hubungan pengetahuan menstruasi dengan sikap menghadapi menarche

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI

DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA

PUTRI DI SD NEGERI BULUKANTIL

JEBRES SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh:

Primastuti Widyaningrum

R0106041

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA

PUTRI DI SD NEGERI BULUKANTIL JEBRES SURAKARTA

Primastuti Widyaningrum1 Rin Widya Agustin2 Sri Mulyani3

Latar Belakang : Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat sebagai tanda biologis dari kematangan seksual.

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan. Permulaan menstruasi akan menjadi peristiwa yang traumatik bagi beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Berbagai gangguan dan kesulitan tersebut secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik ataupun psikologis anak, dalam situasi seperti ini diperlukan pengetahuan yang benar tentang menarche dan dengan sikap positif diharapkan pula orang tua mampu memberikan alternatif pemecahan masalah secara tepat.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.

Metode Penelitian : Penelitian menggunakan desain corelasional dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling dengan total sampling dengan jumlah sampel 52 siswi yang berumur 8 - 12 tahun. Analisa data dengan chi square test

pada taraf signifikansi 95%.

Hasil Penelitian : Analisa data dengan chi square test dengan hasil X2 hitung sebesar 7.610 dan nilai p= 0.022 yang diujikan pada X2 tabel pada df (derajat kebebasan) sebesar 5.991

Kesimpulan : Ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, Menstruasi, Menarche, Remaja

_______________________ 1 Mahasiswa 2 Pembimbing I 3 Pembimbing II


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan curahan roh kudus, kasih dan hikmat marifatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mesntruasi Dengan Sikap Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta” selesai tepat pada waktunya.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang semuanya memberi bimbingan, semangat dan nasehat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr, dr, Much. Syamsulhadi, Sp.KJ. (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. H. Tri Budi Wiryanto,dr. Sp.OG (K), Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

4. Mochammad Arief Tq, dr., M.s, PHK, selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Rin Widya Agustin, S.Psi.,M.Psi, selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar, bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.


(4)

commit to user

6. Sri Mulyani, S.Kep. Ns,M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Sri Handayani, S.SiT,M.Keb, selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

8. Maryanto, S.Pd., MM, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Bulukantil atas ijin dan bantuan yang telah diberikan dalam mengerjakan penelitian.

9. Seluruh dosen dan karyawan D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

10.Teman – teman seperjuangan angkatan 2006 mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat baik kepada penulis maupun pada pembaca.

Surakarta, Juli 2010


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTARGAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 7

1. Pengetahuan ... 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

3. Menstruasi ... 9

4. Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 14

B. Sikap Menghadapi Menarche ... 15

1. Sikap ... 15

a. Pengertian ... 15

b. Komponen Sikap ... 16

c. Tingkatan Sikap ... 16

d. Ciri-ciri Sikap ... 18

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 18


(6)

commit to user

a. Pengertian ... 20

b. Perubahan yang Terjadi Bersamaan dengan Menarche ... 21

c. Gangguan Masa Menarche ... 22

3. Sikap Menghadapi Menarche ... 23

C. Remaja ... 24

1. Pengertian ... 24

2. Perkembangan Remaja ... 24

D. Hubungan antara Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Sikap Menghadapi Menarche ... 26

E. Kerangka Konsep ... 28

F. Hipotesis ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Kriteria Restriksi Sampel ... 31

E. Variabel Penelitian ... 32

F. Definisi Operasional Variabel ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 37

I. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Profil SDN Bulukantil Jebres Surakarta ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Univariat ... 46

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 46

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua .... 47

c. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Menstruasi ... 47

d. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 48


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

e. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Menghadapi Menarche ... 48 2. Bivariat ... 49

BAB V. PEMBAHASAN

A. Pembahasan ... 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Kuesioner ... 36

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 46

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 47

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 47

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 48

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Menghadapi Menarche ... 48

Tabel 4.6. Cross Tabulation Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi dengan Sikap Menghadapi Menarche ... 49


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(10)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data dan Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Hasil Penelitian


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat sebagai tanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa yang disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi (Wiknjosastro, 1999). Remaja mengalami kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena kematangan fungsi endokrin. Ovarium atau indung telur menghasilkan estrogen dan progesteron dan sejumlah kecil androgen (Sayogo, 2006).

