MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

(1)

commit to user

MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE

SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

JURNAL PENELITIAN Oleh:

Yuni Sulistyaningsih NIM. X5107705

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE

SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh:

Yuni Sulistyaningsih NIM. X5107705

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapanTim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sudakiem, M.Pd Priyono, S.Pd. MSi

NIP. 19490717 197903 1 001 NIP.19710902 200501 1 001


(4)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ………

Sekretaris :Drs. Maryadi, M.Ag ………

Anggota : Drs. Sudakiem, M. Pd ……… Anggota II : Priyono, S.Pd. MSi ………

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof.Dr.M Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 19721 1 007


(5)

commit to user

ABSTRAK

Yuni Sulistyaningsih,NIM. X5107705, MENINGKATKAN GERAK MOTORIK

HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE

SISWA KELAS II TUNA GRAHITA RINGAN SLB - C SHANTI YOGA KLATEN. TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surakarta Sebelas Maret, Surakarta, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari melalui ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif dan deskriptif kuantitatif.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan perencanaan,tindakan ,pengamatan dan refleksi yang dilihat dari kondisi awal siswa, tindakan siklus 1 dan siklus 2 , menemukan keuntungan, kelemahan serta peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus terutama pada jari – jari tangan siswa kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten. Tahun pelajaran 2008/2009.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Yuni Sulistyaningsih, NIM. X5107705, IMPROVING THE PSYCOMOTOR COMPETENCY OF HAND FIGERS USING COLLAGE SKILL IN THE II

MENTAL RETARDED GRADERS OF SLB – C SHANTI YOGA KLATEN.

SKOOL YEARS OF 2008/2009. Thesis, Surakarta : Teacher Trainingand Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, October 2010.

The objectiveof research is to improve the fine psychomotor of hand fingers in the III mild mental retarded graders of SLB – C Shanti Yoga Klaten.

This study belong to a classroom action research. The subject of research consisted of 4 student. Tehnique of collecting data used was observation, test and document. Tehnique of analizyng data used was descriptive comparative and descriptive qualitative.

The implementation of research started from : Planing, acting, observing, and reflecting viewed from the prior competency, cycles 1 and 2 action as well as findingweaknes, benefid and improvement.

Considering the resultit can be concluded the college can improve the psychomotor competency of hand fingers in the mild mental retarded graders of SLB – C Shanti Yoga Klaten Shcool Year of 2008/2009.


(7)

commit to user MOTTO

, hendaklah engkau bersikap tenang, maka sesungguhnya kebaikan itu dengan cara tidak tergesa-gesa”


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan Kepada : Ibu dan ayah tercinta, Suamiku yang selalu mendorong keberhasilanku, Putra putriku, tersayang

dan almamater.


(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah – Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

– kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof.Dr. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta

2. Bapak Drs. R.Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta

3. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta

4. Bapak Drs. Maryadi, M.Ag., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa

5. Bapak Drs. Sudakiem, M.Pd, selaku Pembimbing I 6. Bapak Priyono, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing II 7. Bapak Soeripto B.A., Kepala SLB C Shanti Yoga Klaten 8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Walaupun disadari dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Klaten, Oktober 2010


(10)

commit to user DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A Kajian Teori... 5

1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita... 5

a. Pengertian Anak Tuna Grahita ... 5

b. Klasifikasi Anak Tuna grahita ... 6

c. Karakteristik Anak Tuna Grahita ... 9

2. Gerak Motorik Halus... 10

a. Pengertian Gerak Motorik Halus ... 10

b. Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus ... 11

3. Tinjauan tentang Ketrampilan Kolase ... 12

a. Pengertian Ketrampilan Kolase ... 12

b. Bahan yang digunakan ... 13

c. Langkah – langkah latihan Kolase ... 13

d. Pelatihan Ketrampilan Kolase bagi Siswa Tuna Grahita Ringan ... 13

B Kerangka Berpikir ... 14

C. Perumusan Hipotesis Tindakan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18


(11)

commit to user

B. Subyek Penelitian ... 18

C. Data dan Sumber Data ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 18

E. Teknik Pemeriksaan Validitas Data ... 24

F. Teknik Analisis Data ... 25

G. Indikator Kinerja / Keberhasilan ... 25

H. Prosedur Penelitian... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 31

A. Pelaksanaan Penelitian……….. 31

1.Siklus I……… 35

a. Perencanaan……… 35

b. Tindakan………. 35

c. Pengamatan………. 37

d. Refleksi………... 42

2. Siklus II………. 43

a. Perencanaan ……….. 43

b. Tindakan ………... 44

c. Pengamatan ……… 45

d. Refleksi………... 47

B. Hasil Penelitian………... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 53

A. Simpulan………... 53

B. Saran………. 54

DAFTAR PUSTAKA ……… 55

LAMPIRAN ……… 51


(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.a Kemampuan Awal Siswa……… 80

Tabel 2b. Rekapitulasi Latihan Motorik Halus ………. 80

Tabel.3.a. Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus I ……… 81

Tabe 3.b Rekapitulasi Peningkatan Skor Pra Siklus ke Siklus I ……… 82

Tabel 5 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ………. 82

Tabel 6.a Skor Kemampuan Motorik Halus Siklus II ………. 83

Tabel 6.b Rekapitulasi Peningkatan Motorik Halus……….83

Tabel 7 Peningkatan Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Siklus I dan Dan Siklus II ………84

Tabel 8 Rekapitulasi Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Komulatif Per Siklus ………. . 43 Tabel 9 Rekapitulasi Posentase Peningkatan Kemampuan Motorik Halus … 44


(13)

commit to user DAFTAR GRAFIK

halaman

Grafik 1. Nilai Rata-rata Peningkatan Motorik Halus Per Siklus ……… 85 Grafik 2. Prosentase Peningkatan Motorik Halus Secara Klasikal………... 85


(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Foto Kegiatan Pelaksanaan Penelitian pra Siklus ……….. 86

Gambar 2. Foto Kegiatan Pelaksanaan Siklus I ………... 86


(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Jadwal Kegiatan Penelitian……… … 58

Lampiran 2 Silabus ……….. 59

Lampiran 3 Kisi –Kisi Instrumen……….. 60

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ……….. 61

Lampiran 5 Instrumen Penilaian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ……….. 62

Lampiran 6 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ……….. 77

Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran ………. 78

Lampiran 8. Permohonan ijin Penelitian dari Kepala Sekolah SLB - C Shanti Yoga Klaten ……….. 79

Lampiran 9. Surat Pernyataan dari Observer ……… Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Reasearch Kepada Rektor UNS………. 76


(16)

commit to user ABSTRAK

Yuni Sulistyaningsih,NIM. X5107705, MENINGKATKAN GERAK MOTORIK

HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE

SISWA KELAS II TUNA GRAHITA RINGAN SLB - C SHANTI YOGA KLATEN.TAHUN PELAJARA 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surakarta Sebelas Maret, Surakarta, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari melalui ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif dan deskriptif kuantitatif.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan perencanaan,tindakan ,pengamatan dan refleksi yang dilihat dari kondisi awal siswa, tindakan siklus 1 dan siklus 2 , menemukan keuntungan, kelemahan serta peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus terutama pada jari – jari tangan siswa kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten. TahunPelajaran 2008/2009.


(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas yang memerlukan pemakaian otot–otot tangan. Sedangkan yang termasuk dalam aktivitas ini antara lain memegang benda kecil seperti manik – manik, biji–bijian, memegang pensil dengan benar. Menggunting, menempel, meremas kertas, mengikat tali sepatu, mengkancingkan baju, menarik resliting.

Ketrampilan motorik halus sangat diperlukan oleh anak – anak dalam persiapan mengerjakan tugas–tugas di sekolah, hampir sepanjang hari anak – anak di sekolah menggunakan ketrampilan motorik halus untuk kegiatan akademiknya, termasuk persiapan dalam menulis permulaan, mewarnai gambar, menggunting gambar dan menempelkannya di kertas.

Dengan pesatnya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, dimana komputer dan video games telah menguasai anak–anak, menyebabkan mereka kurang menggunakan waktunya untuk permainan yang memakai motorik halus, terutama bagi anak – anak yang normal. Keadaan semacam ini menyebabkan anak kurang berkembang otot–otot halus pada jari tangannya. Keterlambatan perkembangan otot–otot ini menyebabkan kesulitan pada anak pada saat memasuki bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik halus sangat diperlukan dalam persiapan menulis permulaan ketika anak memasuki sekolah serta dalam aktivitas sehari–hari.

Berdasarkan kenyataan di lapangan terutama di kelas yang penulis asuh yaitu di kelas II CI SLB C Shanti Yoga Klaten anak menunjukkan keterlambatan dalam ketrampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan kakunya jari–jarinya, tangannya gemetar ketika menulis dan koordinasi mata dan tangannya tidak optimal. Hal ini dikarenakan gangguan keterlambatan tumbuh kembang dan diagnosa medik yang dialami anak tuna grahita.

