HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PERILAKU
AGRESIF PADA REMAJA

SKRIPSI

DEDI ARIFIANTO
NIM :09810240

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN PERILAKU
AGRESIF PADA REMAJA

SKRIPSI
DiajukanKepadaUniversitasMuhammadiyah Malang Sebagai
Salah SatuPersyaratanUntukMemperolehGelarSarjanaPsikologi

DEDI ARIFIANTO
NIM :09810240


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirarat Allah SWT atas segala Rahamat dan Karunianya, yang
telah memberikan segala kekuatan, kemampuan dan kelancaran kepada penulis untuk
melakukan dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Penerimaan Diri
Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja”. Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini
adalah untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di universitas Muhammadiyah
Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis dapat banyak bimbingan dan petunjuk
serta bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihyang sebesar –
besarnya kepada :
1. Ibu Dra.Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Zakarija Achmat,M.Si.selaku dosen pembimbing I dan dosen wali yang
telah memberikan arahan, pelajaran dan pengetahuan untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini.
3. Ibu susanti Prasetyaningrum M.Psi selaku dosen pembimbing II, yang telah
banyak mengajarkan saya tentang bagaimana menyelesaikan tugas skripsi ini
dengan baik.
4. SMK Negri 2 Kota Probolinggo, SMK Ahmad Yani Kota Probolinggo, SMK
Taman Siswa 1 Kota probolinggo yang telah bersedia untuk dijadikan tempat
pengambilan data
5. Bapak Yudi Sudarsono, S.Psi.,M.Si. dan Bapak Ari Firmanto S.Psi.,M.Si dan
seluruh dosen PSIKOLOGI beserta stafnya yang tidak bosan-bosannya untuk
memotifasi anak didiknya
6. Ibundaku Astutik, yang selalu memberikan kasih sayang, dan mendoakan tiada
henti, sehingga penulis memiliki motivasi untuk menyelasikan skripsi ini.
7. Ayahandaku Bapak Sugiono, yang selalu memberikan dukungan baik materi,
arahan dan kasih sayang dan memberikan motivasi untuk sukses dalam
menyelesaikan perkuliahan ini.
8. Saudaraku, kakaku Sumiani yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi
9. Keponakan tersayang Reyhan Ardi Firmansyah dan Alfin Nuril Bachtiar yang
selalu mengingatkan saya tentang kelulusan
10. Miftahul Rohman, yang selalu menemani baik dalam penulisan dan bimbingan
skripsi ini.

11. Pramudi, Erik Afandi, Rozik Humala, Wanda, Dimas Saputra, Lutfulla, Priyo,
Argia, Basyar jalaludin, Jafar dan Munir adalah sosok teman yang selalu
membantu dan memberikan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan dan kelemahan, sehingga penulis meminta saran dan kritikan.

i

Malang, 29 Desember 2015
Penulis,

Dedi Arifianto

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi
INTISARI................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 4
Remaja....................................................................................................................... 4
Batasan Usia Remaja................................................................................................. 4
Agresi......................................................................................................................... 4
Dimensi Perilaku Agresi...........................................................................................5
Jenis-Jenis Perilaku Agresi........................................................................................ 5
Aspek-Aspek Perilaku Agresi.................................................................................... 5
Penerimaan Diri......................................................................................................... 6
Faktor-Faktor Penerimaan Diri.................................................................................. 6
Aspek-Aspek Penerimaan Diri.................................................................................. 7
Penerimaan Diri dengan Perilaku Agresi Pada Remaja.............................................8
Hipotesis.................................................................................................................... 9
METODE PENELITIAN........................................................................................ 9
Rancangan Penelitian................................................................................................. 9
Subyek Penelitian.......................................................................................................9

Variabel Dan Instrumen Penelitian............................................................................ 9
Validitas Instrumen Penelitian................................................................................... 10
Reliabilitas Instrumen Penelitian............................................................................... 10
Prosedur Dan Analisa Data........................................................................................ 10
HASIL PENELITIAN............................................................................................. 11
DISKUSI................................................................................................................... 12
SIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................................................................. 13

iii

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
LAMPIRAN..............................................................................................................16