Menarche merupakan menstruasi yang dimulai antara umur 10 dan 16 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan. Cepat lambatnya

menarche tergantung pada faktor internal yang meliputi organ reproduksi, hormonal, penyakit sedangkan faktor eksternal meliputi gizi, pengetahuan orang tua, gaya hidup (Nike, 2008).

Permulaan mestruasi akan menjadi peristiwa yang traumatik bagi beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya ia belum pernah


(12)

mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau ibu mereka (Admin, 2008).

Berbagai gangguan dan kesulitan tersebut secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik ataupun psikologis anak. Terlebih lagi bila yang bersangkutan tidak memahami dengan baik apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kebanyakan dari mereka justru merasa jijik, takut, bingung dan menjadi panik. Dalam situasi seperti ini diperlukan pengetahuan yang benar tentang menarche dan dengan sikap yang positip diharapkan pula orangtua mampu memberikan alternatif pemecahan masalah secara tepat (BKKN, 2006).

Sikap dalam menghadapi menarche, dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor dari pribadi dan lingkungan. Pribadi seperti pengalaman, kecukupan informasi, pengaruh pendidikan. Pengaruh lingkungan seperti pengaruh orang lain, pergaulan dan sebagainya. Tetapi tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap dalam menghadapi menarche bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika dia tahu bahwa sudah menuju dewasa, percaya diri, tidak takut dan tidak cemas terhadap apa yang dialaminya. Sikap negatif ditunjukkan dengan perasaan gelisah, takut, kurang percaya diri, serta bingung dengan apa yang


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Selama ini sebagian masyarakat tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche. Persiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul (Candra, 2008).

Remaja yang tidak mengenal proses reproduksi dalam tubuhnya, juga akan menganggap bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Beberapa remaja juga akan merasa senang sewaktu mengalami menarche, terutama bila mereka telah mengetahui seluk beluk mengenai menstruasi (Fitria, 2007).

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis ada tanggal 25 Pebruari 2010 di SDN Bulukantil Jebres Surakarta dengan mewawancarai terhadap 10 siswi didapatkan kesimpulan kebanyakan dari mereka belum mengetahui tentang menarche dan mereka menyatakan tidak tahu apa yang akan dia lakukan ketika mengalami menstruasi untuk pertama kalinya, sebagian kecil mengatakan tahu dan bersikap positif karena menganggap menarche adalah hal yang wajar dan pasti terjadi pada setiap wanita.

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan antara menstruasi dengan sikap dalam menghadapi menarche di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.


(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan dalam bentuk perumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menstruasi di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.

b. Mengetahui sikap dalam menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.

c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SD Negeri Bulukantil Jebres Surakarta.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang

menarche dan kesiapan menghadapi menarche pada remaja putri. b. Diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan dalam

pembelajaran khususnya pada mata kuliah kesehatan reproduksi. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja

Menambah wawasan tentang pengetahuan tentang menstruasi dalam upaya menghadapi menarche serta mampu mengaplikasikan kesehatan reproduksi dalam bentuk perilaku.

b. Bagi orangtua

Sebagai wawasan tentang kesehatan reproduksi khususnya kepada yang memiliki anak perempuan sehingga bisa diberikan pemahaman sejak dini tentang kesehatan reproduksi yang salah satu tentang menarche

c. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program-program yang dapat menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang menarche.


(16)

d. Bagi institusi kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi dalam merencanakan program bagi kesehatan reproduksi wanita.

e. Bagi penelitian selanjutnya


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Tentang Menstruasi

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mencakup 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari


(18)

seluruh bahan yang dipelajari atau dari rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis ( analysis )

Analisis merupakan suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lain.

