PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 3 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TAK LANGSUNG.

PERBEDEEN KEMEMPUEN BERPIKIR KRITIS METEMETIK SISWE
KELES VIII MTS NEGERI 3 MEDEN ENTERE YENG DIEJER
MELELUI MODEL PEMBELEJEREN REELISTIK DENGEN
MODEL PEMBELEJEREN TEK LENGSUNG
Oleh:
Nurul Mawaddah
NIM. 4123111056
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSEN METEMETIKE
FEKULTES METEMETIKE DEN ILMU PENGETEHUEN ELEM
UNIVERSITES NEGERI MEDEN
MEDEN
2017

i


ii

RIWAYAT HIDUP

Nurul Mawaddah dilahirkan di Medan, pada tanggal 21 Agustus 1993.
Ayah bernama Ahmad Sofyan Hasibuan dan Ibu bernama Dra. Sri Ratna Lubis,
M.Pd, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1999 penulis
masuk sekolah SD Negeri 066045 dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Medan dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 4 Medan dan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) melalui jalur SNMPTN
tertulis.

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA
KELAS VIII MTS NEGERI 3 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN TAK LANGSUNG
NURUL MAWADDAH (NIM. 4123111056)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kemampuan berpikir kritis
matematik siswa, dengan demikian tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas VIII MTs
Negeri 3 Medan antara yang diajar melalui model pembelajaran realistik dengan
model pembelajaran tak langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2016/2017
yang terdiri dari 7 kelas. Dari 7 kelas dipilih 2 kelas secara acak yaitu kelas VIII-1
sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen A dengan model pembelajaran
matematika realistik dan kelas VIII-5 sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen
B dengan model pembelajaran tak langsung yang dijadikan sampel dalam
penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan tes uraian sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari
populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari
analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh rata-rata pre-test 29,5 dan

simpangan baku pre-test 10,896 sedangkan nilai rata-rata post-test 78,75 dan
simpangan baku post-test 9,816. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata
pretest 24 dan simpangan baku pre-test 11,029 sedangkan nilai rata-rata pos-test
72,65 dan simpangan baku post-test 8,891.
Dari analisa data post-test dengan menggunakan uji-t taraf α = 0,05
diperoleh nilai thitung = 2,908 dan ttabel = 1,994 Sehingga diperoleh thitung > ttabel
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kritis matematik siswa melalui model
pembelajaran realistik dengan model pembelajaran tak langsung di kelas VIII
MTs Negeri 3 Medan.
Kata kunci: Model Pembelajaran Realistik, Model Pembelajaran Tak Langsung,
Berpikir Kritis Matematik.

iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan


Kemampuan

Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas VIII MTs Negeri 3 Medan Antara
yang Diajar Melalui Model Pembelajaran Realistik Dengan Model
Pembelajaran Tak Langsung”, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ani Minarni, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Denny Haris,
S.Si, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan ini, Bapak Prof. Dr.
Mukhtar M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak
dan Ibu serta staf pegawaian jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam dan Matematika, Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr.
Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan
UNIMED, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta

pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya,
M.Si selaku Ketua jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua
Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Drs. H. Hamidi
Nst, M.Psi, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Medan dan ibu Khairul Saniyah
S.Pd selaku guru bidang studi Matematika di MTs Negeri 3 Medan yang telah
banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

v

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta
Dra. Sri Ratna Lubis, M.Pd untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk
harapan yang tak pernah pudar, doa yang tak pernah henti, yang selalu
membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan perjuangan juga
pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini. Terimah kasih juga
penulis ucapkan kepada adikku tersayang Hanif Mahmuda untuk dukungan,
perhatian dan kasih sayangnya yang begitu besar sehingga kakak mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih terkhusus juga penulis ucapkan kepada Raja Dame

Halomoan Nasution SH, yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
dukungannya selama masa perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan,
Rahayu, Irmayani Lidia Ulfa, Siti Hayani dan teman-teman lainnya di jurusan
matematika yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga
dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir
kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini
semoga bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika
dan menjadi masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, April 2017
Penulis

Nurul Mawaddah
NIM. 4123111056


vi

DAFTAR ISI

Talaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv


Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDATULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah


