µL  merk  Socorex,  mortir,  stamper,  dan  seperangkat  alat  gelas  yang  umum digunakan dalam laboratorium analisis.
F. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan Larutan Set Kalibrasi dan Larutan Set Validasi
a. Pembuatan larutan induk
Standar kerja parasetamol, asetosal, dan kafein ditimbang seksama masing- masing lebih kurang 50 mg dimasukkan dalam labu takar 50 mL dilarutkan
dengan etanol hingga tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000  gmL.
b. Dari larutan a diambil masing-masing 5,0 mL lalu dimasukkan ke dalam
labu  takar  25  mL  kemudian  diencerkan  dengan  etanol  hingga  tanda sehingga diperoleh larutan masing-
masing dengan konsentrasi 200  gmL. c.
Dari larutan b diambil masing-masing 250  L lalu dimasukkan ke dalam labu  takar  10  mL  kemudian  diencerkan  dengan  etanol  hingga  diperoleh
larutan  masing- masing  dengan  konsentrasi  5  gmL  dan  dilakukan
scanning spektra  pada  panjang  gelombang  210-350  nm  dengan  interval
nilai absorbansi tiap 2 nm. d.
Dilakukan  pula  scanning  larutan  sampel  dan  larutan  campuran  standar dengan komposisi dan konsentrasi yang sama dengan larutan sampel.
e. Dari larutan b dipipet sejumlah tertentu, dimasukkan dalam labu takar 10
mL  dan  diencerkan  dengan  pelarut  etanol  hingga  diperoleh  kadar  sesuai tabel I untuk set kalibrasi dan tabel II untuk set validasi.
Tabel  I
.
Komposisi campuran sintetik parasetamol PCT, asetosal ASP, dan kafein CAF untuk kalibrasi
No. PCT µgmL
ASP µgmL CAF µgmL
1. 4,0
5,0 1,1
2. 6,0
4,0 1,2
3. 2,0
1,0 1,3
4. 5,0
3,0 1,4
5. 3,0
5,0 1,1
6. 3,0
1,0 1,4
7. 2,6
1,4 2,0
8. 11,0
5,0 0,8
9. 6,2
1,8 1,0
10. 8,8
7,5 2,7
11. 4,7
4,2 0,9
12. 6,8
9,3 0,8
13. 6,1
9,8 0,4
14. 7,6
5,4 0,7
15. 9,4
8,2 1,5
16. 10,5
1,4 1,9
17. 11,2
3,0 0,7
18. 8,9
7,8 1,0
19. 4,6
9,8 1,8
20. 5,2
7,9 1,2
Tabel II. Komposisi campuran sintetik parasetamol PCT, asetosal ASP, dan kafein CAF
untuk validasi
No. PCT µgmL
ASP µgmL CAF µgmL
1. 5,0
2,0 1,4
2. 5,8
2,4 1,8
3. 3,8
4,6 1,5
4. 6,2
1,8 1,0
5. 4,7
4,2 0,9
6. 2,0
3,0 1,3
7. 6,0
4,0 1,2
8. 3,4
2,7 0,6
9. 3,0
5,0 1,1
10. 7,0
3,0 1,0
2. Analisis Sampel
a. Sejumlah  20  sediaan  tablet,  dihitung  bobot  rata-rata  tiap  tablet.  Sediaan
tablet memenuhi syarat apabila ditimbang satu per satu, tidak ada lebih dari
2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5 dan tidak ada  satu  tablet  pun  yang  bobotnya  menyimpang  dari  bobot  rata-rata  lebih
dari 10 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. b.
Sebanyak  20  tablet  yang  telah  diuji  keseragaman  bobot  diserbukkan  dan dihomogenkan dalam mortir.
c. Sejumlah tertentu serbuk setara dengan 50 mg  parasetamol ditimbang dan
dilarutkan dengan etanol kemudian diultrasonifikasi selama 15 menit. d.
Larutan disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL kemudian ditambahkan pelarut sampai tanda.
e. Dari larutan c dipipet 1,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL
kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai tanda. f.
Dari larutan d dipipet lagi 0,1 mL dan dimasukkan dalam labu takar 5,0 mL, kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai tanda.
g. Larutan tersebut direkam spektranya pada panjang gelombang 210-350 nm
dengan interval absorbansi tiap 2 nm. h.
Penetapan  kadar  parasetamol,  asetosal,  dan  kafein  dilakukan  sebanyak  6 kali. Kadar dihitung menggunakan metode kalibrasi multivariat partial least
square PLS.
3. Analisis Statistik dan Pengolahan Data