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi ( evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut. d. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

3. Menstruasi (Haid)

a. Haid sebagai bagian siklus reproduksi

Menstruasi (haid) adalah pengeluaran darah dari alat kandungan yang terjadi secara klinik setiap bulan secara teratur pada


(20)

wanita dewasa dan sehat. Siklus menstruasi merupakan bagian dari siklus reproduksi wanita, siklus menstruasi ini terjadi bersamaan dan saling berhubungan dengan siklus ovarium. Siklus ovarium meliputi pertumbuhan folikel, ovulasi dan pembentukan Korpus Luteum (Wiknjosastro, 1999).

b. Sistem Hormon dalam fisiologi Haid

Pada siklus haid FSH (Folikle Stimulating Hormon) dikeluarkan oleh anterior hipofise sehingga beberapa folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen

mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yaitu LH (Luteonizing Hormone ) FSH dan LH ini berada di bawah pengaruh

RH (Releazing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Proses ini dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus (Wiknjosastro, 2006).

Di bawah pengaruh LH folikel de graaf menjadi matang mendekati permukaan ovarium kemudian terjadi ovulasi. Pada ovulasi kadang terjadi perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum pelvis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang disebut intermenstruasi (Wiknjosastro, 1999).

Setelah ovulasi terbentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon gonadotropin LH dan LTH. Corpus luteum menghasilkan progesteron yang akan


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menyebabkan endometrium bersekresi dan kelenjarnya berlekuk – lekuk (Mochtar, 1998).

c. Siklus Menstruasi

Ada beberapa fase dalam siklus menstruasi menurut Wiknjosastro (1999), yaitu:

1) Stadium Mentruasi

Pada waktu itu endometrium dilepas dan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah. Berlangsung selama 2 – 8 hari.

2) Stadium proliferasi

Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Masa proliferasi berlangsung sampai hari ke empat belas. Antara hari ke dua belas dan empat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3) Stadium sekresi

Pada ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Dibawah pengaruh progesterone ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.


(22)

d. Sindrom sebelum datang bulan ( pre- menstruasi syndrome )

Beberapa saat sebelum mulai menstruasi wanita biasanya akan mengalami rasa tidak enak atau merasakan gejala-gejala antara lain: 1) Nyeri payudara

2) Rasa penuh atau kembung diperut bagian bawah 3) Merasa sangat lelah

4) Nyeri otot terutama dipunggung bawah dan perut 5) Perubahan kebasahan vagina

6) Muka berminyak atau tumbuh jerawat

7) Gangguan emosi seperti mudah marah, tersinggung, sukar tidur dan sakit kepala

Setiap wanita pasti mengalami sekurang-kurangnya satu dari gejala-gejala tersebut diatas tetapi ada juga yang sampai gangguan yang berat seperti depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi dan muntah karena nyeri perut hebat (Wiknjosastro, 1999).

e. Cara penanggulangan

Cara penanggulangan gangguan atau keluhan–keluhan sebelum atau selama menstruasi menurut August (2000):

1) Kurangi garam-garam yang menyebabkan tubuh berusaha menyimpan air sehingga menyebabkan rasa penuh di perut bagian bawah.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Coba memakan makanan yang berprotein tinggi seperti kacang-kacangan, ikan, daging dan susu. Sehingga menyebabkan lebih banyak air yang keluar dari tubuh yang akan mengurangi rasa penuh di perut bagian bawah.

4) Coba minum ramuan yang biasanya dapat mengatasi masalah ini.

Untuk mengatasi nyeri perut saat menstruasi dapat dilakukan cara-cara seperti berikut:

1) Usap perut bagian bawah untuk mengurangi ketegangan otot perut.

2) Isi sebuah botol dengan air panas dan letakkan di perut bagian bawah atau bisa dipergunakan kain tebal/handuk yang sudah dibasahi dengan air panas.

3) Minum air teh yang terbuat dari daun rasberry kemudian dicampur jahe.

4) Tetap menjalankan tugas sehari-hari seperti biasa. 5) Coba untuk berolah raga atau berjalan-jalan.

6) Minum obat anti nyeri/sakit yang ringan seperti antalgin.

