HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RADIOLOGI

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RIJAL MAHDIY PRADANA 20120310158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RIJAL MAHDIY PRADANA 20120310158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Disusun oleh :

RIJAL MAHDIY PRADANA 20120310158

Telah disetujui pada tanggal :

...

Dosen pembimbing Dosen Penguji

dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad, M.Kes dr. Ana Majdawati, Sp.Rad, M.Kes

NIK:797692 NIK: 19690803199910173037

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, SP.OG, M.Kes NIK: 1971102819973027


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Rijal Mahdiy Pradana NIM : 20120310158

Program Studi : S1 Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 11 April 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk, dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul hubungan indeks masa tubuh (IMT) pasien osteoatritis lutut ditinjau dari pemeriksaan radiologi.

Adapun tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas di blok Metodologi Penelitian. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil yang memenuhi syarat dan lebih baik.

Akhir kata penulis mengharapkan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama kedokteran.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, April 2015


(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRACT ... ix

INTISARI ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Anatomi lutut ... 5

2. Etiologi ... 9

B. Kerangka Teori... 19

C. Kerangka Konsep ... 20

D. Hipotesis ... 20

BAB III ... 21

METODE PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22


(7)

vi

D. Instrumen Penelitian... 23

E. Jalannya Penelitian ... 24

F. Analisis Data ... 24

BAB IV ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. HASIL ... 26

1. Gambaran Penelitian ... 26

2. Karakteristik Responden ... 27

3. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 32

BAB V ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. The Knee joint ... 5

Gambar 1.2. Right leg, lateral view ... 6

Gambar 1.3. The patella ... 6

Gambar 1.4. Right femur ... 7

Gambar 1.5. Right tibia, anterior view ... 8


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel IMT ... 18

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 27

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia... 28

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) ... 28

Tabel 4. Spesifikasi gambaran radiologis osteoatritis lutut ... 29

Tabel 5. Lokasi gambaran radiologis pasien osteoatritis ... 30

Tabel 6. Hasil Uji Kappa ... 30

Tabel 7. Uji analisis pengaruh IMT pada OA lutut ... 31


(10)

ix

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis is a degenerative joint disease that is chronic, slowly progressive walking, often inflamed or only causes mild inflammation, and characterized by deterioration and abrasion of articular cartilage, and new bone formation at the joint surface. Osteoarthritis usually affects the joints supporting the weight weight bearing for example on hips, knees, spine, but can also on the shoulders, joints of the fingers, and ankles.

Methods: This empirically retrospective observational analytic with cross sectional study design taking observing relationship with the patient's body mass index of knee osteoarthritis by reviewing of examination radiologi.Berdarsarkan this study involving 63 respondents were willing to measured height and height , as well as his future index is calculated degrees . The data were analyzed using Chi - Square test .

Results: Based on this research note from a total of 63 respondents characteristics obtained based on the body mass index category Normal there are 4 respondents (8.3%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 8 respondents (53.3%) were not knee osteoarthritis, there Excess Body Mass 18 respondents (37.5%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 5 respondents (33.3%) were not knee osteoarthritis, obesity there are 26 respondents (54.1%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 2 respondents (13.3%) which is not Oateoatritis Knee. So the total is in the diagnosis of knee osteoarthritis by 48 responders and 15 non osteoarthritis of the knee. From the analysis above showed the value of P <0.05, which means obtained by IMT significant effect on the incidence of knee OA statistically. Obesity is one of the metabolic syndrome. Characterized by excess BMI. Obesity is closely associated with an increased risk of a number of complications that can occur alone or simultaneously, one of them is OA. According Coggon D in 2001, there were 33.7% of obese people with OA of 729 cases.

Conclusion: There is a significant correlation between body mass index values in patients with knee osteroatritis especially in people who have excess weight. Keywords: Ideks body mass, knee osteoarthritis, knee OA radiological picture


(11)

x

INTISARI

Latar Belakang: Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan weight bearing misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki.

Metode: Penelitia ini bersifat analitik observasional retrospektif dengan mengambil desain penelitian cross sectional mengamati hubungan indeks masa tubuh dengan pasien osteoatritis lutut dengan meninjau dari pemeriksaan radiologi.Berdarsarkan penelitian ini melibatkan 63 responden yang bersedia diukur tinggi badan dan tinggi badannya, serta dihitung derajat Indeks masa tubuhnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil: Berdasarkan penelitian ini diketahui dari jumlah total 63 responden karakteristik berdasarkan Indeks Masa Tubuh didapatkan kategori Normal terdapat 4 responden (8,3%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 8 responden (53,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Massa Tubuh Berlebih terdapat 18 responden (37,5%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 5 responden (33,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Obesitas terdapat 26 responden (54,1%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 2 responden (13,3%) yang bukan Oateoatritis Lutut. Jadi total yang di diagnosis Osteoatritis Lutut sebanyak 48 responden dan 15 yang bukan Osteoatritis lutut. Dari hasil analisis di atas didapatkan hasil nilai P<0,05 yang artinya didapatkan pengaruh yang bermakna oleh IMT terhadap kejadian OA lutut secara statistik. Obesitas merupakan salah satu metabolic syndrome. Yang ditandai dengan IMT berlebih. Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan, salah satu nya adalah OA. Menurut Coggon D pada tahun 2001, terdapat 33.7% penderita obesitas dengan OA dari 729 kasus.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai indeks masa tubuh pada penderita osteroatritis lutut terutama pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih.


(12)

(13)

ix

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis is a degenerative joint disease that is chronic, slowly progressive walking, often inflamed or only causes mild inflammation, and characterized by deterioration and abrasion of articular cartilage, and new bone formation at the joint surface. Osteoarthritis usually affects the joints supporting the weight weight bearing for example on hips, knees, spine, but can also on the shoulders, joints of the fingers, and ankles.