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1.Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian......................................................... 10
Tabel 2.Nilai t-score agresifitas................................................................................ 11
Tabel 3.Nilai t-score Penerimaan Diri...................................................................... 11
Tabel 4.Korelas Penerimaan Diri dengan Agresifitas............................................... 11


v

DAFTAR LAMPIRAN
Daftar lampiran skala……………………………………………………………… 16
Daftar lampiran uji validitas dan reabilitas instrumen…………………………….. 23
Data kasar penelitian………………………………………………………………. 29
Output uji korelasi…………………………………………………………………. 53

vi

HUBUNGANPENERIMAAN DIRI DENGAN PERILAKU
AGRESIF PADA REMAJA
Dedi Arifianto
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Arifiantodedi@ymail.com
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Dewasa ini, sikap saling menolong dan membantu orang lain di kalangan remaja
telah mulai memudar. Hal ini terjadi akibat tumbuh suburnya sikap individualistis di
kalangan remaja. Remaja yang tidak mampu berinteraksi sosial dengan baik dan

tidak mampu memperluas hubungan sosialnya disebabkan oleh kompetensi sosial
yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
penerimaan diri dengan perilaku agresif pada remaja. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif korelasional. Penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan skala penerimaan diri dan agresifitas terhadap 300 siswa yang berusia
antara 16 – 18 tahun. Peneliti menggunakan tehnik purposive sampling untuk
menentukan kriteria subyek. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
terdapat hubungan bahwa agresifitas berkorelasi dengan penerimaan diri dengan nilai
korelasi -0,380. Nilai negatif pada korelasi menunjukan nilai yang berbanding
terbalik, bahwa semakin tinggi tingkat agresi maka semakin rendah tingkat
penerimaan diri dan sebaliknya. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap
agresifitas sebesar 14,4%.
Kata kunci : remaja, penerimaan diri, perilaku agresifitas
Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. Nowadays,
mutual help and help others among teenagers has fade. This happens because of
individualistic attitude among adolescents. Teenagers who can not good social
interaction and expand his social relations caused by a poor social competence. The
purpose of this research is to know the relation between self-acceptance with
aggressive behavior in teenagers. This type of research is quantitative korelasional.
The research was done by spreading the scale of self-acceptance and aggression

against 300 students between 16 – 18 years old. Researchers using a purposive
sampling technique to determine the criteria of the subject. From the research, there
is a result aggression correlate with self-acceptence on -0,380 coretion value. The
negative values showed that invervely correlated more higher level of aggression
more lower level of self acceptance. The donations of self-acceptence to aggressions
is 14,4%.
Keywords: adolescent, self-acceptance, aggressive behavior

1

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa.Masa ini terjadi hanya satu kali dalam setiap kehidupan individu di dunia ini.
Pada masa ini juga menentukan bagaimana kehidupan dan kualitas seorang individu
pada masa dewasanya nanti, karena sesuatu yang dilakukan dan dibiasakan pada
masa ini akan terus membekas hingga masa dewasanya kelak. Ketika terjadi transisi
yang terus menerus baik itu dari lingkungan sosial maupun fisik maka dapat
mengakibatkan remaja sulit untuk menyesuaikan diri sehingga remaja mengalami
berbagai konflik baik di dalam diri sendiri, lingkungan, keluarga, teman maupun
lingkungan sosialnya. Selanjutnya akan muncul perasaan bingung, tidak menentu,
putus asa, cemas, teralienasi, depresi, kacau, mudah terombang-ambing dan tidak

