PENGARUH PENYUNGKUPAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA INTERVAL WAKTU TERTENTU DALAM 24 JAM TERHADAP TINGKAT SERANGAN KUMBANG DAUN (Chrysomelidae)

(1)

PENGARUH PENYUNGKUPAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA INTERVAL WAKTU TERTENTU DALAM 24 JAM

TERHADAP TINGKAT SERANGAN KUMBANG DAUN (Chrysomelidae)

Oleh

N

N

o

o

v

v

i

i

t

t

a

a

s

s

a

a

r

r

i

i

D

D

a

a

r

r

w

w

i

i

n

n

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

PENGARUH PENYUNGKUPAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA INTERVAL WAKTU TERTENTU DALAM 24 JAM

TERHADAP TINGKAT SERANGAN KUMBANG DAUN (Chrysomelidae) Oleh

Novitasari Darwin ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyungkupan tanaman sawi pada interval waktu tertentu dalam 24 jam terhadap tingkat serangan kumbang daun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada pertanaman sawi di kawasan Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang, Bandar Lampung. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan delapan perlakuan penyungkupan dan tiga ulangan, sehingga terdapat 24 satuan

percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterjadian serangan kumbang daun pada tanaman yang disungkup terus (kontrol 1) lebih rendah secara nyata daripada keterjadian pada tanaman yang tidak disungkup, yaitu 40,0% versus 91,4%. Keterjadian serangan pada tanaman yang disungkup pada waktu fajar (pukul 02.00 – 06.00) atau pagi (pukul 06.00 – 10.00) tidak berbeda nyata dengan keterjadian pada kontrol 2 (tanaman tidak disungkup). Sementara itu keterjadian serangan pada tanaman yang disungkup pada waktu siang (pukul 10.00 – 14.00) atau sore (pukul 14.00 – 18.00) tidak berbeda nyata dengan keterjadian pada kontrol 1 (tanaman disungkup terus-menerus). Hal itu berarti bahwa

penyungkupan tanaman pada waktu fajar atau pagi tidak efektif dalam menekan keterjadian serangan kumbang daun. Sebaliknya, penyungkupan tanaman pada waktu siang atau sore hari efektif dalam menekan keterjadian serangan hama tersebut.

Keyword: sawi, Brassica juncea L., penyungkupan tanaman, kumbang daun, Chrysomelidae.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian …... 2

C. Kerangka Pemikiran ... 2

D. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawi ... 5

B. Kumbang Daun (Phyllotetra vittata) ... 5

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 7

B. Alat dan Bahan ... 7

C. Pelaksanaan Penelitian ... 7

1. Penyiapan lahan dan penanaman... 7

2. Penyungkupan ……… 9

3. Rancangan Percobaan, pengamatan, analisis data …………. 10

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ………... 13


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 17 B. Saran ………. 17

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak ditanam di Indonesia (Pracaya, 2005). Tanaman ini mengandung zat gizi lengkap yang diperlukan tubuh, setiap 100 gram bagian sawiyang dapat dimakan mengandung 2,3 gr protein, 0,3 gr lemak, 4,0 gr karbohidrat, 220,0 mg kalsium, 38,0 mg fosfor, 2,9 mg zat besi, 1940,0 mg vitamin A, 0,09 mg vitamin B, dan 102 mg vitamin C. Selain itu, sawi juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan bagi penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar

pencernaan (Haryanto et al., 2007).

Sawi tergolong kedalam kelompok sayuran yang paling populer di kalangan masyarakat (Williams et al., 1993). Namun keberadaannya tidak terlepas dari serangan serangga hama tanaman yang dapat menurunkan hasil produksi baik kualitas maupun kuantitas sehingga berdampak kerugian bagi petani.

Serangga hama yang paling merugikan tanaman adalah dari ordo Lepidoptera dan ordo Coleoptera. Dari ordo Lepidoptera adalah Crocidolomia binotalis


(8)

(Noctuidae) (Kalshoven, 1981). Sedangkan dari ordo Coleoptera adalah kumbang daun (Chrysomelidae).

