± 69.6a 94.3 ± 27.0a ± 14.9a 85.3 ± 8.6a

25 Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG yang diperoleh dari stasiun klimatologi Dramaga, temperatur rata-rata di daerah Kecamatan Sukaraja Kaum dan Kecamatan Bogor Utara pada bulan Maret, April, dan Mei 2012 berturut-turut yaitu 27.2 C, 25.9 C dan 26 C. Curah hujan rata-rata harian pada bulan Maret, April, dan Mei 2012 sebesar 18 mmhari, 22.4 mm hari dan 25.6 mmhari. Kelembaban udara dari bulan Maret, April, dan Mei 2012 berturut-turut yaitu 82, 84, dan 86. Pengamatan Populasi Kutuputih P. manihoti dan P. marginatus Kelimpahan populasi P. manihoti di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi tidak berbeda nyata di kedua desa selama empat kali pengamatan Tabel 1. Kelimpahan populasi P. marginatus di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi berbeda nyata pada tanggal 22 Maret, 29 Maret, 5 April, dan 19 April 2012 Tabel 2. Tabel 1 Kelimpahan populasi P. manihoti pada tanaman singkong di Desa Sukaraja Kaum SK dan Desa Kebon Awi KA jumlah kutuputih30 tanaman a Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Kelimpahan populasi P. manihoti dan P. marginatus mengalami fluktuasi di kedua desa tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti curah hujan dan angin menyebabkan penurunan pada populasi kutuputih di lapang. Pada saat melakukan pengamatan dan sehari sebelum pengamatan telah terjadi hujan yang deras dan disertai dengan angin. Serangga kecil seperti kutu-kutuan Hemiptera rentan terhadap tetesan air hujan dan angin Steyenoff 2001. Lokasi Pengamatan Tanggal pengamatan a 12042012 19042012 26042012 03052012 SK

70.0 ± 39.7a 68.7 ± 25.4a

52.7 ± 69.6a 94.3 ± 27.0a

KA 142.2 ± 55.3a 112.3 ± 24.6a

64.8 ± 14.9a 85.3 ± 8.6a

P-Value 0.140 0.099 0.782 0.615 Tabel 2 Kelimpahan populasi P. marginatus pada tanaman singkong di Desa Sukaraja Kaum SK dan Desa Kebon Awi KA jumlah kutuputih30 tanaman Lokasi pengamatan Tanggal pengamatan a 22032012 29032012 05042012 12042012 19042012 26042012 03052012 SK 1816 ± 335a 2962 ± 623a 1441 ± 232a 323.0 ± 119.0a 1595 ± 220a 595 ± 249a 943 ± 581a KA 1182 ± 195b 1083 ± 511b 558 ± 299b 198.7 ± 23.6a 553 ± 158b 804 ± 241a 360 ± 224a P-Value 0.047 0.016 0.016 0.149 0.003 0.356 0.180 a Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 26 Kelimpahan populasi P. marginatus lebih tinggi di Desa Sukaraja Kaum karena jumlah tanaman singkong di desa tersebut lebih banyak dibandingkan Desa Kebon Awi. Umur tanaman singkong pada setiap petakan lahan berbeda-beda, sehingga ketersediaan makanan bagi kutuputih tercukupi secara terus menerus. Populasi P. manihoti ditemukan di Desa Sukaraja Kaum pada tanaman sampel pada saat pengamatan tanggal 12 April 2012 minggu keempat, sedangkan di Desa Kebon Awi populasi P. manihoti ditemukan sejak awal pengamatan. Pada saat melakukan pengamatan, populasi P. manihoti umumnya banyak ditemukan pada bagian tunas daun singkong dan daun singkong muda. Umur tanaman tidak mempengaruhi siklus hidup dari P. manihoti, namun siklus hidup serangga ini dapat dipengaruhi oleh varietas tanaman Herren dan Neuenschwander 1991. Varietas tanaman singkong yang mempunyai kandungan linnamarin lebih tinggi paling disukai oleh kutuputih singkong Catalayud dan Le Rü 2006 . Kutuputih