mempunyai pegangan.
Elliott (dalam Tremblay & Cairns, 2000) menyatakan remaja sangat rentan dengan
perilaku agresi. Perilaku agresi dinyatakan sebagai tindakan yang dimaksudkan
untuk melukai atau menyakiti orang lain, baik fisik maupun psikis yang
menimbulkan kerugian atau bahaya bagi orang lain atau merusak milik orang lain
(Myers, 2002). Buss dan Perry (1992) mengelompokkan agresivitas ke dalam empat
bentuk agresi, yaitu : agresi fisik, agresi verbal, agresi kemarahan, agresi
kebencian.Seperti yang dimuatsolopos.com pada 25 Mei 2015 tentang seorang
remaja yang nekat mencuri 5 buah pakaian wanita dan diselipkan dalam sarungnya.
Menurut saksi mata yang juga penjaga toko mengatakan bahwa pelaku menyelipkan
lima buah pakaian dalam wanita kedalam sarungnya, sedangkan tiga orang teman
pelaku mengawasi situasi dari luar. Ia lalu melaporkan tindakan itu kepada pihak
keamanan. Saat diringkus, pelaku merengek agar dibebaskan. Pelaku juga mengaku
bahwa tindakan mereka didasarkan karena mereka kehabisan uang, rencananya uang
hasil penjualan akan dipakai untuk membeli makan dan bensin.
Sedangkan yang dimuat dalam suaraindonesia-news.com pada 9 Juni 2015
menyatakan terjadi tawuran antara dua kelompok remaja yang mengakibatkan satu
orang kritis.Korban bernama Slamet (17) mengalami luka robek sekitar 4-5 cm di
perut sebelah kananya akibat terkena tusukan pisau dari pihak lawan.Menurut rekan
korban, pada senin malam sekitar pukul 10 malam korban bersama keempat

rekannya keluar rumah dengan tujuan membeli bensin di SPBU Jalan Raya
Bromo.Setelah membeli bensin mereka tidak langsung pulang dan memutuskan
untuk berhenti di Taman Maramis.Tidak lama kemudian mereka berpapasan dengan
puluhan pengguna motor. Salah satu pelaku pengroyokan membleyer sepeda motor
yang dikendarainya, kemudian korban membalas hal tersebut dengan ikut membleyer
sepeda motornya. Para pelaku yang tidak terima kemudian langsung berputar arah
dan mengejar korban.Mereka memukuli korban dan rekannya, kemudian banyak
warga yang datang untuk menolong menyebabkan para pelaku kabur.Terkait dengan
tawuran ini, pihak kepolisian masih melakukan penyidikan dan melakukan
pengejaran terhadap para pelaku.
Masih seperti yang dilansir suaraindonesia-news.com pada 11 Agustus 2015, jajaran
kepolisian Polres Probolinggo melakukan penggeledahan terhadap sekolah-sekolah
di Kota Probolinggo. Tindakan ini ditujukan untuk mencegah perilaku agresi dan
penyalahgunaan narkoba pada remaja di kota tersebut. Dari penggeledahan tersebut
tidak didapatkan siswa maupun siswi yang menggunakan narkoba, namun
didapatkan beberapa kendaraan siswa tidak memenuhi standart yang telah ditentukan
seperti : tidak ada spion, ban kecil, surat tidak lengkap, dll.
2

Dewasa ini, sikap saling menolong dan membantu orang lain di kalangan remaja

telah mulai memudar. Hal ini terjadi akibat tumbuh suburnya sikap individualistis di
kalangan remaja. Remaja juga banyak yang menganut gaya hidup hedonis, yang
membuat mereka hanya berfikir tentang kesenangan diri sendiri tanpa mau
memikirkan keadaan orang lain. Bentuk perilaku agresivitas yang dilakukan remaja
semakin beragam seolah-olah mengambarkan mulai pudarnya nilai-nilai moral
dikalangan remaja.Mereka berusaha memperoleh manfaat dengan melakukan
tindakan yang menguntungkan atau menyenangkan, tapi dalam kenyataan sering
merugikan dan menganggu keamanan masyarakat dengan berbagai perilaku yang
menyimpang. Remaja tidak lagi hanya mencoret-coret tembok, membolos, kebutkebutan di jalan raya atau pun berkelahi.Demikian pula, angka kriminalitas yang
terjadi di kalangan remaja juga semakin meningka tseperti pencurian,
pencopetan,pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan atau penyalahgunaan obat
terlarang(Susilowati, 2001).Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa
kecenderungan untuk melakukan perilaku agresivitas diantara remaja semakin
meningkat.Seperti yang diterbitkan oleh tempo.co bahwa menurut catatan KPAI
(Komnas Perlindungan Anak Indonesia) sepanjang tahun 2014, laporan kejahatan
yang dilakukan anak-anak ada sekitar 1.851 pengaduan. Angka itu meningkat
dibanding pada tahun 2013 yang hanya 730 kasus.Hampir 52 persen dari angka itu
adalah kasus pencurian yang diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba,
judi, serta penganiayaan. Dari fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa
kriminalitas merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresi yang dilakukan oleh
remaja.
Menurut Koeswara (dalam Ikawati (1998) faktor-faktor pencetus agresivitas adalah
sebagai berikut : frustasi, stress, penghilangan identitas diri, pengaruh alkohol dan
obat-obatan, suhu udara, serangan dari luar, kromosom yang tidak normal, kelainan
pada otak.Remaja yang tidak mampu berinteraksi sosial dengan baik dan tidak
mampu memperluas hubungan sosialnya disebabkan oleh kompetensi sosial yang
buruk (Hurlock, 1973). Remaja yang dinilai tidak memiliki kompetensi sosial yang
baik cenderung kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain dan
menjadikan salah satu penyebab perilaku agresif. Salah satu faktor yang mendukung
untuk memiliki kompetensi sosial yang baik adalah dengan adanya penerimaan diri
yang baik pada seorang individu.
Penerimaan diri merupakan suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik
kepribadiannya, akan kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut (Hurlock, 1994).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasamya
merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri serta
pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri (Caplin, 2006).
Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja yang mampu menerima dirinya baik
kelebihan dan kekurangannya akanmempengaruhi pembentukan perilaku pada
dirinya. Kalau ia mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut maka dalam
dirinya akan timbul perilaku yang positif, sebaliknya bagi yang tidak mampu
menerimanya maka cenderung menumbuhkan perilaku yang negatif. Perilaku yang
baik akan mempengaruhi individu dalam menyesuiakan diri dan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Sebaliknya perilaku yang negatif cenderung menghambat
3

dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena
itu penerimaan diri pada remaja adalah salah satu faktor dapat menekan perilaku
agresivitas.
Cooper (2003) menyatakan bahwa ketika seseorang memahami perilakunya maka ia
akan menyukai dirinya dan merasa orang lain juga menyukai kualitas yang ada pada
dirinya. Individu tersebut akan menerima dirinya, menyenangi dirinya, dan puas akan
dirinya sendiri sehingga ia akan menganggap dirinya berharga dan mampu membina
hubungan positif dengan orang lain. Sedangkan jika seseorang kurang dapat
memahami perilakunya maka ia akan menunjukan perilaku yang hanya benar
menurutnya saja tanpa mempedulikan masyarakat yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran
hubungan antara penerimaan diri dengan perilaku agresi dan diharapkan penelitian
ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada khalayak umum.
Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak- kanak kemasa dewasa
yang meliputi perubahan biologik, psikologi dan perubahan social. Word healt
organisasion (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarwono, 2006 :7 ) adalah suatu
masa ketika :
a. individu berkembang saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
b. individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa
c. terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh keadaan yang
relative mandiri
Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap dan perilaku kekanak kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku dewasa. Menurut Kartono (1995) dibagi tiga yaitu :
1. Remaja Awal ( 12-15 Tahun )
2. Remaja Pertengahan ( 15-18 Tahun )
3. Remaja akhir ( 18-21 Tahun )
Agresi
Atkinson (1999) mendefinisikan agresisebagai perilaku yang secarasengaja
bermaksud melukai orang lainsecara langsung baik fisik maupun verbal, serta
menghancurkan harta benda yang mereka miliki.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Aronson (dalam Koeswara, 1988)
bahwaperilaku agresif adalah perilaku yang dijalankan individu dengan maksud
melukaiatau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu.
Baron (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006) mendefinisikan perilakuagresif adalah
perilaku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakanorang lain yang

4

tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut yang mencakup empat faktor
tingkah laku, yaitu : (1) merupakan suatu tingkah laku; (2) bertujuan melukai atau
mencelakakan individu lain; (3) ada individu yang menjadi pelaku agresi; dan (4) ada
individu yang menjadikorban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si
pelaku.
Dimensi Perilaku Agresif
Buss ( dalam morgan, 1989 ) menyatakan bahwa perilaku agresif dapat digolongkan
menjadi tiga dimensi, yaitu : fisik-herbal, aktif-pasif dan secara langsung-tidak
langsung. Perbedaan dimensi fisik-herbal terletak pada perbedaan antara menyakiti
fisik (tubuh) orang lain dan menyerang dengan kata-kata, perbedaan dimensi aktifpasif adalah pada pada perbedaan antara tindakan nyata dan kegagalan untuk
bertindak, sedangkan agresi langsung berarti kontak face to face dengan orang yang
diserang dan agresi tidak langsung terjadi tampak kontak dengan orang yang
diserang. Kombinasi darei tiga dimensi ini menghasilkan suatu framework untuk
mengkatagorikan berbagai bentuk perilaku agresi, yaitu : medinus dan jonson (1976)
mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Menyerang fisik, seperti memukul, mendorong, meludahi, meninju, menendang.
Menyerang suatu objek, seperti menyerang benda mati atau bintang.
Secara verbal atau simbolis, seperti mengancam secara verbal, memburukkan
orang lain, mengancam, dan menuntut.
Pelanggaran terhadapmilik hak orang lain atau menyerang daerah orang lain.

