APLIKASI PUPUK GRANUL LIMBAH IKAN LAUT SEBAGAI SUMBER N-ORGANIK DALAM BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea (L.) VARIETAS TOSAKAN

APLIKASI PUPUK GRANUL LIMBAH IKAN LAUT SEBAGAI
SUMBER N-ORGANIK DALAM BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea (L.)
VARIETAS TOSAKAN
SKRIPSI

Oleh:
Septian Dwi Cahyo
20120210021
Program Studi Agroteknologi

Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

PERNYATAAN

MOTTO
Ketika aku masih muda dan bebas dan imajinasiku pun tanpa batas,
Aku bermimpi mengubah dunia.

Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,
Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,
Maka cita-citaku kupersempit dan kuputuskan untuk hanya
Mengubah negeriku.
Namun tampaknya itupun tak berhasil
Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku.
Namun sayangnya,
Mereka pun tak kunjung berubah
Dan sekarang, ketika aku berbaring menjelang kematianku,
Tiba-tiba kusadari,
Jika pertama-tama yang kuubah adalah diriku sendiri
Maka teladan yang kuberikan mungkin dapat mengubah keluargaku. Dan
mungkin inspirasi serta dorongan mereka membuat negeriku menjadi lebih
baik.
Dan siapa tahu, pada waktu itu aku telah mengubah dunia.
(Pahatan Puisi pada Salah Satu Makam Bishop di Westminster Abbey Inggris)


Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih
harapan dan memetakan cita-cita. -Luffy (One Piece)

v

PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan
do’a dari orang-orang tercinta, akhrinya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan
rasa syukur dan terima kasih saya kepada:
Allah SWT, karena atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan diselesaikan pada waktunya.
Kedua orang tua Bapak Toto Sugianto dan Ibu Rusmini yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk
kesuksesan anakmu ini. Maafkan anakmu ini diusia kalian yang sudah tidak muda
lagi belum bisa memberikan sesuatu yang terbaik. Janjiku pada Bapak dan Ibu,
kalian akan merasakan jerih payah dari kerja keras kalian serta doa yang tiada
henti dengan kesuksesan anakmu ini di masa depan. Bapak dan Ibu adalah Super
Hero Abadi Dalam Kehidupanku. Saudaraku Joko Rianto, yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya untuk keberhasilan ini.

Bapak ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
selalu saya ingat di dalam hati.
Teman dan Saudara, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis,
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini. Sampai kapanpun kita saudara. Terimakasih
yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi
ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang
akan datang. AMIN!

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Aplikasi Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Sebagai Sumber NOrganik Dalam Budidaya Sawi (Brassica juncea (L.) Varietas Tosakan”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang
S-1

di

Program

Studi

Agroteknologi

Fakultas

Pertanian

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut
membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.
2. Bapak Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.
3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku Dosen Penguji Skripsi.
5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY
6. Dosen- dosen yang ada di Fakultas Pertanian UMY.
7. Laboran yang ada di Fakultas pertanian UMY yang sangat banyak
membantu dalam proses perkuliahan maupun penelitian skripsi.
8. Pak Sukirno, Pak Rudi, Pak Yuli dan Pak Sarwono yang sangat membantu
dalam proses pelaksanaan penelitian ini.
9. Bapak, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan dukungan materi dan moril,
selalu memberikan semangat dan senantiasa mendo’akan saya dalam
penyelesaian skripsi ini.


vii

10. Pakde Dadut, Bude Lili, Bude Ati, Alm. Mbah Rebo, Pakde Pur, Bude
Pur, Mba Yuli, Mas Bodro, Mas Agung, Mba Iga, Mba Iik, dan beserta
seluruh keluarga saya yang berada di Tarakan Kalimantan Utara yang saya
tidak bisa sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan
semangat dari pertama kali menginjakkan kaki di Jogja hingga
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sandri Agustri Sari yang selalu memberikan semangat untuk segera
menyelesaikan skripsi.
12. Ahmad Ali Kondi yang amat sangat membantu pada saat penelitian terima
kasih saudaraku.
13. Seluruh keluarga Agroteknologi A 2012 yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
14. Seluruh

teman-teman

UKM


Bulutangkis

UMY

tempat

saya

menghilangkan rasa lelah dan selalu memberikan dukungan dan semangat.

