Analisis Kadar Nitrit (NO₂ ) Dari Air Sungai Percut dan Sungai Deli Dengan Metode Spektrofotometri Pada Balai Riset Standarisasi Industri Medan

(1)

ANALISIS KADAR NITRIT ( NO₂ ¯ ) DARI AIR SUNGAI

PERCUT DAN SUNGAI DELI DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA BALAI RISET

STANDARISASI INDUSTRI MEDAN

KARYA ILMIAH

SUCIYANTI SITANGGANG

112401008

PROGRAM STUDI DIPLOMA

3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ANALISIS KADAR NITRIT ( NO

) DARI AIR SUNGAI PERCUT

DAN SUNGAI DELI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

UV-VIS PADA BALAI RISET STANDARISASI INDUSTRI

MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai

gelar Ahli Madya

SUCIYANTI SITANGGANG

112401008

PROGRAM STUDI DIPLOMA

3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Kadar Nitrit (NOЇ ) Dari Air Sungai Percut dan Sungai Deli Dengan Metode

Spektrofotometri Pada Balai Riset Standarisasi Industri Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Suciyanti Sitanggang

Nomor Induk Mahasiswa : 112401008

Program studi : Diploma (D3) Kimia Analis

Departemen : Kimia

Fakultas :Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ( FMIPA ) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan , Juni 2014

Disetujui oleh

Program Studi D3 Kimia Analis Pembimbing,

Ketua,

Dra.Emma Zaidar Nasution,M.Si Drs. Ahmad Darwin Bangun,M.Sc

NIP. 19551218987012001 NIP. 1952111980031001 Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR NITRIT ( NO₂ ) DARI AIR SUNGAI PERCUT DAN

SUNGAI DELI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI PADA BALAI RISET STANDARISASI INDUSTRI MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan , Juni 2014

SUCIYANTI SITANGGANG 112401008


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih KaruniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang diberi judul “ ANALISIS

KADAR NITRIT ( NOЇ ) DARI AIR SUNGAI PERCUT DAN SUNGAI DELI

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI PADA BALAI RISET

STANDARISASI INDUSTRI MEDAN “. Karya ilmiah ini disusun untuk

melengkapi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia. Dalam penyusunan karyaI lmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dari beberapa pihak yang telah banyak membantu moril maupun materil. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Kedua orang tua ( Ayahanda M.Sitanggang dan Ibunda R.Silitonga ), paktua dan maktua yang telah memberikan banyak doa, dukungan dan bantuan pada penulis baik dalam bentuk moril dan material, Bapak Drs.Ahmad Darwin Bangun,M.Sc selaku dosen pembimbing, Ibu Dr.Rumondang Bulan Ms selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ibu Dra.Emma Zaidar,Nst.Msi selaku ketua Program Studi D3 Kimia Analis, Seluruh staf pengajar dan karyawan FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis, Ibu Sumarni, Bu Mardiana dan Bang Fadhil selaku pembimbing PKL, Minta Simamora, David Sembiring, Bang Zico Ricardo Aritonang, Melda M .br.Siregar , Anni ,Nova Marya teman yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pengambilan sampel, Kak Raula Simamora, Teresa Sitanggang, Sariani Manurung, Tiurma Hutauruk, Sakinah, dan semua teman-teman Kimia Analis 2011 yang telah mendukungdan membantu penulis selama masa perkuliahan. Atas segala dukungan dan bantuan. Penulis hanya dapat berdoa Tuhan Yesus Kristus agar membalas semua kebaikan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh karena penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(6)

ANALISIS KADAR NITRIT ( NO₂ ) DARI AIR SUNGAI PERCUT DAN SUNGAI DELI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI PADA BALAI

RISET STANDARISASI INDUSTRI MEDAN

ABSTRAK

Dari hasil analisis kadar nitrit ( NOЇ ) dari air sungai Percut yang diambil didaerah Amplas dan air sungai Deli di daerah Deli Tua dengan menggunakan spektro- fotometer yang panjang gelombangnya 543 nm diamati selama seminggu diperoleh rata-rata kadar nitrit ( NOЇ ) yang dimulai dari hari Senin pada sungai Deli 0,0281 mg/L ; sungai Percut 0,0293 mg/L, hari Selasa pada sungai Deli 0,0132 mg/L; sungai Percut 0,01745 mg/L, hari Rabu pada sungai Deli 0,0193 mg/L; sungai Percut 0,0294 mg/L, hari Kamis pada sungai Deli 0,0133 mg/L; sungai Percut 0,0177 mg/L, hari Jumat pada sungai Deli 0,0278 mg/L; sungai Percut 0,0300 mg/L, hari Senin pada sungai Deli 0,0197 mg/L ; sungai Percut 0,0276 mg/L. Dari hasil tersebut kadar nitrit ( NOЇ ) dari kedua sungai masih aman untuk digunakan masyarakat karena jika dibandingkan dengan standart air sungai tidak ada sampel yang melewati baku mutu yaitu 0,06 mg/L menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001.


(7)

ANALYSIS NITRITE CONTENT ( NO₂ ) OF PERCUT RIVER WATER AND DELI RIVER WATER BY USING SPEKTROFOTOMETRI METHOD IN

INDUSTRIAL STANDARDZATION RESEARH HALL MEDAN

ABSTRACT

The result of analysis nitrite content ( NO2 ) of Percut river water taken in Amplas area and Deli river water taken in Deli Tua area by using spektrofotometri method it has wavelength 543nm observed since a weak that get average nitrite content ( NO2 ) it started on Monday at Deli river 0,0281 mg/L; Percut river 0,0293 mg/L, on Tuesday at Deli river 0,0132 mg/L; Percut river 0,0174 mg/L, on Wednesday at Deli river 0,0193 mg/L; Percut river 0,0294 mg/L, on Thursday at Deli river 0,0133 mg/L; Percut river 0,0177 mg/L, on Friday at Deli river 0,0278 mg/L; Percut river 0,0300 mg/L, on Monday at Deli river 0,0197 mg/L; Percut river 0,0276 mg/L. The result of the research could be seen that nitrite content (NO2 ) for both of river are still safe used by society because if compared by standard water river water have no sample passing quality standard 0,06 mg/L according to Govermant Regulative No 82 of 2001.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Lampiran viii

