b. Pada tanggal yang sama dengan tanggal pencoretan jaminan fidusia
dari Buku Daftar Fidusia, Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan “sertifikat jaminan fidusia yang
bersangkutan tidak berlaku lagi.”
D. Kerangka Pemikiran
Keberadaan BPR di Indonesia terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat
pedesaan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1988 dan Nomor 1238KMK.001989 tanggal 14 November 1989 menetapkan
perubahan-perubahan mendasar tentang BPR. Perubahan-perubahan dimaksud terutama mencakup status kegiatan usaha, dan tata cara pendirian BPR.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 4.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain.
Salah satu usaha dari Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan PD. BPR BKK Kebumen adalah dengan
memberikan kredit. Kebutuhan masyarakat akan kredit untuk menunjang kehidupannya maupun untuk kelangsungan usahanya memang mengalami
kemajuan yang sangat signifikan. Prosedur pengajuan kredit bank yang dimulai sejak disusunnya perjanjian kredit sampai dengan penandatanganan akta
perjanjian kredit antara dua pihak yang berkepentingan yaitu kreditur dan
debitur, sampai dengan pengaturan jaminan apa yang digunakan merupakan proses urgensi dalam perjanjian kredit.
Banyak sekali kredit yang tidak terselesaikan dengan baik atau kredit macet. Kredit macet akan berakibat terhadap debitur sesuai klausul-klausul
dalam perjanjian kredit tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan suatu jaminan atas kredit yang diberikan tersebut untuk menjaga agar bank tidak mengalami
kelumpuhan dalam melaksanakan kewajibannya terhadap para penyimpan dana. Kemampuan bank untuk dapat membayar kembali simpanan dana
masyarakat banyak tergantung pula dari kemampuan bank untuk memperoleh pembayaran kembali kredit-kredit yang diberikan bank tersebut kepada
nasabah debiturnya. Jaminan yang sering digunakan dalam perjanjian kredit antara lain
adalah jaminan kebendaan berupa jaminan Fidusia. Dalam jaminan Fidusia terdapat pengalihan hak kepemilikan atas barang dari debitur ke kreditur.
Pengaalihan itu terjadi atas dasar kepercayaan dengan janji benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Dalam pelaksanaan pemberian jaminan Fidusia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan
pelaksanaan pemberian Jaminan Fidusia yang sesuai dengan Undang-Undang Fidusia, maka akan memberikan hak dan kewajiban yang seimbang antara
pihak Bank kreditur dengan Nasabah debitur. Sehingga memberikan kekuatan hukum bagi para pihak.
Bagan Kerangka Pemikiran
Bagan II: Kerangka Pemikiran
Perjanjian Kredit
PD. BPR BKK Kebumen
NasabahDebitur
Pemberian Jaminan
Jaminan Kebendaan
Jaminan Perorangan
Fidusia
Perjanjian Jaminan Fidusia
Debitur Wanprestasi
Debitur Memenuhi Prestasi
Lelang Barang Jaminan
UU Nomor 42 tahun 1999
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi