Perilaku internal disebabkan oleh kepribadian atau kemampuan seseorang, sedangkan periaku eksternal disebabkan oleh faktor situasi
tertentu. Kedua yaitu atribusi kejujuran mengemukakan, ketika seorang
memperlihatkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati ; 1 sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat umum,
dan 2 sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda akbat pernyataan anda. Makin besar antara jarak pendapat pribadi dengan
pendapat umum maka kita makin percaya bahwa dia jujur Devito, 1997 : 86.
2.2 Kerangka Berpikir
Fungsi utama keluarga yaitu sosialisasi menempatkan keluarga sebagai benteng utama penjaga kepribadian anak. Keluarga menjadi
simpul utama untuk mengajarkan nilai dan norma pada anak. Dalam hal ini peran orang tua sebagai pihak utama dalam keluarga sangat penting
untuk melindungi anak dari perilaku atau lingkungan yang negatif. Remaja awal early adolescence diartikan sebagai tahap remaja
merasa terheran – heran akan perubahan yang terjadi serta dorongan – dorongan yang menyertai perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi
pada masa remaja awal adala perubahan fisik, psikis dan kematangan organ seksual.
Dilihat dari kisaran usia remaja awal yaitu antara 12 – 15 tahun, maka masa remaja awal dialami oleh remaja yang duduk di bangku
Sekolah Dasar SD pada tahap akhir atau kelas enam, dan pada awal – awal duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP.
Masa remaja awal diawali dengan masa pubertas puberty, yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh
dan hormonal. Perubahan dalam bentuk perkembangan fisik dan psikis pada masa remaja merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Reaksi seorang remaja terhadap perubahan fisik pada masa remaja tergantung pada pencerminan diri dan penerimaan lingkungan dimana
remaja tersebut berada. Oleh karena itu, remaja memerlukan bimbingan dari orang tuanya untuk memberikan pemahaman atau wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya. Saat ini maraknya kenakalan remaja awal sangat drastis terasa, ini
akibat dari pengaruh perubahan globalisasi seperti teknologi juga dari pengaruh dari lingkungan dengan teman sebayanya yang salah. Pada
masa remaja, individu memiliki peranan yang tidak jelas karena remaja bukanlah anak – anak tetapi belum dewasa, remaja awal seperti ini
membutuhkan komunikasi yang efektif dari orang tuanya, mengingat orang tua merupakan figur panutan dalam keluarga. Maka segala tingkah
laku didalam keluarganya akan dijadikan teladan.
Keberhasilan orang tua dalam mendidik dan mengawasi anak remaja awal dengan kondisi lingkungan dan teknologi yang ada pada saat
ini patut dijadikan sebagai panutan. Salah satu faktor yang menjadikan keberhasilan orang tua dalam mendidik anak remaja awal adalah dengan
adanya keharmonisan dalam keluarga yang terasa saat orang tua dengan anak memiliki hubungan pola komunikasi yang baik. Komunikasi
interpersonal memberikan dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak remaja, karena remaja awal cenderung merasa tidak memiliki
kejelasan arah tujuan hidup. Remaja dengan usia tersebut akan sangat mungkin mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres, dan depresi.
Disinilah pola komunikasi antara orang tua dengan anak menjadi sangat penting.
Fenomena keberhasilan orang tua untuk menciptakan komunikasi inerpersonal yang harmonis dalam keluarga mampu menjadikan anak
terbuka, keterbukaan itu menjadikan anak patuh kepada orang tua. Sekalipun lingkungan dan teman sebayanya mempengaruhi anak
kedalam sifat negatif, orang tua mampu menghalau semua sikap tersebut dengan pola komunikasi interpersonal yang harmonis dalam sebuah
keluarga. Komunikasi dalam keluarga sangatlah penting, karena dalam hal
ini orang tua merupakan panutan untuk anak, orang tua sebagai tempat untuk memberikan pengajaran tentang nilai dan norma pada anak. Anak
yang merasa nyaman karena keharmonisan komunikasi dalam keluarga
akan menjadikan anak tersebut lebih merasa nyaman berada dirumah dan memudahkan anak dalam mengekspresikan dirinya dalam meraih
prestasi. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi keluarga yang kurang
memiliki keharmonisan dalam komunikasi keluarga yang menyebabkan terciptanya jarak emosional antara orang tua dengan anak. Dalam kondisi
demikian, anak akan mencari kepuasan diluar rumah dan pencapaian prestasinya pun tidak ada.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat pola komunikasi antara orang tua dengan anak kandung pada kisaran remaja awal yang
berada dilingkungan yang dekat dengan tempat penyewaan Game Online, agar anak tersebut tidak terpengaruh oleh ajakan teman – teman
sebayanya yang berpotensi berpengaruh negatif. Mengingat orang tua adalah sebagai panutan maka tingkah laku anak harus sesuai dengan yang
diinginkan orang tuanya, tujuan dari penelitian ini agar dapat menjadi pembelajaran orang tua bagaimana orang tua harus bersikap dan
mengambil tindakan untuk mengahadapi anak – anak dalam kisaran remaja awal yang belum memiliki arah dan tujuan pandangan hidup.
Terdapat tiga pola komunikasi dalam lingkungan keluarga antara orang tua dengan anak Yusuf, 2007 : 51 yaitu : Authotarian cenderung
bersikap bermusuhan, Permissive Cenderung berprilaku bebas dan Authoritative
cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan. Untuk lebih jelasnya dapat diihat dalam bagan berikut ini :
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Orangtua Pola
Komunikasi Remaja
49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian berusaha menjabarkan tentang pola komunikasi antara orang tua dengan
anak pengguna game online pada kisaran remaja awal yang memiliki prestasi dan anak tersebut berada dilingkungan yang dekat dengan tempat
penyewaan Game Online, agar anak tersebut tidak terpengaruh oleh ajakan teman – teman sebayanya yang berpotensi berpengaruh negatif.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif. Dalam pelaksanaan penelitian ini terjadi
secara alamiah, apa adanya, dalam situasi yang normal dan tidak dimanipulasi baik kondisi maupun keadaan obyek yang sedang diteliti
dan juga bisa dikatkan menekankan pada keadaa secara alami. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya poplasi atau sampling
bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti,
maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas
data Kriyantono, 2006 : 58.