1

1.2. Identifikasi Masalah

9

1.3. Batasan Masalah

9

1.4. Rumusan Masalah

10

1.5. Tujuan Penelitian

10

1.6. Manfaat Penelitian


10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis

11

2.1.1. Penegertian Belajar

11

2.1.2. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Matematika

14

2.1.3. Model Pembelajaran

25

2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik


26

2.1.5. Konsep Matematika Realistik

28

2.1.6. Karakteristik Matematika Realistik

30

2.1.7. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran

vii

Matematika Realistik

31

2.1.8. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Matematika Realistik

33

2.1.9. Pendekatan Pembelajaran Tak Langsung

35

2.1.10. Model Belajar

36

2.1.11. Prosedur Pembelajaran

38

2.1.12. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tak Langsung

41

2.2. Penelitian yang Relevan

42

2.3. Materi Pembelajaran

43

2.3.1. Persamaan Linier Dua Variabel

43

2.3.2. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

43

2.4. Kerangka Konseptual

48

2.5. Hipotesis Penelitian

49

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

51

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

51

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

51

3.4. Variabel Penelitian

51

3.5. Jenis dan Desain Penelitian

52

3.6. Definisi Operasional

53

3.7. Prosedur Penelitian

54

3.8. Instrumen Penelitian

56

3.8.1. TesKemampuan
3.9. Tehnik Analisis Data

56
56

3.9.1. Menghitung Rata-rata Skor

56

3.9.2. Menghitung Standart Deviasi

57

3.9.3. Uji Normalitas

57

3.9.4. Uji Homogenitas

58

3.9.5. Uji Hipotesis

59

viii

BAB IV TASIL PENELITIAN DAN PEMBATASAN
4.1.Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A

61

4.1.2. Nilai Pretest Kelas Eksperimen B

63

4.1.3. Nilai Postest Kelas Eksperimen A

65

4.1.4. Nilai Postest Kelas Eksperimen B

66

4.2. Analisis Data Hasil Penelitian

4.3.

61

68

4.2.1. Uji Normalitas Data

68

4.2.2. Uji Homogenitas Data

69

4.2.3. Pengujian Hipotesis

70

Pembahasan Hasil Penelitian

71

4.4. Keterbatasan Penelitian

75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

77

5.2. Saran

77

DAFTAR PUSTAKA

78

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

55

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Indikator-indikator Kemampuan Berpikir Kritis

18

Tabel 2.2. Fase-Fase Dalam Model Pembelajaran Tak Langsung

40

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

55

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen A) 80

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen A) 84

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen B)

88

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen B)

92

Lampiran 5

Lembar Aktivitas Siswa 1

96

Lampiran 6

Lembar Aktivitas Siswa 2

108

Lampiran 7

Lembar Validitas Pretest

118

Lampiran 8

Kisi-kisi (Pretest)

124

Lampiran 9

Soal (Pretest)

125

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian (Pretest)

126

Lampiran 11

130

Lembar Validitas Postest

Lampiran 12 Kisi-kisi (Posttest)

136

Lampiran 13 Soal (Posttest)

137

Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian (Posttest)

139

Lampiran 15 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis

144

Lampiran 16 Daftar Validator Soal Pretest dan Posttest Siswa

145

Lampiran 17 Data Nilai Pretest dan Posttes Siswa Kelas Eksperimen A

146

Lampiran 18 Data Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen B

147

Lampiran 19 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi
Siswa Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B

148

Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data

151

Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data

156

Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis

158

Lampiran 23 Lembar Dokumentasi Penelitian

160

Lampiran 24 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors

164

Lampiran 25 Tabel Luas Distribusi Normal Standar

165

Lampiran 26 Tabel Nilai Kritis Distribusi F

166

Lampiran 27 Tabel Nilai Kritis Distribusi t

167

BABBIBB
PENDAHULUANB
B
1.1.