Yogyakarta, 1 September 2016

Penulis

viii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
INTISARI............................................................................................................. xiii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiv
I.

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

II.

TINJAUN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Limbah Ikan Laut ......................................................................................... 8
B. Pupuk Organik Granul (POG) .................................................................... 11
C. Budidaya sawi ............................................................................................ 16
D. Hipotesis..................................................................................................... 23


III.

TATA CARA PENELITIAN ..................................................................... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 24
B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 24
C. Metode Penelitian....................................................................................... 24
D. Cara Penelitian ........................................................................................... 25
E. Parameter Pengamatan ............................................................................... 29
F.
IV.

Analisis Data .............................................................................................. 30
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 31

A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman,
Jumlah Daun, dan Luas daun .................................................................... 31
B. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Segar
Tanaman …………………………………………………………………44
C. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Berat Kering

Tanaman ………………………………………………………………….49
ix

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 54
A. Kesimpulan ................................................................................................ 54
B. Saran ........................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN .......................................................................................................... 60

x

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Yogyakarta…………………..…………………………………………11
Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman
(cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41
HST…………………………………………………………………….31
Tabel 3. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 1 (UJGD) 5% Terhadap Berat Segar
Tanaman………………………………………………………………..44

Tabel 4. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% Terhadap Berat Kering
Tanaman…………………………………………………………….….49

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Pembuatan Granul……………………………………………25
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman……………………………………………....40
Gambar 3. Grafik Jumlah Daun ………………………………………………....42
Gambar 4. Grafik Luas Daun………………………………………………….....43

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Layout Penelitian...………………………………………………..60
Lampiran. 2 Kebutuhan Pupuk…………………………………………………..61
Lampiran. 3 Dokumentasi Penelitian……………………………………………63
Lampiran. 4 Deskripsi Tanaman Sawi…………………………………………..64
Lampiran. 5 Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara N, P, dan K Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut………………………………………………….65
Lampiran. 6 Hasil Sidik Ragam………………………………………………...66

xii

ABSTRACT
The research titled “Applications Granules Fertilizer Sea Fish Waste As
a source of organic-N on Mustard Cultivation (Brassica juncea (L.) of Tosakan
Variety” was carried out in the Green House, Faculty of Agriculture, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta from July up to August 2016.
This research was conducted using environmental method and arranged in
Completely Randomized Design (CRD) with single factor. The treatments were
consisting of 0.65 grams of Urea / plant (P1), 14.7 grams of granules fertilizer
Sea Fish Waste / plant (P2), 0.16 grams of urea / plant + 1.58 grams of granules
fertilizer Sea Fish Waste / plant (P3), 0.32 grams of urea / plant + 1.05 grams of
granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P4), and 0.48 grams of Urea / plant +
0.52 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P5).
The results showed that granules fertilizer of Sea Fish Waste can serve as
source of organic-N in the process of growth and yield of mustard Tosakan
variety. Treatment (P2) 14.7 gram/plant equal to 2.94 tons/hectare gave the
potential yield 79.004 tons/ hectare
Key Words : Granules fertilizer Sea Fish Waste, Sources of organic-N, Mustard

xiv

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komoditi hortikultura merupakan produk yang berpeluang, baik untuk
memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan yang
tinggi baik pasar di dalam maupun di luar negeri menjadikan komoditi
hortikultura ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu produk hortikultura khususnya
sayuran dan buah-buahan juga berperan penting dalam memenuhi gizi masyarakat
terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Salah satu komoditi
hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah sayuran,
karena kebutuhan manusia terhadap sayuran terus meningkat.
Sawi merupakan salah satu sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Tanaman sawi ini diduga berasal dari Tiongkok (Cina)
dan Asia Timur. Di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500
tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Filipina dan Taiwan. Penyebaran di
Indonesia diduga terjadi pada abad XIX dan daerah penyebarannya antara lain di
Cipanas (Bogor), Lembang dan Malang (Rahmat Rukmana, 2007). Menurut Balai
Pusat Statistik, produksi Sawi pada tahun 2010 sebesar 583,770 ton dan pada
tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 602,468 ton. Selain itu sawi juga
mengandung vitamin A, B, C, E, K, karbohidrat, protein dan lemak baik yang
berguna untuk kesehatan tubuh. Zat lain yang terkandung dalam sayur sawi adalah
kalsium, kalium, mangan, folat, zat besi, fosfor, triptofan, dan magnesium.

