Kerangka Pemikiran Implementasi undang undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada perusahaan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit kecamatan(PD. BPR

b. Pada tanggal yang sama dengan tanggal pencoretan jaminan fidusia dari Buku Daftar Fidusia, Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan “sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.”

D. Kerangka Pemikiran

Keberadaan BPR di Indonesia terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1988 dan Nomor 1238KMK.001989 tanggal 14 November 1989 menetapkan perubahan-perubahan mendasar tentang BPR. Perubahan-perubahan dimaksud terutama mencakup status kegiatan usaha, dan tata cara pendirian BPR. Usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 meliputi: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain. Salah satu usaha dari Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan PD. BPR BKK Kebumen adalah dengan memberikan kredit. Kebutuhan masyarakat akan kredit untuk menunjang kehidupannya maupun untuk kelangsungan usahanya memang mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Prosedur pengajuan kredit bank yang dimulai sejak disusunnya perjanjian kredit sampai dengan penandatanganan akta perjanjian kredit antara dua pihak yang berkepentingan yaitu kreditur dan debitur, sampai dengan pengaturan jaminan apa yang digunakan merupakan proses urgensi dalam perjanjian kredit. Banyak sekali kredit yang tidak terselesaikan dengan baik atau kredit macet. Kredit macet akan berakibat terhadap debitur sesuai klausul-klausul dalam perjanjian kredit tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan suatu jaminan atas kredit yang diberikan tersebut untuk menjaga agar bank tidak mengalami kelumpuhan dalam melaksanakan kewajibannya terhadap para penyimpan dana. Kemampuan bank untuk dapat membayar kembali simpanan dana masyarakat banyak tergantung pula dari kemampuan bank untuk memperoleh pembayaran kembali kredit-kredit yang diberikan bank tersebut kepada nasabah debiturnya. Jaminan yang sering digunakan dalam perjanjian kredit antara lain adalah jaminan kebendaan berupa jaminan Fidusia. Dalam jaminan Fidusia terdapat pengalihan hak kepemilikan atas barang dari debitur ke kreditur. Pengaalihan itu terjadi atas dasar kepercayaan dengan janji benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dalam pelaksanaan pemberian jaminan Fidusia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan pelaksanaan pemberian Jaminan Fidusia yang sesuai dengan Undang-Undang Fidusia, maka akan memberikan hak dan kewajiban yang seimbang antara pihak Bank kreditur dengan Nasabah debitur. Sehingga memberikan kekuatan hukum bagi para pihak. Bagan Kerangka Pemikiran Bagan II: Kerangka Pemikiran Perjanjian Kredit PD. BPR BKK Kebumen NasabahDebitur Pemberian Jaminan Jaminan Kebendaan Jaminan Perorangan Fidusia Perjanjian Jaminan Fidusia Debitur Wanprestasi Debitur Memenuhi Prestasi Lelang Barang Jaminan UU Nomor 42 tahun 1999 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi