Pokok Bahasan Bunyi Tinjauan Pustaka

meningkat memperoleh kemampuan-kemampuan yang tergolong pada keenam perilaku yang dididikkan di sekolah.

8. Pokok Bahasan Bunyi

Berdasarkan kurikulum 2004 SMP, pokok bahasan bunyi adalah salah satu pokok bahasan bidang studi ilmu fisika pada kelas VIII semester 2. Adapun kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah siswa mampu menerapkan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Bunyi adalah hasil getaran sebuah benda yang merupakan gelombang longitudinal. Bunyi yang kita dengar bermacam-macam antara lain bunyi seruling, piano, lagu-lagu dari radio dan televisi. Sumber bunyi adalah benda yang bergetar hingga menghasilkan bunyi. a. Gelombang Bunyi Pada saat gendang, gitar maupun garputala bergetar, dapat menimbulkan bunyi dan pada saat alat-alat tersebut diam tidak bergetar kita tidak mendengar bunyi. Sifat-sifat bunyi adalah bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar, bunyi merupakan gelombang longitudinal dan bunyi merambat memerlukan zat antara. 1 Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah: a Ada sumber bunyi. b Ada medium atau zat antara, yaitu zat padat, cair dan gas. c Ada pendengar yang berada di dekat atau dalam jangkauan sumber bunyi. Di antara logam, zat cair dan gas, ternyata logam merupakan penghantar bunyi yang paling baik. Karena bunyi merupakan peristiwa getaran, maka bunyi memiliki frekuensi dan amplitudo. Frekuensi menentukan tinggi rendahnya bunyi dan amplitudo mempengaruhi kuat lemahnya bunyi. Jika jarak antara penerima dan sumber bunyi semakin jauh maka penerima akan mendengar bunyi semakin lemah. Bila jarak semakin dekat penerima mendengar bunyi semakin kuat. 2 Cepat rambat bunyi Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mengamati kejadian-kejadian sebagai berikut: a Pada saat hujan, sering kita amati adanya kilat dan guntur. Sebetulnya kilat dan guntur terjadi pada saat yang bersamaan, tetapi kita lebih dahulu melihat kilat cahaya baru beberapa saat kemudian mendengar guntur suara. b Ketika melihat orang yang menebang pohon dengan kampak, kita mendengar bunyi beberapa saat setelah kampak mengenai pohon. Untuk merambat dari suatu tempat ke tempat lain, bunyi memerlukan waktu. Makin jauh jarak yang ditempuh makin lama waktu yang dibutuhkannya. Cepat rambat bunyi adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh bunyi dengan selang waktunya. Untuk mencari kecepatan bunyi digunakan rumus: t s v = atau t v s × = atau v s t = Keterangan: s = jarak yang ditempuh bunyi dalam meter v = cepat rambat bunyi dalam msekon t = waktu tempuh dalam sekon Sebagai gelombang, pada bunyi berlaku juga rumus cepat rambat seperti pada gelombang, yaitu: f v × = l atau T v l = Keterangan: v = kecepatan rambat bunyi dalam msekon l = panjang gelombang bunyi dalam meter f = frekuensi bunyi dalam Hz T = waktu getar periode bunyi dalam sekon Moll dan Van Beek menyelidiki perambatan bunyi di udara. Adapun hasil penyelidikannya seperti pada tabel berikut: Tabel 2.1. Pengaruh Suhu Terhadap Cepat Rambat Bunyi No Suhu °C Cepat Rambat ms 1. 332 2. 15 340 3. 25 347 Tabel tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu udara, maka semakin besar cepat rambat bunyi. Tabel 2.2. Cepat Rambat Bunyi Berbagai Macam Medium Pada Tekanan 1 atm dan Suhu 20°C No Medium Cepat Rambat ms 1 Udara 343 2 Helium 1005 3 Air 1440 4 Air Laut 1560 5 Gelas 4500 b. Batas Pendengaran Manusia Tidak semua bunyi terdengar oleh telinga manusia atau binatang. Telinga manusia hanya dapat mendengarkan bunyi yang frekuensinya antara 20 sampai dengan 20.000 Hz. Frekuensi dalam batas ini disebut frekuensi audiosonik. Frekuensi bunyi yang lebih rendah dari 20 Hz, tidak dapat didengar manusia, frekuensi ini disebut frekuensi infrasonik. Frekuensi yang lebih tinggi dari 20.000 Hz juga tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Daerah frekuensi ini disebut frekuensi ultrasonik. c. Nada Nada adalah bunyi yang mempunyai frekuensi teratur. Yang termasuk nada misalnya bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat. Desah adalah bunyi yang tidak teratur, misalnya suara daun yang ditiup angin, suara air hujan, suara kelereng yang dipukul-pukul dan sebagainya. 