xxvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
a. Pengertian Tindak Pidana
Menurut P.A.F. Lamintang pembentuk undang-undang kita telah menggunakan perkataan “strafbaarfeit” untuk menyebutkan apa
yang kita kenal sebagai “tindak pidana” didalam KUHP tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya
dimaksud dengan perkataan “straafbaafeit” tersebut. Perkataan “feit”itu sendiri dalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu
kenyataan” sedangkan “strafbaar” berarti “dapat dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan “strafbaarfeit” dapat diterjemahkan sebagai
“sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum” yang sudah barang tentu tidak tepat karena kita ketahui bahwa yang dapat dihukum
adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, ataupun tindakan P.A.F. Lamintang,1997:181.
Moeljatno menggunakan istilah “perbuatan pidana”, yang didefinisikan sebagai “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu,
bagi barang
siapa melanggar
larangan tersebut”
Moeljatno,2000:54. Menurut Profesor POMPE, perkataan “strafbaarfeit” itu secara
teoritis dapat dirumuskan sebagai “Suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
14
xxvii terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum”
P.A.F. Lamintang,1997:182. Menurut Profesor SIMONS telah merumuskan “strafbaarfeit”
itu sebagai “Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang
dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang- undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”
P.A.F. Lamintang,1997:185.
b. Unsur-unsur Tindak Pidana
Secara garis besar unsur-unsur tindak pidana dapat digolongkan menjadi 2 dua bagian yaitu : unsur yang bersifat
subyektif dan unsur yang bersifat obyektif. Unsur subyektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan
dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Sedangkan unsur obyektif adalah
unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu
harus dilakukan. Unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1 Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa;
2 Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti
yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP; 3
Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan
dan lain-lain; 4
Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;
xxviii 5
Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Unsur-unsur obyektif dari suatu tindak pidana itu adalah: 1
Sifat melawan hukum atau wederrechtelijkheid; 2
Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai negeri” dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415
KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;
3 Kausalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai
penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat P.A.F. Lamintang,1997:193-194.
c. Jenis-jenis Tindak Pidana