dipakai untuk melakukan aktivitas sehari- hari seperti berjalan dan sebagai penopang beban tubuh. Persentase kejadian osteoartritis pada lumbal dan servikal dalam penelitian ini adalah 2,75% dan 6,88%. Osteoartritis yang terjadi di lumbal hanya terjadi pada kelompok usia lanjut yaitu 55-78 tahun. Hal ini dapat terjadi karena penyakit osteoartritis yang bersifat degeneratif di bagian tulang belakang. Osteoartritis yang terjadi di servikal dapat terjadi di semua kelompok usia namun persentase terbesar terjadi pada kelompok usia 43-48 tahun. Hal tersebut terjadi karena osteoartritis servikal dapat disebabkan karena proses degeneratif maupun trauma. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan penderita osteoartritis pada lokasi panggul, jari kaki dan jari tangan.


(49)

34 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan yaitu : 1. Faktor usia mempunyai andil dalam tingkat kejadian osteoartritis lutut 2. Usia >60 tahun memiliki tingkat kejadian lebih banyak daripada usia

50-60 tahun dan paling sedikit usia <50 tahun pada kejadian osteoartritis lutut 3. H1 diterima

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan saran yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terkait faktor usia pada osteoartritis dengan membandingkan kelompok kontrol dan kelompok kasus

2. Perlu dilakukan penelitian lebih luas terhadap faktor-faktor lain pada osteoartritis


(50)

35

DAFTAR PUSTAKA

Abbate L., Renner J.B, Stevens J., et al. Do Body Composition and Body Fat Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women? The North American Association for the Study of Obesity, 2006; 14 : 1274 – 1281. Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis.

News Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1 – 4.

Bambang, Setiyohadi. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Temu Ilmiah Reumatologi 2003.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 213.

Creamer P., Hochberg M. Osteoarthritis. Lancet, 1997; 350 : 503 – 508.

Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK – UI, 1999 : 1 – 7.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Davies, Kim. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Erlangga.

Dieppe Paul A., Lohmander L. Stefan. Pathogenesis and Management of Pain in Osteoarthritis. The Lancet, 2005; 365 : 965 – 973.

Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk Factors. Ann Intern Med, 2000; 133 : 637 – 639.

Gordon, Neil F. 2002. Radang Sendi (Arthritis) Panduan Latihan Lengkap. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Haq I., Murphy E., Dacre J. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J, 2003; 79 : 377

– 383.

Irga. 2008. Osteoartritis. http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/osteoarhtritis. (9 Oktober 2008).

Isbagio, Harry. 1995. Pendekatan Diagnostik Penyakit Reumatik. Cermin Dunia Kedokteran No.78. Jakarta.


(51)

36

Khairani, Y., Husni, E., & Aryanty, N. (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, IMT, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoarthritis Lutut.

Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In : Rheumatology. United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited, 1994 : 2.1 – 10.6.

Kraus V.B. Pathogenesis and Treatment of Osteoarthritis. Med Clin North Am, 1997; 81 : 85 – 112.

Kurniawati, D. (2014). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks Masa Tubuh Dengan Osteoartritis Lutut.

Nugraha, A. S., Widyatmoko, S., & Jatmiko, S. W. (2015). Hubungan Obesitas Dengan Terjadinya Osteoartritis Lutut Pada Lansia Kecamatan Laweyan Surakarta. Biomedika, 7(1).

Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 – 31.

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006. p. 1195-201.

Stanley, Mickey dan Beare, Patricia B.. 2006. 
Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2. 
Jakarta: EGC.

Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Osteoartritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal 2538 – 2549. Sumariyono ; A.R. Nasution. 2006. Introduksi Reumatologi. Buku Ajar ilmu

Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta. Hal: 1083-1087

Sumariyono ; Linda K. Wijaya. 2006. Struktur Sendi, otot, Saraf dan Endotel Vaskular. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta. Hal: 1095-102

Messier S.P., Loeser R.F., Mitchell M.N., et al. Exercise and Weight Loss in Obese Older Adults with Knee Osteoarthritis : A Preliminary Study. Journal of American Geriatric Society, 2000; 48 : 1062 – 1072.

Mubarak, Wahit I. dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Medika. osteoarthritis at Dorland’s Medical Dictionary.


(52)

37

Pay Y.C., Rymer W.Z., Chang R.W., et al. Effect of Age and Osteoarthritis on Knee Proprioception. Arthritis Rheumatology, 1997; 40 : 2260 – 2265.

Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995 : 1218 - 1222.

Rawan, Broto. 2008. Manfaat Glukosamin dan Khondroitin Sulfate untuk Terapi Osteoartritis. http://rawanbroto.com/. (9 Oktober 208).

Wasis, R. 1999. “Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Usia 55 Tahun Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1992”. Cermin Dunia Kedokteran.

No.123.

Wiiliams M.H., Frankel S.H., Nanchahal K., Coast J., Donovan J.L. Epidemiologically Based Needs Assessment : Total Knee Replacement. University of Bristol : Health Care Evaluation Unit, 1992 : 1 – 8.