singkong adalah serangga phloemophagus yaitu menghisap cairan floem dari tanaman singkong. Kutuputih tersebut tidak menyukai bagian vena utama pada daun karena butuh waktu lama bagi stylet untuk mencapai cairan floem. Hal ini juga berkaitan dengan asam fenolik dalam kompartemen apoplastis jaringan daun pada tanaman singkong Calatayud dan Le Rü 2006. Berdasarkan hasil pengamatan, varietas singkong di Desa Kebon Awi lebih disukai oleh P. manihoti. Varietas yang ditanam di desa tersebut adalah varietas singkong manis dan pahit. Varietas yang ditanam di lahan pengamatan adalah varietas singkong manis. P. manihoti sangat jarang ditemukan pada daun singkong tua dan hal ini terjadi di kedua desa. Sebagai asumsi, P. manihoti menyukai tunas daun dan daun muda Catalayud dan Le Rü 2006 . Kutuputih P. manihoti mampu hidup pada temperatur udara yang rendah yaitu 14.7 o C dan dapat berkembang secara optimal pada suhu 28 o C serta mampu menghasilkan 500 butir telur. Serangga ini tidak dapat bertahan pada suhu di atas 35 o C. Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Sukaraja merupakan daerah yang mendukung perkembangan dari P. manihoti. Tanaman singkong di Desa Kebon Awi dan Desa Sukaraja Kaum tidak ha- nya diserang oleh hama kutuputih, tetapi juga terdapat hama kutu kebul dan kutu 27 28 tempurung dengan populasi yang cukup banyak. Hampir di setiap batang tanam- an singkong terdapat hama kutu tempurung. Cara budidaya juga mempengaruhi perbedaan populasi kutuputih di kedua desa tersebut. Petani Desa Sukaraja Kaum tidak melakukan pengendalian kimiawi pada pertanaman singkong, mereka hanya melakukan pengendalian mekanis dengan melakukan sanitasi dengn mencabut gulma-gulma di sekitar pertanaman. Sanitasi hanya mereka lakukan setiap 6 bulan sekali. Cara budidaya yang dilakukan petani Desa Kebon Awi lakukan lebih baik. Mereka melakukan sanitasi gulma setiap 3 bulan sekali. Petani memetik bagian bawah daun tanaman singkong yang banyak terdapat kutu putih, dan terkadang petani mengaplikasikan sabun cair untuk mengurangi populasi kutuputih. Pemupukan yang tidak seimbang juga mengakibatkan tanaman bisa menjadi lebih tahan hama atau bisa lebih rentan. Pertumbuhan vegetatif tanaman singkong dapat dirangsang dengan pemberian pupuk nitrogen yang tinggi, akan tetapi tidak boleh lebih dari 100kgha selama pertumbuhan. Pemberian pemupukan nitrogen yang berlebihan menyebabkan tanaman lebih rentan untuk terserang hama Rubatzky dan Yamaguchi 1995. Hujan dan panas yang tidak beraturan pada musimnya saat ini menyebabkan meningkatnya populasi kutuputih P. manihoti dan P. marginatus di lapangan. Dalam satu hari pengamatan bisa terjadi hujan dan kemudian panas, sehingga menyebabkan kondisi lingkungan lahan menjadi lembap. Curah hujan yang tinggi dapat menjatuhkan kutuputih dan telur kutuputih yang menempel pada daun, sehingga populasi kutuputih menjadi menurun. Kondisi lingkungan yang kering dapat menyebabkan tanaman lebih rentan terserang oleh hama. Gejala pada tanaman singkong yang disebabkan oleh P. manihoti adalah keriting pada bagian tunas daun, dan menguning, perubahan bentuk pada batang, roset pada titik tumbuh dan kematian pada tanaman muda Catalayud dan Le Rü 2006 Gambar 6. Gejala pada tanaman singkong yang disebabkam oleh P. marginatus adalah klorosis, kerdil, dan dapat menyebabkan gugur pada daun dan buah Hue et al 2007 Gambar 7. Pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning, dan menyebabkan bentuk buah yang tidak sempurna Pantoja et al. 2002. 