LatarBBelakangBMasalahB
Pendedekan merupakan sumber daya ensane yang sepatutnya
mendapat perhatean terus menerus dalam upaya penengkatan mutunya.
Penengkatan mutu pendedekan berarte pula penengkatan kualetas sumber
daya manusea. Untuk etu perlu de lakukan pembaruan dalam bedang
pendedekan dare waktu ke waktu tanpa hente. Dalam rangka mencerdaskan
kehedupan bangsa, maka penengkatan mutu pendedekan suatu hal yang
sangat penteng bage pembangunan berkelanjutan de segala aspek kehedupan
manusea. Sestem pendedekan naseonal senanteasa harus dekembangkan
sesuae dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjade baek de tengkat
lokal, naseonal, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Pendedekan merupakan suatu kebutuhan yang harus depenuhe dalam
kehedupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya
suatu bangsa banyak detentukan oleh faktor pendedekan bangsa etu sendere.
Karena etu pendedekan sangatlah penteng, sebab pendedekan merupakan
lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara
berkesenambungan yaetu membena mental raseo, entelek dan keprebadean
dalam rangka membentuk manusea seutuhnya. Hal ene bertujuan untuk
menghadape tantangan perkembangan teknologe enformase yang semaken
pesat.
Peran pendedekan sangat penteng untuk menceptakan masyarakat
yang cerdas, damae, terbuka, dan demokrates. Kemajuan suatu bangsa
sangat detentukan oleh kualetas sumber daya manusea dan kualetas sumber
daya manusea tergantung pada kualetas pendedekannya. Usaha untuk
menceptakan pendedekan yang berkualetas, tedak terlepas dare bagaemana
proses pelaksanaan pendedekan etu delaksanakan. Kemajuan bangsa
Indonesea dapat decapae melalue penataan pendedekan yang baek, dengan

1

2

adanya berbagae upaya penengkatan mutu pendedekan deharapkan dapat
menaekkan harkat dan martabat manusea Indonesea. Berbagae usaha
pembaharuan kurekulum, perbaekan sestem pengajaran, penengkatan
kualetas kemampuan guru, dan laen sebagaenya, merupakan suatu upaya ke
arah penengkatan mutu pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran de sekolah-sekolah yang berlangsung
selama ene, dan hamper de semua jenjang pendedekan, pada umumnya
berlangsung satu arah, yaetu guru sebagae pusat pembelajaran (teacher
centered). Seperte, hasel observase langsung yang delakukan pada sekolah
MTSN 3 Medan, menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang
berlangsung pada umumnya bersefat satu arah dan kurang melebatkan
enterakse dan aktevetas mental seswa. Hal ene terlehat, guru lebeh aktef dalam
memberekan enformase atau menjelaskan matere yang deekute dengan
penulesan rumus dan pemberean contoh soal yang dekerjakan bersama
seswa dengan domenase guru, kemudean deakhere dengan pemberean latehan.
Sehengga, tedak heran apabela hasel wawancara yang delakukan kepada
beberapa seswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang delakukan tedak
menarek menat seswa, menakutkan, cemas dan merasa khawater saat belajar
matemateka de sekolah, dan seswa cenderung berpeker atau berperasaan
tedak baek terhadap matemateka. Sedangkan, dare hasel wawancara
terhadap guru matemateka yang bersangkutan, deperoleh beberapa
enformase penteng, antara laen; kemampuan kognetef matemateka seswa
pada umumnya rendah.
Menurut Soedjade, pembelajaran matemateka de sekolah selama ene
pada

umumnya

menggunakan

sajean

berekut:

1)

deajarkan

teore/defenese/teorema, 2) deberekan contoh-contoh, 3) deberekan latehan
atau soal. Pembelajaran semacam ene beasa desebut dengan pembelajaran
konvenseonal. Pola pembelajaran semacam etu menyebabkan guru lebeh
mendomenase pembelajaran, sementara seswa hanya menjade pendengar
dan pencatat yang baek.