1

2

Kandungan non-gizi yang ada dalam sayur atau sawi adalah serat atau fiber yang
kadarnya cukup tinggi.
Dalam proses budidaya tanaman pemakaian pupuk dilakukan untuk
meningkatkan produksi sayuran, tidak terkecuali sawi. Terdapat dua jenis pupuk
yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih
senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004 dalam Mila Laras 2012).
Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi
tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kekurangan
pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:
mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi
tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak
berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kekurangan dari
pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut serta mudah
menguap, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang
tinggi.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mempercepat
habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah,
sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman, dan kesuburan tanah di lahanlahan yang menggunakan pupuk anorganik menurun dari tahun ke tahun.
Pemakaian pupuk anorganik selama ini membawa dampak yang kurang
menguntungkan bagi kelestarian lingkungan, sehingga diperlukan usaha yang

3

optimal dalam pemanfaatan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik di
samping harga yang murah dan juga mudah didapatkan.
Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi yang berasal
dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.
Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik,
biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut Marsono
(2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) mengubah struktur tanah
menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk
dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh
mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang mengisi
ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat
bertindak sebagai perekat partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih
mantap. (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air
sehingga tersedia bagi tanaman, karena bahan organik mampu menyerap air dua
kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan
dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) memperbaiki kehidupan
organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan
utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme
tanah. Semakin baik kehidupan biota dalam tanah ini semakin baik pula
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri.

4

Limbah ikan laut merupakan sisa hasil perikanan yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik. Menurut Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi
hara Nitrogen (N) pada konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan
kadar 48,021%; hara Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4
jam dengan kadar 17,886% dan hara Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%,
waktu hidrolisis 8 jam dengan kadar 16,14%. Di Indonesia, produksi perikanan
laut semakin berkembang dari tahun ke tahun, meskipun demikian limbah yang
dihasilkan belum banyak dimanfaatkan.
Menurut Ditjen Budidaya Perikanan (2006) dalam Nur Hapsari dan
Tjatoer Welasih (2015) setiap musim masih terdapat antara 25 – 30% hasil
tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan
yang disebabkan karena : (1) keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan
dalam cara pengolahan ikan. (2) tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang
berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya
ikan tersebut harus dibuang kembali. Selain itu dalam proses pengolahan ikan
juga masih banyak terdapat bagian-bagian dari ikan, kepala, ekor, maupun bagianbagian lain yang tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja. Dengan belum
termanfaatkannya limbah ikan laut tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan
pemanfaatan limbah antara lain sebagai pupuk organik. Pupuk organik limbah
ikan laut dapat dibuat dalam bentuk granul maupun cair. Pupuk organik granul
merupakan merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti butiran-butiran yang
bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul yang memiliki ukuran
seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena air atau ditimbun tanah.

5

Menurut Wahyono, dkk. (2011) pupuk kompos yang berbentuk pelet atau granul
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1.
Memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan
terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu sehingga pengaplikasian pupuk dapat
dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3. Overdosisnya tanaman terhadap
pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn) karena proses peluruhannya
lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow release). Kecepatan
pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih besar dibandingkan
bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam Niwa Utari, dkk., 2014).
4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif. Sedangkan menurut Niwa
Utari, dkk. (2014) jenis perekat yang paling optimal untuk pembuatan pupuk
organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase pupuk organik
curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk organik granul
dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah overdosisnya
tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu hancur
perendaman yang lebih lama.
Dalam penelitian ini limbah ikan laut akan dijadikan sebagai sumber
pupuk N-organik yang dibuat dalam bentuk granul dan akan diaplikasikan pada
tanaman sawi.