Menurut Sutjihati Sumantri ( 1996 : 83 ), menyebutkan bahwa anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata–rata.


(18)

commit to user

2

Muljono Abdurrahman ( 1994 : 19 ), mendefinisikan anak tuna grahita adalah kata lain dari mental retardation, yang arti harfiahnya dari perkataan tuna adalah merugi sedangkan grahita artinya pikiran.

Karakteristik anak tuna grahita ringan diantaranya :Keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, keterbatasan fungsi – fungsi mental lainnya seperti; memerlukan waktu yang lama untuk melaksanakan reaksi dengan situasi yang baru dikenalnya, keterbatasan dalam penguasaan bahasa, kurang mampu mempertimbangkan sesuatu. Semakin rendah intelektual seseorang maka kemampuan motoriknya akan rendah pula ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ).

Bukti yang menguatkan dugaan tentang kuatnya hubungan antara ketrampilan motorik dengan tingkat kemampuan mental anak tuna grahita dikemukakan oleh Kral dan Stein dalam ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ) yang merangkum penelitian dari Amerika Serikat sejak tahun 1951 – 1963 berkaitan

dengan motorik anak tuna grahita, menyimpulkan bahwa “ Secara umum

penampilan anak tuna grahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan motorik jika dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA yang relative sama. Perbedaan yang mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang

memerlukan pemahaman”.

Untuk memaksimalkan ketrampilan motorik halus pada anak tuna grahita diperlukan latihan–latihan yang tepat seperti, kemampuan melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan (palmar arching), menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sembari menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kestabilan tangan (hand side separation), membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk (open web space).

Aktivitas kegiatan yang dilakukan untuk melatih motorik halusnya diawali dengan latihan yang paling sederhana misalnya dengan meremas kertas, merobek kertas dan membuat bola kertas dari remasan kertas tersebut. Aktivitas lainnya yaitu dengan merobek kertas berwarna, lalu menempelkannya pada kertas yang lain yang menjadi sebuah gambar berbentuk kolase.

Kolase merupakan salah satu jenis latihan motorik halus dengan cara menyusun bahan–bahan dari kulit telur atau kertas yang diberi warna, kemudian


(19)

commit to user

3

ditempel pada sebuah gambar. Dengan melihat kertas yang ditempelkannya menjadi sebuah gambar yang menarik, sebagai hasil dari latihan motorik halusnya, maka anak tuna grahita akan merasa senang dan bersemangat untuk mengikuti latihan motorik halusnya, tanpa disadari anak telah melakukan latihan motorik halus, seperti ketika menjimpit kertas, mengelem dan menempelkannya di kertas.

Metode kolase tepat untuk latihan ketrampilan motorik halus, terutama persiapan menulis permulaan bagi anak tuna grahita. Karena anak tuna grahita memiliki keterbatasan dalam ketrampilan motorik halus, maka diperlukan latihan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari–hari seperti melipat jari, menggenggam menggariskan pensil di atas kertas agar tidak terputus–putus.

Kenyataan dilapangan ketrampilan kolase belum banyak digunakan untuk latihan motorik halus bagi anak tuna grahita, maka penulis berusaha meneliti masalah ketrampilan kolase sebagai latihan motorik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari yang berguna bagi persiapan anak tuna grahita dalam melemaskan jari–jari tangannya sebagai awal dari menulis permulaan anak tuna grahita ketika memasuki bangku sekolah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:

Apakah ketrampilan kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada jari–jari tangan siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan gerak motorik halus pada jari–jari tangan melalui ketrampilan kolase pada siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.


(20)

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Mendapatkan pengetahuan pengetahuan tentang kolase

b. Mendapatkan ketrampilan dan pengalaman bermakna dalam membuat kolase

2.Bagi guru

a. Meningkatkan pengetahuan atau wawasan baru dalam memperbaiki proses pembelajaran.

b. Mendapatkan kepekaan dalam menemukenali permasalahan pembelajaran dan menentukan tindakan serta memecahkan masalah tersebut.

c. Meningkatkan profesionalitas sebagai guru.


(21)

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita

a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata–rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah–istilah mental retardation, mentally retarded,

mental deficiency, mental defective, dan lain lain. (Sutjihati Sumantri, 1996:83). Kondisi kecerdasan anak tuna grahita yang dibawah rata ditandai oleh kecerdasan intelegensi dan ketidakmampuan dalam interaksi sosial, sukar mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak tuna grahita membutuhkan layanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak tersebut. Pendidikan khusus untuk anak tuna grahita dikenal dengan Sekolah Luar biasa bagian C atau SLB – C.

Perkembangan motorik anak tuna grahita tidak secepat anak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak terbelakang mental atau tuna grahita yang memiliki MA 3 tahun sampai dengan 12 tahun dalam kategori kurang sekali, sedang anak normal pada umur yang sama ada dalam kategori kurang, menurut M. Umardjani dalam ( Sutjihati Sumantri, 1996 : 87 ).

Menurut Kauffman dan Hallahan dalam( Sutjihati1996 : 84) menyebutkan, bahwa “ Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata–rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian prilaku dan terjadi pada masa perkembangan”. Keterbelakangan mental yang hanya sedikit saja tidak termasuk tuna grahita, seseorang dikatakan tuna grahita bukanlah dilihat dari IQnya saja tetapi perlu dilihat sampai sejauh mana anak itu dapat menyesuaikan perilaku / penyesuaian diri pada masa perkembangan maksudnya jika ketunagrahitaan ini terjadi setelah usia dewasa maka ia tidak tergolong tuna grahita ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 84 ).

Sedangkan menurut Muljono Abdurrahman (1994:19),

menyebutkan bahwa Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental retardation), yang arti harfiahnya dari perkataan tuna yang artinya merugi sedangkan grahita artinya pikiran. Tuna grahita ditandai oleh


(22)

commit to user

6

kelemahan dalam berpikir dan bernalar, akibatnya anak memiliki kemampuan dan belajar dan adaptasi sosial berada dibawah rata – rata.

Seorang anak dikatakan menyandang tuna grahita bila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal, kalau dibandingkan dengan anak normal yang sebaya membutuhkan pendidikan khusus, bimbingan khusus, latihan khusus, supaya mentalnya dapat berkembang dan tumbuh sampai optimal, Mumpuniarti ( 2000 : 25 ).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang

dimaksud dengan anak tuna grahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental dibawah normal, mengalami hambatan dan gangguan dalam segala hal seperti keterbatasan motorik, sosial, intelegensi, penguasaan bahasa dan sebagainya sehingga memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita

Klasifikasi anak tunagrahita dapat didinjau dari beberapa sudut pandang.berpijak dari konsep tersebut , ada beberapa klasifikasi anak tunagrahita menurut sudut pandang beberapa ahli antara lain menurut :

Sutjihati Sumantri ( 1996:65 ), mengklasifikasikan anak tuna grahita sebagai berikut

1). Tuna Grahita Ringan

Menurut Binet dalam ( Sutjihati Sumantri 1996 : 86 ) tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil, memiliki IQ antara 68–52, sedangkan menurut Skala Wesleschler ( WISC ) IQ antara 69–55. Perkembangan motorik anak tuna grahita mengalami keterlambatan ,berdasarkan penelitian dalam ( Sutjihati Sumantri : 1996 : 88 ) menyatakan bahwa “ Semakin rendah kamampuan intelek seseorang anak maka akan semakin

rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya”.

2). Tuna Grahita Sedang

Tuna grahita sedang disebut juga imbesil. Memiliki IQ 51 – 36 berdasarkan skala Binet, sedangkan menurut Skala Weischler ( WISCH ) memiliki IQ 54 – 40.Anak ini bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun, dapat mengurus dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.


(23)

commit to user

7

3). Tuna Grahita Berat

Tuna grahita berat atau disebut idiot, dapat dibedakan lagi menjadi kelompok yang berat dan sangat berat. menurut Binet, tuna grahita berat (severe) memiliki IQ antara 32–20 dan menurut WISC, antara 39 – 25. Tuna grahita sangat berat memiliki IQ di bawah 19 menurut Binet dan IQ di bawah 24 menurut WISC. Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat diukur kurang dari tiga tahun. Memerlukan bantuan perawatan secara total dalam berpakaian, mandi, makan, dll. Bahkan memerlukan perlindungan diri sepanjang hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka tuna grahita diklasifikasikan menjadi tuna grahita ringan yang disebut moron atau debil dengan IQ 68 – 52 berdasar skala Binet, tuna grahita berat dengan IQ 51 - 36 dan tuna grahita berat dengan IQ 32 – 20 serta tuna grahita sangat berat dengan IQ di bawah 19 menurut skala Binet.