Jenis Perilaku Agresi
Buss (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006) membagi agresi manusia terbagi
menjadi 8 jenis, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Agresi fisik aktif langsung.
Agresi fisik pasif langsung.
Agresi fisik aktif tidak langsung.
Agresi fisik pasif tidak langsung.
Agresi verbal aktif langsung.
Agresi verbal pasif langsung.
Agresi verbal aktif tidak langsung.
Agresi verbal pasif tidak langsung.

Aspek-aspek Perilaku Agresi
Berikut ini aspek-aspek perilaku agresi menurut Buss dan Perry (1992) :
a. Agresi fisik
Merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakitiorang lain
secara fisik. Misalnya menyerang atau memukul.
b. Agresi verbal
Merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lainmelalui
verbalis. Misalnya berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atauketidaksetujuan,
menyebarkan gosip dan kadang bersikap sarkastis.
c. Agresi marah

5

Merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis
untukbersikap agresif.Misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak
mampumengontrol rasa marah.
d. Sikap permusuhan
Yang juga meliputi komponen kognitif, seperti benci dan curiga pada oranglain,
iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.
Penerimaan Diri
Allport (dalam Hjelle, dkk., 1992), penerimaan diri adalah toleransi individu atas
peristiwa-peristiwa yang membuat frustrasi atau menyakitkan sejalan dengan
menyadari kekuatan-kekuatan pribadinya. Allport mengkaitkan definisi ini dengan
emotional security sebagai salah satu dari beberapa bagian positif kesehatan mental,
dimana penerimaan diri merupakan bagian lain dari kepribadian yang matang. Hal
ini terjadi ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia, dan ini
membuatnya mampu mengatasi keadaan emosionalnya sendiri tanpa mengganggu
orang lain. Maslow (dalam Hjelle, dkk., 1992) menjelaskan menempatkan
penerimaan akan diri, penerimaan akan orang lain dan alam pada urutan kedua dalam
daftar karakteristik orang yang dirinya teraktualisasi, atau disebut dengan self
actualizing person. Individu yang sehat akan menunjukkan rasa hormat terhadap
dirinya dan orang lain, menerima dirinya dengan keterbatasan, kelemahan,
kerapuhannya individu ini bebas dari rasa bersalah, malu, dan rendah diri, juga dari
kecemasan akan penilaian orang lain terhadap dirinya.
Faktor – faktor dalam penerimaan diri
Faktor-faktor yang berperan penting dalam penerimaan diri Hurlock (1974)
menjelaskan tentang faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif,
yaitu sebagai berikut.
a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri.
Pemahaman diri dan penerimaan diri sejalan dengan berdampingan, maksudnya
semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima
dirinya.
b. Adanya harapan yang realistik
Dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan
tercapainya harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang
merupakan hal penting dalam penerimaan diri.
c. Tidak adanya hambatan didalam lingkungan.
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi jika
lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan
menghalangi, maka harapan individu tersebut tentu akan sulit tercapai.
d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan.
Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan terhadap
kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu mengikuti kebiasaan
lingkungan.
e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat.
Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa
bahagia
f. Pengaruh keberhasilan yang dialaminya, baik secara kualitatif atau kuantitatif.
6

g.

h.
i.
j.