Methods: This empirically retrospective observational analytic with cross sectional study design taking observing relationship with the patient's body mass index of knee osteoarthritis by reviewing of examination radiologi.Berdarsarkan this study involving 63 respondents were willing to measured height and height , as well as his future index is calculated degrees . The data were analyzed using Chi - Square test .

Results: Based on this research note from a total of 63 respondents characteristics obtained based on the body mass index category Normal there are 4 respondents (8.3%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 8 respondents (53.3%) were not knee osteoarthritis, there Excess Body Mass 18 respondents (37.5%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 5 respondents (33.3%) were not knee osteoarthritis, obesity there are 26 respondents (54.1%) were in the diagnosis of knee osteoarthritis and 2 respondents (13.3%) which is not Oateoatritis Knee. So the total is in the diagnosis of knee osteoarthritis by 48 responders and 15 non osteoarthritis of the knee. From the analysis above showed the value of P <0.05, which means obtained by IMT significant effect on the incidence of knee OA statistically. Obesity is one of the metabolic syndrome. Characterized by excess BMI. Obesity is closely associated with an increased risk of a number of complications that can occur alone or simultaneously, one of them is OA. According Coggon D in 2001, there were 33.7% of obese people with OA of 729 cases.

Conclusion: There is a significant correlation between body mass index values in patients with knee osteroatritis especially in people who have excess weight. Keywords: Ideks body mass, knee osteoarthritis, knee OA radiological picture


(14)

x

INTISARI

Latar Belakang: Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan weight bearing misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki.

Metode: Penelitia ini bersifat analitik observasional retrospektif dengan mengambil desain penelitian cross sectional mengamati hubungan indeks masa tubuh dengan pasien osteoatritis lutut dengan meninjau dari pemeriksaan radiologi.Berdarsarkan penelitian ini melibatkan 63 responden yang bersedia diukur tinggi badan dan tinggi badannya, serta dihitung derajat Indeks masa tubuhnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil: Berdasarkan penelitian ini diketahui dari jumlah total 63 responden karakteristik berdasarkan Indeks Masa Tubuh didapatkan kategori Normal terdapat 4 responden (8,3%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 8 responden (53,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Massa Tubuh Berlebih terdapat 18 responden (37,5%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 5 responden (33,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Obesitas terdapat 26 responden (54,1%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 2 responden (13,3%) yang bukan Oateoatritis Lutut. Jadi total yang di diagnosis Osteoatritis Lutut sebanyak 48 responden dan 15 yang bukan Osteoatritis lutut. Dari hasil analisis di atas didapatkan hasil nilai P<0,05 yang artinya didapatkan pengaruh yang bermakna oleh IMT terhadap kejadian OA lutut secara statistik. Obesitas merupakan salah satu metabolic syndrome. Yang ditandai dengan IMT berlebih. Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan, salah satu nya adalah OA. Menurut Coggon D pada tahun 2001, terdapat 33.7% penderita obesitas dengan OA dari 729 kasus.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai indeks masa tubuh pada penderita osteroatritis lutut terutama pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan

bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan

dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiadi, 2009).

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan weight bearing misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. (MA, SA, & LM, 2006)

Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah yakni faktor genetik, jenis kelamin, suku/ras dan usia. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yakni obesitas, hormonal, aktivitas fisik dan trauma/cedera. (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiadi, 2009)


(16)

2

Oleh karena itu perlu diadakannya sebuah studi kasus dimana membahas tentang hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) pada pasien orteoatritis lutut dengan cara melihat dari gambaran radiologinya.

Berdasarkan pemaparan dari Kun Salimah dalam penelitiannya tentang hubungan antara factor resiko berupa indeks masa tubuh (IMT) dengan kejadian osteoartritis lutut pada pasien rawat jalan poli reumatik RS. Dr. Kariadi Semarang bulan Maret-Juni 2005 mengemukakan bahwa seseorang dengan indeks masa tubuh (IMT) >22 (overweight) mempunyai resiko terkena osteoartritis lutut 2,083 kali lebih besar dari pada seseorang dengan indeks masa tubuh (IMT). (Salimah, 2005)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah saya jelaskan di atas maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) dengan gambaaran radiologi genu / lutut pada pasien Osteoatritis?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan indeks masa tubuh (IMT) pada penderita Osteoatritis Lutut dengan pada hasil pemerikasaan radiologi

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pengaruh indeks masa tubuh (IMT) pada penyakit Osteoatritis Lutut dengan melihat dari hasil pemerikasaan radiologi.


(17)

3

2. Diketahui munculnya gambaran radiologis khas Osteoatritis Lutut dengan faktor resiko yang di pengaruhi indeks masa tubuh (IMT). 3. Diketahuinya tingkat keparahan Osteoatritis Lutut berdasarkan pada

indeks masa tubuh (IMT).

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pemerintahan dan Pendidikan Terkait

1. Sebagai bahan evaluasi kesehatan masyarakat dalam meningkatan mutu kualitas sumber daya manusia didaerah dan institusi terkait. 2. Sebagai data tambahan dalam bidang ilmu radiologi di rumahsakit atau

lab di daerah terkait.

3. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada institusi dan daerah terkait.

4. Sebagai data dalam mengatasi kasus serupa didaerah dan institusi terkait.

b. Bagi Institusi Pendidikan Peneliti

1. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan pembelajaran, bila ada peneliti yang baru dapat melanjutkan penelitian tentang angka kejadian ataupun penanganan kasus tersebut kedepannya.

2. Sebagai bahan bacaan dan sarana menambah wawasan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berkaitan dengan kasus Osteoatritis Lutut.