6

B. Perumusan Masalah
Limbah ikan laut merupakan sisa hasil pengolahan perikanan yang
memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Kegiatan pengolahan secara tradisional
umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil samping ini, bahkan tidak
termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil samping kegiatan
industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu hasil
samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari
industri-industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus
dari suatu panen utama atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam
Fajar Syukron 2013). Meningkatnya jumlah konsentrasi limbah yang terlalu
cepat dapat mengakibatkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik.
Sehingga pada jumlah konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, oleh karena itu
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Upaya yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan limbah ikan laut, salah
satunya yaitu sebagai pupuk organik. Didalam penelitian ini akan dilakukan
percobaan budidaya tanaman sawi dengan menggunakan limbah ikan laut dalam
bentuk granul. Sehingga permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber
N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan?
2. Berapa dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik
yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan?

7

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai
sumber N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
tosakan.
2. Untuk menetapkan dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber
N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
tosakan.

II.

TINJAUN PUSTAKA
A. Limbah Ikan Laut

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah,
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah.
Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari bahan
utamanya dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo 1997 dalam
Fajar Syukron 2013). Limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan
hulu (budidaya), maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi,
pemasaran). Hasil samping industri pengolahan perikanan umumnya berupa
kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air bekas produksi. Kegiatan
pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil
samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu
saja. Hasil samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima
kelompok utama, yaitu hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau
sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-industri pembekuan, pengalengan, dan
tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama atau panen raya; dan
sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam Fajar Syukron 2013).

8

9

Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008) dalam Fajar Syukron (2013),
jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang
ditemukan bahwa produk buangan yang kaya akan protein dan lemak
meningkatkan peluang untuk mengalami kebusukan. Limbah tersebut dapat
menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dilakukan penanganan. Menurut Dao
dan Kim (2011) dalam Fajar Syukron

(2013) telah banyak penelitian yang

berkembang untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan
ikan, pupuk serta media tumbuh bakteri (pepton).
Menurut Fajar Syukron (2013) tepung ikan hasil olahan limbah perikanan
memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik bokashi karena memiliki kandungan total N dan total P yang tinggi
dan memenuhi anjuran total nitrogen dan total fosfor untuk bahan baku pupuk
organik. Kandungan unsur hara pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan
berbeda-beda. Kandungan total C-organik, total N, rasio C/N, total P dan total K
pupuk organik yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 13,98%-17,77%,
3,23%-7,80%, 1,69-5,50, 1,46%-2,90%, dan 0,92%-1,46%. Sedangkan menurut
Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi nutrien Nitrogen (N) pada
konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan kadar 48,021%; nutrien
Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4 jam dengan kadar
17,886% dan nutrien Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 8
jam dengan kadar 16,14%.

10

Limbah Ikan Laut yang dibuat dalam bentuk granul merupakan tambahan
bahan organik baik secara fisik, kimia, maupun bilogi. Secara fisik peran Pupuk
Granul Limbah Ikan laut sebagai bahan pembentuk agregat tanah yakni sebagai
bahan perekat antar partikel tanah yang bersatu membentuk agregat tanah, oleh
karena itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut penting dalam pembentukan struktur
tanah. Mekanisme Pupuk Granul Limbah Ikan laut sebagai pupuk organik dalam
pembentukan agregat tanah : (1) penambahan Pupuk granul limbah ikan laut dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan,
karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun
tubuh dan sumber energi. Miselia atau hifa menyatukan butir tanah menjadi
agregat, sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat. (2)
pengikatan secara kimia butir lempung butir-butir lempung melalui ikatan antar
bagian positif dalam butiran lempung dengan gugus negatif senyawa organik yang
berantai panjang (3) pengikatan secara kimia secara butiran lempung melalui
ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif
senyawa organik berantai panjang, (4) pengikatan secara kimia butiran lempung
melalui ikatan antara bagian negatif lempung dengan gugus positif senyawa
organik berantai panjang.
Pengaruh pemberian pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat kimia
tanah yakni terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH
tanah, daya simpan air tanah dan terhadap keharaan tanah. Pengaruh pemberian
pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat biologi tanah, bagi makro dan mikrofauna tanah merupakan sumber energi yang akan membuat aktivitas dan populasi

11

mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta.
No
1
2
3

Pupuk
Parameter Satuan Organik
Metode
PO. 16. 35
N total
%
14,19
Kjedhal, Titrasi IK 5.4.1
Oksidasi Basah, HN03 + HClO4,
P2O5 total
%
9,97
Spektrometri IK. 5.4.m
Oksidasi Basah, HNO3 + HClO4, AAS,
K2 total
%
0,43
IK.5.4.m