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan penerimaan diri
dan sebaliknya jika kegagalan yang dialaminya individu akan dapat
mengakibatkan adanya penolakan diri.
Identifikasi dan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik.
Individu yang mengidentifikasikan dengan individu yang memiliki penyesuaian
diri yang baik akan dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri
sendiri dan bertingkah laku dengan baik yang dapat menimbulkan penilaian diri
yang baik.
Adanya perspektif diri yang luas.
Yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang diri. Perspektif yang luas ini
diperoleh melalui pengalaman dan belajar.
Pola asuh di masa kecil yang baik.
Seorang anak yang di asuh secara demokratis akan cenderung berkembang
sebagai individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.
Konsep diri yang stabil.
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit menunjukkan
pada orang lain siapa ia sebenarnya, sebab ia sendiri ambivalen terhadap dirinya.

Aspek-aspek Penerimaan Diri
Sheerer (Cronbach, 1963) menjabarkan aspek-aspekpenerimaan diri, berikut ini
karakteristik seseorang yangdapat menerima dirinya, yaitu:
a. Seseorang mempunyai keyakinan akankemampuannya untuk menghadapi
persoalan.
Seseorang tersebutmemiliki percaya diri dan lebih memusatkan perhatian kepada
keberhasilan akankemampuan dirinya menyelesaikan masalah.
b. Sesorang menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan sederajat
denganorang lain.
Seseorang mempunyai keyakinan bahwa ia dapat berarti atau berguna bagiorang
lain dan tidak memiliki rasa rendah diri karena merasa sama dengan orang lain
yangmasing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
c. Seseorang tidak menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada harapan
ditolakorang lain.
Ini berarti seseorang tersebut tidak merasa sebagai orang yang menyimpang
danberbeda dengan orang lain, sehingga mampu menyesuikan dirinya dengan
baik dan tidakmerasa bahwa ia akan ditolak oleh orang lain.
d. Seseorang tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri.
Seseorang ini lebihmempunyai orientasi keluar dirinya sehingga mampu
menuntun langkahnya untuk dapatbersosialisasi dan menolong sesamanya tanpa
melihat atau mengutamakan dirinya sendiri.
e. Seseorang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
Seseorang memilikikeberanian untuk menghadapi dan menyelesaikan segala
resiko yang timbul akibatperilakunya.
f. Seseorang dapat menerima pujian atau celaan secara objektif.
Sifat ini tampak dari perilakuseseorang yang mau menerima pujian, saran dan
kritikan dari orang lain untukpengembangan kepribadiannya lebih lanjut.
g. Seseorang tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun
mengingkarikelebihannya.

7

Seseorang yang memiliki sifat ini memandang diri mereka apa adanya dan bukan
sepertiyang diinginkan. Individu juga dapat mengkompensasikan keterbatasannya
denganmemperbaiki dan meningkatkan karakter dirinya yang dianggap kuat,
sehinggapengelolaan potensi dan keterbatasan dirinya dapat berjalan dengan baik
tanpa harusmelarikan diri dari kenyataan yang ada.
Penerimaan diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai
makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
individu lain. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya.Lingkungan
dalam hal ini baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikis.Lingkungan fisik,
yaitu alam benda-benda yang konkret, sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga
individu-individu dalam lingkungan, ataupun lingkungan rohaniah (Walgito, 2003).
Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan
remaja.Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang peranan
yang strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja lingkungan sosial
yang dominan antara lain dengan teman sebaya. Menurut Mappiare (dalam Mudjiran,
2007) kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja
belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya.
Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri,
norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah.
Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga
akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap
nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, mereka tidak ingin
kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan.Sebagian
dari remaja mengambil jalan pintas untuk menghindarkan diri dari masalah sehingga
cenderung untuk keluyuran dan melakukan tindakan pergaulan yang salah dengan
teman-temannya.Akibatnya banyak yang terjerumus dalam tindak kenakalan seperti
menipu, berkelahi, mencuri dan sebagainya.
Penerimaan dan penolakan teman sepergaulan serta akibat-akibat yang
ditimbulkannya dapat mempengaruhi perilaku dan bentuk-bentuk tingkah laku sosial
yang menyimpang yang bercirikhaskan cenderung merusak, melanggar peraturanperaturan dan menyerang.Diantara sebab umum tingkah laku itu adalah karena
remaja yang bersangkutan tidak memiliki sikap, perasaan dan ketrampilan tertentu
sebagaimana dituntut dalam tugas-tugas perkembanganya sehingga remaja tersebut
mengabaikan norma-norma masyarakat.Pengabaian karena tidak tahu dan tidak mau
tahu terhadap peraturan yang ada, menimbulkan pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Santrock (2003) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memunculkan
perilaku agresi pada remaja adalah adanya identitas negatif pada dirinya. Hal ini
muncul karena remaja tidak dapat menemukan suatu identitas peran dalam hidupnya.
Remaja yang gagal dalam menemukan identitas peran disebabkan karena ia tidak
bisa menerima semua yang ada pada dirinya, ia merasa kurang dengan apa yang telah
ia dapatkan.
Agresivitas merupakan tingkah laku kekerasan individu, baik secara fisik maupun
verbal, yang ditujukan untuk melukai, mencelakakan individu lain, yang tak