(18)

4

c. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman dengan dibuatnya karya tulis ilmiah mengenai hubungan indeks masa tubuh (IMT) pada penderita Osteoatritis Lutut dengan meninjau pada hasil pemerikasaan radiologi serta menjadi bekal untuk penelitian-penelitian lainnya sebagai seorang dokter yang long life learning.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sebelunya belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu yang mendekati topic penelitian ini adalah :

1. Hubungan antara indeks masa tubuh dengan derajat osteoatritis lutut menurut kellgren dan lawrence. (Listyani,2010)

2. Hubungan umur, jenis kelamin, Indeks masa tubuh dan aktivitas fisik dengan osteoatritis lutut. (Khairani, 2013)

3. Hubungan obesitas dengan Osteoatritis Lutut pada lansia di kelurahan Puncangsawit kecamatan Jebres Surakarta. (Wahyuningsih, 2009)

Perbedaan penelitian tersebut diatas dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada populasi, tempat penelitian, dan kriteria reponden yang akan diteliti.


(19)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Anatomi lutut

Komponen sendi lutut besar karena menanggung tekanan beban yang berat dan mempunyai ROM yang luas. Gerakannya penting untuk memendekkan dan memanjangkan tungkai bagian bawah saat berjalan. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia.

Gambar 1.1. The Knee joint

a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut

Sendi lutut dibentuk oleh artikulasi distal tulang femur & ujung proximal tulang tibia dan meniscus. Permukaan sendi distal femur terbagi 2, anterior > permukaan patella inferior -> tibia Permukaan patella berbentuk saddle dan tidak simetris, dengan permukaan lateral


(20)

6

lebih besar dan lebih convex daripada medial. Pada permukaan ini tulang patella berada Permukaan tibial tulang femur dilihat dari lateral pada permukaan anteriornya rata dan melengkung pada posteriornya. (Anonim, 2010)

Gambar 1.2. Right leg, lateral view


(21)

7

Permukaan inferior femur di bentuk oleh dua condylus yang dipisahkan oleh fossa intercondylar. Condylus medial, diameter transverse lebih kecil tetapi diameter longitudinalnya lebih panjang.

Gambar 1.4. Right femur

Tulang tibia punya dua permukan artikulasi,permukaan medial, oval, lebih dalam dan lebih concave dibanding lateralnya. Kedua permukaan ini dipisahkan eminen intercondylaris. (Anonim, 2010)


(22)

8

Gambar 1.5. Right tibia, anterior view

b. Ligamen Lutut

1) Ligamentum Cruriatum

Ligamentum cruriatum anterior mulai dari anterior medial tibia ke permukaan medial dari condylus lateral femoris. Ligamentum cruriatum posterior muncul dari belakang tibia dan terus kearah depan, atas dan dalam mencapai condylus medial femoris.

Ligamen cruriatum mencegah shear motion dari sendi lutut dan bertindak menuntun flexirotasi dari sendi lutut. Ligamentum cruriatum posterior mencegah rotasi internal berlebihan dari tibia dan femur. Ligamentum cruriatum anterior mencegah rotasi external abnormal. Ligamen cruriarum anterior juga menstabilkan lutut saat extensi dan mencegah hyperextensi.


(23)

9

2) Ligamentum Collateral dan Kapsular

Keduanya menstabilkan sendi dengan menuntun dan membatasi gerakan sendi. Ligamentum collateral merupakan jaringan fibrosis dari capsul sendi lutut. Dapat dibagi menjadi bagian medial dan lateral. Ligamen capsular lateral (ligamen collateral fibular) lewat dari lateral epichondil femur ke kepala fibula. Terdapat sejumlah bursa diantara bagian dalam ligamen capsular tengah dan ligamen collateral medial. (Anonim, 2010)

Gambar 1.6. The right knee in flexion, anterior view

2. Etiologi

Osteoatritis (OA) merupakan penyakit degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Pervalensi OA lutut radiologis


(24)

10

di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5 % pada pria, dan 12.7 % pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.pada derajat yang lebih berat nyeri dapat merasakan terus menerus sehingga mengganggu mobilitas pasien.

Terapi OA pada umum nya simptomatik, misalnya dengan pengendalian factor-faktor risiko, pada OA fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Untuk membantu mengurangi keluhan nyeri pada OA, biasanya digunakan analgetika atau obat anti-inflamasi non steroid (OAINS). Karena keluhan nyeri pada OA yang kronik dan progresif, penggunaan OAINS biasanya berlangsung lama, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah.

a. Etiopatogenesis Osteoatritis

Berdasarkan pathogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoatritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoatritis primer lebih sering ditemukan disbanding OA sekunder (woodhead, 1989; sunarto, 1990; rahardjo, 1994).


(25)

11

b. Faktor-faktor risiko osteoatritis

Secara garis besar factor resiko untuk timbuulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi memiliki biomekanik, cedera dan presentase gangguan yang berbeda, sehingga peran factor-faktor risiko tersebut masing-masing OA tertentu berbeda. Dengan melihat factor-faktor risiko ini, maka sebenarnya semua OA individual dapat di pandang sebagai

1) Factor yang mempengaruhi predisposisi generalisata.

2) Factor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak tak normal pada sendi-sendi tertentu.

Kegemukan, factor genetik, dan jenis kelamin adalah factor risiko umum yang penting.

1) Umur

Pervalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.

2) Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun frekwensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekwensi OA lebih banyak pada wanita di banding


(26)

12

pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.

3) Kegemukan dan penyakit metabolic

Berat badan berlebih ternyata berkaitan dengan factor risiko pada OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan OA sendi lain (tangan atas sternoklavikula). Oleh karena itu selain factor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat factor lain (metabolic) yang berperan pada timbulnya kelainan tersebut. 4) Cedera sendi, pekerjaan, dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan risiko OA tertentu. Demikian juga dengan cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi.

5) Kelainan pertumbuhan

Kelainan kogenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi kogenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.