7) Bila sangat nyeri dan perdarahan yang banyak dan semua usaha di atas tidak menolong perlu konsultasi dengan ahli.

f. Perawatan diri selama menstruasi

1) Pergunakan pembalut untuk menampung darah menstruasi yang keluar dari vagina selama menstruasi.


(24)

2) Pembalut diganti paling sedikit 2 kali sehari atau tergantung keadaan.

3) Cucilah alat kelamin bagian luar dengan air dan sabun paling sedikit 1 kali sehari atau lebih baik setiap ada keperluan ke belakang untuk mencuci noda-noda darah yang tertinggal (August, 2000).

4. Pengetahuan tentang menstruasi

Hasil tahu seseorang tentang pengeluaran darah dari alat kandungan yang terjadi secara klinik setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan sehat. Menstruasi dimulai pada usia 10 – 12 tahun namun hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : organ genital, hormonal, gizi, lingkungan, pengetahuan orangtua dan gaya hidup. Dengan mendapatkan menstruasi maka wanita tersebut sudah dikatakan matang dan mampu untuk mendapatkan keturunan.

Biasanya menstruasi terjadi setiap 28 hari sekali dan berlangsung selama 2 – 8 hari. Sebelum mendapatkan menstruasi wanita akan mengalami beberapa gangguan, seperti: nyeri payudara, badan terasa cepat lelah, timbulnya jerawat, nyeri perut, pinggang, susah tidur, mudah marah dan sakit kepala. Adapun beberapa cara untuk mengatasi gangguan tersebut, antara lain: mengurangi garam, menghindari minuman yang mengandung caffeine, makan makanan yang mengandung protein tinggi, minum ramuan yang dapat


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

melakukan personal hygiene dengan rutin mengganti pembalut sesuai kebutuhan dan mencuci kelamin dengan air setiap buang air.

Setiap wanita dapat memperoleh pengetahuan tentang menstruasi ini melalui beberapa cara misalkan dari lingkungan, sekolah, pengalaman, media cetak ataupun media elektronik. Agar dapat merawat diri selama mendapatkan menstruasi.

B. Sikap Menghadapi Menarche

1. Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007). Sikap juga dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil, dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau kondisi sekitarnya (Mappiere, 1999). Sikap tumbuh diawali dari pengetahuam yang dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian diterapkan ke dalam dirinya.


(26)

b. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif dan rasa tidak senang merupakan hal negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu positif dan negatif

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. (Azwar, 2007)

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan ( Notoatmodjo, 2003 ): 1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

5) Sifat sikap

Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2007).

a) Sikap positif remaja dalam menghadapi menarche ditunjukkan kesiapan dirinya ketika mengalami menarche karena menganggap sebagai hal yang wajar dan pasti terjadi pada semua wanita, tidak takut, dan tahu apa yang harus dilakukan ketika sudah mengalami menarche ( Mappiare, 1999 ).

b) Sikap negatif remaja dalam menghadapi menarche ditunjukkan perasaan, takut, bingung, tidak tahu dengan apa


(28)

yang akan terjadi, dan tidak siap dengan apa yang akan dialaminya (Suryobroto, 2000).

d. Ciri-ciri sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan hidup

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat keadaan dan syarat tertentu. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek.

4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu hal.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan. 6) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar (Azwar, 2007). e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, antara lain: 1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan (Walgito, 2003).


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2007).

3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 2007).

4) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya (Azwar, 2007).

5) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,


(30)

sehingga akan berakibat terhadap sikap konsumen (Azwar, 2007).

6) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga konsep tersebut mempengaruhi sikap (Azwar, 2007). 7) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2007).

2. Menarche a. Pengertian

Menarche adalah permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas. Biasanya muncul pada usia 10 sampai 14 tahun. Perubahan penting terjadi pada masa gadis menjadi matang jiwa dan raganya melalui masa remaja wanita dewasa (Priece, 1999).

Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, anak pada usia tertentu, seseorang mencapai tahap kematangan organ-organ seks. Ditandai dengan haid pertama “ menarche “. Dalam masa kanak-kanak ovaria dikatakan masih dalam keadaan istirahat, belum menunaikan faalnya dengan baik. Setelah masa pubertas maka


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

terjadi perubahan-perubahan ovaria yang mengakibatkan perubahan besar pada seluruh tubuh wanita (Gunarso, 2001).

b. Perubahan yang terjadi bersamaan dengan Menarche

Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche meliputi thelarche, adrenarche, pertumbuhan tinggi badan lebih cepat, menarche dan perubahan fisik (Marjono, 1999).

1) Thelarche ( perkembangan payudara )

Ini terjadi paling awal pada usia kurang dari 10 tahun (8–13 tahun). Perkembangan payudara ini, disebabkan karena hormon estrogen. Payudara matang dicapai sekitar usia 14 – 15 tahun (12 – 18 tahun).

2) Adrenarche ( Pubarche atau perkembangan aksila dan pubis ) Mulai sekitar usia 11 tahun ( 10 – 14 tahun ). Adrenarche ini, terjadi karena peningkatan sekresi endrogen adrenal sehingga lebih banyak pregnolen yang masuk ke jalur androgen. 3) Pertumbuhan tinggi badan lebih cepat (maximal growth)

Bila terjadi 2 tahun sesudah talarche atau 1 tahun sebelum menarche. Dipengaruhi oleh growth hormone, estradiol dan insulin like-growth factor ( IGF – 1 ) atau somatomedin – C. Pertumbuhan biasa mencapai 5 – 10 cm dalam 1 tahun.


(32)

4) Menarche (haid pertama)

Variasi normal antara usia 9 – 16 tahun, dengan rata-rata 12 – 13 tahun haid pertama biasanya lama dan perdarahan banyak. Dengan bertambahnya usia siklus haid normal makin teratur disertai ovulasi. Ovulasi dicetuskan dengan adanya feedback positif estrogen terhadap hipotalamus–pituitari, mengakibatkan terjadinya cetusnya LH (lutenizing Hormone) yang menstimulasi ovulasi.

5) Perubahan psikis

Perasaan menjadi lebih sensitif, emosional dan rasa kagum terhadap lawan jenis.

c. Gangguan masa Menarche

Gangguan dalam masa menarche meliputi : menarche dini,

menarhe tarda dan perdarahan.

1) Menarche dini, yaitu sudah adanya haid sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun, sehingga hormon ini akan merangsang ovarium , ciri - ciri kelamin sekunder, menarche

dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya. Menurunnya usia waktu menarche disebabkan karena keadaan gizi, kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2) Menarche tarda ialah menarche yang baru datang setelah 14 tahun, yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi.

3) Perdarahan

Perlu diingat bahwa haid pertama jarang datang teratur seperti orang dewasa, lamanya perdarahan pada haid pertama sangat banyak selama beberapa bulan sesudah menarche. Haid datang dengan siklus pendek atau perdarahan waktu haid pertama sangat banyak selama beberapa bulan sesudah

menarche. Haid datang dengan siklus pendek atau perdarahan waktu haid banyak sehingga menggelisahkan orang tua. Ini perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan beratnya anemi dan gangguan pembekuan darah. Faktor-faktor psikologis, gizi dan diabetes perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya (Prawirohardjo, 1999).

3. Sikap menghadapi menarche

Sikap merupakan kesiapan untuk menghadapi menarche dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki respon(Azwar,2007).

Sikap dalam menghadapi menarche bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika dia tahu bahwa sudah menuju dewasa, percaya diri, tidak takut dan tidak cemas


(34)

terhadap apa yang dialaminya. Sikap negatif ditunjukkan dengan perasaan gelisah, takut, kurang percaya diri, serta bingung dengan apa yang akan terjadi (Fitria, 2007).

Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan faktor emosional (Azwar,2007).

C. Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah seseorang yang sedang berada pada suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan (Prawirohardjo, 2004).