BAB 1 Pendahuluan

1.1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.2.1 Batas permasalahan 4

1.2.2 Tujuan 4

1.2.3 Manfaat 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Air 5

2.1.1 Sifat Air 5

2.1.2 Sumber Air 6

2.1.3 Pembagian Air BerdasarkanAnalisis 7 2.1.4 Aspek Kimia – FisikaPencemaran Air 9

2.2 Nitrogen 10

2.2.1 Nitrogen Anorganik dan Organik 11


(9)

2.3 Limbah 14

2.3.1 Kualitas limbah 14

2.3.2 Karakteristik Limbah Cair 15

2.4 Karet 16

2.5 Spektrofotometer 18

2.5.1 Peralatan ( Instrumentasi ) 19 BAB 3 Metodologi Penelitian

3.1 Alat dan Bahan 21

3.1.1 Alat – alat 21

3.1.2 Bahan – bahan 22

3.2 Metoda Pengambilan sampel air sungai berdasarkan 22 debit air

3.3 Prosedur Penelitian 23

3.3.1 Pembuatan Pereaksi 23

3.3.2 Penyediaan Larutan Standart 24 3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi 26 3.3.4 Perlakuan Pada Larutan Blanko 27 3.3.5 Perlakuan Pada Larutan Sampel 28 BAB 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil 29

4.2 Penentuan Nitrit 31

4.3.1 Penurunan persamaan garis regresi untuk larutan standart 32 Nitrit

4.3.2 Reaksi Percobaan 34

4.4 Pembahasan 35

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 38


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Table Judul Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar dan Kering 17 Table 4.1 Data Penentuan Kadar Nitrit Pada Sampel 29 Table 4.2 Data Absorbansi Larutan Standart Nitrit ( NO2) 30

Berdasarkan Hasil Percobaan

Table 4.3 Persaamaan Garis Regresi Untuk Kurva Kalibrasi Nitrit 31 Dengan Menggunakan Metode Least Square Dimana

Konsentrasi Dinyatakan Sebagai Xi dan Absorbansi Sebagai Yi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan 40 Kualitas Air Permukaan dan Pengendalian Pencemaran Air

2. Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standart Nitrit 45


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memper -hitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus pada segenap pengguna air ( Effendi,2003 ).

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut, sungai itu dapat digunakan juga untuk berjenis – jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan dan lain-lain ( Sosdarsono, 2003 ).

Keberadaan limbah cair yang dihasilkan industri karet dinilai mengancam keberadaan sektor perikanan dan kondisi sungai yang dicemari oleh limbah domestik, misalnya hasil pembuangan fases dan pembusukan dari sisa-sisa makanan yang


(13)

ANALISIS KADAR NITRIT ( NO₂ ) DARI AIR SUNGAI PERCUT DAN SUNGAI DELI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI PADA BALAI

RISET STANDARISASI INDUSTRI MEDAN

ABSTRAK

Dari hasil analisis kadar nitrit ( NOЇ ) dari air sungai Percut yang diambil didaerah Amplas dan air sungai Deli di daerah Deli Tua dengan menggunakan spektro- fotometer yang panjang gelombangnya 543 nm diamati selama seminggu diperoleh rata-rata kadar nitrit ( NOЇ ) yang dimulai dari hari Senin pada sungai Deli 0,0281 mg/L ; sungai Percut 0,0293 mg/L, hari Selasa pada sungai Deli 0,0132 mg/L; sungai Percut 0,01745 mg/L, hari Rabu pada sungai Deli 0,0193 mg/L; sungai Percut 0,0294 mg/L, hari Kamis pada sungai Deli 0,0133 mg/L; sungai Percut 0,0177 mg/L, hari Jumat pada sungai Deli 0,0278 mg/L; sungai Percut 0,0300 mg/L, hari Senin pada sungai Deli 0,0197 mg/L ; sungai Percut 0,0276 mg/L. Dari hasil tersebut kadar nitrit ( NOЇ ) dari kedua sungai masih aman untuk digunakan masyarakat karena jika dibandingkan dengan standart air sungai tidak ada sampel yang melewati baku mutu yaitu 0,06 mg/L menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001.


(14)

ANALYSIS NITRITE CONTENT ( NO₂ ) OF PERCUT RIVER WATER AND DELI RIVER WATER BY USING SPEKTROFOTOMETRI METHOD IN

INDUSTRIAL STANDARDZATION RESEARH HALL MEDAN

ABSTRACT

The result of analysis nitrite content ( NO2 ) of Percut river water taken in Amplas area and Deli river water taken in Deli Tua area by using spektrofotometri method it has wavelength 543nm observed since a weak that get average nitrite content ( NO2 ) it started on Monday at Deli river 0,0281 mg/L; Percut river 0,0293 mg/L, on Tuesday at Deli river 0,0132 mg/L; Percut river 0,0174 mg/L, on Wednesday at Deli river 0,0193 mg/L; Percut river 0,0294 mg/L, on Thursday at Deli river 0,0133 mg/L; Percut river 0,0177 mg/L, on Friday at Deli river 0,0278 mg/L; Percut river 0,0300 mg/L, on Monday at Deli river 0,0197 mg/L; Percut river 0,0276 mg/L. The result of the research could be seen that nitrite content (NO2 ) for both of river are still safe used by society because if compared by standard water river water have no sample passing quality standard 0,06 mg/L according to Govermant Regulative No 82 of 2001.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memper -hitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus pada segenap pengguna air ( Effendi,2003 ).

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut, sungai itu dapat digunakan juga untuk berjenis – jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan dan lain-lain ( Sosdarsono, 2003 ).