(53)

38

Daftar Lampiran

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

OA *

Umur 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

OA * Umur Crosstabulation Umur

Total <50 Tahun 50-60 Tahun >60 Tahun

OA Ya Count 10 11 14 35

% within OA 28.6% 31.4% 40.0% 100.0%

% within

Umur 41.7% 61.1% 87.5% 60.3%

Tidak Count 14 7 2 23

% within OA 60.9% 30.4% 8.7% 100.0%

% within

Umur 58.3% 38.9% 12.5% 39.7%

Total Count 24 18 16 58

% within OA 41.4% 31.0% 27.6% 100.0%

% within


(54)

39

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8.434a 2 .015

Likelihood Ratio 9.189 2 .010

Linear-by-Linear

Association 8.228 1 .004

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,34.


(1)

34 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan yaitu : 1. Faktor usia mempunyai andil dalam tingkat kejadian osteoartritis lutut 2. Usia >60 tahun memiliki tingkat kejadian lebih banyak daripada usia

50-60 tahun dan paling sedikit usia <50 tahun pada kejadian osteoartritis lutut 3. H1 diterima

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan saran yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terkait faktor usia pada osteoartritis dengan membandingkan kelompok kontrol dan kelompok kasus

2. Perlu dilakukan penelitian lebih luas terhadap faktor-faktor lain pada osteoartritis


(2)

35

DAFTAR PUSTAKA

Abbate L., Renner J.B, Stevens J., et al. Do Body Composition and Body Fat Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women? The North American Association for the Study of Obesity, 2006; 14 : 1274 – 1281. Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis.

News Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1 – 4.

Bambang, Setiyohadi. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Temu Ilmiah Reumatologi 2003.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 213.

Creamer P., Hochberg M. Osteoarthritis. Lancet, 1997; 350 : 503 – 508.

Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK – UI, 1999 : 1 – 7.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Davies, Kim. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Erlangga.

Dieppe Paul A., Lohmander L. Stefan. Pathogenesis and Management of Pain in Osteoarthritis. The Lancet, 2005; 365 : 965 – 973.

Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk Factors. Ann Intern Med, 2000; 133 : 637 – 639.

Gordon, Neil F. 2002. Radang Sendi (Arthritis) Panduan Latihan Lengkap. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Haq I., Murphy E., Dacre J. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J, 2003; 79 : 377 – 383.

Irga. 2008. Osteoartritis. http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/osteoarhtritis. (9 Oktober 2008).

Isbagio, Harry. 1995. Pendekatan Diagnostik Penyakit Reumatik. Cermin Dunia Kedokteran No.78. Jakarta.


(3)

36

Khairani, Y., Husni, E., & Aryanty, N. (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, IMT, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoarthritis Lutut.

Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In : Rheumatology. United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited, 1994 : 2.1 – 10.6.

Kraus V.B. Pathogenesis and Treatment of Osteoarthritis. Med Clin North Am, 1997; 81 : 85 – 112.

Kurniawati, D. (2014). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks Masa Tubuh Dengan Osteoartritis Lutut.

Nugraha, A. S., Widyatmoko, S., & Jatmiko, S. W. (2015). Hubungan Obesitas Dengan Terjadinya Osteoartritis Lutut Pada Lansia Kecamatan Laweyan Surakarta. Biomedika, 7(1).

Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 – 31.

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006. p. 1195-201.

Stanley, Mickey dan Beare, Patricia B.. 2006. 
Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2. 
Jakarta: EGC.

Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Osteoartritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal 2538 – 2549. Sumariyono ; A.R. Nasution. 2006. Introduksi Reumatologi. Buku Ajar ilmu

Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta. Hal: 1083-1087

Sumariyono ; Linda K. Wijaya. 2006. Struktur Sendi, otot, Saraf dan Endotel Vaskular. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta. Hal: 1095-102

Messier S.P., Loeser R.F., Mitchell M.N., et al. Exercise and Weight Loss in Obese Older Adults with Knee Osteoarthritis : A Preliminary Study. Journal of American Geriatric Society, 2000; 48 : 1062 – 1072.

Mubarak, Wahit I. dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Medika. osteoarthritis at Dorland’s Medical Dictionary.


(4)

Pay Y.C., Rymer W.Z., Chang R.W., et al. Effect of Age and Osteoarthritis on Knee Proprioception. Arthritis Rheumatology, 1997; 40 : 2260 – 2265.

Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995 : 1218 - 1222.

Rawan, Broto. 2008. Manfaat Glukosamin dan Khondroitin Sulfate untuk Terapi Osteoartritis. http://rawanbroto.com/. (9 Oktober 208).

Wasis, R. 1999. “Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Usia 55 Tahun Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1992”. Cermin Dunia Kedokteran. No.123.

Wiiliams M.H., Frankel S.H., Nanchahal K., Coast J., Donovan J.L. Epidemiologically Based Needs Assessment : Total Knee Replacement. University of Bristol : Health Care Evaluation Unit, 1992 : 1 – 8.


(5)

38

Daftar Lampiran

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

OA *

Umur 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

OA * Umur Crosstabulation Umur

Total <50 Tahun 50-60 Tahun >60 Tahun

OA Ya Count 10 11 14 35

% within OA 28.6% 31.4% 40.0% 100.0%

% within

Umur 41.7% 61.1% 87.5% 60.3%

Tidak Count 14 7 2 23

% within OA 60.9% 30.4% 8.7% 100.0%

% within

Umur 58.3% 38.9% 12.5% 39.7%

Total Count 24 18 16 58

% within OA 41.4% 31.0% 27.6% 100.0%

% within


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8.434a 2 .015

Likelihood Ratio 9.189 2 .010

Linear-by-Linear

Association 8.228 1 .004

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,34.