2. Perkembangan remaja

Menurut Prawirohardjo (2004) perkembangan yang terjadi pada masa remaja ada empat yaitu meliputi :

a. Perkembangan fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan dengan mulainya pubertas. Hormon estrogen membuat anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

rongga rahim dan vagina sehingga membesar, tebal dan mengeluarkan cairan bertambah banyak. Selain itu juga dapat mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita dan dapat memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak.

b. Perkembangan intelektual

Tidak terdapat perubahan-perubahan dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang dapat diartikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika deduksi atau pengurangan. Tahap ini terjadi pada semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Sebagian besar remaja mampu menyesuaikan diri tanpa mendapatkan kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam dirinya, frustasi, kebimbangan bahkan keputusasaan.

c. Perkembangan seksual

Perubahan fisik yang terjadi mengakibakan munculnya dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, dan kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Pada masa ini mulai tumbuh ketertarikan


(36)

pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.

d. Perkembangan emosional

Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka berhubungan dengan yang lainnya dengan gaya dewasa. Terjadinya masalah emosional tersebut berbeda-beda pada setiap remaja. Biasanya pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, susah diatur, lebih mudah marah, cemas dan merasa bimbang.

D. Hubungan antara Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Sikap Menghadapi Menarche

Pengetahuan yang harus dimiliki remaja awal tentang menstruasi adalah pengetahuan tentang siklus menstruasi, sindrome sebelum datang bulan, cara penanggulangan, cara mengatasi nyeri perut saat menstruasi, perawatan diri selama menstruasi.

Menurut Azwar (2007) pengetahuan dapat mempengaruhi perubahan sikap pada remaja. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menghadapi menarche sikap kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki respon di mana stimulus tersebut adalah menarche. Individu dengan pengetahuan yang baik maka dia telah mengetahui tentang menarche, sehingga akan mempengaruhi respon terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

Remaja yang mendapat informasi yang benar tentang menstruasi maka mereka akan mampu menerima terjadinya menstruasi pertama dan mampu menerima setiap perubahan yang dialami dengan positif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang menstruasi akan merasa cemas dengan perubahan yang dialami dan cenderung bersikap negatif. Remaja yang kurang memperoleh informasi, akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2007).


(38)

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

F. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep dapat dirumuskan: Hipotesis Penelitian: Ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi

Pengetahuan tentang menstruasi

sikap menghadapi

menarche

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan 1. Sosial ekonomi 2. Kultur

3. Pendidikan


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah corelasional dengan rancangan cross sectional, yaitu mencoba untuk mencari hubungan antar variabel faktor resiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel itu sehingga disusun hipotesisnya (Nursalam, 2003).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Negeri Bulukantil yang bertempat di Kelurahan Ngoresan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010.

C. Populasi dan Sampel.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


(40)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007)

a. Populasi Target

Seluruh siswi kelas IV dan V SD yang belum pernah menstruasi (menarche).

b. Populasi Aktual

Seluruh siswi kelas IV dan V SD Negeri Bulukantil Ngoresan Jebres Surakarta yang berjumlah 52 siswi yang belum menstruasi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007).

a. Besar Sampel

Dalam menentukan besar atau jumlah sampel harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

1) Tingkat ketepatan (Level of precision)

Tingkat keteapatan disebut juga kesalahan pengambilan sampel (error sampling), merupakan jangkauan di mana nilai populasi ditentukan.

2) Tingkat kepercayaan (Level risk atau confidence)

Tingkat kepercayaan menunjukkan kesesuaian sampel yang diteliti dengan nilai populasi yang sebenarnya. Tingkat kepercayaan berkisar antara 99% tertinggi dan 90 % yang terendah.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Besar sampel sangat tergantung pada model populasi yang diteliti, semakin mendekati nilai populasi sebenarnya maka semakin kecil tingkat error sampling. Untuk populasi kecil misalnya 100 atau kurang dari 100 sebaiknya semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi kecil maka jumlah sampel adalah seluruh anggota populasi yang berjumlah 52 orang (Narimawati dan Munandar, 2008).

3. Teknik Sampling

Adapun cara pengambilan sampel yang digunakan olah peneliti adalah dengan menggunakan tehnik total sampling dimana semua anggota dijadikan sebagai sampel (Narimawati dan Munandar, 2008).