Sampai saat ini petani menanggulangi hama yang menyerang tanaman sawi dengan penyemprotan insektisida ke tanaman, baik sebelum (preventif) maupun setelah diserang (kuratif). Petani sebenarnya dapat memberdayakan agensia hayati yang ada di alam untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya serangan hama-hama ini. Namun hal ini belum dapat dilakukan karena mereka masih banyak yang belum bisa membedakan antara serangga hama dan serangga sebagai agensia hayati di lapangan. Alternatif pengendalian lainnya yang dapat dilakukan adalah pengendalian secara mekanik, yaitu dengan melakukan penyungkupan tanaman (Haryanto et al., 2007).

B. Tujuan

Penilitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyungkupan tanaman sawi pada interval waktu tertentu dalam 24 jam terhadap tingkat serangan kumbang daun.

C. Kerangka Pemikiran

Hama utama sawi berasal dari ordo Lepidoptera yang menyerang daun secara langsung, hal ini merugikan petani dan dapat menyebabkan gagal panen (Akbar, 2009). Namun belakangan petani dikeluhkan dengan adanya hama kumbang daun atau kumbang anjing yang berasal dari ordo Coleoptera, famili Chrysomelidae. Kumbang daun ini mampu berpindah tempat dengan cara meloncat yang


(9)

3

mencapai ketinggian hingga 1 m dan memiliki daya makan yang tinggi (Feryanto, 2012).

Selama ini pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian kimiawi dengan cara mengaplikasikan insektisida. Sudah diketahui bahwa penggunaan insektisida sintetik memberikan dampak negatif untuk jangka pendek dan jangka panjang, namun ada dampak positif yaitu apabila penggunaanya tepat waktu dan selektif. Dampak negatifnya adalah meninggalkan residu (dalam tanah, air, dan udara) yang tidak baik untuk tanaman dan makhluk disekitarnya, dapat terjadi resurjensi hama, dan resurjensi hama sekunder, serta merugikan petani dari segi materi dan tenaga. Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan pengendalian yang efektif dan relatif aman bagi lingkungan. Salah satunya pengendalian secara mekanik (penyungkupan). Cara ini merupakan tindakan preventif untuk mencegah hama sebelum menyerang, pengendalian ini akan efektif apabila dilakukan pada waktu yang tepat (Oka, 1998).

Kepadatan populasi kumbang daun pada tanaman sawi bervariasi dalam kurun 24 jam (Murni, 2011). Kepadatan populasi ini dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat diatasi secara mekanik menggunakan sungkup (Octavianty, 2010). Murni (2011) lebih lanjut melaporkan bahwa penyungkupan tanaman pada interval waktu tertentu dapat menekan kepadatan populasi kumbang daun, namun belum diketahui apakah penyungkupan tanaman pada interval waktu tertentu ini dapat juga menekan tingkat serangan hama tersebut.


(10)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penyungkupan tanaman sawi pada berbagai interval waktu menekan tingkat serangan kumbang daun di


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi

masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979).

Di Indonesia sawi sudah tergolong familiar, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Keadaan alam Indonesia dengan iklim serta keadaan tanahnya

memungkinkan tanaman luar tersebut dapat dikembangkan dengan baik (Haryanto

et al., 2007).

B. Kumbang Daun (Phyllotetra vittata)

Kumbang daun merupakan serangga yang berasal dari ordo Coleoptera, famili Chrysomelidae. Serangga ini pada fase larva maupun imago umumnya bersifat fitofag, namun banyak dari anggotanya yang termasuk dalam spesies hama serius. Perilaku yang umum dari serangga Chrysomelidae adalah memakan dedaunan. Kumbang daun umumnya dikenal juga dengan kumbang anjing. Kumbang ini


(12)

berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l – 3 cm di tanah. Panjang larva 3 – 4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya 3 – 4 minggu. Daun yang terserang kumbang daun ini berlubang – lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan (Feryanto, 2012). Kumbang daun ini bersifat diurnal yaitu aktif di siang hari (Murni, 2011), memiliki daya makan yang tinggi, dan dapat meloncat untuk berpindah tempat hingga 1 meter.