1 Deret nada Deret nada adalah urutan nada-nada berdasarkan besarnya frekuensi dari yang terkecil hingga yang terbesar, seperti yang ditunjukkan berikut ini. 1 2 3 4 5 6 7 i Nama nada: do re mi fa so la si do Jarak nada: 1 1 ½ 1 1 1 ½ 2 Interval nada Interval nada adalah perbandingan nada-nada dengan nada c, sebagai berikut. c d e f g a b c 1 24 27 30 32 36 40 45 48 prime 24:24= 1 seconde 27:24=9:8 terts 30:24= 5:4 kuarts 32:24=4:3 kuint 36:24= 3:2 sext 40:24= 5:3 septime 45:24= 15:8 oktaf 48:24= 2 f a = 440 Hz Seorang ahli fisika Mersenne telah menyelediki frekuensi yang dihasilkan oleh senar-senar yang bergetar dengan menggunakan alat yang disebut sonometer. Sonometer merupakan alat yang digunakan untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi, panjang senar, tegangan senar, tebal senar dan bahan senar. Penyelidikan tersebut menghasilkan Hukum Mersenne. Bunyi hukum Mersenne yaitu tinggi rendahnya nada: a. Berbanding terbalik dengan panjang senar l b. Berbanding terbalik dengan akar luar penampang senar A c. Sebanding dengan akar tegangan senar F d. Berbanding terbalik dengan akar massa jenis bahan senar ρ yang dapat dirumuskan: r × = A F f l 2 1 Keterangan : f = frekuensi dalam Hz l = panjang senar dalam meter F = tegangan senar dalam Newton A = luas penampang senar dalam m 2 r = massa jenis bahan senar dalam kgm 3 Untuk dua senar dengan panjang yang berbeda, tetapi tegangan dan luas penampang kedua senar sama, maka hubungan frekuensi kedua senar dapat dinotasikan sebagai berikut: 1 2 2 1 f f = l l Keterangan: 1 l = panjang senar pertama dalam m atau cm 2 l = panjang senar kedua dalam m atau cm 1 f = frekuensi senar pertama dalam Hz 2 f = frekuensi senar kedua dalam Hz Warna bunyi atau timbre adalah dua bunyi atau lebih yang mempunyai frekuensi sama tetapi terdengar berbeda. d. Resonansi Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran benda yang lain. Resonansi terjadi bila frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi benda yang turut bergetar. 1 Resonansi Pada Garputala Gambar 2.1. Resonansi Pada Garputala Dua garputala mempunyai frekuensi sama. Keduanya ditempatkan pada kotak yang sama pula dan ditempatkan berdampingan. Lubang kotak berhadap- hadapan. Garputala yang satu dibunyikan dan setelah berbunyi beberapa detik, lalu dihentikan dengan memegang kaki-kakinya. Akan tetapi bunyi nada tetap terdengar. Sebab garputala yang lain sekarang berbunyi, walaupun tidak senyaring Tiang pendukung Benang kawat gelombang bunyi dari garputala didekatnya kolom udara yang beresonansi dua garputala yang beresonansi yang pertama. Mampatan dan renggangan yang ditimbulkan oleh garputala yang pertama menyebabkan garputala kedua bergetar dan mengeluarkan nada. 2 Resonansi Pada Ayunan Sederhana Gambar 2.2 Resonansi Pada Ayunan Sederhana Pada saat bandul A mengayun, bandel B ikut berayun, tetapi pasangan bandul P dan Q tetap diam. Bandul B ikut mengayun dengan bandul A karena panjang ayunan B sama dengan panjang ayunan A atau frekuensi ayun B sama dengan frekuensi ayun A. Pada saat bandul P diayun, bandul Q ikut berayun, tetapi pasangan bandul A dan B tetap diam. Bandul Q ikut bergetar dengan bandul P karena panjang frekuensi sama dengan panjang frekuensi bandul P. Sedangkan panjang bandul A dan B tidak ikut berayun karena panjangnya tidak sama dengan panjang bandul P. Peristiwa berayun suatu benda karena ayunan benda yang lain juga disebut resonansi. Ini terjadi jika panjang tali ayunan sama. 3 Resonansi Kolom Udara Resonansi udara akan terjadi pada setiap tinggi kolom udara yang merupakan kelipatan bilangan