Klasifikasi tuna grahita menurut Muljono Abdurrahman (1994 : 19), berdasarkan klasifikasinya :

1).Klasifikasi Medis Biologis

Menurut klasifikasi medis, tuna grahita dipandang sebagai akibat dari beberapa penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna. Faktor penyebabnya menurut Grossman Etel ( 1973 ) dalam bukunya Muljono Abdurrahman sebagai berikut :

a) akibat infeksi

b) akibat rudapaksa dan atau sebab fisik

c) akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan gigi ( nutrition ) d) akibat penyakit otak yang nyata ( kondisi post natal )

e) akibat penyakit . pengaruh prenatal yang tidak diketahui, f) akibat kelainan kromosomal,

g) gangguan waktu kehamilan,

h) pengaruh – pengaruh lingkungan, dan i) akibat kondisi lain yang tak tergolongkan.

2). Klasifikasi sosial Psikologis

Klasifikasi sosial psikologis menggunakan dua kriteria yaitu, psikometrik dan perilaku adaptif. Ada empat taraf mental menurut skala intelegensi Weschler, yaitu :

a) retardasi mental ringan ( mild mental retardation ), IQ 55 – 69 b) retadasi mental sedang ( moderate mental retardation ), IQ 40 – 54 c) retardasi mental berat ( severe mental retardation ), IQ 25 – 39, dan d) retardasi mental sangat berat ( profoun mental retardation ), IQ 24 – ke

bawah.

Taraf retardasi berdasarkan perilaku adaptif terdiri dari : (1) ringan

(2) sedang (3) berat (4) sangat berat


(24)

commit to user

8

3). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran

Tabel berikut ini menjelaskan perbedaan esensial untuk keperluan pembelajaran dari tiga taraf tuna grahita.

Etiologi Prevalensi Harapan Sekolah Harapan kedewasaan

Mampu Didik Mampu Latih Mampu Rawat

Terutama kombinasi kondisi genetik dan kemiskinan sosial ekonomi

Suatu variasi yang luas dari

kekurangan atau gangguan neurologik glandular atau metabolic yang dapat menyebabkan retardasi sedang dan berat

Sekitar 10 dari 1000 orang

Akan memiliki kesulitan dalam

program sekolah biasa, memerlukan adaptasi khusus untuk

pendidikan yang sesuai

Melalui latihan dapat melakukan penyesuaian produktif pada

pekerjaan yang tidak memerlukan

ketrampilan taraf tinggi ( un – Skilled or

semisklilled level )

Sekitar 2 – 3 dari 1000 orang Memerlukan adaptasi sebagian besar program pendidikan, terfokus pada ketrampilan memelihara diri sendiri dan ketrampilan sosial Dapat melakukan adaptasi social dan ekonomi di tempat kerja terlindung ( sheltered work shop ) untuk mengerjakan pekerjaan rutin di bawah

pengawasan

Sekitar 1 dari 1000 orang Memerlukan latihan dalam ketrampilan memelihara diri sendiri ( makan berpakaian dan toileting )

Akan selalu memerlukan perawatan (custodial care )

Berdasarkan uraian di atas tuna grahita dapat diklasifikasikan karena medis psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi psikologis yang tidak sempurna, klasifikasi sosial psikologis yang menngunakan kriteria psikometrik dan perilaku adaptif dan klasifikasi untuk keperluan pembelajaran yaitu mampu didik, mampu latih dan mampu rawat.


(25)

commit to user

9

Berdasarkan sudut pandang pendidikan yang dihubungkan dengan subyek penelitian yang dimaksud dengan tuna grahita ringan adalah suatu kondisi seseorang yang mempunyai IQ antara 50 – 70 mengalami lambat perkembangan akademis dan motorik tetapi masih dapat mempelajari kemampuan dasar berupa membaca, berhitung dan menulis sederhana serta membutuhkan penanganan khusus yang sesuai dengan kondisi kebutuhannya. Mereka dapat dilatih dengan tugas – tugas dalam kehidupan sehari – hari dan dapat didriil dalam bidang sosial dan intelektual dalam batas – batas tertentu.

c. Karakteristik Anak Tuna grahita

Jika dibandingkan anak normal pada umumnya penyandang tunagrahita mempunyai ciri yang berbeda –beda,perbedaan yang paling prinsip pada anak tunagrahita dengan anak normal dapat dilihat dari segi intelektual dan sosialnya. Beberapa ahli member batasan karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut: Menurut Sutjihati Sumantri (1996:85), ada beberapa karakteristik anak tuna

grahita sebagai berikut :

1). Keterbatasan intelegensi

Kapasitas anak tuna grahita terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2). Keterbatasan sosial

Anak tuna grahita cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka mudah terpengaruh, cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

3). Keterbatasan fungsi – fungsi mental lainnya

Memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang belum dikenalnya, keterbatasan pnguasaan bahasa, kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara baik dan buruk, membedakan yang benar dan salah.

Berdasarkan uraian di atas karakteristik anak tuna grahita adalah adanya keterbatasan intelegensi yang cenderung terbatas, sosialnya harus selalu dibimbing dan diawasi serta fungsi – fungsi mental lainnya seperti


(26)

commit to user

10

memerlukan waktu untuk mengenal lingkungannya, keterbatasan bahasa dan sulit membedakan antara yang baik dan buruk atau yang benar dan salah.

2. Tinjauan Tentang Motorik Halus a. Pengertian gerak Motorik halus

Motorik halus merupakan bagian dari sensomotorik yaitu golongan dari rangsang sensoris (indra) dengan reaksi yang berupa gerakan–gerakan otot

(motorik) kemampuan sensomotorik terjadi adanya pengendalian kegiatan jasmani melalui syaraf pusat, urat syaraf dan otot–otot yang terkoordinasi, sedangkan motorik halus terfokus pada pengendalian gerakan halus jari–jari tangan dan pergelangan tangan. Berpijak dari konsep tersebut Hurlock Elisabet B(1990:150) menyatakan bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih baik melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam, melempar dan menangkap bola.

Astati (1995:21), yang dimaksud dengan kemampuan motorik halus adalah gerakan yang hanya menggunakan otot–otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot–otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.

Dini P. Daeng Sari (1996:121) menyebutkan bahwa yang disebut motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot–otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.

Kartini Kartono (1988:97) memberikan pengertian motorik halus adalah ketangkasan atau ketrampilan tangan, jari–jari serta pergelangan tangan serta penguasaan terhadap otot–otot dan urat wajah.

Menurut Rusli Lutan (1988:997) kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot kecil seperti jari tangan, lengan , yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan, contohnya seperti menulis dengan tangan.

Menurut Sri Rumini (1987:45), Kemampuan motorik halus adalah kesanggupan untuk menggunakan otot tangan dengan baik terutama jari–jari


(27)

commit to user

11

tangan antara lain dengan menggerakkan pergelangan tangan, menggerakkan jari kaki, menggenggam, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan motorik halus adalah ketangkasan atau penguasaan ketrampilan tangan anak tuna grahita ringan yang dinyatakan dalam bentuk skor tes kemampuan motorik seperti melipat jari. Menggenggam, memegang, menjepit dan menempel pecahan kulit telur pada sebuah gambar melalui ketrampilan kolase.

b. Faktor yang mempengaruhi motorik halus

Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda. Perbedaan – perbedaan itu dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai perkembangan motorik halus diantaranya adalah

Menurut Harlock Elisabet B ( 1990 : 154 ) faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik adalah sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan sehingga anak yang IQ nya tinggi menunjukkan perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan dengan anak normal atau di bawah normal. Adanya dorongan atau rangsangan untuk menggerakkan semua kegiatan tubuhnya akan mempercepat perkembangan motorik anak.

Menurut Rusli Lutan ( 1988 : 322 ) faktor yang mempengaruhi motorik halus adalah :

1. Faktor internal adalah karakteristik yang melekat pada individu seperti tipe tubuh, motivasi atau atribut yang membedakan seseorang dengan orang lain. 2. Faktor eksternal adalah tempat diluar individu yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi penampilan seseorang, misalnya lingkungan pengajaran dan lingkungan sosial budaya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus adalah (1) Faktor internal yaitu kondisi mental lemah dapat menjadi hambatan belajar perkembangan motorik halus, (2) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan sosial negatif yang dapat merugikan anak, sehingga kurang dorongan, rangsangan, kesempatan belajar


(28)

commit to user

12

dan pengajaran yang tidak sesuai dengan kondisi siswa yang terhambat perkembangannya.

3. Tinjauan Tentang Ketrampilan Kolase a. Pengertian Ketrampilan Kolase

Ketrampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam

menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur atau potongan kertas pada bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.

Menurut M Saleh Kasim ( 1981 : 9 ) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan. Gambar yang berbentuk bukanlah gambar jadi yang ditempelkan akan tetapi kulit telur atau bahan lain yang ditempelkan.

Muharam E ( 1993 : 84 ) menyatakan bahwa kolase adalah tehnik melukis dan mempergunakan warna – warna kepingan batu, kaca, marmer, keramik, kayu, yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan warna yang diolesi lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.

Budiono, MA ( 2005 : 15 ) mengartikan kolase sebagai artistit yang dibuat dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar.

Sunaryo A ( 2002 : 8–9 ) menyatakan ketrampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsure rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistic atau makna tertentu.