6) Factor-faktor lain

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih


(27)

13

padat (keras) tak membantu mengurangi beban yang ditimbulkan oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi jadi mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. (Anonim, 2010)

c. Riwayat penyakit

Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhanya sudah berlangsung lama, tetapi berkembangnya secara perlahan

1) Nyeri sendi

Keluhan ini adalah keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu menimbulkan rasa nyeri yang lebih di banding gerakan lain. Nyeri pada OA juga dapat perjaralan atau akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin mungkin menimbulkan nyeri di betis, yang bisa disebut dengan claudication intermitten. 2) Hambatan gerakan sendi

Ganguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.


(28)

14

3) Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti dudk di kursi atau dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.

4) Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5) Perbesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukan bahwa salah satu sendinya (seringkali di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

6) Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemampuan pasien OA yang umumnya tua. (Anonim, 2010)

d. Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.

1) Radiografis sendi yang terkena

Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoatritis sudah cukup memberikan gambaran radiologis yang lebih canggih.


(29)

15

Gambaran radiografi sendi yang menyongkong diagnosis OA ialah: a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat

daripada bagian yang menangung beban).

b) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondrial. c) Kista tulang.

d) Osteofit pada pinggir sendi. e) Perubahan struktur anatomi sendi.

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat di gradasi menjadi ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence). Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Pemeriksaan pengindraan dan radiografi sendi lain.

a) Pemeriksaan radiografi sendi lain atau pengindraan magnetic mungkin diperlukan pada keadaan tertentu. Bila osteoatritis pada pada pasien dicurigai berkaitan dengan penyakit metabolic atau genetic seperti alkaptonuria, oochronosis, dysplasia epifisis, hiperparatiroidisme, penyakit paget atau hemokromatosis

b) Radiografi sendi lain perlu di pertimbangkan juga pada pasien yang mempunyai keluhan sendi (osteoatritis generalisata). c) Pasien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-penyakit

yang meskipun jarang tetapi berat (osteonecrosis, neuropati charcot, pigmented sinovitis) perlu pemeriksaan yang lebih


(30)

16

mendalam. Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit tersebut seringkali diperlukan pemeriksaan lain yang lebih canggih seperti sidikan tulang, pengindraan dengan resonansi magnetic (MRI), artroskopi, dan artrografi.

d) Pemeriksaan lebih lanjut (khususnya MRI) dan mielografi mungkin juga diperlukan pada pasien OA tulang belakang untuk menentukan sebab-sebab gejala dan keluhan-keluhan kompresi radicular atau medulla spinalis.

e. Area dan data yang diteliti

Area yang harus di teliti di sini berupa gambaran dari hasil radiologi pada sendi pasien Osteoatritis lutut terutama pada bagian lutut dan juga keluhan yang di alami pasien yang menderita penyakit Osteoatritis lutut mulai dari keluhan utama sampai keluhan yang di sebabkan karena memberatnya factor resiko dari Osteoatritis lutut tersebut.

Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan dan data sekunder yaitu derajat osteoartritis lutut yang diderita oleh pasien. Data primer didapatkan dengan cara wawancara dan pengukuran tinggi badan serta berat badan pasien. Data sekunder didapatkan dari catatan medik pasien.

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence. Pada derajat 0, tidak ada gambaran osteoartritis. Pada derajat 1, osteoartritis meragukan dengan


(31)

17

gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit minimal. Pada derajat 2, osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik. Pada derajat 3, osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit. Pada derajat 4, osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral.

3. Rumus Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) pangkat 2, atau lebih jelasnya:

IMT=BB/(TBxTB)

Contoh: Misalkan berat badan anda 70 kilogram dan tinggi badan anda 175 cm, maka:

IMT= 70/(1,75x1,75)=22,86

Jika anda menghitung dengan kalkulator, mungkin akan kesulitan. Namun hal tersebut bisa diakali dengan cara hitung sebagai berikut:

70/1,75/1,75=22,86

Nilai yang dihasilkan adalah dalam kg/m2. Dalam beberapa kasus nilai tersebut bisa diabaikan. Tapi ingat, tubuh manusia bukanlah hitungan matematika. Nanti lebih lanjut akan saya sampaikan alasan mengapa IMT tidak bisa akurat dalam beberapa kasus.


(32)

(33)

19

B. Kerangka Teori

IMT

NORMAL, MASA TUBUH BERLEBIH, & OBES

Beban sendi bertambah


(34)

20

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

IMT dengan nilai berat badan berlebih dan obesitas memiliki hubungan dengan terjadinya Osteoatritis Lutut.

IMT pasien dengan keluhan nyeri lutut

MASA TUBUH BERLEBIH

NORMAL OBES

GAMBARAN RADIOLOGI OA GENU (+) OA GENU (-) OA GENU (+) OA GENU (-) OA GENU (+) OA GENU (-) KESIMPULAN GAMBARAN RADIOLOGI GAMBARAN RADIOLOGI

Variabel Luar terkendali: Usia, cedera sendi, suku

bangsa, pekerjaan, olahraga berat

Variabel Luar tidak terkendali: Genetik


(35)

21

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitia ini bersifat analitik observasional retrospektif dengan mengambil desain penelitian cross sectional mengamati hubungan indeks masa tubuh dengan pasien osteoatritis lutut dengan meninjau dari pemeriksaan radiologi.

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua data rekap medis pasien oseoatritis lutut RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan periode 1 januari 2016 sampai 31 Maret 2016.

2. Sampel

Pada penelitian kali ini, teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Peneliti mengambil sampel dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan pasien OA lutut di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Berikut ini kriteria inklusi dan eksklusi:

a. Kriteria inklusi

1) Pasien yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini. 2) Pasien yang memiliki keluhan nyeri lutut.

3) Pasien dengan usia 20 – 70 tahun.