D. Kriteria Restriksi Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Seluruh siswi kelas IV dan V SD Negeri Bulukantil tahun ajaran 2009/2010.

b. Berusia 10-13 tahun c. Hadir pada saat penelitian 2. Kriteria Eksklusi

a. Bukan siswi kelas IV dan V SD Negeri Bulukantil b. Berumur < 10 tahun atau > 13 tahun.


(42)

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang menstruasi.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas/independen (Sugiyono, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap dalam menghadapi menarche pada remaja putri.

F. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas: Pengetahuan remaja putri tentang menarche a. Pengertian

Pemahaman remaja tentang pengertian menstruasi meliputi: pengertian menstruasi pada awal sebagai pertanda sudah dewasa (menarche), gangguan-gangguan menstruasi dan cara penanganannya.

b. Alat ukur Kuesioner


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

c. Hasil ukur

Pengetahuan diukur menggunakan skala Gutmaan dengan jawaban benar salah kemudian diordinalkan dalam bentuk:

Pengetahuan tinggi jika

Pengetahuan tinggi : jika X > X +SD

Pengetahuan sedang : X -SD< X < X +SD

Pengetahuan rendah : X < X-SD

keterangan:

X : total nilai

X : Nilai rata-rata SD: Standard deviasi d. Skala

Ordinal

2. Variabel Terikat: Sikap remaja putri dalam menghadapi menarche a. Pengertian

Sikap merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

b. Alat ukur Kuesioner c. Hasil ukur

Sikap diukur menggunakan skala likert. Hasil skor nilai jawaban kemudian dikategorikan dalam bentuk:


(44)

2) Sikap negatif: jika hasil skor T < 50 Rumusnya skor T adalah:

ú û ù ê

ë

éC-C

+ =

s

T 50 10

Keterangan:

X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

C = Mean skor kelompok s = Deviasi standar kelompok d. Skala

Nominal

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan kumpulan pernyataan mengenai suatu objek. Pernyataan dalam kuesioner bersifat tertutup, yaitu variasi jawaban sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang telah diberikan (Notoatmodjo, 2002).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang menstruasi menggunakan skala Guttnan, yaitu kuesioner dengan pernyataan dengan


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a. Untuk pernyataan positif 1) Benar (B) : nilai 1 2) Salah (S) : nilai 0 b. Untuk pernyataan negatif

1) Benar (B) : nilai 0 2) Salah (S) : nilai 1

Kuesioner untuk mengukur sikap remaja putri dalam menghadapi menarche menggunakan skala Likert, yaitu kuesioner dengan pernyataan dengan empat alternatif jawaban sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan positif

1) Sangat setuju (SS) : nilai 4 2) Setuju (S) : nilai 3 3) Tidak setuju (TS) : nilai 2 4) Sangat tidak setuju (STS) : nilai 1 b. Untuk pernyataan negatif

1) Sangat setuju (SS) : nilai 1 2) Setuju (S) : nilai 2 3) Tidak setuju (TS) : nilai 3 4) Sangat tidak setuju (STS) : nilai 4


(46)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Penelitian

Indikator Jumlah No. Soal Tidak Valid 1. Pengetahuan

siswi tentang menstruasi

a. Pengertian menarche. 2 6, 20 b. Pengertian

menstruasi.

5 1,3,4,5,18 4 c. Gangguan

menstruasi.

8 9,10,11,15,19, 25,27,30

30 d. Siklus menstruasi. 4 8,12,13,14 12 e. Perubahan yang

terjadi akibat menarche

2 17,28

f. Penyebab menstruasi 3 7,21,22 g. Usia menstruasi 4 16,23,24,29 h. Perawatan selama

menstruasi

2 2,26 2. Sikap dalam

menghadapi menarche

Sikap positif

a. percaya diri dengan apa yang akan dihadapi saat menarche

6 1,8,9,20,22,23 8

b. tidak takut dan cemas dalam menghadapi

menarche

3 2,7,19

c. mengetahui cara menangani dan siap menghadapi

menarche

4 3,4,6,15

Sikap negative

a. tidak percaya diri dengan apa yang akan dihadapi saat menarche

4 10,17,21,24

b. takut dan cemas dalam menghadapi menarche

4 12,13,18,25 13

c. tidak mengetahui cara menangani dan siap menghadapi menarche


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan responden diminta mengisi kuesioner tersebut dengan dipandu oleh peneliti, untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan sikap remaja putri dalam menghadapi menache.