Susanto M. (2002 : 63), bahwa kata kolase dalam bahasa ingris disebut

“collage“ dalam bahasa Perancis yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu tehnik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat ( minyak ) atau teknik lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas jika dihubungkan dengan penelitian ini maka kolase adalah tehnik menempel kulit telur yang sudah diwarnai dan


(29)

commit to user

13

ditempelkan di atas kertas karton yang sudah diberi gambar, tujuan dari teknik ini adalah untuk melatih ketrampilan motorik halus anak tina grahita supaya bisa menggerakkan jari – jari tangannya dengan benar.

b. Bahan yang digunakan dalam Latihan Ketrampilan Kolase

Bahan yang akan digunakan dalam latihan ketrampilan kolase adalah : 1. Kertas kaku ( manila atau karton )

2. Perekat ( lem )

3. Kulit telur yang akan ditempelkan ( kulit telur ini sebelumnya sudah diberi pewarna dan dijemur agar menjadi keras dan tidak lekas pecah ).

c. Langkah– langkah Latihan Ketrampilan Kolase

Membuat ketrampilan kolase membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan peningkatan dari latihan tersebut.

Langkah – langkah latihan ketrampilan kolase menurut Budiono MA ( 2005 : 16 ) antara lain :

1). Merencanakan gambar yang akan dibuat 2). Menyediakan alat – alat / bahan

3). Menjelaskan dan mengenalkan nama alat – alat yang digunakan untuk ketrampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.

4). Membimbing anak untuk menempelkan pecahan kulit telur pada gambar dengan cara menjimpit kulit telur, memberi perekat dengan lem lalu menempelkannya dengan lem.

5). Menjelaskan posisi untuk menempelkan kulit telur yang benar sesuai dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya, sehingga hasil tempelannya tidak keluar garis.

6). Latihan hendaknya diulang – ulang agar motorik halus anak terlatih karena ketrampilan kolase mencakup gerakan–gerakan kecil seperti menjepit mengelem dan menempel benda yang kecil sehingga

koordinasi jari – jari tangan terlatih.

d. Pelatihan Ketrampilan Kolase Bagi Tuna Grahita Ringan

Pelaksanaan ketrampilan kolase bagi tunagrahita memerlukan perencanaan yang matang, karena tunagrahita mempunyai permasalahan dalam motorik halus.

Pelatihan ketrampilan kolase bagi tuna grahita ringan menurut Muharam E ( 1992 : 101–102 ) antara lain :


(30)

commit to user

14

1). Merencanakan gambar

Mengingat kemampuan motorik halus anak tuna grahita sangat lemah maka kegiatan menggambar dilakukan oleh guru / peneliti. Gambar yang dibentuk dapat berupa gambar bangun datar, binatang atau benda lain yang sederhana. Gambar ini dilukis di atas kertas karton ( kertas tebal ).

2). Menyiapkan alat latihan ketrampilan kolase.

Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain : a) Kertas karton yang sudah digambar

b) Perekat ( lem )

c) Pecahan kulit telur yang sudah diberi pewarna

3). Menjelaskan urutan latihan

Urutan dalam latihan ketrampilan kolase tersebut antara lain : a) Menjimpiot pecahan kulit telur yang telah diberi warna

b) Memberi perekat pada pecahan kulit telur yang telah diberi pewarna c) Menempelkan pecahan kulit telur yang telah diberi pewarna pada

gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti.

4). Melatih ketrampilan kolase

Ketrampilan kolase dengan urutan kerja diatas dilakukan dengan bimbingan peneliti pada saat pelajaran ketrampilan. Kulit telur yang dib\gunakan adalah kulit telur ayam petelur. Kulit telur ini sudah merupakan pecahan atau kepingan yang sudah diberi bermacam – macam warna yang menarik. Dengan demikian diswa akan tertarik melakukan tugasnya, yang sekaligus akan melakukan latihan ketrampilan motorik halus pada jari–jari tangannya dan menghasilkan suatu karya yang menarik bagi anak. Latihan ini dilakukan secara berulang sehingga motorik halus anak akan terlatih dengan baik.

Persyaratan ketrampilan kolase menurut Susanto M. ( 2002 : 65 ), bahwa ketrampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi otot–otot jari tangan secara perlahan–lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak bisa belajar untuk melemaskan jari–jari tangan karena proses menempel benda–benda dalam ukuran kecil.

B. Kerangka Berpikir

Tuna grahita ringan, atau yang sering disebut dengan the educable mentally retarded child, debil, atau moron dengan IQ sekitar 50 / 55 – 70 / 75 , merupakan salah satu jenis anak tuna grahita , Kemampuan motorik halus anak tersebut mengalami gangguan yang memerlukan bimbingan dan latihan khusus.


(31)

commit to user

15

Ketrampilan motorik halus perlu diberikan pada anak tuna grahita, salah satu latihan ketrampilan motorik halus bagi anak tuna grahita adalah dengan ketrampilan kolase. Kolase merupakan salah satu latihan motorik halus dengan menempel sesuatu benda pada sebuah gambar ( dalam hal ini yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan kepingan atau pecahan kulit telur yang sudah diberi warna). Warna – warni dari pecahan kulit telur akan menarik perhatian anak sehingga anak akan senang melakukannya, dengan demikian tanpa disadari anak telah sekaligus melatih ketrampilan motorik halusnya. Latihan ketrampilan kolase memiliki kelebihan diantaranya : a) ketrampilan kolase mudah dan menarik sehingga anak tidak bosan melakukannya b) mengajarkan pada anak untuk dapat memanfaatkan barang – barang bekas disekitarnya menjadi sesuatu barang / karya atau kerajinan yang indah c) bahan dasar yang digunakan mudah didapat d) terjangkau oleh semua lapisan masyarakat karena biaya yang murah e) latihan ketrampilan kolase bisa sekaligus melatih ketrampilan motorik halusnya f) pemberian warna pada kulit telur menjadikan anak berkreasi dan tidak mudah bosan g) dengan menempel anak sekaligus latihan konsentrasinya.

Pengamatan di lapangan menunjukkan anak tuna grahita mengalami kesulitan dalam koordinasi motorik halusnya, sehingga hal ini akan mengganggu atau menghambat perkembangannya terutama pada saat anak belajar menulis. Diperlukan benda nyata untuk membantu melatih motorik halus anak tunagrahita,maka yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah memilih ketrampilan kolase yang menggunakan media gambar yang ditempeli dengan pecahan – pecahan kulit telur yang diberi warna. Ketrampilan semacam ini biasa disebut dengan kolase.

Latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase merupakan salah satu jenis latihan motorik halus dengan cara menyusun bahan – bahan kulit telur yang ditempelkan pada bidang gambar menjadi sebuah kerajinan yang menarik. Adanya gambar dalam latihan menjadikan anak tertarik untuk melakukan latihan motorik halus, anak tidak mudah bosan, asyik dengan kegiatan menempel, dengan demikian otomatis terlatihlah motorik halusnya. Latihan ketrampilan kolase ini mampunyai kelebihan diantaranya : a). ketrampilan model kolase mudah dan


(32)

commit to user

16

menarik perhatian anak dan tidak membosankan b) mengajarkan anak untuk dapat memanfaatkan barang – barang bekas menjadi sebuah karya kerajinan yang menarik c). bahan dasar yang digunakan merupakan bahan bekas atau sisa yang mudah didapat d). terjangkau semua oleh lapisan masyarakat karena biaya yang murah e). latihan kolase memerlukan gerakan tangan maka anak akan terlatih gerakan motorik halusnya f). pemberian warna pada bahan yang digunakan akan menarik perhatian anak untuk berkreasi dan tidak lekas bosan g). dengan menempel dapat meningkatkan konsentrasinya.

Strategi pembelajaran bagi anak tuna grahita memerlukan suatu metode khusus yang menarik, konkrit, mudah dan sederhana.Hal ini bisa dilakukan guru dengan menciptakan suatu situasi yang tidak membosankan anak dengan kondisi belajar sambil bermain yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anak tuna grahita, salah satu srategi yang digunakan untuk melatih ketrampilan motorik halus anak tuna grahita agar mampu menggerakkan jari – jari tangannya adalah dengan memberikan latihan ketrampilan kolase.

Tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada siswa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes yang diukur dengan instrument tes yang sudah ditentukan. Siswa melakukan kegiatan – kegiatan berdasarkan instrument dan peneliti mengamati sambil mencatat hasil yang diperoleh siswa.

Kegiatan yang dilakukan siswa dalam latihan ini dimulai dengan kegiatan pelemasan jari – jari tangannya seperti; memegang, menggenggam, menjimpit, mewarnai, mengelem dan menempel pecahah kulit telur pada bidang gambar yang sudah disediakan sehingga menjadi sebuah gambar yang menarik. Peneliti mencatat, mengambil tindakan dan merefleksi hasil kegiatan yang dilakukan siswa yaitu mengerjakan ketrampilan kolase, dan pada akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang telah dicapai siswa.

