belerang bertindak sebagai penerima elektron. Belerang mudah bereaksi dengan semua unsur kecuali emas, platinum dan gas mulia.
Reaksi-reaksi pada belerang, antara lain seperti berikut. a Dengan logam
Belerang bereaksi lebih kuat dengan logam.
Contoh: Fes + Ss → FeSs
b Reaksi dengan nonlogam Belerang bereaksi dengan karbon panas membentuk karbon disulfida.
Cs + Ss → CS
2
s
c Belerang bereaksi dengan oksigen membentuk oksida gas yaitu SO
2
dan SO
3
. d Belerang bereaksi dengan halogen membentuk belerang monoklorida, dan
belerang heksa fluorida. e Bila gas hidrogen dialirkan dalam bentuk gelembung-gelembung melalui
belerang yang meleleh, maka akan terbentuk gas hidrogen sulfida.
H
2
g + Ss → H
2
Sg
2.3 CARA MENDAPATKAN UNSUR TERSEBUT DARI SENYAWANYA
Siklus sulfur atau daur belerang adalah perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi sulfur dioksida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi hidrogen
sulfida lagi. Sulfur di alam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah ditemukan dalam bentuk mineral, diudara dalam bentuk gas sulfur dioksida, dan
dalam tubuh organisme sebagai penyusun protein. Siklus sulfur didahului oleh pembentukan sulfur dari kerak bumi dan
atmosfer. Secara alami, sulfur terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung sekitar 0,06 belerang.
Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan bumi. Bebatuan
plutonik ini apabila hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan sulfida ini melalui reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat SO
4 -2
yang kemudian mengalami presipitasi pengendapan dalam bentuk garam-garam sulfat yang larut
atau tidak Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas
belerang dioksida SO
2
yang merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yang banyak dihasilkan oleh asap
kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari gunung berapi semisal gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO
2
tersebut kemudian terkena uap air hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan lautan. Dimana
tanah yang mengandung banyak belerang adalah tanah-tanah berpasir dan tanah- tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral Pirit FeS dan
rendah kandungan bahan organik. Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan senyawa organik lainnya yang akan
menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa H
2
S dan sulfida S
2
yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat SO
4 -2
. Tumbuhan kemudian menyerap sulfat SO
4 -2
yang mengendap pada tanah, sungai, dan lautan. Di dalam tubuh tumbuhan, sulfur digunakan sebagai
bahan penyusun protein. Hewan dan manusia mendapatkan sulfur dengan jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai energi cadangan berupa
protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik dekomposer akan menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H
2
S dan sulfida S
2
. Siklus sulfur di mulai dari dalam tanah, yaitu ketika ion-ion sulfat diserap
oleh akar dan di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan, ketika hewan dan manusia memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah
ke tubuh manusia. Dari dalam tubuh manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut diuraikan oleh bakteri
dalam lambung berupa gas dan dikeluarkan melalui kentut. Semakin besar kandungan sulfur dalam kentut maka kentut akan semakin bau.
Hidrogen sulfida H
2
S berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil
penguraian sebagian tetap berada dalam tanah dan sebagian lagi dilepaskan di udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida. Gas hidrogen sulfida di udara kemudian
bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida yang tertinggal di dalam tanah dengan bantuan bakteri akan diubah
menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh tanaman sedangkan sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air
membentuk asam sulfat H
2
SO
4
yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam juga dapat disebabkan oelh polusi udara seperti asap-
asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll. Hujan asam dapat menjadi penyebab korosi batu-batuan dan logam. H
2
SO
4
yang jatuh kedalam tanah oleh bakteri dipecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh
tumbuhan, tumbuhan di makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri menghasilkan sulfur kembali. Begitu seterusnya. Siklus
sulfur atau daur belerang tidak akan pernah terhenti selama salah satu komponen penting seperti tumbuhan masih ada di permukaan bumi ini.
Dalam daur sulfur atau daur belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu
melalui reaksi antara sulfur, oksigen, dan air serta oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam siklus sulfur antara lain adalah
bakteri Desulfomaculum dan bakteri Desulfibrioyang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida H
2
S. Kemudian H
2
S digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob Chromatium dan melepaskan sulfur serta
oksigen. Kemudian sulfur dioksidasi yang terbentuk diubah menjadi sulfat oleh bakteri kemolititrof Thiobacillus.
Dalam daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab pada setiap proses transformasi adalah sebagai berikut.
1. H
2
Sà S à SO
4
à bakteri sulfur tak berwarna, hijau, dan ungu. 2. SO
4
à H
2
S à bakteri desulfovibrio dalam reaksi reduksi sulfat anaerobik. 3. H
2
S à SO
4
à bakeri thiobacilli dalam proses reaksi oksidasi sulfide aerobik.
4. Sulfur organik à SO
4
+ H
2
S à mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Proses biologi terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri
yang berperan dalam pembentukan sulfat. 1. H
2
S → S → SO
4 -2
; bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu. 2. SO
4 -2
→ H
2
S reduksi
sulfat anaerobik;
bakteri Desulfovibrio danDesulfomaculum. 3. H
2
S → SO
4 -2
Pengoksidasi sulfide aerobik; bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.
4. Senyawa Organik → SO
4 -2
+ H
2
S, masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik
Proses kimia terjadi ketika sulfat mengendap di dalam permukaan tanah hasil dari pengoksidasian mineral sulfida batuan plutonik, berikut adalah contoh
persamaan reaksi pembentukan sulfat melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya mineral besi sulfida.
2 FeS
2
+ 7 O
2
+ 2 H
2
O → 2 Fe
2+
+ 4 SO
4 2−
+ 4 H
+
Proses kimia juga terjadi ketika gas SO
2
terbentuk melalui pembakaran hasil emisi pembakaran gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan
reaksinya: S s + O
2
g → SO
2
g
Proses kimia juga terjadi ketika gas H
2
S terbentuk melalui aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen
aktivitas anaerobik, seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Persamaan reaksinya: 1S
-2
s + 2H
+
g → H
2
S g Proses kimia dan biologi juga terjadi ketika sulfida S
2
, belerang dioksida SO
2
dan H
2
S berubah menjadi SO
4
atau sebaliknya dengan bantuan dari dekomposer. Dimana didalam proses-proses tersebut juga terdapat reaksi-reaksi
kimia. 1. H
2
S → S → SO
4 -2
2. SO
4 -2
→ H
2
S 3. H
2
S → SO
4 -2
4. Senyawa Organik → SO
4 -2
+ H
2
S Adapun sumber lain dari sulfur yaitu:
Smber sulfur sangat banyak. Mineral ini bisa didapatkan dari daging merah, ikan, unggas, telur, susu, dan kacang-kacangan. Kuning telur adalah
sumber yang baik untuk belerang. Ditemukan pula belerang pada bawang merah, bawang putih, kubic, kecambah, lobak, kangkung, selada, rumput laut, dan
raspberry.
2.4 MANFAAT DALAM KEHIDUPAN