3

Matemateka merupakan salah satu unsur dalam pendedekan. Dalam
dunea pendedekan, matemateka merupakan elmu uneversal yang mendasare
perkembangan teknologe modern, mempunyae peranan penteng dalam
berbagae deseplen elmu dan mengembangkan daya peker manusea. Oleh
karena etu, matemateka menjade perhatean utama dare berbagae kalangan.
Hal ene desadare bahwa betapa pentengnya peranan matemateka dalam
kehedupan sehare-hare.
Pentengnya matemateka dapat delehat dare tujuan mata pelajaran
matemateka pada pendedekan dasar dan menengah berdasarkan Kurekulum
2006, yaetu sebagae berekut: (1) Memahame konsep matemateka,
menjelaskan keterkaetan antarkonsep dan mengaplekasekan konsep atau
algoretma, secara luwes, akurat, efeseen, dan tepat, dalam pemecahan
masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sefat, melakukan
manepulase matemateka dalam membuat generalesase, menyusun bukte, atau
menjelaskan gagasandan pernyataan matemateka, (3) Memecahkan
masalah yang melepute kemampuan memahame masalah, merancang model
matemateka, menyelesaekan model dan menafserkan soluse yang deperoleh,
(4) Mengkomunekasekan gagasan dengan sembol, tabel, deagram, atau
medea laen untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memeleke
sekap menghargae kegunaan matemateka dalam kehedupan, yaetu memeleke
rasa engen tahu, perhatean, dan menat dalam mempelajare matemateka, serta
sekap ulet dan percaya dere dalam pemecahan masalah (Deknas, 2006).
Cockroft

(dalam

Abdurrahman,

2012:253)

menjelaskan:

Matemateka perlu deajarkan kepada seswa karena: (1) selalu degunakan
dalam segala sege kehedupan; (2) semua bedang stude memerlukan
keterampelan matemateka yang sesuae; (3) merupakan sarana komunekase
yang kuat, sengkat, dan jelas; (4) dapat degunakan untuk menyajekan
enformase dalam berbagae cara; (5) menengkatkan kemampuan berpeker
loges, keteletean, dan kesadaran ruangan; dan (6) memberekan kepuasaan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

4

Karena etulah matemateka merupakan salah satu elmu dasar yang
sangat penteng deajarkan kepada seswa karena matemateka akan menuntun
seseorang untuk berpeker loges, telete dan kretes yang bermanfaat dalam
kehedupan sehare-hare. Abdurrahman, 2012:253) mengatakan bahwa ada
lema alasan perlunya belajar matemateka karena matemateka merupakan:
(1) Sarana berpeker yang jelas dan loges; (2) sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehedupan sehare-hare; (3) sarana
mengenal pola-pola hubungan dan generalesase pengalaman; (4)
sarana mengembangkan kreatevetas; dan (5) sarana menengkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berpeker adalah perkembangan dalam edea dan konsep. Saat seswa
menghadape kegeatan pembelajaran, seswa melakukankegeatan berpeker
tentang obyek yang sudah deberekan (matere pelajaran) dan tugas
seswaadalah membuka mata terhadap obyek tersebut. Kegeatan berpeker
seswa akan terjadeapabela seswa sudah harus menyadare bahwa obyek atau
dalam hal ene matere tertentuadalah tedak sederhana,seswa harus mengenal
obyek tersebut, membandeng – bandengkanapa yang delehatnya, dan selalu
melehat serta menganaleses obyek tersebut dare berbagaesudut pandang
yang berbeda. Apabela saat mempelajare matere tertentu melakukan
kegeatanmenganaleses melalueberbagae sudut pandang seswa, artenya seswa
tersebut telahmelakukan kegeatan penalaran.
Menurut Syahbana 2012:51, berpeker kretes adalah proses deseplen
elmu entelektual yang secara aktef dan terampel mengkonseptualesase,
menerapkan, menganaleses, mensenteses, dan/atau mengevaluase enformase
yang deperoleh dare atau dehaselkan oleh pengamatan, pengalaman,
reflekse, penalaran, atau komunekase sebagae panduan untuk keyakenan dan
tendakan.
Ennes (1996) mengemukakan bahwa berpeker kretes merupakan
suatu proses yang bertujuan agar keta dapat membuat keputusan-keputusan
yang masuk akal, sehengga apa yang keta anggap terbaek tentang suatu
kebenaran dapat keta lakukan dengan benar. Terdapat lema hal dasar dalam
berpeker kretes yaetu praktes, reflektef, masuk akal, keyakenan, dan tendakan.