Berdasarkan perencanaan, pengamatan, pencatatan, tindakan, refleksi dan kesimpulan yang diambil peneliti, diperoleh hasil bahwa kolase terbukti bisa meningkatkan kemampuan motorik halus siswa kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten.


(33)

commit to user

17

Pembelajaran untuk latihan ketrampilan motorik halus pada siswa tuna grahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan skema yang digambarkan dia atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan yang mengalami hambatan motorik halus terutama pada jari – jari tangannya, jika dilatih dengan ketrampilan kolase menggunakan media gambar yang ditempeli pecahan – pecahan kulit telur yang diberi warna akan mengalami peningkatan.

Kondisi Awal

Gerak motorik halus pada jari – jari tangan siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C

Guru memberikan

ketrampilan kolase Tindakan

Gerak motorik halus pada jari – jari tangan siswa tunagrahita kelas II SLB-C Shanti Yoga Meningkat Kondisi Akhir


(34)

commit to user

18

C. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Ketrampilan kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari tangan anak tuna grahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten.


(35)

commit to user

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Tuna grahita/ SLB–C Shanti Yoga Klaten, khususnya di kelas II C tuna grahita ringan yang merupakan tempat dimana subyek penelitian mengikuti proses belajar mengajar, terletak di jalan Merapi IA Klaten dengan pertimbangan (1) penelitian bisa dilakukan setiap saat atau setiap hari pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, (2) Karena dilakukan pada saat proses belajar mengajar, maka tidak memerlukan waktu khusus sehingga bisa menghemat biaya dan waktu.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2009. Jadwal kegiatan penelitian terlampir.

B. Subyek Penelitian

Pengertian subyek penelitan adalah orang, benda atau hal yang melekat pada variable penelitian dan yang ingin dikaji untuk diteliti oleh peneliti (Suharsimi Arikunto 2006:130), dalam subyek penelitian ini adalah siswa tuna grahita ringan yang mengalami gangguan motorik halus di kelas II SLB C Shanti Yoga yang berjumlah 4 siswa, 2 laki – laki dan 2 perempuan.

Berdasarkan pengertian subyek di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah anak tuna grahita ringan kelas II SDLB yang mengalami gangguan motorik, tidak mengalami ketunaan ganda dan aktif berangkat sekolah.

C. Data Dan Sumber Data

Sumber data adalah benda, hal atau tempat peneliti dapat mengamati, membaca, atau bertanya tentang data ( Suharsimi Arikunto, 1989 : 109 ).

Yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah orang – orang yang ada hubungannya dengan subyek penelitian secara langsung, sehingga diharapkan


(36)

commit to user

20

dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi subyek penelitian Orang

–orang ini disebut informan, adapun arti dari informan menurut ( Lexy Moleong, 1989 : 90 ) adalah orang – orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah : 1. Informan sebagai sumber data utama diantaranya :

a. Guru kelas yang sekaligus bertindak sebagai peneliti

b. Siswa tuna grahita ringan kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten c. Orang tua

2. Informan sebagai data pendukung a. Kepala sekolah

b. Teman – teman subyek penelitian di sekolah c. Teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas dengan pengamatan atau observasi, tes , dokumen dan materi check list yang secara singkat sebagai berikut :

1.Observasi atau Pengamatan a. Pengertian

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera ( Suharsimi Arikunto,1993:12

Menurut Mastur A.W.(1989:35) observasi adalah” Aktivitas yang dilakukan secara sistematis, dan dengan disengaja, dengan menggunakan alat indera (terutama mata)terhadap kejadian-kejadianyang langsung ditangkap pada

waktu kejadian itu terjadi”.

Menurut Sutrisno Hadi (2000:136) “ Observasi dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang

diselidiki”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan evaluasi dengan jalan


(37)

commit to user

21

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai fenomena – fenomena yang teliti.

b. Macam – macam observasi

Observasi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya.

Menurut Winarno Surakhmad (1989:63) macam – macam observasi dibedakan menjadi dua yaitu

“Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala –

gejala subyek yang diselidiki, sedangkan teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap gejala – gejala subyek

yang diselidiki dengan penggunaan sebuah alat”.

Menurut Sutrisno Hadi (2000:138) macam – macam observasi antara lain : (1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut

ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti. (2) Observasi non partisipan, yaitu observasi yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti.

Menurut pendapat di atas dapat disimpukan bahwa jmacam – macam observasi adalah sebagai berikut:

(1) Observasi partisipan (2) Observasi non partisipan

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dimana peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh subyek penelitian. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh data atau informasi yang lengkap, mendalam dan terinci. Untuk itu agar penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti lebih dulu menentukan dan mengetahui dan menentukan apa – apa yang harus diobservasi dan jenis fenomena apa yang perlu dicatat, sehingga apa yang diamati oleh peneliti hanya terfokus pada tujuan penelitian dan tidak meluas.

Adapun data yang ingin diperoleh dari observasi ini adalah Pelaksanaan / pembelajaran guru dalam melatih ketrampilan motorik halus

Pelaksanaan penilaian pengamatan menggunakan skor sebagai berikut:

Skor 1: belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria Skor 2: dapat, dengan bantuan tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria


(38)

commit to user

22

Skor 4: dapat, dengan bantuan hasilnya sesuai kriteria Skor 5: dapat, tanpa batuan hasinya sesuai criteria

Keterangan Kriteria Skor Penilaian :

Skor 41 – 50 ( Baik Sekali / BS ) Skor 31 – 40 ( Baik / B )

Skor 21 – 30 ( Cukup / C ) Skor 11 – 20 ( Kurang )

Skor 1 – 10 ( Kurang Sekali / KS )

2. Tes

1.Tes

a. Pengertian

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berbentuk tes. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil peningkatan yang diperoleh dalam pemberian tindakan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129) “tes adalah suatu cara yang

digunakan untuk mengukurkemampuan siswa, salah satunya adalah tes tertulis, dalam hal ini tes yang digunakan adalah untuk mengetahui kemampuan awal motorik halus anak. Sedangkan menurut Anas Sudijono

(2005:66) “ Tes adalah Alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

pengukuran dan penilaian”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka pengukuran atau penilaian yang didalamnya terdapat sejumlah pertanyaan / latihan diberikan kepada testee untuk mengetahui atau mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok dengan cara yang sudah ditentukan.

Tes dapat digolongkan berdasarkan sudut pandang tertentu.

Menurut Anas Sudijono (2005:73-74), bahwa penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap adalah sebagai berikut:

1) Tes intelegensi yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.


(39)

commit to user

23

2) Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.

3) Tes sikap yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun obyek – obyek tertentu.

4) Tes kepribadian yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap cirri – cirri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,hobi atau kesenangan dan lain – lain.

5) Tes hasil belajar yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

Menurut Anas Sudijono (2005:74),Bahwa penggolongan tes dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes adalah sebagai berikut :

1).Tes individual yaitu tes dimana tester berhadapan dengan satu orang teste saja.

2) Tes kelompok yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang teste.

Menurut Anas Sudijono (2005:75), bahwa penggolongan tes dilihat dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara member jawaban adalah sebagai berikut:

1) Tes tertulis yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir – butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan teste memberikan jawabannya juga secara tertulis.

2) Tes lisan yaitu tes yang dipergunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat ketrampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai teste setelah melaksanakan tugas tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas makadapat disimpulkan bahwa tes untuk mengukur kemampuan teste ada tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.

Peneliti menggunakan tes performance atau tes perbuatan tujuannya untuk mengetahui kemampuan motorik halus subyek dengan kegiatan ketrampilan kolase.Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampuan siswa dalam menggunakan jari – jari tangannya dalam melakukan latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase. Tes dilaksanakan sebelum dan sesudah tindakan . Pelaksanaan tes dilakukan pada saat penelitian dilaksanakan


(40)

commit to user

24

dalam pembelajaran yang dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

Adapun cara mengetesnya adalah anak disuruh melakukan kegiatan latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase sedangkan langkahnya sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dalam instrumen tes.

Instrumen tes yang digunakan peneliti adalah instrumen yang berbentuk lembar tes untuk mengungkap kemampuan motorik halus dengan menggunakan jari – jari tangan siswa pada saat pembelajaran

Instrumen Penilaian

No Variabel Aspek Indikator Skor

1 2 3 4 5

1 Motorik halus

Melipat jari

Menggenggam

Memegang dan menempel

1. Siswa dapat melipat jari tangan satu persatu

2. Siswa dapat menyentuh ujung ibujari ke ujung telunjuk 3. Siswa dapat menyentah ujung

ibujari ke ujung jari tengah 4. Siswa dapat menyentuh ujung

ibujari ke ujung jari manis 5. Siswa dapat menyentuh ujung

ibujari ke ujung kelingking 6. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari

tangan hingga ujungnya menyentuh pangkal jari 7. Siswa dapat menggenggam jari –

jari tangan

8. Siswa dapat membuka satu persatu jari tangan yang sedang

menggenggam

9. Siswa dapat memegang pecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari

10. Siswa dapat memegang pecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari dan jari tengah lalu menempelkannya.