Keberadaan limbah cair yang dihasilkan industri karet dinilai mengancam keberadaan sektor perikanan dan kondisi sungai yang dicemari oleh limbah domestik, misalnya hasil pembuangan fases dan pembusukan dari sisa-sisa makanan yang


(16)

banyak mengandung ammonia. Dimana ammonia akan teroksidasi menjadi nitrat dan nitrit yang dilakukan oleh bakteri nitrosomonas.

Nitrat ( NOЈ ) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrient utama bagi kehidupan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung dalam kondisi anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi Nitrit menjadi Nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimiawi. Diperairan Nitrit ( NOЇ ) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit lebih sedikit dibandingkan Nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit ( NOЇ ) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat.

Jika tingginya kadar nitrit dalam air sungai dengan demikian dapat menunjukkan adanya air limbah yang pembenahannya tidak sempurna. Nitrogen nitrit dalam air sungai dapat diukur dalam jumlah - jumlah yang sedikit sekali yang menjadikan suatu uji coba yang berguna ( Gabriel,J.F, 2001 ).

Nitrit ( NOЇ ) juga terbukti bersifat racun pada ikan. Nitrit dalam air meresap melalui insang ikan yang akan menyebabkan nitrit bereaksi dengan


(17)

hemoglobin didalam tubuh ikan dan membentuk senyawa yang disebut methemoglobin yang mempunyai daya afinitas terhadap oksigen rendah ( Nugroho,2006 ).

nitrit dalam perut manusia yang telah keracunan akan menim- bulkan muka biru dan bahkan kematian ( Sastrawijaya,T.A, 1991 ).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan ingin membuat penelitian yang berjudul :

“ Analisis Kadar Nitrit ( NO₂ ) dari Air Sungai Percut dan Sungai Deli

Dengan Metode Spektrofotometri Pada Balai Riset Standarisasi Industri

Medan”.

1.2permasalahan

a. Berapakah kadar Nitrit ( NO ) yang diperoleh dari air sungai Percut dan air sungai Deli.

b. Apakah kadar nitrit ( NOЇ ) yang diperoleh sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.


(18)

1.3Batas permasalahan

a. Penulis hanya membahas Analisa kadar penentuan Nitrit ( NOЇ ) air sungai Percut dan sungai Deli.

b. Dalam analisa penulis hanya menggunakan spektrofotometer UV-VIS.

1.4Tujuan

Untuk mengetahui kadar Nitrit ( NO ) dari air sungai Percut dan sungai Deli.

1.5Manfaat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar nitrit ( NOЇ ) dari sungai Percut dan sungai Deli dan apakah masih memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer ). Bumi dilingkupi air sebanyak 70 % sedangkan sisanya ( 30 % ) berupa daratan ( dilihat dari permukaan bumi ). Udara mengan-dung zat cair(uap air) sebanyak 15 % dari tekanan atmosfer ( Gabriel, J.F , 2001 ).

2.1.1 Sifat Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0˚ C (32˚F) -100˚ C , air berwujud cair. Suhu 0˚ C merupakan titik beku dan suhu 100˚ C merupakan titik didih.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas


(20)

dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cair ( kondensasi ) melepaskan energi panas yang besar.

4. Air merupakan pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia, sehingga sifat ini juga memungkinkan air digunakan untuk pencuci yang baik dan bahan pencemar ( polutan ) yang masuk kebadan air.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air tersebut memiliki sifat mem- basahi suatu bahan secara baik.

6. Air merupakan satu - satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas ( massa/ volume ) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air ( Effendi, 2002 ).

2.1.2 Sumber – Sumber Air

Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber dan secara garis besar dapat dikatakan, air bersumber dari laut yaitu air laut, dari darat yaitu air tanah dan dari udara yaitu air hujan.

1. Air laut 2. Air hujan


(21)

Air tanah disebut pula air tawar oleh karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bentuk bagian yaitu:

1. Air permukaan tanah.

2. Air jauh dari permukaan tanah.

a. Air permukaan tanah

Air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk (buatan). b. Air jauh dari permukaan tanah / air tertekan

Disebut pula air tertekan yaitu air yang tersimpan didalam lapisan tanah ; termasuk air tanah adalah sumur gali dan sumur bor.

2.1.3 Pembagian Air Berdasarkan Analisis

Berdasarkan analisis air maka air digolongkan dalam 3 ( tiga ) golongan yaitu air kotor / air tercemar, air bersih dan air siap minum / diminum

1. Air kotor / air tercemar

Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air tercemar / air kotor.

Sumber air kotor / air tercemar menurut lokasi pencemaran

a. Air tercemar dipedesaan. Sumber pencemaran adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri kecil.


(22)

b. Air tercemar perkotaan bersumber dari sampah rumah tangga, pusat perbelanjaan, industri kecil, industri berat, hotel, restauran, tempat keramaian.

2. Air Bersih

Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air.

3. Air siap diminum / air minum

Air siap diminum / air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologi serta level kontaminan maksimum ( LKM ) ( Maximum Conta-

minant Level ).

Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas - batas aman dan harus memenuhi syarat sebagai berikut ini :

a. Harus jernih, transparan dan tidak berwarna

b. Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik c. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum d. Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standart


(23)

Menurut Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukkannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air ( Effendi, 2002 ).

2.1.4 Aspek Kimia-Fisika Pencemaran Air

Sifat-sifat kimia-fisika air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menen- tukan tingkat pencemaran air adalah:

1. Padatan 2. Kekeruhan 3. Bau

4. Temperatur 5. Daya hantar listrik 6. Warna


(24)

8. Alkalinitas 9. Fosfat 10.Nitrogen 11.Amoniak 12.BOD

13.COD ( Gintings,P, 1992 ).