29 Gambar 6 Gejala pada tanaman singkong yang disebabkan oleh kutuputih P. manihoti di Desa Sukaraja Kaum. aTunas daun mengkeriting, b tunas daun menguning, c perubahan bentuk batang Gambar 7 Gejala pada tanaman singkong yang disebabkan oleh kutuputih P. marginatus di Desa Kebon Awi. a Gejala klorosis, b daun gugur Cendawan Entomophthorales pada P. marginatus Fase cendawan Entomophthorales yang menginfeksi P. marginatus dan P. manihoti dibagi menjadi 5 kategori menurut Steinkraus et al. 1995: 1 sehat, 2 secondary conidia konidia sekunder, hyphal bodies badan hifa, primary conidia konidia primer, resting spores spora istirahat, dan kategori saprophytic fungi cendawan saprofit. Fase cendawan Entomophthorales diamati dari 105 preparat P. marginatus dari Desa Sukaraja Kaum dan 105 preparat dari Desa Kebon Awi. Cendawan yang menginfeksi P. marginatus menyerupai spesies N. fumosa dari famili Neozygitaceae. Fase cendawan yang ditemukan menginfeksi P. marginatus di kedua lokasi pengamatan adalah konidia sekunder, badan hifa, konidia primer, dan cendawan saprofitik. a b a b c Spesies cendawan dari genus Neozygites yang menyerang ordo Hemiptera family Pseudococcidae adalah N. fumosa Keller 2007. Cendawan genus Neozygites mempunyai 2 tipe konidia sekunder, yaitu tipe Ia dan II. Tipe konidia sekunder pada N. fumosa adalah kapillikonidia, dan konidia sekunder yang ditemukan pada P. marginatus di kedua desa pengamatan adalah tipe II atau kapillikonidia. Gambar 8 Konidia sekunder yang menginfeksi P. marginatus di kedua desa. a tungkai, b antena, c abdomen Bentuk konidia sekunder menyerupai konidia primer dalam bentuk serta ukuran. Bentuk konidia sekunder menyerupai biji almond Humber dan Steinkraus 1998. Konidia sekunder dihasilkan satu persatu dari tabung kapiler langsing yang muncul dari konidia primer dan kapilikonidia yang dilepaskan secara pasif Keller 1997. Konidia sekunder akan ditemukan pada bagian luar tubuh dengan posisi menempel pada bagian tubuh tertentu. Fase konidia sekunder ditemukan pada bagian abdomen, antena dan tungkai P. marginatus yang terinfeksi di kedua desa Gambar 8. Badan hifa merupakan fase cendawan yang banyak ditemukan pada sampel P. marginatus yang terinfeksi. Inang yang terinfeksi badan hifa biasanya sudah dalam keadaan hampir mati. Fase ini merupakan tahap pertama yang dibentuk di dalam tubuh inang yang terinfeksi. Badan hifa dari spesies N. fumosa berbentuk globose atau lonjong. Fase badan hifa merupakan fase perkembangan a b c 30 31 vegetatif, berkembang dari protoplas dan merupakan proses awal yang terjadi pada inang yang terinfeksi. Badan hifa yang ditemukan pada P. marginatus di kedua desa berbentuk globose Gambar 9. Gambar 9 Badan hifa yang menginfeksi P. marginatus berbentuk bulat Konidia primer pada genus N. fumosa berbentuk ellipsoid atau oval seperti bulat telur Junior et al. 1997. Konidia primer ditemukan pada tubuh kutu yang telah mati dan rusak dan terbentuk secara aktif dari bagian ujung konidiofor atau kapilikonidia. Konidia primer yang