5

Dare penggabungan lema hal dasar ene maka dedefenesekan bahwa berpeker
kretes etu adalah suatu pekeran reflektef yang defokuskan untuk memutuskan
apa yang deyakene untuk delakukan. Berpeker kretes juga adalah sesuatu
yang masuk akal, berpeker reflektef yang defokuskan pada apa keputusan
yang deyakene, dekerjakan, dan deperbuat.
Berpeker kretes etu adalah suatu cara berpeker yang menguje,
menghubungkan, dan mengevaluase semua aspek dare suatu setuase
masalah, termasuk dedalamnya kemampuan untuk mengumpulkan
enformase, mengengat, menganaleses setuase, membaca serta memahame dan
mengedentefekase hal-hal yang deperlukan.
Berdasarkan pengertean berpeker kretes maka berpeker kretes
merupakan berpeker analetes, hal ene desebabkan oleh karena dalam berpeker
kretes, keta melakukan selangkah deme selangkah, delakukan dengan
menghubungkan semua enformase yang ada. Berpeker analetes adalah proses
berpeker untuk mengklarefekase, membandengkan, menarek kesempulan dan
mengevaluase.
Berpeker kretes dapat deenterpre-tasekan dalam berbagae cara.
Menurut Fesher (1995:65) berpeker kretes adalah menjelaskan apa yang
depekerkan. Belajar untuk berpeker kretes berarte: belajar bagaemana
bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya, bagaemana nalarnya, kapan
menggunakan penalaran, dan metode penalaran apa yag depakae. Seorang
seswa dapat dekatakan berpeker kretes bela seswa tersebut mampu menguje
pengalamannya,

mengevaluase

pengetahuan,

ede-ede,

dan

mempertembangkan argumen sebelum mendapatkan kesempulan. Agar
seswa menjade pemeker kretes maka harus dekembangkan sekap-sekap
keengenan untuk bernalar, detantang, dan mencare kebenaran.
Kemampuan berpeker kretes adalah kemampuan untuk mengontrol
atau mengendalekan jalan pekeran, melepute kemampuan untuk dengan
sadar menguje unsur-unsur dare satu penalarandan juga merupakan proses
deseplen entelektual untuk aktef dan terampel mengkonseptualesase,
mengaplekasekan, menganaleses, mensenteses, dan atau mengevaluase

6

enformase yang dekumpulkan dare atauyang dehaselkan dare observase,
pengalaman, reflekse, penalaran, atau komunekase sebagae suatu panduan
terhadap keyakenan dan tendakan.
Berpeker kretes dalam belajar matemateka merupakan suatu proses
kognetef atau tendakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan
matemateka berdasarkan penalaran matematek. Berpeker kretes matematek
melepute kemampuan untuk bereakse terhadap masalah matematek dengan
membedakan pendapat dan fakta, kesempulan dan pertembangan,
argumentase enduktef dan deduktef, serta objektef dan subjektef. Selanjutnya
kemampuan untuk membuat pertanyaan, mengkonstrukse dan mengenale
struktur argumentase, alasan-alasan yang mendukung argumentase;
mendefenesekan, menganaleses, dan memekerkan soluse permasalahan;
menyederhanakan, mengorganesase, mengklasefekase, menghubungkan, dan
menganaleses masalah matematek; mengentegrasekan enformase dan melehat
hubungannya

untuk

menarek

kesempulan;

selanjutnya

memereksa

kelayakan kesempulan, menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang
deperoleh ke permasalahan matematek yang baru.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasel belajar
matemateka seswa deantaranya adalah kurangnya keaktefan seswa dalam
proses belajar mengajar dan kurangnya keterampelan guru dalam
memberekan matere pembelajaran. Dalam proses kegeatan belajar mengajar
kebanyakan guru maseh menggunakan model pembelajaran yang kurang
bervarease sehengga banyak seswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran
matemateka. Pembelajaran matemateka dekelas maseh dedomenase oleh guru
dan kurangnya keterlebatan seswa dalam proses belajar mengajar.
Ketedaktepatan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
menjade salah satu faktor penyebab prestase belajar matemateka seswa
rendah. Menurut Abdurrahman (2012:20):
Yang menjade faktor penyebab rendahnya atau kurangnya
pemahaman peserta dedek hasel belajar adalah metode pembelajaran
yang degunakan oleh pengajar, mesalnya dalam pembelajaran yang