4) Pasien yang melakukan pemeriksaan radiologi 5) Pasien yang bisa berdiri


(36)

22

6) Pasien yang tidak cacat

7) Pasien tidak mengalami gangguan berjalan 8) Pasien tidak mengalami cedera berat pada lutut

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien menunjukan gizi kurang

2) Pasien pada hasil foto ronsen terdapat abnormalitas 3) Mengalami gangguan berjalan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan untuk dimulai pada bulan Juni 2015, dengan diawali survey pada januari 2016.

b. Tempat penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

C. Variabel dan Definisi Oprasional 1. Variabel

a. Variabel bebas

Ditinjau dari indeks masa tubuh (IMT) normal, masa tubuh berlebih, dan obes pada pasien OA lutut

b. Variabel tergantung


(37)

23

c. Variabel Luar

Variabel luar adalah variabel pengganggu yaitu variabel yang tidak diteliti namun berhubungan dengan hasil penelitian. Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah adanya gangguan yang mempengaruhi kualitas dari gambaran radiologi dan kurangnya data yang tertera pada rekap medis

2. Definisi Operasional

a. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhanaberat/tinggi yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan lebih/obesitas pada orang dewasa dengan klasifikasi nilai IMT normal (18,5-22,9) masa tubuh berlebih (23,0-27,4) dan obes (27,5-40,0) b. Osteoartritis lutut merupakan penyakit sendi degeneratif yang

berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi pada daerah lutut dan pasien yang dikatakan menderita Osteoatritis lutut jika ditemukan adanya tanda-tanda penyempitan celah sendi, sklerotik, dan osteofit pada pemeriksaan radiologi

D. Instrumen Penelitian

1. Hasil gambaran radiologi


(38)

24

E. Jalannya Penelitian

1. Peneliti mempersiapkan surat ijin dari pihak perijinan penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang kemudian diberikan kepada pihak RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

2. Surat akan didisposisi oleh bagian SDM RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

3. Setelah mendapatkan ijin, peneliti akan mengumpulkan data berupa data dari rekap medis dan hasil pemeriksaan radiologi.

4. Data yang akan diambil adalah indeks masa tubuh (IMT) di hitung dari usia dan tinggi badan pasien OA lutut dan hasil pemeriksaan radiologi. 5. Data kemudian akan diolah untuk selanjutnya diambil kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan.

F. Analisis Data

Data dianalisis dengan seperangkat alat komputer menggunakan metode komparatif kategorik tidak berpasangan. Data hasil pemeriksaan radiologi dianalisis dengan uji Chi-Square. Analisis data ini bertujuan mengetahui adanya hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) pada OA lutut.

Tahapan-tahapan analisa data yang akan dilakukan: 1. Input data


(39)

25

2. Editing

Editing adalah pengoreksian data yang telah dikumpulkan. 3. Koding

Pembuatan kode pada tiap data yang telah diperoleh. 4. Tabulasi

Membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode. 5. Analisis data

Setelah data didapatkan lalu terkumpul kemudian ditabulasi. Data tersebut diolah menggunakan program SPSS (Statistical Package For The Social Sciences) versi 15.


(40)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada seluruh pasien yang terdiagnosis Osteoatritis lutut di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Penelitian ini dilakukan setiap ada pasien yang berobat atau control ke RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan dan dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang bertujuan untuk mengetahui setatus IMT pasien tersebut:

a. Inform Consent

Inform Consent dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah pasien bersedia di ukur tinggi badan dan berat badannya

b. Pengambilan Data

Apabila pasien telah bersedia mengikuti penelitian ini maka dilakukan pengambilan data yang berupa nama, nomor rekap medis, alamat, umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.

c. Pengisian Data

Pengisian data dicatat dalam blanko yang sudah disediakan oleh peneliti


(41)

27

d. Penyajian Data

Semua data yang telah diperoleh, diolah dan ditampilkan dalam bentuk table. Data antar variable dianalisis dengan uji korelasi yang sesuai yaitu menggunakan analisis deskriptif uji univariat.

2. Karakteristik Responden

Setelah dilakuan pengambilan data didapatkan 63 responden yang bersedia mengikuti penelitian ini dan semua responden memenuhi syarat menurut keriteria inklusi dan eksklusi.

Berikut adalah karaktristik responden tersebut berdasarkan data yang diperoleh:

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 23 36,5%

Perempuan 40 63,5%

Berdasarkan tabel 1, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (36,5%), dan perempuan sebanyak 40 orang (63,5%). Berdasarkan karakteristik didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki.


(42)

28

b. Berdasarkan Usia

Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia N %

<50 tahun 10 15.9

50-60 tahun 25 39.7

>60 tahun 28 44.4

Total 63 100%

Berdasarkan tabel.2 diatas diketahui dari jumlah total 63 responden karakteristik berdasarkan usia <50 tahun berjumlah sebanyak 10 orang (15,9 %) , usia 50-60 tahun berjumlah sebanyak 25 orang (39,7 %) ,dan usia >60 tahun berjumlah sebanyak 28 orang (44,4 %) oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah pada usia >60 tahun.

3. Hasil Penelitian

a. Medasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik subjek penelitian berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagai berikut:

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Masa Tubuh N %

Normal (18,5-22,9) 12 19,1

Massa Tubuh Berlebih (23,0-27,4) 23 36,5

Obesitas (27,5-40) 28 44,4


(43)

29

Berdasarkan tabel.3 diatas diketahui dari jumlah total 63 responden karakteristik berdasarkan Indeks Masa Tubuh didapatkan kategori Normal 12 orang (19,1%), Massa Tubuh Berlebih 23 orang (36,5%), Obesitas 28 orang (44,4%).

b. Radiologi

Berikut ini gambaran radiologis pasien osteoatritis di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan sebagai berikut:

Tabel 4. Spesifikasi gambaran radiologis osteoatritis lutut

Gambaran radiologis Frekuensi %

Penyempitan celah sendi asimetris (lebih berat bagian yang menanggung beban)