(13)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 pada pertanaman sawi di kawasan Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang, Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, benang, botol film, gergaji, hand-tally counter, jarum tangan, kaca pembesar/lup, kamera digital, lampu senter, mikroskop, palu, dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bambu, kawat, paku, kain strimin, dan tanaman sawi.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Penyiapan lahan dan penanaman

Lahan pertanaman sawi disiapkan dalam bedengan - bedengan sebanyak 8 bedengan. Setiap bedengan berukuran 1,5 m x 13,5 m. Pada bedengan tersebut dibuat petak-petak tanaman sawi dengan ukuran 1,5 m x 2,0 m. Tinggi bedengan 20 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Dengan Jarak tanam 20 cm x 20 cm (Gambar 1, Novita).


(14)

1,5 m

14 m

2 m 1

2

3

4 5

6 7 8

II

3

IV

4

III

3

III

2

SS

6

KK

4

I

4

IV

2

0,3 m 9 10 11 12 13

14 15 16

I

3

I

1

SS

3

V

3

VI

2

KK

1

N

5

III

1

30cm 17 18 19 20 21 22 23 24

VI

4

N

2

SS

2

I

5

I

6

V

2

I

2

KK

6

13,5m

25

26 27

28

29

30 31

32

SS

4

V

1

II

1

N

3

KK

3

KK

5

III

4

II

4

33 34 35

36 37

38 39 40

I

4

N

4

SS

1

SS

5

IV

1

II

2

N

1

I

3

41 42 43 44 45 46 47 48

I

1

V

4

N

6

VI

1

I

2

VI

3

IV

3

KK

2

Gambar 1. Denah gabungan Keterangan :

Novita Imas Mirra

Benih sawi disemai di persemaian (Gambar 2) dan setelah berumur 10 hari bibit sawi dicabut dengan hati-hati dan dipindahtanam pada bedengan – bedengan yang telah disiapkan (Gambar 3). Tindakan pemeliharaan meliputi penyiraman,


(15)

9

Gambar 2. Penyemaian

Gambar 3. Pemindahan Tanaman

2. Penyungkupan

Perlakuan adalah penyungkupan petak-petak pertanaman sawi (Gambar 4). Kerangka sungkup dibuat menggunakan bambu dengan panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan tinggi 0,5 m. Sungkup yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 sungkup. Setiap sungkup digunakan untuk menyungkup satu petak tanaman sawi.


(16)

Gambar 4. Penyungkupan Tanaman

3. Rancangan percobaan, pengamatan dan analisis data

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas delapan perlakuan penyungkupan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, ST, TS) (Tabel 1) dan tiga ulangan, sehingga terdapat 24 satuan percobaan (Gambar 1, Novita).

Tabel 1. Interval waktu pembukaan dan pemasangan (penutupan) sungkup

Perlakuan Penyungkupan

Ditutup (pukul) Dibuka (pukul)

S1 02:00 06:00

S2 06:00 10:00

S3 10:00 14:00

S4 14:00 18:00

S5 18:00 22:00

S6 22:00 02:00

ST - -

TS - -

Keterangan: ST: Kontrol 1 (disungkup terus) TS: Kontrol 2 (tidak disungkup)

S1: Penyungkupan pada waktu fajar S2: Penyungkupan pada waktu pagi

S3: Penyungkupan pada waktu siang S4: Penyungkupan pada waktu sore S5: Penyungkupan pada waktu malam S6: Penyungkupan pada waktu tengah malam


(17)

11

Pembukaan dan penutupan sungkup dilakukan setiap minggu selama tiga minggu berturut-turut (7, 14, dan 21 hari setelah tanam, hst), sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (S1– S6).