B. Pupuk Organik Granul (POG)
Pupuk merupakan bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
tanaman yang jika diaplikasikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara
tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi. Terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik
(pupuk buatan) dan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang
tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan,
dan manusia. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan
kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman.
Menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain:
(1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman
juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada
pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik

12

sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk
organik juga dapat bertindak sebagai perekat agregat sehingga struktur menjadi
lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air
sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan organik mampu menyerap
air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat
berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) Memperbaiki
kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan
makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan
mikroorganisme tanah.
Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri. Sumber utama bahan
organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa sampah-sampah
tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Limbah atau
kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk
dan di pindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai
jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak
menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Sutejo dan
Kartasapoetra, 1987 dalam Jamilin Ginting 2011). Seiring dengan berkembangnya
teknologi pupuk organik, banyak berbagai macam bentuk pupuk organik
diantaranya ialah pupuk organik bokashi, pupuk organik curah, pupuk organik
cair, pupuk organik pelet dan pupuk organik granul. Dalam penelitian ini pupuk
organik akan dibuat dalam bentuk granul

13

Pupuk organik granul merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti
butiran-butiran yang bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul
yang memiliki ukuran seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena
air atau ditimbun tanah. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan granul
adalah ukuran granul yang diharapkan, kekerasan granul, dan kemudahan granul
untuk pecah atau larut (Isroi 2009). Di pasaran, pupuk granul lebih dikenal dengan
sebutan pupuk organik granul (POG) yang memiliki keunggulan dibandingkan
dengan pupuk yang berbentuk curah. Menurut Wahyono, dkk. (2011), pupuk
kompos yang berbentuk pelet atau granul memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1. Memiliki kepadatan tertentu sehingga
tidak mudah diterbangkan angin dan terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu
sehingga pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3.
Overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn)
karena proses peluruhannya lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow
release). Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih
besar di bandingkan bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam
Niwa Utari, dkk. 2014). 4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif.
Menurut Yudi Sastro, dkk. (2010) pupuk organik granul (POG) berbahan
baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga
50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam. Sedangkan
menurut Azis dan Arman (2013) pupuk organik granul dosis 2 ton per-hektar
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.

14

Dalam proses pembuatan granul terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan
adalah :
1. Tahap pencampuran bahan perekat, perekat berfungsi untuk meningkatkan
kekompakan bahan yang akan dibuat granul. Perekat juga berfungsi untuk
merekatkan bahan dan juga memberikan sifat keras pada granul. Selain
untuk menjaga agar granul tidak mudah hancur, kekerasan juga
mempengaruhi pelepasan hara tanaman dari granul. Beberapa bahan yang
bisa dan biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah a). bahan
organik: molasses dan tepung tapioka; b). bahan mineral: bentonit,
kaoline, kalsium untuk semen, dan gypsum; c). Tanah liat juga bisa
digunakan sebagai perekat. Bahan perekat yang digunakan tidak boleh
membahayakan tanaman, relatif murah, dan ketersediaannya banyak (Isroi,
2009).
2. Tahap pencampuran bahan pengikat Menurut Hadisoewignyo dan Fudholi
2013 dalam Niwa Utari dkk. 2014, bahan pengikat dalam bentuk
membasahi permukaan partikel dan membentuk jembatan cair antar
partikel. Pada saat penambahan bahan pengikat akan terjadi beberapa
tahapan hingga terbentuknya granul. Cairan pada proses granulasi akan
berfungsi sebagai pengikat yang akan bahan pengikat.
3. Tahap Granulasi merupakan suatu proses pembentukan partikel-partikel
besar yang disebut granul dari suatu partikel serbuk yang memiliki daya
ikat. Proses granulasi menggunakan dua metode yaitu 1). granulasi basah
(wet granulation) Metode granulasi basah dilakukan dengan cara