27 kasus 38,0 Peningkatan densitas (sklerotik) subkondral

tulang

19 kasus 26,8

Kista tulang 0 kasus 0

Osteofit pada pinggir tulang sendi 18 kasus 25,4 Perubahan struktur anatomi tulang 7 kasus 9,8

Dari responden yang di diagnosis osteoatritis lutut yang dilakukan pemeriksaan radiologi ada 48 data dan didapatkan hasil spesifikasi radiologis sebanyak 71 kasus yang mengarah pada karakteristik osteoatritis lutut. Intrpetasi gambaran radiologi yang kami ambil berdasarkan penulisan dari dokter yang menangani pasien tersebut atau ahli radiologinya, bukan berdasarkan hasil langsung analisis kami. Pada gambaran radiologis responden pasien osteoatritis lutut didapatkan bahwa gambaran penyempitan celah sendi asimetris paling banyak yaitu 27 kasus, gambaran peningkatan densitas (sklerotik) subkondral tulang sebanyak 19 kasus, sedangkan kista


(44)

30

tulang tidak didapatkan pada pasien, osteofit pada pinggir tulang sendi didapatkan 18 kasus, dan perubahan struktur anatomi tulang didapatkan 7 kasus.

Berikut adalah lokasi pada gambaran radiologisnya responden pasien osteoatritis lutut, sebagai berikut:

Tabel 5. Lokasi gambaran radiologis pasien osteoatritis lutut

Lokasi gambaran radiologis Frekuensi %

Genu dextra 17 35,4

Genu sinistra 15 31,3

Genu dextra sinistra 16 33,3

Total 48 100

Dari total 48 pasien yang didiagnosis Osteoatritis Lutut didapatkan gambaran radiologis pasien menunjukan lokasi genu dextra terbanyak yang mengalami gangguan Osteoatritis Lutut yaitu sebanyak 17 responden. Sedangkan pada genu sinistra didapatkan 15 reponden dan pada genu dextra sinistra sebanyak 16 reponden.

c. Uji Kappa

Tabel 6. Hasil Uji Kappa

Peneliti B

Total Nilai P

OA Tidak OA

F % f % F %

Peneliti A

OA 1 33,3 0 0,0 1 20,0

0,361

Tidak OA 2 66,7 2 100,0 4 80,0


(45)

31

Nilai kappa menunjukan 0,286 dan signifikansinya 0,361 yang berarti tidak memiliki korelasi yamg signifikan antara peneliti pertama 1 dan ke dua 2. Indikator bahwa peneliti 1 dan 2 konsisten dengan menunjukan nilai kappa mendekati 1.

d. Pengaruh IMT pada OA lutut dan analisis korelasi ETA Tabel 7. Uji analisis pengaruh IMT pada OA lutut

IMT

OA lutut

Total Nilai

P

Ya Tidak

F % F % F %

0,000

Normal 4 8,3 8 53,3 12 19,1

Masa Tubuh Berlebih 18 37,5 5 33,3 23 36,5

Obesitas 26 54,1 2 13,3 28 44,4

Total 48 100 15 100 63 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari jumlah total 63 responden karakteristik berdasarkan Indeks Masa Tubuh didapatkan kategori Normal terdapat 4 responden (8,3%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 8 responden (53,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Massa Tubuh Berlebih terdapat 18 responden (37,5%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 5 responden (33,3%) yang bukan Osteoatritis Lutut, Obesitas terdapat 26 responden (54,1%) yang di diagnosis Osteoatritis Lutut dan 2 responden (13,3%) yang bukan Oateoatritis Lutut. Jadi total yang di diagnosis Osteoatritis Lutut sebanyak 48 responden dan 15 yang bukan Osteoatritis lutut.

Dari hasil analisis di atas didapatkan hasil nilai P<0,05 yang artinya didapatkan pengaruh yang bermakna oleh IMT terhadap kejadian OA lutut secara statistik.


(46)

32

Tabel 8. Hasil analisis korelasi ETA

ETA Value

OA Lutut Dependent 0.512

Dari hasil analisis korelasi ETA yang merupakan analisis korelasi nominal ordinal didapatkan nilai positif yaitu 0,512. Yang bermakna didapatkan korelasi positif yaitu semakin pertambahan usia maka, semakin berhubungan dengan kejadian OA lutut, nilai 0,512 memiliki kekuatan korelasi sedang.

B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian saya responden yang masuk dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai Indeks Masa Tubuh (IMT) Obesitas yaitu sejumlah 28 orang atau 44,4%.

Dari uji analisis yang dilakukan didapatkan hasil responden yang memiliki IMT dalam kategori Obesitas lebih banyak dibanding responden yang memiliki nilai IMT Normal dan Masa tubuh berlebih, selain itu uji analisis pengaruh IMT dan OA lutut didapatkan nilai P yang signifikan (P<0,05).

Obesitas merupakan salah satu metabolic syndrome yang ditandai dengan IMT berlebih. Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan, salah satu nya adalah OA. Menurut Coggon D pada tahun 2001, terdapat 33.7% penderita obesitas dengan OA dari 729 kasus. (Sunarti, Ridwan, & Firdaus, 2011)


(47)

33

Banyak hal yang dapat menjadi faktor risiko (multi factorial) penyakit ini, salah satu di antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring dengan bertambahnya usia, yang umumya menyerang pada usia di atas 50 tahun. (Isbagio, 2009)

Populasi dengan berat badan lebih dan obesitas mempunyai faktor risiko Osteoartritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun unilateral pada jenis kelamin apapun. (Eyler, 2003)

Untuk gambaran radiologis berdasarkan penelitian saya yang terbanyak ialah responden yang mengalami Penyempitan celah sendi asimetris (lebih berat bagian yang menanggung beban) yaitu sejumlah 27 kasus atau 38,0% selain itu ada juga gambaran peningkatan densitas (sklerotik) subkondral tulang, osteofit pada pinggir tulang sendi, dan perubahan struktur anatomi tulang. Lutut yang sering terkena adalah genu dextra. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan Maya Yanuarti yaitu pada OA terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit. Selain osteofit, pada pemeriksaan X-ray penderita OA biasanya didapatkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan kista subkondral (M Yanuarti, 2014)