7

beroreentase pada pendekatan tradeseonal yang menempatkan
peserta dedek dalam proses belajar mengajar sebagae pendengar.
Selanjutnya Treanto (2011:1) menyatakan bahwa berdasarkan hasel
peneletean terhadap rendahnya hasel belajar peserta dedek, ternyata
desebabkan oleh proses pembelajaran yang dedomenase oleh pembelajaran
tradeseonal. Pada pembelajaran ene suasana kelas cenderung teachercentred sehengga seswa menjade pasef.
Metode mengajar yang degunakan guru mempunyae andel yang
cukup besar dalam kegeatan belajar mengajar demana seswa akan merasa
tertarek dan mau berperan aktef serta dapat berpeker kretes dalam mencare
sebuah jawaban, bukan hanya menerema saja sehengga tercapae tujuan
pembelajaran yang kondusef. Oleh karena etu, perlu deterapkan suatu
metode pembelajaran baru yang dapat lebeh melebatkan seswa secara aktef
dan menumbuhkan menat seswa dalam mempelajare matemateka.
Sampae saat ene seswa hanya terbeasa menerema dan menghafal apa
yang deberekan guru tanpa termotevase untuk memahame dan terkadang
tedak mempunyae kesempatan untuk mengeluarkan ede-ede dare pekerannya
sendere. Seperte yang deungkapkan Ale (2005) bahwa: “peserta dedek sangat
terbeasa menghafal dan mengerjakan soal-soal secara endevedu sehengga
kurang mendukung perkembangan penalaran seswa dan tedak mendukung
tercapaenya kemampuan sene dalam berpeker matemateka tengkat tengge
seperte berpeker kretes”. Hal enelah yang menunjukkan bahwa kemampuan
berpeker kretes seswa maseh tergolong kategore yang sangat rendah.
Penguasaan seswa pada keterampelan proses maseh tahap
penguasaan dasar yang sepotong-sepotong dan belum berkembang
menjade keterampelann proses terpadu yang memungkenkan seswa belajar
dalam arte sebenarnya. Suryosubroto (1997) menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran yang deberekan guru amat kurang vareasenya, pola
pembelajaran yang sama telah menjade standart deulang-ulang sepanjang
jam pelajaran sekolah. Kadang-kadang guru memulae pelajaran dengan
mendektekan saja pelajarannya dan jeka ada waktu baru memberekan

8

penjelasan sekedarnya”. Sudah saatnya
pembelajaran

yang

membuat

seswa

guru mulae menerapkan

terlebat

aktef

dalam

proses

pembelajaran tersebut. Pembelajaran seperte ene mesalnya RME (Realestec
Matematec Educateon).
Menurut Johar (2001:23), bela anak belajar matemateka terpesah
dare pengalaman mereka sehare-hare maka anak akan cepat lupa dan tedak
dapat mengaplekasekan matemateka. Ine berarte bahwa pembelajaran de
kelas detekankan pada keterkaetan antara konsep-konsep matemateka
dengan pengalaman sehare-hare. Untuk memecahkan masalah tersebut
degunakan pendekatan pembelajaran matemateka yang beroreentase pada
pematematesasean pengalaman sehare-hare dan menerapkan matemateka
dalam kehedupan sehare-hare adalah pendekatan matemateka realestek
(PMR). Pembelajaran Matemateka Realestek (Realistic Mathematics
nducation) dekembangkan de Belanda tahun 1970-an oleh Instetut
Freudenthal dan saat ene telah berkembang luas deberbagae negara,
termasuk endonesea.
B

Pemberlakuan pembelajaran RME (Realestec Matematec Educateon)

ene merupakan pembelajaran dengan menggunakan keadaan real dalam
pembelajaran matemateka khususnya sestem persamaan leneer dua vareabel
lebeh mudah depahame sehengga sangat berperan dalam pembelajaran.
Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegeatan yang delakukan untuk
menceptakan suasana belajar dan deharapkan tedak hanya kemampuan
penalaran seswa saja yang berkembang, melaenkan kemampuan berpeker
kretespun menjade lebeh baek. Salah satu faktor yang membuat seswa malas
belajar adalah karena pembelajaran yang monoton. Untuk menumbuhkan
perhatean, keaktefan, dan seswa merasa senang dalam belajar matemateka,
pembelajaran matemateka realestek ene merupakan cara yang tepat untuk
merangsang seswa lebeh aktef dalam kegeatan proses pembelajaran
matemateka.
Sedangkan pada model pembelajaran tak langsung ene seswa belajar
dengan lebeh banyak mendengar penjelasan guru de depan kelas dan