2.2 Nitrogen

Semua nitrogen yang terdapat didalam campuran organik dapat dianggap sebagai nitrogen organik. Dalam air limbah domestik, kebanyakan dari nitrogen organik berada dalam bentuk protein – protein atau produk-produk yang diakibatkan oleh degradasi ( penurunan kadar nilai ) nitrogen organik menjadi amoniak dalam pembusukan anaerobik sedangkan nitrat atau nitrit dalam pembusuk aerobik ( Soemarwoto, 1989 ).

Nitrogen sebagai salah satu nutrien terdapat dalam protein, protein merupakan komposisi utama plankton, dasar semua jaringan makanan yang bertalian dengan air. Dalam plankton terdapat 50 protein atau 7 – 10 % nitrogen.

Ada tiga tandon ( gudang ) nitrogen dialam. Pertama ialah udara kedua senyawa anorganik ( nitrat, nitrit, amoniak ), dan ketiga ialah senyawa organik ( protein, uren, dan asamurik). Nitrogen terbanyak ada diudara, 78 % volume udara adalah nitrogen.


(25)

Jika amoniak diubah menjadi nitrat oleh bakteri, maka akan terdapat nitrit dalam air, hal ini terjadi jika air tidak mengalir, khususnya dibagian dasar. Jumlah nitrit tidak akan banyak, apalagi dipermukaan. Karena itu populasi industri akan ditunjukkan jika nitrit cukup banyak jumlahnya. Karena nitrit digunakan dalam air ketel untuk mencegah terjadinya korosi, maka buangan air ketel dapat menimbulkan populasi nitrit ( Sastrawijaya,T, 1991 ).

2.2.1 Nitrogen Anorganik dan Organik

Nitrogen anorganik terdiri dari gas ammonia ( NHЈ ), ammonium ( NHЉ) ,nitrit ( NOЇ ), nitrat ( NOЈ ) dan molekul nitrogen ( NЇ ) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai siklus nitrogen. Transformasi nitrogen dapat melibatkan ataupun tidak melibatkan makrobiologi dan mikrobiologi. Adapun transformasi nitrogen mikrobiologis mencakup hal – hal sebagai berikut:

1. Asimilasi nitrogen anorganik ( ammonium dan nitrat ) oleh tumbuhan dan oleh mikroorganisme untuk membentuk nitrogen organik, misalnya asam amino dan protein. Diperairan, proses ini terutama dilakukan oleh bakteri autotrof dan tumbuhan.

2. Fiksasi nitrogen menjadi ammoniak dan nitrogen organik oleh mikroorganisme. Fiksasi nitrogen secara langsung dapat dilakukan oleh beberapa jenis Cynophyta ( blue green algae ) dan bakteri.


(26)

3. Nitrifikasi, yaitu oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Proses oksidasi dilakukan oleh bakteri aerob. Nitrifikasi berjalan secara optimal pada pH 8 dan pada pH < 7 berkurang secara nyata. Bakteri nitrifikasi bersifat mesofilik, menyukai suhu 30˚ C.

4. Ammonifikasi nitrogen organik untuk menghasilkan ammonia selama proses dekomposisi bahan organik. Proses ini banyak dilakukan oleh mikroba dan jamur. Autolisis sel dan eksresi amonia oleh zooplankton dan ikan juga berperan sebagai amonia.

5. Denitrifikasi, yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit. Proses reduksi nitrat berjalan optimum pada kondisi anoksik ( tidak ada oksigen ). Proses ini juga melibatkan bakteri dan jamur. Dinitrogen oksida adalah produk utama yang dihasilkan dari denitrifikasi pada perairan dengan kadar oksigen yang sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen adalah produk utama dari proses denitrifikasi pada perairan dengan kondisi anearob.

2.2.2 Nitrit

Diperairan alami nitrit ( ) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan ( intermediate ) antara amonia dan nitrat ( nitrifikasi ), dan antara nitrat dan gas nitrogen ( denitrifikasi ). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob.


(27)

Pada denitrifikasi, gas NЇ yang dapat terlepas dilepaskan dari dalam air ke udara. Ion nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogent bagi tanaman yang berada didalam perairan.

Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami kadar nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaliknya tidak melebihi 0,06 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Bagi manusia dan hewan, nitrit lebih bersifat toksik dari pada nitrat.

Garam-garam nitrit digunakan sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada industri. Pada manusia, konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.

Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung dalam proses aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimiawi. Oksidasi nitrit menjadi amonia ditunjukkan dalam persamaan reaksi ( 8.4 ), sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditunjukkan dalam persamaan reaksi (8.5).


(28)

Nitrosomonas

2 NHЈ + 3 OЇ  2 NOЇˉ+ 2H + 2H2O (8.4)

Nitrobacter

2 NOЇ + OЇ  2 NOЈˉ (8.5)

Amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologis, oleh karena itu, proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi (Effendi,2002).

2.3 Limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan–bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(29)

2.3.1 Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari beberapa parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal itu akan menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan. Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah kedalam lingkungan

1. Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.

2. Adanya pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran. 3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar 3. Frekuensi pembuangan limbah

2.3.2. Karakteristik Limbah Cair

Limbah sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terdapat beberapa kerancuan dalam mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air


(30)

yang digunakan untuk mendinginkan mesin suatu pabrik. Limbah air bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam proses produksinya. Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang halus. Kerap kali air buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi ( Kristianto, 2004 ).

Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air. Jenis industri yang menghasilkan limbah cair diantaranya adalah industri pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng, tekstil, electroplating, polywood dan lain-lain ( Gintings,P,1992 ).

2.4 Karet

Secara umum karet adalah turunan isoprenoid paling penting yang berbobot molekul lebih besar daripada bobot molekul tetraterpenoid tetapi beberapa poliisoprenol ( misalnya solanesol ) telah diidentifikasi dalam jaringan fotosintesis.

Karet banyak terdapat dalam tumbuhan dikotil. Dalam beberapa tumbuhan terdapat sebagai komponen lateks dan dapat diperoleh dengan menyadap pembuluh lateks. Pada tumbuhan lain karet terdapat dalam smua jaringan dan hanya akan diperoleh setelah penggilingan tumbuhan itu ( Robinson,T,1991 ).