15

membasahi massa dengan cairan pengikat sampai pada tingkat kebasahan
tertentu lalu digranulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
granulasi basah diantaranya jumlah bahan pengikat yang ditambahkan,
waktu pencampuran bahan pengikat, dan lama pengeringan granul. 2)
granulasi kering (dry granulation). Metode granulasi kering dilakukan
tanpa menggunakan bahan pengikat basah. Pembuatan granul dilakukan
secara mekanis menggunakan alat mesin, dimana massa dikempa dengan
tekanan besar menjadi slug (bongkahan kompak) atau dengan alat roller
compaction dimana massa yang dikempa dengan tekanan besar menjadi
lempengan-lempengan.
Dari ketiga tahap tersebut dalam penelitian ini bahan perekat yang akan
digunakan yaitu tanah liat, sedangkan bahan pengikat yang akan digunakan yaitu
air, dan metode granulasi yang akan digunakan yaitu granulasi basah.
Menurut Niwa Utari, dkk. (2014) Jenis perekat yang paling optimal untuk
pembuatan pupuk organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase
pupuk organik curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk
organik granul dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah
overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu
hancur perendaman yang lebih lama.

16

C. Budidaya sawi
Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang disukai oleh
konsumen Indonesia karena memiliki kandungan pro vitamin A dan asam
askorbat yang tinggi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam famili
Brassicaceae. Tanaman ini termasuk jenis sayuran daun yang dapat tumbuh di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman sawi termasuk dalam famili
Cruciferae (Kubis-kubisan). Adapun Klasifikasi tanaman sawi atau sawi sebagai
berikut : Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super-divisio :
Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Sub-kelas :
Dilleniidae Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies :
Brassica juncea (L.) Czern.
Tanaman sawi mempunyai akar tunggang (radix primaria) dan cabangcabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah
pada kedalaman antara 30 - 50 cm batang sawi menurut Rahmat Rukmana (1994)
dalam Mohammad (2014), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun, daun
sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada yang
sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau muda,
hijau keputih- putihan sampai hijau tua, bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak, dan biji
sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Selain
dalam melakukan budidaya sawi, ada beberapa syarat tumbuh yang harus di
penuhi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

17

Menurut Wiwin, dkk. (2007) tanaman sawi dapat tumbuh dan beradaptasi
pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur
ringan/sarang sampai pada tanah-tanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah
organik seperti tanah gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimal bagi tanaman
sawi adalah antara 6-6,5 dengan temperatur

optimum 15-20 ºC. Sedangkan

daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman
sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
1. Budidaya Tanaman
a. Varietas yang dianjurkan
Beberapa varietas atau kultivar sawi yang dianjurkan ditanam di dataran
rendah atau tinggi adalah LV.145 dan Tosakan, dan kebutuhan benih per hektar
sebesar 450-600 g.
b. Persemaian dan pembibitan
Dalam melakukan budidaya, kita juga harus memperhatikan teknik
persemaian dan pembibitan. Adapun teknik persemaian menurut Yuliani dan
Melissa (2013) langkah-langkah persemaian tanaman sawi sebagai berikut:
1) Persiapan benih, benih sawi terlebih dahulu diseleksi dengan cara
direndam pada air bersih, biji yang mengambang dibuang, karena biji
tersebut termasuk kualitas buruk.
2) Persemaian benih dilakukan menggunakan media arang sekam.
Penyemaian dilakukan pada wadah plastik dengan ketebalan 3 cm

18

3) Dari dasar wadah, jarak tanam benih antar larikan 4 cm. Setelah
media tanam siap, biji sawi ditanam pada lubang tanam dengan jarak
0,5 cm dari permukaan media dan diberi kompos tipis sebagai unsur
hara bagi biji. Setiap lubang diisi 1-3 biji sawi. Lama persemaian
adalah 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4 helai dengan tinggi
awal tanaman yang seragam.
c. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dengan
pupuk kandang. Masukan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan
jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Wadah tanam yang digunakan adalah
polybag yang berukuran 30x30 cm.
d. Pemupukan
Menurut Wiwin Setiawati, dkk. (2007) Pemupukan dasar berupa
pupuk kandang sebanyak 10 ton/ hektar (50 gram/polybag), Urea sebanyak
130 kg/hektar (0,65 gram/polybag), Sedangkan menurut Cahyono dalam
Asep Sandi (2015) pemupukan SP 36 sebanyak 73 kg/hektar
(0,37gram/polybag) dan kcl sebanyak 73 kg/hektar (0,37 gram/polybag).
Hal tersebut dilakukan ± 7 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan sama
dengan pupuk dasar yakni memberikan setengah dosis dari sisa
pemupukan dasar ± 2 minggu setelah tanam.