8

menginginkan tingkahlaku tersebut.Bila individu cenderung agresif, maka individu
tersebut cenderung untuk melukai individu yang tidak menginginkan tingkah laku
tersebut.
Hubungan penerimaan diri erat kaitannya dengan perilaku agresi, hal ini dikarenakan
perilaku remaja yang masih labil. Agresi yang muncul pada remaja menurut
beberapa gabungan teori diatas menjelaskan bahwa remja akan melakukan tidakan
agresi demi mendapatkan penghargaan didalam kelompok teman sebaya yang
diinginkannya. Dengan demikian penerimaan diri pada remaja sangat penting untuk
mencegah perilaku agresifitas.
Hipotesis
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada
hubungan negatif antara penerimaan diri dengan perilaku agresif pada
remaja.Artinya jika penerimaan diri tinggi maka perilaku agresif pada remaja
semakin rendah.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan diri dengan
perilaku agresif pada remaja, yang juga menekankan analisisnya pada data dan angka
(numerical) yang diolah dengan metode statistika.Serta menggunakan pendekatan
penelitian korelasi.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalahremaja akhir yang dikategorikan oleh Kartini
Kartono (1995) mempunyai usia kisaran antara 18-21 tahun. Pengambilan subjek
dilakukan dengan teknikpurposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
kriteria tertentu yang sesuai dengan penelitian.Kriteria subyek dalam penelitian ini
adalah remaja sekolah yang berusia antara 17-19 yaitu meliputi remaja yang berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan.Kemudian subyek dalam penelitiajn ini
berjumlah 300 remaja sekolah.Penelitian dilakukan di beberapa SMK yang ada
diprobolinggo.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabelyaitu penerimaan diri sebagai variabel
bebas, penerimaan diri adalah toleransi individu atas peristiwa-peristiwa yang
membuat frustrasi atau menyakitkan sejalan dengan menyadari kekuatan-kekuatan
pribadinya sedangkan perilaku agresifsebagai variabel terikat, perilaku agresif adalah
perilaku yang dijalankan individu dengan maksud melukaiatau mencelakakan
individu lain tanpa tujuan tertentu.
instrument Penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu; (a) skala penerimaan
diri, skala yang digunakan untuk mengukur penerimaan diri yang diadaptasi dari
penelitian Dewi Masyitah (2012), sejumlah 40 item dengan beberapa aspek di
dalamnya, yaitu (1) adanya keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi

9

persoalan, (2) adanya anggapan berharga terhadap diri sendiri sebagai manusia dan
sederajad denganorang lain, (3) tidak ada anggapan aneh/ abnormal terhadap diri
sendiri dan tidak ada harapan ditolakoleh orang lain, (4) tidak adanya rasa malu atau
tidak memperhatikan diri sendiri, (5) adanya keberanian memikul tangguang jawab
atas perilaku sendiri, (6) adanya objektivitas dalam penerimaan pujian atau celaan,
(7) tidak ada penyalahan atas keterbatasan yang ada ataupun pengingkaran
kelebihan.(b) skala perilaku agresif, untuk mengetahui perilaku agresif pada subjek
yang diadaptasi dari penelitian Nurfaujiyanti (2010), sejumlah 27 item dengan
beberapa aspek di dalamnya, yaitu (1) agresi fisik, (2) agresi verbal, (3) rasa marah,
(4) sikap permusuhan.
Validitas instrument
Validitas alat ukur menggunakan metode try out, dimana skala yang diadaptasi oleh
peneliti disebarkan terlebih dahulu untuk validasi alat ukur atau instrument yang
akan digunakan. Selanjutnya item yang dinyatakan tidak valid tidak diikut sertakan
dalam pengambilan data.
Berdasarkan hasil try outterhadap 2 (dua) skala yang telah disebarkan kepada 100
orang subjek, untuk skala penerimaan diri dari 40 item yang diujikan diperoleh 12
item yang gugur, sedangkan pada skala agresivitas dari 27 item yang diujikan
terdapat 6 item yang dinyatakan gugur sehingga kedua alat ukur atau instrument ini
dapat digunakan dalam penelitian. Adapun detail nilai validitas dapat dilihat pada
tabel 1.
Table 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur
Item Diujikan Item Valid