(31)

Sejarah mengenai karet dimulai pada tahun 1943 Michelede Cuneome lakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dulu dikenal sebagai “ Benua Baru “. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon – pohon itu hidup secara liar dihutan – hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang – orang Amerika asli mengambilnya dengan cara menebangnya dan getah yang diperoleh dijadikan oleh penduduk asli pedalaman tersebut dijadikan bola yang dapat dipantul - pantulkan.

Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut didaerah Seville pada tahun 1524 dan para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari - hari. Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuwan dizaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur. Unsur –unsur tersebut adalah “ susu ”,” lilin ” , serta “ bahan yang ringan dan bening “.

Hanya ekspedisi Peru yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet, mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Havea. Dimana cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh lebih efisien daripada cara tebang langsung ( TimPenulis, 1999 ).


(32)

Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar dan Karet Kering Disajikan Pada Tabel Berikut

Sumber:Morton,M.Reinhold,1987.

Komponen Komponen dalam

latek segar

(%)

Komponen dalam lateks kering

(%)

Karet

Hidrokarbon

36 92-94

Protein 1,4 2,5-3,5

Karbohidrat 1,6 -

Lipida 1,6 2,5–3,5

Persenyawaan- organik lain

0,4 -

Persenyawaan- anorganik

0,5 0,1–0,5


(33)

Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk – produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah yang menjadi masalah dipabrik – pabrik biasanya berupa cairan. Cairan dikenal dengan nama air limbah karet karena komponennya sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Berdasarkan hasil penenlitian, unsur N, P, K, dan Mg ternyata terdapat didalam limbah.

2.5 Spektrofotometer

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer panjang gelombang yang benar – benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.


(34)

2.5.1. Peralatan ( instrumentasi ) 1. Sumber Cahaya

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Baterai lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Lampu wolfram adalah energi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator.

2. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis, alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang diinginkan.

3. Sel Absorpsi

Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi yang bentuk silinder juga dapat digunakan.


(35)

4. Detektor

Peranan detektor adalah menerima dan memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang digunakan prinsip kerjanya telah diuraikan ( Khopkar, 2003 ).


(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat - alat

Alat – alat yang digunakan

4. Spektrofotometer UV-VIS Parkinelmer λ 25 UV-Vis 5. Penangas air dilengkapi dengan pengatur suhu

6. Pipet volume 1mL, 2mL, 5mL, 10mL,20mL,25mL,50 Pyrex

7. Kaca arloji Pyrex

8. Kuvet Pyrex

9. Erlenmeyer 250 mL Pyrex

10.Labu ukur 250 mL, 50 mL dan 1000 mL Pyrex

11.Pipet ukur 10 mL Pyrex

12.Botol akuadest

13.Beaker glass 500 mL Pyrex

14.Neraca analitik


(37)

3.1.2. Bahan – bahan

Bahan – bahan yang digunakan

a. H S0 (p) pa.Merck

b. Kristal sulfanilamida pa.Merck

c. Kristal NED Dihidroklorida pa.Merck

d. Akuadest

e. Kristal H C O 0,05 N pa.Merck

f. Kristal KMNO 0,05 N pa.Merck

g. Air sungai Deli Tua

h. Air sungai Amplas

i. Kristal NaNO2 234 ppm Merck

j. Larutan CHCL3 pa.Merck

3.2 Metoda Pengambilan sampel air sungai berdasarkan debit air

a. Sungai dengan debit kurang dari 5m

/

detik maka sampel diambil 1 titik ditengah sungai pada kedalaman 0,5 dari kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler.


(38)

b. Sungai dengan debit air antara 5m

/

detik- 150 m

/

detik sampel diambil pada 2 titik yang masing-masing jarak dan lebar sungai pada kedalaman 0,5 kedalaman dari permukaan.

c. sungai dengan debit air lebih dari 150 m

/

detik sampel diambil minimum pada 6 titik masing-masing pada jarak , dan lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 dari kedalaman dari permukaan ( Eaton, 1995 )

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 pembuatan pereaksi 1. Larutan Sulfanilamid

a. Ditimbang 5 gram kristal sulfanilamid diatas kaca arloji b. Dimasukkan kedalam beaker glass 500 mL

c. Dilarutkan dalam campuran 300 mL akuadest dan 50 mL HCL (p) d. Diencerkan dengan akuadest sampai 500 mL

e. Dihomogenkan

2. Larutan N-1 Naptil Etilen Diamin Dihidroklorida ( NEDD ) a. Ditimbang 0,5 gram dihidroklorida diatas kaca arloji b. Dimasukkan kedalam beaker glass

c. Dilarutkan dalam 500 mL akuadest d. Dihomogenkan


(39)

e. Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna gelap 3. Larutan Asam Oksalat 0,05 N

a. Ditimbang 0,5625 gram kristal Oksalat diatas kaca arloji

b. Dimasukkan kedalam Labu ukur 250 mL menggunakan corong kaca c. Dilarutkan dalam campuran 250 mL akuadest hingga garis batas d. Dihomogenkan

4. Larutan induk Nitrit 234 mg/L NaNOЇ

a. Ditimbang 0,616 gram kristal NaNO diatas ₂aca ar₃oji

b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL menggunakan corong kaca c. Dilarutkan dengan campuran 500 mL akuadest bebas Nitrit hingga garis

batas

d. Dihomogenkan

e. Diawetkan dengan 1mL CHCL

5. Larutan Kalium Permanganat KMNO 0,05 N

a. Ditimbang 1,6 gram kristal KMNO diatas kaca arloji

b. Dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL menggunakan corong kaca

c. Dilarutkan dalam campuran 500 mL akuadest hingga garis batas d. Dihomogenkan


(40)

3.3.2 Penyediaan Larutan Standart

a. Larutan Standart Nitrit (NO )

1. Larutan Standart NO 50 ppm

Diteteskan 10,7 mL Larutan standart NOЇ 234 ppm menggunakan buret kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan menggunakan akuadest sampai garis batas tanda lalu dihomogenkan.