19

e. Penanaman
Bibit yang telah berumur 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4
helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. Penanaman akan
dilakukan pagi atau sore hari.
f. Pemeliharaan
Penyiangan dan pengendalian gulma biasanya dilakukan 2-4 kali
selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan
gulma pada polybag penanaman.. Pada fase awal pertumbuhan, perlu
penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan
tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutnya
berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh
kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore
hari. Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman
berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera
diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan maksimal dua
minggu setelah tanam.
g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan
sanitasi lahan, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat
disemprot dengan menggunakan pestisida. Adapun beberapa organisme
pengganggu tanaman (OPT) yang sering meyerang tanaman sawi sebagai
berikut :

20

1) Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Berwarna coklat sampai coklat kehitaman, menyerang tanaman
yang masih kecil/muda setelah ditanam di lahan. Serangan biasanya
terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan karena ulat ini takut
sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen
digerek hingga putus, akibatnya tanaman mati karena sudah tidak
memiliki titik tumbuh. Apabila ditemukan gejala awal serangan, segera
berantas dengan insektisida berbentuk butiran (granul). Caranya dengan
menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman,
dengan dosis 0,3 - 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per
hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan
3 G dan Curater 3 G.
2) Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua)
Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua
kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya.
Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan
Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa
totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering
menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan
daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Apabila tanaman
ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang
tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis
yang digunakan disesuaikan dengan anjuran pada label kemasan.

21

3) Leaf Miner (Liriomyza sp.)
Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa
meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil
masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya
menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak
kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya
merupakan jalur larva memakan daging daun. Bila sudah nampak gejala
serangan, segera semprot dengan insektisida sistemik karena sasaran hama
berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan di
antaranya Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai
dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan.
4) Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.)
Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di
daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan
akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan
kelembaban udara terlalu tinggi. Umumnya kondisi ini terjadi ketika hujan
sehari diikuti panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Bila sudah
tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang tepat yaitu
Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang
digunakan sesuai dengan anjuran yang ada pada label kemasan.

22

5) Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae)
Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan
ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang
cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar.
Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat.
Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti
kanker di perakarannya. Bila tanaman sudah terserang penyakit ini,
seharusnya dilakukan pemberantasan. Sampai saat ini belum ditemukan
fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah
tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah
melakukan pengawasan dan pencegahan.
6) Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45–50 hari dengan
cara mencabut atau memotong pangkal batangnya. Tanda sawi siap panen
daun dan pelepah muda berukuran besar (maksimal) dan cukup keras
tetapi

belum

berbunga.

Pemanenan

yang

terlambat

dilakukan

menyebabkan tanaman cepat berbunga. Tanaman yang baru dipanen
ditempatkan di tempat yang teduh, dan dijaga agar tidak cepat layu dengan
cara diperciki air. Penyimpanan bisa mengggunakan wadah berupa
keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk
menjaga sirkulasi udara.

23

D. Hipotesis
Perlakuan 0,32 gram urea/ tanaman + 1,05 gram pupuk granul limbah ikan
laut/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
tosakan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Yudi Sastro (2010) pupuk organik
granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran
pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25%
pada bayam.

III.

TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016 - 15 Juli 2016 di Green House
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas
tosakan, limbah ikan laut, tanah liat, pupuk Urea, SP36, KCl, tanah regosol,
bambu dan polybag.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, panci,
kompor, tampah, penggaris, dan oven.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan lingkungan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) perlakuan tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan,
masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan
setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga terdapat 45 tanaman. Adapun
beberapa perlakuan percobaan sebagai berikut:
P1 : 0,65 gram Pupuk Urea/tanaman
P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
P3 : 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
P4 : 0,32 gram Urea/ tanaman + 1,05 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
P5 : 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman

24

25

D. Cara Penelitian
Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan tepung ikan
Pembuatan pupuk organik granul dilakukan di Green house Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan cara sebagai
berikut,
Seperti yang dilakukan Murwanto (2000) dalam Achmad Fathony (2015)
yaitu :
a. Perebusan bahan baku dengan bantuan alat perebus sekitar 2-5 menit
untuk menghilangkan lemak.
b. Pencacahan limbah ikan laut menjadi potongan-potongan sesuai
ukuran yang telah ditentukan.
c. Pengeringan bahan baku yang telah mengalami proses pencacahan.
d. Penggilingan bahan baku yang telah dikeringkan dan hasil dari proses
ini adalah tepung ikan yang sudah sesuai ukuran yang diinginkan.
2. Pembuatan granul
Proses pembuatan granul menurut Niwa Utari, dkk. (2014) adalah
sebagai berikut :

Gambar 1. Proses
Pembuatan Granul

26

3. Pembuatan Sungkup
Pembuatan sungkup menggunakan plastik dan bambu dengan ukuran
panjang 5 meter dan lebar 2 meter.
4. Penyemaian benih
Penyemaian benih dilakukan oleh rumah pembibitan yang berada di
Kabupaten Sleman (Trubus)
5. Persiapan Media Tanam
Persiapam media tanam dilakukan di Green House Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Persiapan media yang
dilakukan adalah dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang dan
pupuk anorganik. Sebelum tanah dimasukkan ke dalam polybag ada
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Mengambil tanah lalu dikering anginkan ± 2 minggu di dalam Green
House. Setelah itu tanah disaring untuk memisahkan antar batu dan
tanah.
b. Tanah yang sudah disaring dimasukkan ke dalam polybag lalu
ditimbang 8 kg/polybag.
c. Pupuk yang digunakan berupa Urea, SP36, KCl, dan Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut.
d. Pupuk Urea dan Pupuk Granul Limbah Ikan Laut diberikan sesuai
dengan perlakuan penelitian. Sedangkan pupuk SP6 dan KCl diberikan
kepada seluruh perlakuan sesuai dengan dosis anjuran pada pustaka.

27

e. Dosis pupuk dasar diberikan ½ jumlah perlakuan dan kemudian pupuk
susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan setelah 2 minggu setelah
tanam.
f. Polybag yang berisi tanah dicampur rata dengan pupuk sesuai dengan
perlakuan penelitian. Setelah itu tanah yang telah tercampur di
inkubasi selama 1 minggu.
6. Penanaman
Penanaman

dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah

disemai ke dalam polybag. Bibit sawi varietas tosakan yang digunakan
berusia 3 minggu atau setelah berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal
tanaman yang seragam.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan
penyiraman,

meliputi

pemupukan

penyiangan,

susulan,

pengendalian

penyulaman

dan

gulma,

pengendalian

organisme pengganggu tanaman.
a. Penyiangan dan pengendalian gulma
Dilakukan 2-4 kali selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada polybag penanaman.
b. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara
rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan di
musim kemarau. Pengairan selanjutkan berangsur-angsur dikurangi,

28

tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman
(pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari
c. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berusia 2 minggu setelah
penanaman. Dosis pemupukan susulan disesuaikan dengan perlakuan
penelitian pupuk susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman
berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus
segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan
maksimal dua minggu setelah tanam.
e. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan
sanitasi, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat
disemprot dengan menggunakan pestisida.
8. Panen
Pemanenan dilakukan saat berusia

45–50 hari setelah tanam.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta
akarnya. Tanda sawi siap panen daun dan pelepah muda berukuran besar
(maksimal) dan cukup keras tetapi belum berbunga.

29

E. Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 hari sekali dengan
menggunakan penggaris atau meteran dengan satuan cm. Tinggi tanaman
diukur mulai dari pangkal tanaman hingga ujung tanaman atau batang
paling tinggi.
2. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun diamati setiap 3 hari sekali. Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masingmasing tanaman dengan satuan helai.
3. Luas Daun
Pengamatan luas daun dihitung dengan menggunakan LAM (Leaf
Area Meter) dan dapat diketahui luas daunnya. Perhitungan luasan daun
dilakukan pada saat pengamatan selesai tanaman di panen.
4. Berat segar tanaman
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan setelah panen.
Pengamatan berat segar tanaman meliputi berat segar akar dan berat segar
daun. Berat segar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik
dengan satuan gram.
5. Berat kering tanaman
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman
dikering anginkan ataupun dioven. Pengamatan berat kering tanaman
meliputi kering akar dan kering daun.