Variabel yang diamati adalah intensitas serangan dan keterjadian serangan kumbang daun (Chrysomelidae). Intensitas serangan dihitung dengan cara sebagai berikut (Ferawati, 2009).

Σ ( ni x vi )

I = x 100 %

N x Z

dengan catatan I = intensitas serangan, ni = jumlah tanaman dalam baris sampel

dengan skala kerusakan vi, vi = nilai skala kerusakan sampel ke-i (Tabel 2), N = jumlah daun tanaman sampel yang diamati, Z = nilai skala kerusakan tertinggi (=4)

Tabel 2. Nilai skala kerusakan tanaman sawi (vi)

Nilai Skala (vi) Keterangan

0 Tidak ada serangan

1 Serangan ringan

2 Serangan sedang

3 Serangan berat

4 Serangan sangat berat

Sedangkan keterjadian serangan dihitung dengan rumus sebagai berikut a

K = x 100 %

b

dengan catatan K= keterjadian serangan, a = jumlah tanaman terserang, b = jumlah seluruh tanaman dalam petak


(18)

Data intensitas dan keterjadian serangan dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 1% atau 5% sedangkan Uji BNT dilakukan pada taraf nyata 5%.


(19)

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyungkupan tanaman sawi pada interval waktu tertentu tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan kumbang daun. Penyungkupan tanaman yang dilakukan pada waktu siang dan sore hari sangat efektif dalam menekan tingkat keterjadian serangan dan penyungkupan pada waktu malam hari dan tengah malam cukup efektif dalam menekan keterjadian serangan hama tersebut. Tetapi penyungkupan pada waktu fajar dan pagi hari tidak mampu menekan tingkat keterjadian serangan kumbang daun.

B. Saran

Diharapkan pada waktu mendatang ada penelitian uji efikasi pengendalian-pengendalian mekanik lainnya terhadap hama kumbang daun dan hama-hama lainnya pada tanaman sawi dan tanaman sayuran lainnya.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. T. 2009. Pengaruh Penyungkupan Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.) pada Berbagai Interval Waktu terhadap Populasi Hama dan Kerusakan Tanaman Sawi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1979. Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Sawi. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Ferawati, A. 2009. Uji Penyungkupan Untuk Mengendalikan Hama Utama Tanaman Sawi (Brassica juncea L). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Feryanto, I. 2012. Kumbang Anjing, hama yang Meresahkan Petani Sawi Di Kecamatan Merawang. Diakses tanggal 10 Juli 2013.

http://indraferyanto.ubb.ac.id/?p=275.

Haryanto, E., Suhartini, T., & Rahayu, E. 2007. Sawi & Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Rev. & trans by Van Der Laan & G. H. L. Rothschild. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve.

Jakarta. 701 hlm.

Murni, I. V. M. 2011. Dinamika Populasi Kumbang Daun(Chrysomelidae)pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dalam Kurun Waktu 24 Jam.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas lampung. Bandar Lampung. Octavianty, M. 2010. Efikasi Penyungkupandan Insektisida Nabati Terhadap

Serangan dan Populasi Hama Penting Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Oka, I. N. 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 Halaman.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 417 hlm.


(21)

19

Williams, C. N., J. O. Uzo dan W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di


(1)

Gambar 4. Penyungkupan Tanaman

3. Rancangan percobaan, pengamatan dan analisis data

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas delapan perlakuan penyungkupan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, ST, TS) (Tabel 1) dan tiga ulangan, sehingga terdapat 24 satuan percobaan (Gambar 1, Novita).