2. Larutan Standart NO 10 ppm

Dipipet 10 mL Larutan standart NO 50 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3. Larutan Standart NO 1 ppm

Dipipet 5 mL larutan Standart NO 10 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

4. Larutan Standart NO 0,5 ppm

Dipipet 25 mL larutan standart NO 1 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

5. Larutan Standart NO 0,01 ppm

Dipipet 1 mL larutan standart NO 0,5 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis batas lalu dihomogenkan.


(41)

6. Larutan Standart NO₂ 0,02 ppm

Dipipet 2 mL larutan standart NO 0,5 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis batas lalu dihomogenkan.

7. Larutan Standart NO₂ 0,05 ppm

Dipipet 5 mL NO 0,5 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis batas lalu dihomogenkan.

8. Larutan Standart NO₂ 0,10 ppm

Dipipet 10 mL NO 0,5 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis batas lalu dihomogenkan.

9. Larutan Standart NO2 0,20 ppm

Dipipet 20 mL NO 0,5 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuadest sampai garis batas lalu dihomogenkan.

3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan Standart Nitrit ( NO₂ )

a. Dioptimalkan Spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Nitrit

b. Dipipet 50 mL larutan standart nitrit 0,01 ; 0,02 ; 0,05 ; 0,10 dan 0,20 ppm c. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL


(42)

d. Ditambahkan 1mL larutan sulfanilamid kedalam masing – masing erlenmeyer e. Didiamkan selama 2 – 8 menit

f. Ditambahkan 1 mL larutan NED dihidroklorida kemudian dikocok g. Didiamkan selama 10 menit dan lakukan segera pengukuran absorbansi

h. Dimasukkan blanko kedalam kuvet lalu diukur absorbansinya pada λ 543 nm lalu tekan auto zero hingga absorbansinya 0,0000

i. Dibilas kuvet kedua lalu masukkan sampel kemudian ukur absorbansinya pada λ 543 nm

j. Dicatat angka absorbansinya. k. Dibuat kurva kalibrasinya

3.3.4 Perlakuan Pada Larutan Blanko

a. Dioptimalkan Spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Nitrit

b. Dipipet 50 mL larutan blanko dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL c. Ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamid kedalam masing – masing

erlenmeyer

d. Didiamkan selama 2 – 8 menit

e. Ditambahkan 1 mL larutan NED dihidroklorida kemudian dikocok f. Didiamkan selama 10 menit dan lakukan segera pengukuran absorbansi

g. Dimasukkan blanko kedalam kuvet lalu diatur panjang gelombangnya 543 nm lalu tekan auto zero hingga absorbansinya 0,0000


(43)

h. Dikeluarkan larutan blanko ketika absorbansi semua larutan standart diperoleh.

3.3.5 Perlakuan Pada Sampel

a. Disaring sampel dengan kertas saring bebas Nitrit

b. Dipipet 50 mL sampel dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL c. Ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamida kedalam masing - masing

erlenmeyer, lalu dibiarkan bereaksi selama 2 – 8 menit

d. Ditambahkan 1 mL larutan NED dihidroklorida, dikocok dan didiamkan bereaksi selama 10 menit

e. Dimasukkan kedalam kuvet dan diatur panjang gelombangnya 543nm f. Dicatat angka absorbansinya.


(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil analisis yang dilakukan di Balai Riset Standarisasi Industri Medan untuk kadar nitrit dari air sungai Percut di daerah Amplas dan sungai Deli di daerah Deli Tua dengan metode spektrofotometer UV – Visible ditunjukkan pada:

Tabel 4.1 Data Penentuan Kadar Nitrit pada sampel

NO SAMPEL

TANGGAL PERCOBAAN

ABSORBANSI KONSENTRASI

(mg/L)

1 Air sungai Deli I 17 Febuari 2014 0,0282 0,0096

Air sungai Deli II 17 Febuari 2014 0,0281 0,0096

Air sungai Percut I 17 Febuari 2014 0,0293 0,0101

Air sungai Percut II 17 Febuari 2014 0,0293 0,0101

2 Air sungai Deli I 18 Febuari 2014 0,0132 0,0045

Air sungai Deli II 18 Febuari 2014 0,0132 0,0045

Air sungai Percut I 18 Febuari 2014 0,0174 0,0060


(45)

3 Air sungai Deli I 19 Febuari 2014 0,0195 0,0067

Air sungai Deli II 19 Febuari 2014 0,0191 0,0065

Air sungai Percut I 19 Febuari 2014 0,0293 0,0101

Air sungai Percut II 19 Febuari 2014 0,0295 0,0101

4 Air sungai Deli I 20 Febuari 2014 0,0132 0,0045

Air sungai Deli II 20 Febuari 2014 0,0134 0,0046

Air sungai Percut I 20 Febuari 2014 0,0176 0,0060

Air sungai Percut II 20 Febuari 2014 0,0179 0,0061

5 Air sungai Deli I 21 Febuari 2014 0,0278 0,0095

Air sungai Deli II 21 Febuari 2014 0,0279 0,0096

Air sungai Percut I 21 Febuari 2014 0,0300 0,0103

Air sungai Percut II 21 Febuari 2014 0,0300 0,0103

6 Air sungai Deli I 23 Febuari 2014 0,0196 0,0067

Air sungai Deli II 23 Febuari 2014 0,0198 0,0068

Air sungai Percut I 23 Febuari 2014 0,0276 0,0095


(46)

Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Standart Nitrit ( NO ) Berdasarkan Hasil Percobaan

Konsentrasi

(mg/L)

Absorbansi

0 0,0000

0,01 0,0237

0,02 0,0646

0,05 0,1456

0,10 0,2933

0,20 0,5768

4.2 Penentuan Nitrit

Dari tabel 4.2 pada hasil pengukuran absorbansi dari suatu larutan seri standart nitrit diplotkan terhadap konsentrasi larutan standart sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier.


(47)

Tabel 4.3 Persamaan Garis Regresi Untuk Kurva Kalibrasi Nitrit Dengan Menggunakan Metode Least Square Dimana Konsentrasi Dinyatakan Sebagai Xi dan Absorbansi Sebagai Yi

No Xi ( mg/L) Yi ( a ) ( xi - ) ( yi –ӯ ) ( xi - )²

( yi –ӯ )² ( xi )( yi

-ӯ)

1 0 0,0000 -0,0633 -0,184 0,0040 0,0338 0,0116

2 0,01 0,0237 -0,0533 -0,1603 0,0028 0,0256 0,0085

3 0,02 0,0646 -0,0433 -0,1194 0,0018 0,0142 0,0051

4 0,05 0,1456 -0,0133 -0,0384 0,0001 0,0014 0,0005

5 0,10 0,2933 0,0367 0,1093 0,0013 0,0119 0,0040

6 0,20 0,5768 0,1367 0,3928 0,0186 0,1542 0,0536

∑ 0,38 1,104 0,0002 0 0,0286 0,2411 0,0833

Dari tabel diatas diperoleh =

=

= 0,0633


(48)

4.3.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Larutan Standart Nitrit Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dinyatakan dengan y = ax + b

Dimana:

a = Slope

b = Intersept

Harga slope ( a ) dapat diperoleh dari persamaan berikut :

a = – –

=

= 2,9125

Sedangkan harga intersept ( b ) dapat diperoleh melalui persamaan :

Ý = a + b

Atau

b = Ẏ - a

= 0,184 - 2,9125 ( 0,0633 )

= 0,184 – 0,184


(49)

Dengan demikian persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi nitrit adalah :

Y = aX + b

Y = 2,9125 X + ( 0 )

Dengan menstribusikan harga Xi ( konsentrasi standart ) ke persamaan garis regresi di dapat harga Y baru :

Untuk Xi = 0,01 Y = 0,0291

Xi = 0,02 Y = 0,0582

Xi = 0,05 Y = 0,1456

Xi = 0,10 Y = 0,2912

Xi = 0,20 Y = 0,5825

Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

r = –

=


(50)

Perthitungan untuk menentukan konsentrasi sampel, dinyatakan dengan satu persamaan dan untuk hasil konsentrasi sampel yang lainnya dapat dilihat pada tabel 4.1

X =

=

= 0,0096

Dimana :

X = Konsentrasi sampel

Y = absorbansi

a = Slope

b = Intersept

4.3.2 Reaksi Percobaan

NaNOЇ + HCL ↔ NaCl + HNOЇ


(51)

4.4 Pembahasan

Dari hasil Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kadar nitrit pada air sungai Percut di daerah Amplas dan air sungai Deli di daerah Deli Tua yang diperoleh selama pengamatan seminggu yang dimulai dari hari Senin pada air sungai Deli I 0,0282 mg/ L; air sungai Deli II 0,0281, air sungai Percut I 0,029 ; air sungai Percut II 0,0293, hari Selasa pada air sungai Deli I 0,0132 mg/L ; air sungai Deli II 0,0132 mg/ L; air sungai Percut I 0,0174 mg/ L; air sungai Percut II 0,0175 mg/L , hari Rabu pada air sungai Deli I 0,0195 mg/L; air sungai Deli II 0,0191 mg/L ; air sungai Percut I 0,0293 mg/L; air sungai Percut II 0,0295 mg/L, hari Kamis pada air sungai Deli I 0,0132 mg/L ; air sungai Deli II 0,0134 mg/L; air sungai Percut I 0,0176 mg/ L ; air sungai Percut II 0,0179 mg/L, hari Jumat pada air sungai Deli I 0,0278 mg/L ; air sungai Deli II 0,0279 mg/L; air sungai Percut I 0,0300 mg/L ; air sungai Percut II 0,0300 mg/L, hari Senin pada air sungai Deli I 0,0196 mg/L ; air sungai Deli II 0,0198 mg/L ; air sungai Percut I 0,0276 mg/L dan air sungai Percut II 0,0276 mg/L. Dari hasil yang diperoleh perbedaan kadar nitrit yang terlihat jelas dari kedua sungai hal ini dikarenakan pengaruh bahan pencemar yang masuk ke badan sungai, dimana pada sungai Deli sumber nitritnya hanya dari pembuangan limbah domestik sementara pada sungai Percut sumber nitrit berasal dari limbah domestik dan limbah industri karet namun kadar nitrit dari kedua sungai tersebut tidak ada yang melebihi baku mutu kadar nitrit pada air permukaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air berdasarkan kelas yakni sebesar 0,06 mg/L. Pada hasil percobaan bahwa kadar nitrit pada air sungai Percut lebih


(52)

tinggi dari sungai Deli dikarenakan adanya industri karet. Namun tidak menunjukkan adanya sampel yang melewati baku mutu, hal ini dikarenakan kondisi pabrik yang berada sekitar sungai Percut belum beroperasi secara maksimal sehingga tidak tingginya peningkatan amonia yang akan dioksidasi oleh bakteri menjadi nitrat dan nitrit. Kemungkinan lain juga dikarenakan penggunaan nitrit sedikit untuk pencucian ketel untuk mencegahan korosi dalam air ketel. Maka kedua hal inilah yang membuat kadar nitrit dalam air sungai sekitar pabrik masih memenuhi baku mutu.