(41)

commit to user

25

3. Dokumen

Dokumen diperlukan untuk mendukung dan melengkapi data dalam mengadakan suatu penelitian supaya informasi yang diperlukan lebih mendekati kebenaran.

Pegertian dokumenter menurut Hadari Nawawi (1985:52) adalah “ Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Terutama berupa arsip – arsip dan termasuk juga buku – buku tentang pendapat, teori, dalil / hukum – hukum dan lain –lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”.

Menurut Guba dan Lincoln ( Lexy Moleong, 1998 : 161 – 163 ), dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film yang dapat berupa dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Dokumen pribadi yaitu karangan atau catatan seorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Sedangkan dokumen resmi yaitu dokumen yang beri bahan – bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dokumen adalah cara pengumpulan data peninggalan pribadi maupun resmi secara tertulis melalui arsip – arsip , dalil, hokum dan lain – lain yang berhubungan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini data dokumentasi digunakan untuk memperoleh data subyek yang telah tercatat sebelumnya.

Adapun data atau dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: identitas anak , kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, dan instrument tes.

Hasil dari karya siswa dalam latihan / tes, dalam hal ini diukur dengan tes ketrampilan kolase, catatan tentang kemampuan awal yang diambil dari hasil observasi tentang motorik halus dengan menggunakan instrument pengamatan.

E. Validitas Data

Keberhasilan suatu pengukuran ditunjang dengan adanya alat ukur yang sesuai. Kevalidan dapat diperoleh dari alat ukur jika alat ukur tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto ( 2006 : 168 ) menyebutkan bahwa


(42)

commit to user

26

“ sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur “.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan validitas isi yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di sekolah yaitu KTSP yang sesuai dengan karakteristik anak.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengolah data serta menganalisa data yang telah terkumpul untuk membuktikan hipotesa yang diajukan.

Menurut Patton ( 1980 ) yang dikutip oleh Moleong ( 1998 : 103 ) , teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan data.

Teknis analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengolah data yang telah terkumpul untuk membuktikan hipotesa yang diajukan. Teknik analisa data yang penulis gunakan adalah analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan perolehan hasil peningkatan sebelum dan sesudah tindakan,

G. Indikator Kinerja

Indikator yang dijadikan tolok ukur dalam penelitian ini antara lain adalah: Apabila siswa mempunyai kemampuan motorik halus dengan kategori cukup, dengan cara melakukan kegiatan ketrampilan kolase.

H. Prosedur Penelitian / Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat dan disusun dalam beberapa siklus yaitu :

Siklus I Perencanaan 1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana

pendukung yang diperlukan di kelas seperti berbagai jenis media pembelajaran dan berbagai peralatan yang diperlukan.


(43)

commit to user

27

2. Menyiapkan contoh atau suruhan melakukan tindakan secara jelas 3. Mempersiapkan cara – cara melakukan

observasi terhadap hasil yang dicapai dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan 4. Menyusun scenario mengenai segala hal

yang yang akan dilakukan oleh guru.

Tindakan 1. Kegiatan Awal a. Berdoa b. Absebsi

c. Apersepsi tentang latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase

2. Kegiatan Inti

a. Guru melatih siswa untuk melipat jari dengan tangan satu dimulai dengan ibujari ke ujung telunjuk

b. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung jari tengah

c. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung jari manis

d. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung kelingking

e. Siswa menekuk 3 ruas jari tangan hingga ujungnya menyentuh pangkal jari

f. Siswa menggenggam jari – jari tangan g. Siswa membuka satu persatu jari tangan

yang sedang menggenggam

h. Siswa menggenggampecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari dan telunjuk lalu menempelkannya

i. Siswa dapat memegang pecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari dan jari tengah lalu menempelkannya.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru mencatat hasil pengamatan kegiatan latihan motorik halus yang dilakukan siswa

b. Guru menilai hasil latihan siswa c. Siswa merapikan alat dan bahan d. Guru dan siswa mengakhiri kegiatan


(44)

commit to user

28

Pengamatan 1. Guru mengamati pelaksanaan tindakan dalam malakukan latihan motorik halus sesuai dengan indikator kinerja dan penilaian atau skor yang telah ditentukan dalam pedoman penilaian

2. Mengambil langkah dan menentukan keberhasilan dan penentuan pencapaian tujuan tindakan

3. Mengevaluasi bukti – bukti dari

peningkatan kemampuan motorik halus yang dilakukan siswa

4. Menilai hasil dari latihan motorik halus yang berupa karya kerajinan kolase.

Refleksi 1. Menganalisis data yang sudah diperoleh dari 2. kegiatan siswa

3. mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang dilakukan pada siklus sebelumnya.

4. Tindakan dikatan berhasil apabila materi yang diberikan berhasil memperoleh skor atau nilai sebanyak 60%

5. Jika belum berhasil tindakan diulang dengansiklus II dan seterusnya

Siklus II Perencanaan 1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana

pendukung yang diperlukan di kelas seperti berbagai jenis media pembelajaran dan berbagai peralatan yang diperlukan 2. Menyiapkan contoh atau suruhan

melakukan tindakan secara jelas 3. Mempersiapkan cara – cara melakukan

observasi terhadap hasil yang dicapai dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan 4. Menyusun scenario mengenai segala hal

yang yang akan dilakukan oleh

Tindakan 1. Kegiatan Awal a. Berdoa b. Absebsi

c. Apersepsi tentang latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase


(45)

commit to user

29

2. Kegiatan Inti

a. Guru melatih siswa untuk melipat jari dengan tangan satu dimulai dengan ibujari ke ujung telunjuk

b. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung jari tengah

c. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung jari manis

d. Siswa menyentuh ujung ibujari ke ujung kelingking

e. Siswa menekuk 3 ruas jari tangan hingga ujungnya menyentuh pangkal jari

f. Siswa menggenggam jari – jari tangan g. Siswa membuka satu persatu jari tangan

yang sedang menggenggam

h. Siswa menggenggampecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari dan telunjuk lalu menempelkannya

i. Siswa dapat memegang pecahan kulit telur yang kecil dengan ibujari dan jari tengah lalu menempelkannya.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru mencatat hasil pengamatan kegiatan latihan motorik halus yang dilakukan siswa pada siklus I b. Guru menilai hasil latihan siswa c. Siswa merapikan alat dan bahan d. Guru dan siswa berdoa.

Pengamatan 1. Guru mengamati pelaksanaan tindakan dalam malakukan latihan motorik halus sesuai dengan indikator kinerja dan penilaian atau skor yang telah ditentukan dalam pedoman penilaian

2. Mengambil langkah dan menentukan keberhasilan dan penentuan pencapaian tujuan tindakan

3. Mengevaluasi bukti – bukti dari

peningkatan kemampuan motorik halus yang dilakukan siswa

4. Menilai hasil dari latihan motorik halus yang berupa karya kerajinan kolase.


(46)

commit to user

30

Refleksi 1. Menganalisis data yang sudah diperoleh dari kegiatan siswa pada siklus II

2. Mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang dilakukan pada siklus sebelumnya.

3. Tindakan dikatan berhasil apabila materi yang diberikan berhasil memperoleh skor atau nilai sebanyak 60%

4. Jika belum berhasil tindakan diulang dengan siklus II dan seterusnya

Pembuatan Laporan tindakan

Laporan dibuat setelah penelitian dianggap berhasil sesuai dengan rencana dan indikator penelitian serta kriteria keberhasilan

Tabel tersebut diatas bila digambarkan dengan visualisasi bagan penelitian yang disusun oleh Suharsimi Arikunto ( 2007:16) adalah sebagai berikut :

Refleksi

Refleksi

Perencanaan ni

SIKLUS I

Pengamatan

perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan


(47)

commit to user

31

Keterangan gambar :

1. Menyusun rancangan tindakan ( planning ) 2. Pelaksanaan tindakan ( acting )

3. Pengamatan ( observing ) 4. Refleksi ( reflecting )

Setiap siklus terdiri dari penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, yang diiringi observasi, refleksi . Berdasarkan reflesi siklus I maka diidentifikasi kembali kemudian rencana tindakan dilakukan pada siklus II. Setelah tersusun dilaksanakan siklus II disertai observasi dan refleksi yang kemudian diperoleh hasil peningkatan dari latihan motorik halus siswa tuna grahita dalam menggunakan jari – jari tangannya melalui ketrampilan kolase.