Indeks Validitas

Indeks reliabilitas

Penerimaan Diri

40

28

0.197 - 0.684

0,898

Agresivitas

27

21

0.189– 0.634

0,853

berdasarkan table 1 diperoleh hasil dari 40 item skala Penerimaan Diri yang diujikan
terdapat 28 item yang dinyatakan valid setelah diuji statistic. Kemudian indeks
validitas skala Penerimaan diri yang diujikan berkisar antara 0,197 –
0,684.Sedangkan pada skala agresifitas yang terdapat 27 item yang diujikan
menghasilkan 21 item yang dinyatakan valid setelah diuji statistik.Validitas skala
Agresifitas yang diujikan berkisar antara 0,189 – 0,634.
Prosedur dan Analisis Data Penelitian
Prosedur diawali dengan tahap persiapan yaitu dengan menyiapkan skala, mencari
lokasi penelitian yang relevan dan mencari subjek penelitian.Setelah mendapatkan
skala yang sesuai, maka kemudian skala disebarkan untuk dilakukan pengisian untuk
mendapatkan data. Setelah mendapatkan data, peneliti memasukkan data kedalam
Microsoft Excel, memindahkan kedalam SPSS, menguji dengan uji korelasi pada
SPSS dan menggunakan tabel r untuk mengetahui item yang valid dan yang tidak
valid.
10

Kedua skala yang sudah diujikan ini adalah skala likert yang berisikan pernyataanpernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu ; (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS)
tidak setuju dan (TST) sangat tidak setuju. Item pernyataan berupa favourable dan
unfavourable, dimana item-item yang mendukung aspek sebuah pernyataan yang
diungkap adalah item favourable, sedangkan item-item yang tidak mendukung dari
aspek pernyataan adalah item unfavourable
HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil seperti yang terdapat pada
tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 3. Nilai t-score Agresifitas
Kategori
Interval

Frekuensi

Presentage (%)

Tinggi

T≥50

131

43.7

Rendah

T<

169

56.3

300

100

Total

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki agresifitas rendah
sebesar 56,3 %.lebih banyak dibandingkan dengan subjek yang memiliki agresifita
tinggi sebesar 43,7 %.
Tabel 4. Nilai t-score Penerimaan Diri
Kategori

Interval

Frekuensi

Presentage (%)

Tinggi

T≥50

161

53.6

139

46.4

300

100

Rendah

T
Total

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki penerimaan diri tinggi
sebesar53,6 % lebih banyak dibandingkan dengan subjek yang memiliki penerimaan
diri rendah sebesar 46,4 %.
Tabel 5.Korelasi Penerimaan Diri dengan Agrsifitas.

Koefisien Korelasi ( r )

Indeks Analisis

Koefisien Korelasi ( r )

-0.380

Koefisien Determinasi ( r² )

0.144

Taraf Kemungkinan Kesalahan

1%(0.001)

p ( Nilai signifikasi )

0.000

11

Berdasarkan skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS maka
dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri berhubungan dengan agresifitas pada
tingkat signifikasi 1%. Korelasi yang ditunjukkan sebesar -0.380. Nilai yang negatif
dari korelasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa hubungan penerimaan diri dengan
agresifitas bernilai terbalik , yaitu semakin tinggi tingkat penerimaan dirinya maka
semakin rendah tingkatagresivitas. Nilai signifikasi yang ditunjukkan yaitu 0.000
lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,01(0.000