ditemukan pada P. marginatus dikedua desa pengamatan secara khas berbentuk ellipsoid Gambar 10. Gambar 10 Konidia primer yang menginfeksi P. marginatus di kedua desa pengamatan. a dan b konidia primer pada tubuh kutu yang sudah hancur Fase spora istirahat tidak ditemukan pada P. marginatus di kedua desa pengamatan. Spora istirahat memiliki struktur dinding yang berukuran tebal dan berfungsi untuk bertahan hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan seperti a b 32 ketiadaan inang dan lingkungan yang ekstrim. Fase spora istirahat secara spesifik hanya dapat ditemukan pada Neozygites. Spora istirahat pada Neozygites berwarna coklat gelap menuju hitam, berbentuk bola atau elips, berstruktur halus, dan mempunyai dua asam nukleat Keller 2007. Spora istirahat tidak cepat menyebar dan dapat bertahan di tanah maupun di serasah Keller 1987. Spora istirahat akan ditemukan ketika serangga inang mati. Fase ini ditemukan pada saat musim kemarau, yaitu sekitar bulan Juni. Gambar 11 Cendawan saprofitik yang menginfeksi P. marginatus Cendawan saprofit ditemukan setelah kutuputih mati dan busuk Keller 1987. Cendawan saprofit ditemukan pada P. marginatus yang sudah mati dan berwarna hitam pada kedua desa Gambar 11. Cendawan Entomophtorales pada P. manihoti Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel P. manihoti dari 105 pre- parat di Desa Sukaraja Kaum dan 60 preparat di Desa Kebon Awi, maka fase cen- dawan yang ditemukan adalah konidia sekunder, konidia primer, badan hifa, dan cendawan saprofitik. Cendawan yang menginfeksi P. manihoti menyerupai spesies N. fumosa dari famili Neozygitaceae. Konidia sekunder hanya ditemukan pada bagian tungkai P. manihoti. Tipe konidia sekunder yang ditemukan adalah tipe II atau kapillikonidia, mirip dengan bentuk konidia sekunder yang dimiliki oleh spesies N. fumosa Gambar 12c. Fase konidia sekunder hanya ditemukan pada bagian tungkai P. manihoti. 33 Fase badan hifa banyak ditemukan pada P. manihoti yang terinfeksi. Fase badan hifa yang ditemukan berbentuk bulat yang menyerupai bentuk badan hifa pada spesies N. fumosa Gambar 12a. Gambar 12 Fase cendawan yang ditemukan pada sampel P. manihoti di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi. a badan hifa, b konidia primer, c konidia sekunder, d konidiofor, e unbranched conidiophores , f cendawan saprofitik Fase unbranched conidiophore ditemukan pada P. manihoti, fase ini merupakan keadaan akan terjadinya sporulasi Gambar 12f. Konidia primer yang ditemukan pada P. manihoti mirip dengan konidia primer yang dimiliki oleh a b c f b d e 34 spesies N. fumosa 12b. Fase spora istirahat tidak ditemukan pada P. manihoti di kedua desa. Fase cendawan saprofitik ditemukan pada P. manihoti di kedua desa Gambar 12e. Tingkat Infeksi Cendawan Entomophtorales pada P. marginatus pada Tanaman Singkong di Desa Kebon Awi dan Desa Sukaraja Kaum Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales pada P. marginatus di kedua desa berbeda nyata pada pengamatan tanggal 22 Maret, 5 April, 12 April, dan 26 April 2012 Tabel 3. Kelimpahan populasi P. marginatus di kedua desa berbeda nyata pada pengamatan tanggal 12 April, 26 April, dan 3 Mei 2012 Tabel 2. Terdapat perbedaan tingkat infeksi cendawan dengan kelimpahan populasi P. marginatus