(48)

commit to user

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas II SLB C Shanti Yoga yang beralamat di Jalan Merapi I A Klaten. Di kelas ini siswanya berjumlah 4 orang anak yang terdiri dari dua orang laki – laki dan dua orang perempuan. SLB C Shanti Yoga berada di bawah naungan yayasan Shanti Yoga yang mendidik anak – anak dengan keterbelakangan mental atau tunagrahita, jenjang pendidikan dikelompokkan menjadi dua yaitu tuna grahita sedang dan tuna grahita ringan yang dibagi dalam jenjang pendidikan dimulai dari kelas persiapan ( TKLB ), kelas tingkat dasar ( SDLB ), kelas tingkat lanjutan ( SMPLB ) , kelas SMALB dan kelas Latihan Bina Ketrampilan ( LBK ). Diasuh oleh 25 orang guru PNS dan 2 orang guru tenaga honorer serta 2 0rang tenaga terapi dan 1 orang penjaga sekolah.

Kelas II sebagai tempat subyek penelitian terdapat 4 orang siswa yang mengalami keterbelakangan mental, dalam kesehariannya memerlukan bimbingan dalam aktivitasnya terutama pemanfaatan jari – jari tangannya, peneliti memberikan latihan motorik halus dengan cara kegiatan melipat jari, menggenggam, memegang dan menempel yang dilakukan dengan ketrampilan kolase. Latihan tersebut dilakukan dengan maksud meningkatkan gerak motorik halus subyek yang akan bermanfaat untuk kegiatan atau aktivitas sehari – harinya.

Ketrampilan kolase mempunyai keuntungan – keuntungan antara lain, meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih koordinasi antara mata dan tangan, melatih konsentrasi dan kesabaran siswa, disamping itu ketrampilan kolase adalah kegiatan yang menyenangkan bagi siswa selain bisa meningkatkan kemampuan motorik halus siswa juga memperoleh hasil karya yang menarik. Kolase juga bisa memanfaatkan barang yang tidak terpakai ( kulit telur) menjadi suatu karya kerajinan yang menarik


(49)

commit to user

33

Kelemahan dalam latihan motorik halus dengan ketrampilan kolase bersifat teknis antara lain siswa tidak bisa memotong – motong pecahan kulit telur sama besar, dalam member warna terkadang siswa melakukan semaunya sehingga hasilnya kurang memuaskan, siswa tidak konsentrasi sehingga bosan mengerjakan tugas ketrampilan kolase.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diatasi dengan menerapkan strategi pembelajaran yang menarik bagi siswa, memberikan hadiah bila siswa menyelesaikan kegiatannya dan memajang hasil karya kolase di kelasnya sehingga siswa termotivasi untuk melakukan latihan motorik halus dengan kolase.

Latihan motorik halus yang dimulai dengan latihan menggenggam, memegang, menjimpit, mengelem dan menempel benda ( kulit telur) pada bidang gambar menjadi sebuah karya kerajinan kolase yang menarik terbukti meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari – jari tangan siswa kelas III SLB – C Shanti Yoga Klaten.

Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan motorik halus subyek dilakukan pre tes, yang akan diketahui kondisi awal kemampuan motorik halus subyek. Tes kemampuan awal motorik halus anak diambil berdasarkan instrument tes yang disediakan. Instrumen tes disusun berdasarkan tingkat kemampuan anak dalam melakukan kegiatan yang telah ditentuka


(50)

commit to user

34

Berikut ditampilkan tabel kemampuan awal subyek yang didapat dari hasil kondisi awal.

Tabel 2.a. Skor Kondisi Awal Kemampuan Motorik Halus

No

Nama Siswa

Indikator Jml

skor

Klasifi kasi pening katan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 ENW DIY DP SY 5 5 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 2 3 2 1 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 1 1 35 30 20 25 BS C K KS

Jumlah 17 13 12 12 11 8 13 10 8 6 110

Rata-rata 4,25 3,25 3,0 3,0 2,75 2,0 3,25 2,5 2,0 1,5 27,5

Keterangan :

Tabel di atas adalah perolehan nilai yang dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan, instrumen pengukuran penilaiannya diambil dari indikator kinerja / indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

Dari hasil kondisi awal ada satu siswa yang nilainya termasuk dalam klasifikasi motorik halusnya kurang sekali dengan skor 25 SY , satu siswa yang masuk dalam klasifikasi motorik halus cukup dengan nilai 6 yaitu DIY dan nilai satu siswa dengan klasifikasi motorik halus baik dengan nilai 7 yaitu ENW untuk itu peneliti mengambil langkah untuk memberikan tindakan supaya siswa yang kurang dalam latihan motorik halus bisa meningkatkan motorik halusnya dengan memberikan kegiatan latihan menempel, menggenggam dan mengelem yang berupa latihan ketrampilan kolase.

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui kegiatan dalam tindakan siklus I dengan maksud untuk mengetahui peningkatan motorik halus siswa dengan pemanfaatan jari – jari tangannya.


(51)

commit to user

35

Tabel 2.b Rekapitulasi Kemampuan Motorik Halus Siswa pada Kondisi Awal atau Sebelum Tindakan

Klasifikasi Peningkatan

Interval Skor Banyaknya Siswa

Prosentase

Baik Sekali (BS) Baik (B)

Cukup (C) Kurang (K)

Kurang Sekali (KS)

41 -50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 1 - 10

-

1 1 1 1

- 25% 25% 25% 25%

Jumlah 4 100%

Tabel di atas menggambarkan perolehan nilai berdasarkan klasifikasisi dan prosentase dari perolehan nilai secara klasikal dengan interval nilai yang telah ditentukan. Terdapat 25% dari jumlah siswa yang termasuk dalam klasifikasi motorik halus baik, 25% siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup dan 25% siswa dengan klasifikasi motorik halus yang kurang. Serta 25% siswa dengan klasifikasi kurang sekali dalam latihan motorik halus.

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Untuk meningkatkan gerak motorik halus siswa kelas II yang digunakan oleh peneliti pada siklus I ini dilaksanakan dengan menggunakan materi pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan ( SBK ), media yang digunakan adalah kertas, lem , pewarna dan kulit telor, menggunakan metode demonstrasi serta bentuk tagihan atau tesnya adalah tes perbuatan ( performance ) dengan cara pengamatan kegiatan siswa menggunakan instrument tes dengan skor nilai, prosentase perolehan dan klasifikasi peningkatan gerak motorik halus yang diukur berdasarkan perolehan skor dari instrument tersebut.

Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Juli 2009, walaupun masih dalam suasana tahun pelajaran baru pada prinsipnya penelitian ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar atau proses penelitian, karena


(52)

commit to user

36

penelitian ini bersifat meneruskan penelitian yang telah dilakukan pada tahun pelajaran yang lalu sehingga penelitian langsung dilaksanakan karena subyek dan masalah penelitian tidak berubah.

Strategi pembelajaran yang dilakukan dalam siklus I dengan strategi terkendali, dalam arti pada kegiatan pembelajaran atau latihan gerak motorik halus yang dilakukan peneliti mendominasi kegiatan dari mulai merancang pembelajaran, metode sampai dengan kegiatan yang harus dilaksanakan siswa, peneliti masih sering mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan menggenggam, mengelem dan menempel dalam bentuk ketrampilan kolase dengan maksud siswa tertarik melakukannya dan tidak keluar masuk kelas semaunya.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I meliputi perencanaan , pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Berikut ini masing – masing kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I :

a). Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti pada perencanaan tindakan ini adalah : 1). Memilih dan menentukan materi pelajaran , dalam hal ini latihan motorik halus dikaitkan dengan pelajaran Seni budaya dan ketrampilan 2). Menentukan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ). 3). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), yang disusun dengan waktu 2 X 30 menit dan dilaksanakan dalam 1 X tatap muka. 4). Menyiapkan media pembelajaran berupa manik – manik dan benang. 5). Menyiapkan contoh karya kerajinan kolase.

6). Menyusun evaluasi yang berupa :

a). Lembar kegiatan pengamatan kegiatan menempel dalam bentuk ketrampilan kolase.

b). Lembar perolehan nilai dan prosentase gerak motorik halus siswa berdasarkan skor yang telah ditentukan


(1)

commit to user 48

dan siklus II diperoleh hasil peningkatan yang nyata, sehingga peneliti tidak lagi meneruskan tindakan dan menganggap penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil.

B. Hasil Penelitian

Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil kegiatan siswa dalam latihan gerak motorik halus melalui jari – jari tangannya dan menganalisa hasil kegiatan serta merefleksikannya maka diperoleh hasil perbandingan perolehan skor dalam kegiatan tersebut yang dilakukan secara bertahap yaitu pra siklus, dan saat dilaksanakan tindakan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II maka diperoleh hasil pengamatan dan penilaian yang hasilnya meningkat.

Dibawah ini disajikan data hasil peningkatan skor pada latihan gerak motorik halus siklus I dan siklus II secara klasikal maupun secara individual dengan tabel 7 yaitu tabel prosentase peningkatan skor gerak motorik halus siklus I dan siklus II dan tabel 7 rata - rata peningkatan skor gerak motorik halus pra siklus, siklus I dan siklus II (rekapitulasi perolehan peningkatan skor secara komulatif )

Tabel 8. Rekapitulasi Skor Rata-rata Peningkatan Motorik Halus dengan Ketrampilan Kolase

No Nama Siswa Kondisi Awal

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

1 2 3 4

ENW DIY DP SY

35 30 20 25

40 35 25 30

49 46 45 40

Jumlah 110 130 180


(2)

commit to user 49

Berdasarkan peningkatan nilai rata - rata secara komulatif pada penelitian ini yang digambarkan pada tabel di atas, maka dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:

0 10 20 30 40 50

Skor Rata-rata Per Siklus

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Grafik 1. Skor Rata-rata Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Per Siklus

Secara keseluruhan atau komulatif peningkatan konsentrasi berdasarkan skor nilainya dapat digambarkan dengan tabel rekapitulasi sebagai berikut.