9

melaksanakan tugas jeka guru memberekan soal-soal dan pekerjaan rumah
kepada seswa. Hal ene memperlehatkan bahwa domenase guru dalam belajar
sangat besar yaetu sebagae “pen-transfer” elmu, sedangkan seswa dekatakan
pasef yaetu sebagae “penerema” elmu.
Berdasarkan uraean yang telah dekemukakan de atas, maka penules
tertarek

untuk

melakukan

peneletean

yang

berjudul

“PerbedaanB

KemampuanBBerpikirBkritisBMatematikBSiswaBKelasBVIIIBMTSBNegeriB
3B MedanB AntaraB yangB DiajarB MelaluiB ModelB PembelajaranB RealistikB
denganBModelBPembelajaranBTakBLangsung”.B
B
1.2.

IdentifikasiBMasalahB
Berdasarkan dare uraean latar belakang tersebut deatas, maka dapat
deedentefekase beberapa masalah sebagae berekut:
1. Banyak seswa yang kurang mampu dalam memahame matemateka.
2. Prestase belajar seswa maseh rendah.
3. Seswa kurang mampu memahame dan menerapkan konsep dalam
memecahkan masalah matematek.
4. Guru mengajar maseh menggunakan pendekatan konvenseonal
yang mengganggap bahwa seswa sebagae objek yang pasef.
5. Kemampuan berpeker kretes seswa maseh tergolong kategore sangat
rendah.

1.3.

BatasanBMasalahB
Berdasarkan edentefekase masalah de atas, penelete membatase
masalah pada:
1. Kemampuan berpeker kretes matematek seswa kelas VIII MTs Negere 3
Medan.
2. Pendekatan pembelajaran matemateka realestek de MTs Negere 3
Medan.
3. Model pembelajaran tak langsung de MTs Negere 3 Medan.

10

1.4.

RumusanBMasalahB
Berdasarkan batasan masalah deatas, maka yang menjade rumusan
masalah dalam peneletean ene adalah:
Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpeker kretes matematek
seswa kelas VIII MTs Negere 3 Medan antara yang deajar melalue model
pembelajaran matemateka realestek dengan yang deajar melalue model
pembelajaran tak langsung?

1.5.

TujuanBPenelitianB
Sesuae dengan rumusan masalah de atas, yang menjade tujuan dare
peneletean ene adalah untuk mendeskrepsekankemampuan berpeker kretes
matematek seswa kelas VIII MTs Negere 3 Medan antara yang deajar
melalue model pembelajaran matemateka realestek dengan model
pembelajaran tak langsung.

1.6.

ManfaatBPenelitianB
Dengan telah delakukannya peneletean ene, maka deharapkan dapat
memberekan manfaat-manfaat sebagae berekut:
1. Bage seswa, deharapkan dapat menengkatkan kemampuan berpeker
matematek setelah deajar melalue model pembelajaran matemateka
realestek pada pokok bahasan sestem persamaan leneer dua vareabel.
2. Bage guru, sebagae bahan pertembangan dalam memeleh model
pembelajaran yang dapat menengkatkan kemampuan berpeker kretes
matemates seswa.
3. Bage penelete, sebagae bahan masukan untuk dapat menerapkan
model pembelajaran yang tepat dalam kegeatan belajar mengajar de
sekolah de masa yang akan datang.
4. Bage

sekolah,

pengetahuan.

sebagae

bahan

masukan

dalam

khasanah

BABBVBB
KESIMPULANBDANBSARANB
B
5.1.BKesimpulanB
Berdeserken deri hesil penelitien den pengolehen dete meke depet diterik
kesimpulen sebegei berikut:
Terdepet perbedeen kemempuen berpikir kritis metemetik siswe keles VIII
MTs Negeri 3 Meden entere yeng diejer melelui model pembelejeren metemetike
reelistik dengen model pembelejeren lengsung.
5.2.BSaranB
Berdeserken hesil penelitien ini meke seren yeng depet peneliti beriken edeleh:
1.

