masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965
bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota
kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang- cabang universitas.
7. KESENIAN Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat
berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :
1 Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong. 2 Seni suara dan musik :
a. Degung semacam orkestra : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
b. Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali.
3 Wayang golek. 4 Senjata tradisional yaitu kujang.
C. Bahasa Sunda 1. Variasi dalam bahasa Sunda
Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah
Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di sebagian besar provinsi Jawa Barat kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana
penutur bahasa ini semakin berkurang, melebar hingga batas Kali Pemali
Cipamali di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap Jawa Tengah, dan di kawasan selatan provinsi Banten.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-
Sumbawa.
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di
perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak
masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek Sunda-Bogor, dialek Sunda-Priangan, dialek Sunda-Jawa, dan beberapa
dialek lainnya yang telah bercampur baur dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram
Islam, bahasa Sunda – terutama dialek Sunda Priangan – mengenal beberapa tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa lomalancaran, hingga
bahasa kasar. Namun di wilayah-wilayah pedesaan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma tetap dominan.
Dialek basa wewengkon bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda- Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa.
Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek- dialek ini adalah Dialek Barat, Dialek Utara, Dialek Selatan, Dialek Tengah Timur,
Dialek Timur Laut, Dialek Tenggara.
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu
dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar
Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek
Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu prasasti maupun lembaran daun kering
lontar. Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya
literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian
linguistik varian bahasa ini. 2. Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di
bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan
nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama
Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang “disundakan”, sebab pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai
“Clacap”.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah,
berdasarkan nama “Dieng” yang dianggap sebagai nama Sunda asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna. Seiring mobilisasi warga
suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah
baru tersebut.
3. Fonologi Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima
suara vokal murni a, é, i, o, u, dua vokal netral, e pepet dan eu ɤ, dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng,
ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f - p, v - p, sy - s, sh - s, z - j, and kh - h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. Silahkan isi sesuai keinginan
Vokal Depan
Madya Belakang
Tertutup iː
uː Tengah
e ə
o Hampir Terbuka
ɛ ɤ
ɔ Terbuka
a Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.
Bibir Gigi
Langit2 keras
Langit2 lunak
Celah suara
Sengau m
n ɲ
ŋ Letap
p b t d
c ɟ k g
ʔ Desis
s h
GetarSisi l r
Hampiran w
j 4. Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten
Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll. memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari
dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda
tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki
tingkatan Priangan, Bahasa Sunda Banten Rangkasbitung, Pandeglang digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa
Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten Lebak,
Pandeglang. Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Ketika sedang berpendapat: Sunda Banten Rangkasbitung: “Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma
nu kedul”
Sunda Priangan: “Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh” Bahasa Indonesia: “Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas”
Ketika mengajak kerabat untuk makan misalkan nama kerabat adalah Eka : Sunda Banten Rangkasbitung: “Teh Eka, maneh arek hakan teu?”
Sunda Priangan: “Teh Eka, badé tuang heula?” Bahasa Indonesia: “Kak Eka, mau makan tidak?”
Ketika sedang berbelanja: Sunda Banten Rangkasbitung: “Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang?
Tong mahal jasa.”
Sunda Priangan: “Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya”
Bahasa Indonesia: “Kalau ini harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan.”
Ketika sedang menunjuk:
Sunda Banten Rangkasbitung: “Eta diditu maranehna orok aing” Sunda Priangan: ” Eta palih ditu réréncangan abdi. “
Bahasa Indonesia: “Mereka semua di sana adalah teman saya” Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa,
hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa
Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini,
contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan Pandeglang, Lebak. Sementara masyarakat tradisional pengguna
dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran multi-bilingual antara bahasa Sunda dan Jawa.
D. Kesenian Sunda Kesenian mengacu pada nilai keindahan estetika yang berasal dari ekspresi