ganjil dari seperempat panjang gelombang sumber getar. Garputala digetarkan di atas tabung kaca. Pada kedudukan 1 l akan terjadi resonansi pertama. Pada kedudukan 2 l akan terjadi resonansi kedua. Terjadinya resonansi bila dipenuhi syarat : l 4 1 2 - = n n l Keterangan: l = panjang kolom udara di atas permukaan air dalam pipa dalam m atau cm l = panjang gelombang dalam m atau cm n = resonansi ke n, di mana n = 1, 2, 3, ... Resonansi I : 1 l : ¼ l Resonansi II : 2 l : ¾ l Contoh-contoh peristiwa resonansi dalam kehidupan sehari-hari yaitu: 1 Gitar atau biola Bunyi yang ditimbulkan oleh senar gitar dan biola menjadi lebih kuat, disebabkan oleh resonansi udara di dalam kotak gitar dan biola. 2 Gamelan Gamelan dapat mengeluarkan suara nyaring, karena dalam gamelan itu terdapat resonansi udara. 3 Seruling Seruling apabila ditiup akan mengeluarkan suara yang cukup keras. Hal ini disebabkan adanya resonansi udara di dalam seruling. e. Pemantulan Bunyi Apabila bunyi mengenai permukaan yang keras, maka akan dipantulkan mengikuti suatu aturan yang disebut Hukum Pemantulan Bunyi. A D C i r B Gambar 2.4. Hukum Pemantulan Bunyi Hukum pemantulan bunyi perhatikan gambar di atas : 1 Bunyi datang AB, garis normal BD dan bunyi pantul BC terletak pada satu bidang datar. 2 Sudut datang sama dengan sudut pantul. Pemantulan bunyi bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari antara lain: 1 Untuk menentukan dalamnya laut Untuk menentukan dalamnya laut, pada dinding kapal bagian bawah dipasang sumber getaran yang menghasilkan gelombang bunyi ultrasonik. 2 Untuk menentukan panjang lorong gua Prinsip penentuan panjang lorong gua hampir sama dengan prinsip menentukan dalamnya laut. Dalamnya laut atau panjangnya lorong gua dapat dihitung dengan rumus: 2 t v s × = Keterangan: s = dalamnya laut atau panjang lorong gua dalam m atau cm v = cepat rambat bunyi dalam ms atau cms t = waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat bolak-balik dalam sekon Macam-macam bunyi pantul yaitu: 1 Bunyi pantul memperkuat bunyi asli Hal ini terjadi karena bunyi pantul hampir bersamaan dengan bunyi asli.Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika dinding pemantul sangat dekat. Kuat bunyi yang terdengar tergantung dari : a Amplitudo simpang getar sumber bunyi b Jarak antara sumber bunyi dan pendengar c Resonansi d Adanya dinding pemantul 2 Gaung atau Kerdam Gaung atau kerdam terjadi karena jarak antara sumber bunyi dengan dinding pemantul cukup jauh sehingga hanya sebagian saja bunyi pantul yang terdengar bersamaan dengan bunyi asli, bunyi pantul seperti ini mengganggu bunyi asli. 3 Gema Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan. Gema terjadi apabila jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi jauh.

B. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The Effectiveness of Using Teams Games Tournaments (TGT) in Teaching Reading of Narrative Text, (A Quasi-Experimental Study at the Second Year Students of SMPN I Pakuhaji)

0 10 0

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

1 5 66

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

0 2 112

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) YANG DIMODIFIKASI DENGAN ASSESSMENT FOR LEARNING PADA POKOK BAHASAN APLIKASI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI PERHATIAN ORANG

4 9 176

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 2 15

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Media Games Puzzle Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X SMA Tahun Pelajaran 2016/2017 di Kabupaten Sragen.

0 1 21

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DITINJAU DARI KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

0 1 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA

0 0 7

Efektivitas Pembelajaran Matematika Kooperatif Jigsaw Dan Teams Games Tournaments (Tgt) Ditinjau Dari Kemampuan Awal

0 0 80