Tabel 9. Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Kemampuan Motorik Halus

Rata-rata Kelas Pra Siklus/

Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

Skor 110 130 180

Rata rata Skor 27.5 % 32.5 % 45 %

Peningkatan Klasikal per Siklus

18.1% 38.5 %

Peningkatan Klasikal Komulatif


(3)

commit to user 50

Tabel rekapitulasi tersebut jika digambarkan dengan grafik maka akan terlihat sebagai berikut:

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Prosentase Klasikal

Pra Siklus-Siklus I Siklus I-Siklus II

Komulatif

Grafik 2. Prosentase Peningkatan Motorik Halus Secara Klasikal

Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II, peneliti merefleksi tindakan dengan mengambil kesimpulan sementara sebelum penelitian berakhir sebagai berikut :

Perolehan pra siklus atau kondisi awal sebelum tindakan skor 110 dengan rata – rata skor adalah 27.5% meningkat di siklus I sebesar skor rata – rata 32.5% yang berarti ada peningkatan skor rata – rata sebesar 5% , dari siklus I perolehan skor 130 dengan rata – rata skor 32.5% pada siklus II yang berarti ada peningkatan rata – rata skor sebesar 2.5% , dan peningkatan secara komulatif dari pra siklus ke siklus II menjadi skor 180 dengan rata – rata skor 45% dengan peningkatan sebesar 12.5%. Dengan demikian ada peningkatan klasikal per siklus dari pra siklus ke siklus I sebesar 18.1% dan siklus I ke siklus II sebesar 38.5%. Sedangkan peningkatan secara komulatif dari pra siklus ke siklus II meningkat sebesar 63.6%.

Berdasarkan deskripsi perolehan hasil nilai secara komulatif, maka peneliti merasa bahwa penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah terjadi peningkatan skor secara individu maupun secara komulatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa latihan motorik halus dengan ketrampilankolase terbukti dapat meningkatkan motorik halus siswa melalui ketrampilan kolase.


(4)

commit to user 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II maka diperoleh jawaban dari apa yang menjadi masalah dalam penelitaian ini. Sebagaimana diketahui masalah anak tuna grahita salah satunya adalah motorik halusnya yang kurang optimal. Untuk membantu meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari tangan siswa dilakukan dengan ketrampilan kolase yang menekankan pada kegiatan menggenggam tangan, menjimpit, mewarnai, memotong – motong kulit telur mengelem dan menempel.

Kebaikan atau manfaat yang bisa diambil setelah melakukan tindakan penelitian melatih anak untuk meningkatkan motorik gerak motorik halus pada jari – jari anak tunagrahita kelas II SLB –C Shanti Yoga ini antara lain;kolase mudah dilaksanakan dan tidak membosankan, mengajarkan siswa untuk memanfaatkan barang bekas yang ada disekitarnya menjadi karya kerajinan yang menarik, bahan yang diperlukan mudah didapat, pemberian warna pada kolase menarik perhatian siswa, dengan menempel siswa akan meningkatkan konsentrasinya.

Kesulitan yang dialami peneliti dalam melaksanakan tindakan ini antara lain; tidak semua siswa bisa melaksanakan kegiatan latihannya, tidak semua siswa bisa memotong kulit telur dengan sama besar, tidak semua siswa bisa mengelem dengan benar dan terkadang siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan tugasnya sehingga hasil pekerjaannya diselesaikan dalam waktu yang relatif lama.

Untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam penelitian ini, diambil tindakan atau cara yang lebih menarik salah satu caranya adalah dengan memberikan gambar yang menarik, warna yang disukai siswa,memberikan hadiah kecil pada saat siswa berhasil melakukan pekerjaannya atau menyelesaikan karyanya dan membuat anak bisa berkonsentrasi dengan memberikan tempat duduk masing – masing satu siswa satu bangku dan satu meja terpisah dengan temannya sehingga tidak siswa tidak terus mengawasi pekerjaan kawannya serta memajang hasil karya kerajinan kolase siswa di dinding kelas.


(5)

commit to user 52

Secara teknis, penelitian diadakan dengan tahapan – tahapan per siklus. Pada siklus satu peneliti menerapkan pembelajaran dengan strategi terkendali dimana guru masih mendominasi kegiatan latihan dan campur tangan dalam kegiatan serta menyelesaikan kegiatan siswa jika siswa tidak menyelesaikannya. Strategi tersebut tidak sepenuhnya berhasil memotivasi siswa dalam latihan kolae, masih ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya sendiri dan masih keluar masuk kelas semaunya karena menganggap pekerjaannya ada yang membantu. Peneliti menganggap strategi ini tidak efektif walaupun ada peningkatan dalam perolehan nilai maupun skornya. Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan tindakan dengan mengadakan latihan kolase dengan membuat gambar yang menarik, warna yang menarik dan memberikan hadiah jika siswa berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik pada siklus II.

Setelah menganalisa data yang diperoleh dalam kegiatan latihan dan merefleksikannya maka peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II dengan mencari sumber masalah dan mencari pemecahan serta solusi untuk menangani masalah tersebut.

Pada siklus II ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran secara demokratis yang membebaskan siswa untuk melakukan kegiatannya dengan memilih tempat duduk yang disenangi dalam kelas tersebut dan memotivasi, membuat gambar yang menarik, memilih warna yang menarik dan member hadiah agar siswa mau melakukan kegiatan latihan motorik halus dan menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa bantuan guru atau peneliti. Kegiatan pada siklus II ternyata membawa hasil, siswa telah melaksanakan kegiatan latihannya sendiri tanpa bantuan guru dan latihannya berhasil diselesaikan dengan baik. Ini berarti ada motivasi siswa dalam pembelajaran yang menjadikan siswa bisa melakukan latihannya dan memperoleh skor yang meningkat dibanding kegiatan sebelumnya.

Secara keseluruhan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang dilaksanakan sebelum tindakan, siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan perbandingan perolehannya maka penelitian telah berhasil meningkatkan gerak motorik halus melalui jari – jari tangan yang dilakukan dengan ketrampilan kolase pada siswa kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten.


(6)

commit to user 53 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas II SLB – C Shanti yoga yang mengalami kesulitan dalam gerak motorik halus , terutama pada jari – jari tangannya, dapat diambil kesimpulan bahwa kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari tangan siswa tunagrahita ringan kelas II SLB – C Shanti Yoga Klaten tahun Pelajaran 2008 / 2009.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yaitu “Ketrampilan kolase dapat meningkatkan gerak motorik halus pada jari – jari tangan anak tunagrahita ringan kelas II SLB –C Shanti Yoga Klaten” terbukti kebenarannya.

B. Saran

Bagi guru yang mengajar siswa tunagrahita ringan tingkat dasar, ketrampilan kolase dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran untuk melatih dan meningkatkan gerak motorik halus pada jari- jari tangan anak tunagrahita ringan.

Agar siswa memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan kolase, guru dapat memotivasi, memberi penguatan dan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. Siswa kelas II SLB - C yang telah melakukan latihan gerak motorik halus pada jari – jari tangannya supaya lebih mengoptimalkan latihannya dengan cara lebih memperbanyak latihan secara rutin dan siswa tunagrahita ringan yang belum melakukan latihan kolase sebagai cara untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus bisa melakukan latihan kolase.

Bagi kepala sekolah mendukung kegiatan peningkatan motorik halus siswa tunagrahita dengan memberikan fasilitas penunjang berupa sarana dan prasarana yang diperlukan.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BIDANG STUDI MATEMATIKA DENGAN MEDIA BENDA NYATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN

0 4 61

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FOTO TOKOH PAHLAWAN PADA SISWA KELAS V SLB – C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 3 54

BIMBINGAN INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PERKALIAN BAGI SISWA TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SLB C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 6 107

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS D1 SLB C YPAALB PRAMBANAN KLATEN TH. 2008 2009

0 4 53

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS III SLB C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 7 18

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN ALAT PERAGA GAMBAR DAN KARTU HURUF BAGI SISWA KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN 2008 2009

0 3 105

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB NEGERI SURAKARTA 2008 2009

0 10 55

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS III SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

5 35 71

PENINGKATAN MOTORIK HALUS MELALUI PEMBELAJARAN KETRAMPILAN MENYULAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI LBK SLB – C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

1 9 45

PENINGKATAN GERAK MOTORIK HALUS JARI-JARI TANGAN BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI KETERAMPILAN KOLASE DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 3 232