Kepede guru metemetike depet menjediken kedue model sebegei elternetif
delem upeye meningketken kemempuen berpikir kritis metemetik siswe
delem proses pembelejeren sehingge siswe lebih mudeh mudeh den mempu
dengen sendirinye memehemi den mempelejeri meteri yeng diejerken.

2.

Kepede guru metemetike yeng ingin menerepken model pembelejeren
metemetike reelistik sebeiknye depet memenfeetken wektu dengen sebeikbeiknye eger proses pembelejeren depet berjelen dengen beik.

3.

Kepede siswe MTs Negeri 3 Meden diserenken eger lebih bereni delem
menyempeiken pendepet eteu ide-ide den memperguneken seluruh perengket
pembelejeren sebegei ecuen yeng depet membuet siswe menjedi lebih ektif
sehingge guru depet melibetken siswe delem pembelejeren.

4.

Begi guru-guru eteu peneliti yeng eken mengguneken pembelejeren
metemetike reelistik sebeiknye lebih memperhetiken permeselehen yeng lebih
kontekstuel yeng sesuei dengen situesi siswe.

5.

Kepede celon peneliti berikutnye eger mengedeken penelitien yeng seme
dengen meteri eteupun tingketken keles yeng berbede sehingge hesil
penelitien depet bergune begi kemejuen pendidiken khususnye pendidiken
metemetike.

77

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdurracdman, Mulyono. 2009. Pendedekan Bage Anak Kesuletan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Modammad. 2011. Memahame Reset Perelaku dan Soseal. Bandung: CV.
Pustaka Cendikia Utama.
Anderson LW, Kratdwodl D, eds. (2001). A Taxonomy for Learning, Teacding,
and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Longman
Arikunto, Sudarsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluase Pendedekan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tadun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengad.
Jakarta: Depdiknas.
Djamarad, S. B. 2006. Stratege Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda karya Edy Tandililing. 2007. Implementasi Realistic Matdematics
Education (RME) di Sekolad. (online),
tersedia: dttp//www. Implementasi realistic matdematics education.com,
diundud pada tanggal 3 Februari 2015
Ennis, R. H. 1996. Cretecal Thenkeng. New Jersey. Prentice-Hall Inc.
Freundentdal, H. 1991. Reveseteng Mathematecs Educateon. Dordrecdt: Reidel
Publisding.
Gravemeijere, K. 1994. Developeng Reakestec Mathematecs Educateon. Utercdt:
Freundentdal Institute.
Hamalik, Oemar. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sestem. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Hamid K, Abdul. 2014. Teore Belajar dan Pembelajaran. Medan: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurekulum dan Pembelajaran Matemateka.
Malang: Penerbit Unversitas Malang.
Jodar. 2001. Stratege Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Munandar, Utami. 2009. Mengembangkan Bakat dan Kreatevetas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta.

79

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profeseonalesme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Saiful, Sagala H. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Soedjadi. 2001. Pemanfaatan Realetas dan Lengkungan alam Pembelajaran
Matemateka. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana. 2005. Metoda Statesteka Edese Ke-6. Bandung: Tarsito
Suwarsono, St. 2001. Beberapa permasalahan yang terkaet dengan upaya
emplementase pendedekan matemateka realestek de Indonesea. Makalad
disampaikan seminar tentang Pendidikan Matematika Realistik tanggal 1415 November 2001. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Trianto. 2009. Mendesaen Model Pembelajaran Inovatef-Progresef. Jakarta:
Penerbit Kencana.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendedekan Matemateka Realestek. Yogyakarta. Grada Ilmu

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN.

0 1 29

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SMP N 2 BANDAR KHALIPAH.

0 2 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM).

0 3 42

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR MELALUI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

0 4 17

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 SUGGAL.

0 2 26

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL DI MTS.SUBULUSSALAM KOTANOPAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 23

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 2 50

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.

0 3 27

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG.

0 0 49