xxvi KTSP, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Adapun tujuan dari
program pengajarannya sebagai berikut : 1.
Siswa dapat membaca nyaring huruf vokal. 2.
Siswa dapat membaca nyaring huruf konsonan. 3.
Siswa dapat membaca nyaring suku kata sederhana. 4.
Siswa mampu menyalin huruf. 5.
Siswa mampu menyalin suku kata dan kata sederhana. 6.
Siswa dapat membaca nyaring kata sederhana. 7.
Siswa mampu menulis huruf dan suku kata. 8.
Siswa mampu menulis kata sederhana. Adapun tujuan itu diberikan agar anak tuna grahita ringan diharapkan dapat
menguasai huruf dan dapat melafalkan kata sehingga bisa menerapkannya dalam membaca kata atau kalimat sederhana.
j. Materi Pengajaran
Materi pengajaran adalah bahan yang perlu disampaikan kepada para anak untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan itu. Materi pengajaran membaca
permulaan di SLB-C YPAALB Prambanan, Klaten sesuai kurikulum Bahasa Indonesia dalam Standar Kompetensi da Kompetensi Dasar atau SKKD 2006:67
meliputi : 1.
Memperkenalkan diri nama saya…. 2.
Menyebutkan nama teman kelas, saudara atau keluarga. 3.
Melemaskan jari dengan gerak dan menulis di udara. 4.
Membedakan kanan dan kiri. 5.
Mewarnai bentuk yang besar-kecil dan sebaliknya. 6.
Menghubungkan titik-titik sesuai dengan bentuk huruf. 7.
Mula-mula murid dikenalkan dengan abjad A sampai Z, setelah hafal beberapa huruf barulah huruf-huruf tersebut dirangkai menjadi kata.
8. Mengucapkan atau membaca suku kata yang terdiri dari 2 huruf konsonan dan
vokal.
xxvii 9.
Mencocokkan kartu kata dengan gambar 1 kata. 10.
Melafalkan huruf dengan intonasi yang wajar. Materi-materi tersebut merupakan bahan yang perlu disampaikan atau
diterapkan dalam pengajaran-pengajaran membaca permulaan anak kelas D1. Dalam pencapaian tujuan pengajaran pada membaca permulaan mengacu dalam materi yang
diterapkan tersebut.
k. Metode-Metode Membaca Permulaan
Pada pengajaran bahasa di Sekolah Luar Biasa SLB-C terdapat dua penggolongan pengajaran membaca, yaitu : “membaca permulaan dan membaca
lanjut” Depdikbud, 1983 : 26. Pengajaran membaca permulaan untuk SLB-C tingkat
D
1
dan D
2
sedangkan pengajaran membaca lanjut untuk tingkat D
3
ke atas. Adapun metode yang digunakan untuk pengajaran membaca permulaan bagi
anak tuna grahita dipilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Berikut penjelasan ringkasnya, beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : 1.
Metode Alfabet Metode ini sering disebut juga metode harafiah. Metode ini merupakan
metode yang paling tua usianya. Dalam metode ini faktor tataran sangat dominan dan sangat mekanis sifatnya. Adapun prosedur pelaksanaannya yaitu, mula-mula
murid dikenalkan pada abjad A sampai Z. Setelah hafal beberapa huruf barulah huruf-huruf tersebut dirangkai menjadi kata.
2. Metode Suku Kata
Dalam metode ini suku kata merupakan kunci pokok dalam pembuat kata. Jadi yang diajarkan mula-mula adalah suku kata mula-mula digabungkan menjadi
kalimat. 3.
Metode Struktural Analitik Sintetik SAS Sumber metode ini adalah ilmu jiwa Gestalt. Metode ini tidak hanya berlaku
pada membaca permulaan saja, tetapi juga berlaku pada membaca lanjut, bahkan
xxviii berlaku pada keseluruhan pengajaran bahasa. Pemilihan pendekatan SAS dalam
pengajaran bahasa bertitik tolak atas dasar : a.
Bahasa tutur maupun tulis menampakkan diri dalam struktur-struktur. b.
Proses kehidupan kejiwaan dalam menyerap segala rangsangan melalui penganalisaan secara struktur.
c. Penafsiran makna sesuatu melalui bimbingan dalam struktur.
d. Unit bahasa terkecil adalah kalimat.
e. Kalimat lengkap selalu mempunyai struktur.
Adapun contoh pelaksanaan metode SAS sebagai berikut : mula-mula diberikan kalimat secara keseluruhan, kalimat itu diuraikan atas suku kata-suku
katanya dan akhirnya atas huruf-hurufnya. Kemudian huruf-huruf itu kita sintesiskan kembali menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi
kalimat. 4.
Metode Eja Metode eja mengajarkan membaca teknik melalui asosiasi antara huruf
dengan morfim bunyi. Setelah menguasai vokal dan konsonan, anak belajar membaca dengan menggabungkan bunyi menjadi suku kata dan suku kata
menjadi kata. Pada tingkat awal, misalnya anak belajar huruf i memberikan suara i, huruf a memberi suara a, huruf u memberi suara u dan seterusnya. Pada
tahap berikutnya, anak mulai menggabungkan bunyi b dengan i menjadi bi, bunyi n dengan u menjadi nu dan seterusnya. Baru kemudian anak diajari
membaca kata-kata seperti ibu, bibi, ini dan lain-lain. Ada dua prosedur dalam mengajar membaca dengan metode eja yaitu
prosedur sintesis seperti di atas dan prosedur analitis. Prosedur analitis ini asosiasi huruf bunyi disajikan secara utuh dalam bentuk kata kemudian baru ke huruf-
huruf yang membentuk kata tersebut.
3. Kesulitan Belajar Membaca Permulaan