Pasien dengan beban tubuh besar maka akan besar pula gaya gesekan yang terjadi antar sendinya dan akan menimbulkan nyeri pada penderita osteoarthritis. Pengurangan berat badan setengah kilogram menghemat beban lutut 2 kg, dan berkurangnya berat badan 2 kg menurunkan resiko OA sendi


(48)

34

lutut 50% pada wanita. Besar Gaya Gesekan pada Penderita Osteoarthritis. (Soenarwo, 2011)

Pernyataan bahwa makin kasar permukaan benda yang saling bersinggungan maka makin besar gaya gesekan juga berlaku dengan penjelasan bahwa penipisan tulang kartilago dan pembentukan osteofit pada pinggir-pinggir tulang menyebabkan permukaan tulang menjadi kasar sehingga dengan bersinggungannya antar tulang menyebabkan nyeri yang hebat dan pembatasan dalam pergerakkan. Mengontrol besar gaya gesekan dilakukan dengan mengontrol nilai koefisien gesekannya. Koefisien gesekan dapat diperkecil dengan memperhalus permukaan yang melakukan kontak, contohnya cairan synovial pada sendi yang melumasi persendian tulang. (Popov, 2010)


(49)

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai indeks masa tubuh pada penderita osteroatritis lutut terutama pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih. Status indeks masa tubuh mempengaruhi gambaaran radiologi pada penderita Osteroatritis lutut terutama pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih/obesitas.

Berat badan berlebih dan Obesitas dapat menimbulkan tekanan pada kartilago di lutut yang dapat menjadi pemicu pembentukan osteofit yang menjadi gambaran khas Osteoatritis Lutut. Biasanya terdapat pada pinggir-pinggir tulang dan penyempitan pada tulang sendi.

Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat Osteofit yang muncul pada pinggir-pinggir sendi dapat mengakibatkan kesulitan pasien dalam menggerakan sendi-sendinya.

B. SARAN

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko dari osteoartritis lutut selain dari nilai indeks masa tubuh.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhitungkan variabel – variabel yang berpengaruh dengan penelitian.


(50)

36

3. Perlu diadakan komunikasi, informasi dan edukasi terhadap masyarakat tentang penyakit osteoartritis lutut sehingga dapat dipahami dan mampu diterapkan agar dapat menghindari faktor – faktor resiko yang menjadi penyebab dari osteoatritis lutut serta meningkatkan kualitas hidup para penderitanya.


(51)

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Criteria for classification of idiopathic Orteoatritis (OA) of the Knee. College of Rheumatology.

Eyler, A. (2003). Correlates of Physical Activity : Who’s Active and Who’s Not? 136.

Isbagio, H. (2009). Tiga Hal yang Paling Menonjol dari 100 Lebih Jenis Rematik.

Smart Living.

Laras, R. (2010). Pengaruh Terapi Komplementer Ozon terhadap VAS (Visual Analog Scale) nyeri Penderita Osteoatritis.

MA, C., SA, P., & LM, W. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Popov, V. (2010). Contact Mechanics and Friction . Berline University of Technology, 134-140.

Salimah, K. (2005). Hubungan Faktor Resiko Body Mass Index dengan kejadian Osteoatritis Lutut pada Pasien Rawat Jalan Poli Reumatik RS. Dr. Kariadi.

Medical Faculty Diponegoro University.

Soenarwo, H. (2011). Halimun Medical Centre dan AlMawardi Prima. 7. Sudoyo, W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, S. M., & Setiadi, S. (2009). Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam (Vol. II). Jakarta: Interna Publishing.

Sunarti, S., Ridwan, M., & Firdaus, M. (2011). KomorbiditasPasien Geriarti Dengan Osteoatritis Genu Di Rumah Sakit Dr Saiful Anwar Malang.


(52)

38

LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RADIOLOGI

TAHUN 2016

1. FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN Kode Responden :

Kelas : Alamat : Jenis kelamin : Tanggal Lahir : Tanggal pengukuran : Umur : 2. DATA ANTROPOMETRI

Tinggi badan : cm

Berat badan : kg


(53)

39

Jenis_Kelamin Usia IMT

N Valid 63 63 63

Missing

0 0 0

Mean 1.6349 2.2857 4.2381

Median 2.0000 2.0000 4.0000

Mode 2.00 3.00 5.00

Std. Deviation .48532 .72798 .79746

Minimum 1.00 1.00 2.00

Maximum 2.00 3.00 5.00

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 23 36.5 36.5 36.5

Perempuan

40 63.5 63.5 100.0

Total

63 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 50 tahun 10 15.9 15.9 15.9

50 - 60 tahun

25 39.7 39.7 55.6

> 60 tahun

28 44.4 44.4 100.0

Total


(54)

40

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurus 1 1.6 1.6 1.6

Normal 11 17.5 17.5 19.0

Massa Tubuh Berlebih 23 36.5 36.5 55.6

Obesitas 28 44.4 44.4 100.0


(55)

41

Spesifikasi_Gmabaran_Radiologis_OA_Lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Penyempitan celah sendi

asimetris 27 38.0 38.0 38.0

Peningkatan densitas

sklerotik 19 26.8 26.8 64.8

Osteofit 18 25.4 25.4 90.1

Perubahan struktur tulang 7 9.9 9.9 100.0

Total 71 100.0 100.0

Lokasi_Gambaran_Radiologis_Pasien_OA_Lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Genu Dextra 17 23.9 35.4 35.4

Genu Sinistra 15 21.1 31.3 66.7

Genu Dextra Sinistra 16 22.5 33.3 100.0

Total 48 67.6 100.0

Missing System 23 32.4


(56)

42

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Peneliti_A * Peneliti_B 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Peneliti_A * Peneliti_B Crosstabulation

Peneliti_B Total

OA Tidak OA OA

Peneliti_A OA Count 1 0 1

Expected Count .6 .4 1.0

% within Peneliti_A 100.0% .0% 100.0%

% within Peneliti_B 33.3% .0% 20.0%

% of Total 20.0% .0% 20.0%

Tidak OA

Count 2 2 4

Expected Count 2.4 1.6 4.0

% within Peneliti_A 50.0% 50.0% 100.0%

% within Peneliti_B 66.7% 100.0% 80.0%

% of Total 40.0% 40.0% 80.0%

Total Count 3 2 5

Expected Count 3.0 2.0 5.0

% within Peneliti_A 60.0% 40.0% 100.0%

% within Peneliti_B 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error(a) Approx.

T(b) Approx. Sig.

Measure of Agreement Kappa .286 .274 .913 .361

N of Valid Cases 5

a Not assuming the null hypothesis.


(57)

43

Crosstab

OA Lutut Total

Ya Tidak

IMT Normal (<23) Count 4 8 12

% within IMT 33.3% 66.7% 100.0%

% within OA Lutut 8.3% 53.3% 19.0%

Berlebih (23-27,4) Count 18 5 23

% within IMT 78.3% 21.7% 100.0%

% within OA Lutut 37.5% 33.3% 36.5%

Obesitas (>27,4) Count 26 2 28

% within IMT 92.9% 7.1% 100.0%

% within OA Lutut 54.2% 13.3% 44.4%

Total Count 48 15 63

% within IMT 76.2% 23.8% 100.0%

% within OA Lutut 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 16.492(a) 2 .000

Likelihood Ratio 15.387 2 .000

Linear-by-Linear

Association 14.526 1 .000

N of Valid Cases

63

a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.86.

Directional Measures

Value

Nominal by Interval Eta IMT Dependent .484


(1)

LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PASIEN OSTEOATRITIS

LUTUT DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RADIOLOGI

TAHUN 2016

1.

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

Kode Responden

:

Kelas

:

Alamat

:

Jenis kelamin

:

Tanggal Lahir

:

Tanggal pengukuran :

Umur

:

2.

DATA ANTROPOMETRI

Tinggi badan

:

cm

Berat badan

:

kg


(2)

Jenis_Kelamin Usia IMT

N Valid 63 63 63

Missing

0 0 0

Mean 1.6349 2.2857 4.2381

Median 2.0000 2.0000 4.0000

Mode 2.00 3.00 5.00

Std. Deviation .48532 .72798 .79746

Minimum 1.00 1.00 2.00

Maximum 2.00 3.00 5.00

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 23 36.5 36.5 36.5

Perempuan

40 63.5 63.5 100.0

Total

63 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 50 tahun 10 15.9 15.9 15.9

50 - 60 tahun

25 39.7 39.7 55.6

> 60 tahun

28 44.4 44.4 100.0

Total


(3)

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurus 1 1.6 1.6 1.6

Normal 11 17.5 17.5 19.0

Massa Tubuh Berlebih 23 36.5 36.5 55.6

Obesitas 28 44.4 44.4 100.0


(4)

Spesifikasi_Gmabaran_Radiologis_OA_Lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Penyempitan celah sendi

asimetris 27 38.0 38.0 38.0

Peningkatan densitas

sklerotik 19 26.8 26.8 64.8

Osteofit 18 25.4 25.4 90.1

Perubahan struktur tulang 7 9.9 9.9 100.0

Total 71 100.0 100.0

Lokasi_Gambaran_Radiologis_Pasien_OA_Lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Genu Dextra 17 23.9 35.4 35.4

Genu Sinistra 15 21.1 31.3 66.7

Genu Dextra Sinistra 16 22.5 33.3 100.0

Total 48 67.6 100.0

Missing System 23 32.4


(5)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Peneliti_A * Peneliti_B 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Peneliti_A * Peneliti_B Crosstabulation

Peneliti_B Total

OA Tidak OA OA

Peneliti_A OA Count 1 0 1

Expected Count .6 .4 1.0

% within Peneliti_A 100.0% .0% 100.0%

% within Peneliti_B 33.3% .0% 20.0%

% of Total 20.0% .0% 20.0%

Tidak OA

Count 2 2 4

Expected Count 2.4 1.6 4.0

% within Peneliti_A 50.0% 50.0% 100.0%

% within Peneliti_B 66.7% 100.0% 80.0%

% of Total 40.0% 40.0% 80.0%

Total Count 3 2 5

Expected Count 3.0 2.0 5.0

% within Peneliti_A 60.0% 40.0% 100.0%

% within Peneliti_B 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error(a) Approx.

T(b) Approx. Sig.

Measure of Agreement Kappa .286 .274 .913 .361

N of Valid Cases 5

a Not assuming the null hypothesis.


(6)

Crosstab

OA Lutut Total

Ya Tidak

IMT Normal (<23) Count 4 8 12

% within IMT 33.3% 66.7% 100.0%

% within OA Lutut 8.3% 53.3% 19.0%

Berlebih (23-27,4) Count 18 5 23

% within IMT 78.3% 21.7% 100.0%

% within OA Lutut 37.5% 33.3% 36.5%

Obesitas (>27,4) Count 26 2 28

% within IMT 92.9% 7.1% 100.0%

% within OA Lutut 54.2% 13.3% 44.4%

Total Count 48 15 63

% within IMT 76.2% 23.8% 100.0%

% within OA Lutut 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 16.492(a) 2 .000

Likelihood Ratio 15.387 2 .000

Linear-by-Linear

Association 14.526 1 .000

N of Valid Cases

63

a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.86.

Directional Measures

Value

Nominal by Interval Eta IMT Dependent .484