di kedua desa. Faktor kelembaban udara, curah hujan, dan temperatur dapat mempengaruhi korelasi antara kelimpahan populasi dengan tingkat infeksi cendawan. Fase konidia sekunder sangat sedikit ditemukan pada P. marginatus pada tanaman singkong di kedua lokasi pengamatan. Fase badan hifa banyak ditemukan pada sampel kutuputih P. marginatus. Persentase fase badan hifa tertinggi pada P. marginatus di tanaman singkong Desa Sukaraja Kaum pada tanggal 22 Maret 2012 yaitu 57.33 dan terendah pada tanggal 19 April 2012 yaitu 30.67 Gambar 14a. Persentase fase badan hifa tertinggi pada P. marginatus di tanaman singkong Desa Kebon Awi pada tanggal 3 Mei 2012 yaitu 52.67 dan terendah pada tanggal 26 April 2012 yaitu 13.33 Gambar 14b. Persentase rata-rata P.marginatus yang terinfeksi fase badan hifa di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi sebesar 42 dan 35.04. Persentase fase badan hifa pada P. marginatus lebih banyak terdapat di Desa Sukaraja Kaum dibandingkan Desa Kebon Awi. Fase konidia sekunder sangat sedikit ditemukan pada P. marginatus di kedua desa. Pada saat pengamatan, hampir semua infeksi cendawan pada P. marginatus sudah memasuki fase badan hifa. Persentase fase konidia sekunder tertinggi yang menginfeksi P. marginatus di Desa Sukaraja Kaum adalah pada tanggal 19 April 2012 yaitu 5.33 dan terendah pada tanggal 26 April 2012 sebesar 0.33 Gambar 13a. Konidia sekunder pada P. marginatus di Desa Kebon Awi hanya ditemukan pada tanggal 5 April dan 12 April 2012 Gambar 35 13b. Persentase fase konidia sekunder tertinggi yang menginfeksi P. marginatus di Desa Kebon Awi adalah pada tanggal 12 April 2012 yaitu 2 dan terendah pada tanggal 5 April yaitu 1.33. Persentase rata-rata P.marginatus yang terinfeksi fase konidia sekunder di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi yaitu 2.42 dan 0.47. Persentase fase konidia primer tertinggi yang menginfeksi P. marginatus di Desa Sukaraja Kaum adalah pada tanggal 22 Maret dan 12 April 2012 yaitu 20 Gambar 13a. Fase konidia primer pada P. marginatus di Desa Kebon Awi tidak ditemukan pada tanggal 26 April dan 3 Mei 2012. Persentase fase konidia primer tertinggi yang menginfeksi P. marginatus di Desa Kebon Awi adalah pada tanggal 22 Maret dan 5 April yaitu 5.33 dan terendah pada tanggal 12 April dan 19 April yaitu 3.33 Gambar 13b. Persentase rata-rata P.marginatus yang terinfeksi fase konidia primer di Desa Sukaraja Kaum dan Desa Kebon Awi yaitu 11.04 dan 3.14. Fase cendawan saprofit pada P. marginatus di Desa Sukaraja Kaum hanya ditemukan pada tanggal 5 April, 12 April, 26 April, dan 3 Mei 2012 Gambar 13a. Persentase fase cendawan saprofit tertinggi yang menginfeksi P. marginatus di Desa Sukaraja Kaum adalah pada tanggal 3 Mei 2012 yaitu 2.67 dan terendah pada tanggal 5 April dan 12 April yaitu 0.33. Fase cendawan saprofit pada P. marginatus di Desa Kebon Awi ditemukan pada tanggal 22 Maret, 5 April, dan 12 April 2012 dengan tingkat infeksi sebesar 1.33 Gambar 13b. Tabel 3 Tingkat infeksi P. marginatus pada tanaman singkong Desa Sukaraja Kaum SK dan Desa Kebon Awi KA a Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Lokasi Pengamatan Tingkat Infeksi a 22032012 29032012 05042012 12042012 19042012 26042012 03052012 SK 39.3 ± 9.9a

28.3 ± 5.1a