(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar Nitrit ( NO ) pada air sungai Deli Tua dan air sungai Percut yang diamati selama seminggu yang dimulai dari hari

Senin pada air sungai Deli I 0,0282 mg/ L; air sungai Deli II 0,0281, air sungai Percut I 0,029 ; air sungai Percut II 0,0293, hari Selasa pada air sungai Deli I 0,0132 mg/L ; air sungai Deli II 0,0132 mg/ L; air sungai Percut I 0,0174 mg/ L; air sungai Percut II 0,0175 mg/L , hari Rabu pada air sungai Deli I 0,0195 mg/L; air sungai Deli II 0,0191 mg/L ; air sungai Percut I 0,0293 mg/L; air sungai Percut II 0,0295 mg/L, hari Kamis pada air sungai Deli I 0,0132 mg/L ; air sungai Deli II 0,0134 mg/L; air sungai Percut I 0,0176 mg/ L ; air sungai Percut II 0,0179 mg/L, hari Jumat pada air sungai Deli I 0,0278 mg/L ; air sungai Deli II 0,0279 mg/L; air sungai Percut I 0,0300 mg/L ; air sungai Percut II 0,0300 mg/L, hari Senin pada air sungai Deli I 0,0196 mg/L ; air sungai Deli II 0,0198 mg/L ; air sungai Percut I 0,0276 mg/L dan air sungai Percut II 0,0276 mg/L. Hasil data percobaan, kadar nitrit pada air sungai mengalami penambahan. Namun tidak ada hasil data sampel yang melewati baku mutu air permukaan 0,06 mg/L yakni bersadarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001. Sehingga air sungai Percut dan air sungai Deli masih aman untuk digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan domestik.


(54)

5.2Saran

1. Dalam pengambilan sampel air sungai sebaiknya dilakukan pengambilan sampel setiap harinya disaat pabrik sedang pembuangan limbah agar hasil lebih optimal . 2. Dalam penentuan kadar nitrit sebaiknya digunakan parameter-parameter yang lain


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Effendi , H. 2002. Telaah Kualitas Air.Yogyakarta : Kanisius.

Gabriel , J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrates. Cetakan pertama. Gintings, P. 1992. Mencegah dan Mengandalikan Pencemaran Industri. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press. Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri.Edisi ke-3. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Morfon, M.R.1987. Rubber Technology. Edisi ke-3. New York : Van Nostrand Reinhold.

Nugroho,A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Universitas Trisakti. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Bandung : ITB.

Sastrawijaya, T.A.1991. Pencemaran Lingkungan, Jakarta : Rineka Cipta. Soemarwoto, O. 1984. Pencemarandan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : C.V Rajawali. CetakanPertama.

Sosrodarsono, S,dkk. 1994 .Perbaikandan Pengaturan Sungai. Jakarta :Pradnya Paramita.

Tim penulis PS, 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan.Bogor : PT. Penebar Swadaya.


(56)

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas

PARAMETER SATUAN KELAS

KETERAN GAN

I II III IV

FISIKA

Temperatur ° C Deviasi

3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari alamiahnya Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi

pengelolaan air minum secara konvension al, residu tersuspensi <500 mg/L KIMIA ORGANIK

pH mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila

secara alamiah di luar rentang tersebut maka


(57)

ditentukan berdasarkan kondisi ilmiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka

Batas Minimum Total Fosfat

sebagai P

mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi

Perikanan kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen mg/L 1 1 1 (-)

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05


(58)

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,0$2 0,02 0,2 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Cu≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Fe≤ 5mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Pb≤0,1 mg/L FISIKA

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension


(59)

al Zn≤5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N

mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi

pengelola han air minum secara konvension al NO2-N ≤ 0,1 mg/L

Sulfat mg/L (-) 400 (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi

ABAM tidak dipersyarat kan Belerang sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengelolaha n air minum secara konvension al H2S ≤0,1 mg/L MIKROBIO

LOGI

Fecal coliform Jml/100 mL

100 1000 2000 2000 Bagi pengelola han air minum secara


(60)

konvension al fecal coliform ≤2000 JmL/100 mL dan total coliform ≤1000 jmL/100 mL RADIOAKTI VITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B

Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan lemak

ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sbg MBAS

ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Diel drin

ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)


(61)

Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standart Nitrit ( NO₂ )

y = 2.912x R² = 1

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

absorbansi ( y )

absorbansi ( y ) Linear (absorbansi ( y ))

ppm

Absor

ba

nsi


(1)

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas

PARAMETER SATUAN KELAS

KETERAN GAN

I II III IV

FISIKA

Temperatur ° C Deviasi

3

Deviasi 3

Deviasi 3

Deviasi 5

Deviasi temperatur dari

alamiahnya Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi

pengelolaan air minum secara konvension al, residu tersuspensi <500 mg/L KIMIA

ORGANIK

pH mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila

secara alamiah di luar rentang tersebut maka


(2)

ditentukan berdasarkan kondisi ilmiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka

Batas Minimum Total Fosfat

sebagai P

mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi

Perikanan kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen mg/L 1 1 1 (-)

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05


(3)

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,0$2 0,02 0,2 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Cu≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Fe≤ 5mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension al Pb≤0,1 mg/L FISIKA

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi

pengelolaha n air minum secara konvension


(4)

al Zn≤5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N

mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi

pengelola han air minum secara konvension al NO2-N ≤ 0,1 mg/L

Sulfat mg/L (-) 400 (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi

ABAM tidak dipersyarat kan Belerang

sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengelolaha n air minum secara konvension al H2S ≤0,1 mg/L MIKROBIO

LOGI

Fecal coliform Jml/100 mL

100 1000 2000 2000 Bagi pengelola han air minum secara


(5)

konvension al fecal coliform ≤2000 JmL/100 mL dan total coliform ≤1000 jmL/100 mL RADIOAKTI

VITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B

Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan lemak

ug/L 1000 1000 1000 (-) Detergen

sbg MBAS

ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Diel drin

ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)


(6)

Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standart Nitrit ( NO₂ )

y = 2.912x R² = 1

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

absorbansi ( y )

absorbansi ( y )

Linear (absorbansi ( y ))

ppm

Absor

ba

nsi