Studi Empiris Environmental Kuznet Curve EKC Terdahulu

16 menjadi net importer. Hal ini berarti negara berkembang fokus pada industri “kotor” dan produksi berbasis input material, sedangkan negara maju fokus pada industri “bersih” dan produksi berbasis jasa.

5. Harga

Tahap awal pertumbuhan ekonomi sering dikaitkan dengan eksploitasi sumber daya yang intensif. Hal ini dapat mengurangi stok sumber daya alam. Efisiensi penggunaan sumber daya alam mulai meningkat ketika tingkat pendapatan tertentu dicapai dan di saat yang sama pasar untuk sumber daya lingkungan mulai berkembang, Harga mencerminkan nilai sumber daya. Harga sumber daya alam yang semakin meningkat mendorong peralihan ke industri berbasis teknologi yang sedikit polusi. Sebagai contoh adalah peningkatan haraga minyak bumi mengakibatkan banyak pihak mulai meneliti sumber energi alternatif lain.

2.3 Studi Empiris Environmental Kuznet Curve EKC Terdahulu

Kerusakan lingkungan sebagai konsekuensi atas pertumbuhan yang didasarkan pada ekstraksi sumberdaya alam berlebihan telah membuat banyak peneliti melakukan studi terhadap hubungan kerusakan lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada hipotesis EKC. Shafik 1992 melakukan studi terhadap delapan indikator kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan di berbagai negara, yaitu: kekurangan air bersih, sanitasi yang buruk, ambang batas suspended partial matter spm, sulfur dioksida SO 2 , perubahan luas hutan pada periode 1961-1986, rataan deforestasi tahunan, oksigen terlarut Dissolved Oxygen DO di sungai, konsentrasi feces manusia di sungai, limbah rumah tangga per kapita, dan polusi karbon per kapita. Pendapatan 17 signifikan untuk semua indikator kualitas lingkungan, tetapi hubungan antar variabel tersebut tidak dapat disimpulkan. Ketika pendapatan meningkat, kebanyakan indikator kualitas lingkungan menjadi memburuk, kecuali akses terhadap air bersih dan sanitasi. Hal ini berarti peningkatan pendapatan menyebabkan masyarakat mampu memiliki sanitasi dan stok air bersih yang semakin memadai. Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi tinggi cenderung lebih banyak mengeksploitasi sumber daya. Teknologi terbukti dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Uji ekonometrik juga menunjukkan bahwa kebijakan makroekonomi seperti volume perdagangan dan utang sepertinya memiliki efek yang relatif kecil terhadap lingkungan. Hasil studi ini sesuai dengan analisis dan review yang dilakukan Dinda 2004 terhadap berbagai literatur EKC terdahulu. Negara maju telah melakukan inovasi teknologi secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertahankan tingkat real income, dan memperkecil laju kerusakan. Difusi teknologi dari negara maju dapat mencegah negara berkembang mengalami kerusakan lingkungan seperti yang sudah dialami negara maju sebelumnya. Perdagangan internasional mempengaruhi lingkungan karena perdagangan cenderung meningkatkan ukuran ekonomi yang selanjutnya meningkatkan tingkat polusi. Di sisi lain, perdagangan teknologi antar negara maju dengan negara berkembang dapat mengurangi tingkat polusi. Kurva EKC hanya terbukti pada indikator polusi udara yang diukur pada tingkat lokal. Penjelasan yang memungkinkan untuk pembuktian kurva tersebut adalah 1 Transformasi dari ekonomi agraria yang bersih ke ekonomi industri 18 yang menghasilkan polusi tinggi dan selanjutnya ke ekonomi berbasis jasa dengan tingkat polusi rendah dan 2 Penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi yang cenderung memiliki preferensi yang tinggi juga terhadap lingkungan. Sebelumnya, Dinda 2000 juga telah melakukan studi empiris terhadap polutan udara spm dan SO 2 terhadap 33 negara yang dibagi menjadi negara dengan tingkat pendapatan tinggi, sedang, dan rendah. Hubungan tersebut adalah kurva berbentuk huruf U sehingga bertentangan dengan hipotesis EKC. Mithyli 2011 juga menguji EKC terhadap konsentrasi bahan organik yang diukur melalui indikator Biological Dissolved Oxygen BOD di negara berkembang India dan menemukan hubungan berbentuk huruf tilted-S. Hal ini berarti polusi menurun seiring dengan peningkatan pendapatan sampai tingkat tertentu dan meningkat kembali sampai tingkat pendapatan titik balik yng kedua. Setelah itu, tingkat polusi akan menurun seiring dengan peningkatan pendapatan. Hettige 2000 melakukan studi EKC di tiga belas negara untuk menguji dampak pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan yang diwakili oleh kontribusi sektor industri terhadap total output negara. Kontribusi sektor yang menghasilkan polusi dalam output industri, dan intensitas penggunaan polutan per unit output pada sektor yang menghasilkan polusi. Konstribusi industri terhadap total output memenuhi hipotesis kurva EKC, namun kedua indikator yang lain tidak sesuai. Ketika efek dari ketiga indikator tersebut digabungkan untuk melihat implikasi EKC secara menyeluruh, ternyata hipotesis EKC tidak terbukti. Paudel 2008 kemudian memodifikasi hipotesis kurva Kuznet dengan mengadakan studi untuk mengetahui bagaimana pengaruh Social Capital SC terhadap polutan air N, P, DO pada 53 parishes di negara bagian Lousiana, 19 USA. Social capital merupakan karakteristik masyarakat seperti norma dan tingkat kepercayaan yang memungkinkan kelompok masyarakat bekerja sama secara efektif untuk mencapai suatu tujuan. SC berpengaruh signifikan dalam menjelaskan polutan N, tapi tidak signifikan pada P dan DO. Namun, peneliti menemukan kurva U pada hubungan polutan N dan SC. Artinya adalah konsentrasi N yang tinggi terjadi pada tingkat SC yang rendah dan tinggi sehingga tingkat SC yang moderat adalah kondisi yang bagus untuk lingkungan. Secara keseluruhan, hipotesis EKC tidak terbukti. Komen 1997 juga melakukan studi lebih mendalam terhadap hipotesis EKC dengan menganalisis hubungan antara pendapatan dan pendapatan per kapita yang dialokasikan untuk penelitian terkait lingkungan di sembilan belas negara yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development OECD. Elastisitas pendapatan terhadap dana penelitian untuk perbaikan lingkungan adalah positif dan mendekati satu. Studi EKC di tingkat negara seperti yang disarankan oleh Dinda 2004 telah pernah dilakukan oleh Mithyli 2011 dengan menggunakan variabel konsentrasi BOD, urbanisasi, dummy industri untuk periode 1990-1991 dan 2005- 2006 di India yang merupakan salah satu negara berkembang. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah studi di negara maju dengan menggunakan data tahun 1978-2004 yang diharapkan dapat menjelaskan perubahan indikator polusi air sungai dan pendapatan per kapita jangka panjang. Dalam hal ini, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi mencengangkan setelah dekade 1960-an yang diikuti polusi air sungai, tetapi saat ini, kualitas air sungai sudah membaik dengan adanya peraturan dan meningkatnya perhatian publik 20 terhadap kualitas lingkungan yang baik. Selain itu, penelitian ini juga memasukkan variabel kepadatan penduduk untuk menggambarkan pengaruh kepadatan penduduk terhadap polusi air sungai.

III. KERANGKA PEMIKIRAN