Tabel 1. Interval waktu pembukaan dan pemasangan (penutupan) sungkup

Perlakuan Penyungkupan

Ditutup (pukul) Dibuka (pukul)

S1 02:00 06:00

S2 06:00 10:00

S3 10:00 14:00

S4 14:00 18:00

S5 18:00 22:00

S6 22:00 02:00

ST - -

TS - -

Keterangan: ST: Kontrol 1 (disungkup terus) TS: Kontrol 2 (tidak disungkup)

S1: Penyungkupan pada waktu fajar S2: Penyungkupan pada waktu pagi

S3: Penyungkupan pada waktu siang S4: Penyungkupan pada waktu sore S5: Penyungkupan pada waktu malam S6: Penyungkupan pada waktu tengah malam


(2)

11

Pembukaan dan penutupan sungkup dilakukan setiap minggu selama tiga minggu berturut-turut (7, 14, dan 21 hari setelah tanam, hst), sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (S1– S6).

Variabel yang diamati adalah intensitas serangan dan keterjadian serangan kumbang daun (Chrysomelidae). Intensitas serangan dihitung dengan cara sebagai berikut (Ferawati, 2009).

Σ ( ni x vi )

I = x 100 %

N x Z

dengan catatan I = intensitas serangan, ni = jumlah tanaman dalam baris sampel dengan skala kerusakan vi, vi = nilai skala kerusakan sampel ke-i (Tabel 2), N = jumlah daun tanaman sampel yang diamati, Z = nilai skala kerusakan tertinggi (=4)

Tabel 2. Nilai skala kerusakan tanaman sawi (vi)

Nilai Skala (vi) Keterangan

0 Tidak ada serangan

1 Serangan ringan

2 Serangan sedang

3 Serangan berat

4 Serangan sangat berat

Sedangkan keterjadian serangan dihitung dengan rumus sebagai berikut a

K = x 100 %

b

dengan catatan K= keterjadian serangan, a = jumlah tanaman terserang, b = jumlah seluruh tanaman dalam petak


(3)

Data intensitas dan keterjadian serangan dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 1% atau 5% sedangkan Uji BNT dilakukan pada taraf nyata 5%.


(4)

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyungkupan tanaman sawi pada interval waktu tertentu tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan kumbang daun. Penyungkupan tanaman yang dilakukan pada waktu siang dan sore hari sangat efektif dalam menekan tingkat keterjadian serangan dan penyungkupan pada waktu malam hari dan tengah malam cukup efektif dalam menekan keterjadian serangan hama tersebut. Tetapi penyungkupan pada waktu fajar dan pagi hari tidak mampu menekan tingkat keterjadian serangan kumbang daun.

B. Saran

Diharapkan pada waktu mendatang ada penelitian uji efikasi pengendalian-pengendalian mekanik lainnya terhadap hama kumbang daun dan hama-hama lainnya pada tanaman sawi dan tanaman sayuran lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. T. 2009. Pengaruh Penyungkupan Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.) pada Berbagai Interval Waktu terhadap Populasi Hama dan Kerusakan Tanaman Sawi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1979. Kandungan Zat Gizi Dalam

100 Gram Sawi. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Ferawati, A. 2009. Uji Penyungkupan Untuk Mengendalikan Hama Utama

Tanaman Sawi (Brassica juncea L). Skripsi. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Feryanto, I. 2012. Kumbang Anjing, hama yang Meresahkan Petani Sawi Di

Kecamatan Merawang. Diakses tanggal 10 Juli 2013.

http://indraferyanto.ubb.ac.id/?p=275.

Haryanto, E., Suhartini, T., & Rahayu, E. 2007. Sawi & Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Rev. & trans by Van Der Laan & G. H. L. Rothschild. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve.

Jakarta. 701 hlm.

Murni, I. V. M. 2011. Dinamika Populasi Kumbang Daun(Chrysomelidae)pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dalam Kurun Waktu 24 Jam.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas lampung. Bandar Lampung. Octavianty, M. 2010. Efikasi Penyungkupandan Insektisida Nabati Terhadap

Serangan dan Populasi Hama Penting Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Oka, I. N. 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 Halaman.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 417 hlm.


(6)

19

Williams, C. N., J. O. Uzo dan W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di