Kuesioner berhubungan dengan:

a. Identifikasi responden yaitu nomor responden, umur responden.

b. Pertanyaan-pertanyaan informatif tentang apa yang telah diketahui menstruasi dan sikap dalam mengahdapi menarche.

Data yang dikumpulkan kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui baik tidaknya instrument pengumpul data (Taufiqurohman, 2003).

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji coba dimaksudkan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Azwar, 2007).


(48)

a. Uji Validitas untuk Pengetahuan

Uji validitas untuk mengukur tingkat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial dikarenakan datanya dikotomi. Adapun untuk pengujian tes teknik korelasi point biserial dengan rumus (Azwar, 2007):

(

p

)

p S M M r x x i pbis -ú û ù ê ë é -= 1 Keterangan: pbis

r = koefisien korelasi point biserial.

Mi = mean skor x dari seluruh subyek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi i

Mx = mean skor dari seluruh obyek Sx = deviasi standar skor x

p = proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi

i = skor pada variabel dikotomi

Tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien-koefisien yang dihitung berdasarkan dua kelompok nilai. Jika dua variabel sangat erat hubungannya, maka koefisien korelasi mendekati +1,00 atau -1,00 hasil selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel validitas untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Item dinyatakan valid jika rhitung ³rtabel pada taraf signifikansi 5%.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berdasarkan hasil uji validitas dengan korelasi point biserial,

didapatkan dari 30 item pertanyaan pengetahuan tentang menstruasi ada 27 item yang valid, 3 item yang tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian ini.

b. Uji Validitas untuk Sikap

Uji validitas untuk mengukur prosedur sikap dalam penelitian ini menggunakan teknik Produk Moment karena data tipe skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut (Sugiyono, 2007).

{

}

{

2 ( )2 2 ( )2

}

) . ( ) ( y y N x x N y x xy N r å -å å -å å å -å = Keterangan:

r : koefisien korelasi x : pernyataan y : skor total xy : skor pernyataan N : Jumlah sampel

Secara keseluruhan uji validitas didapat jika rhitung > rtabel maka, Item pertanyaan dinyatakan valid, dan jika rhitung < rtabel maka item pertanyaan dikatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil uji validitas dengan Produk Moment,


(50)

23 item yang valid, 2 item yang tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk itu dilakukan uji reliabilitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu instrumen, sehingga dapat diramalkan apabila alat ukur yang digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang hampir sama dalam waktu yang berbeda dan pada orang yang berbeda (Azwar, 2007).

a. Uji Reliabilitas untuk Pengetahuan

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil adalah rumus Kruder Richarson-20 (Saifuddin, 2008), sebagai berikut:

2

(1

)

~ 20

1

1

x

p

p

k

KR

k

S

é

-

ù

é

ù

=

ê

ú

ê

-

ú

û ê

ë

ú

û

å

k = banyaknya item dalam tes

2

x

S = varians skor tes

p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Perhitungan reliabilitas menggunakan KR-20 hasilnya akan

dibandingkan dengan nilai r tabel pada N item soal yang valid, jika r KR-20 ≥ r tabel maka disimpulkan reliable atau dapat dipercaya.

Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid menggunakan KR-20 pada pengetahuan tentang menstruasi adalah 0,980.

b. Uji Reliabilitas untuk sikap

Rumus untuk mengukur reliabel atau tidaknya instrumen penelitian sikap menggunakan pendekatan rumus Alpha Cronbach

adapun rumusnya sebagai berikut:

ú ú ú û ù ê ê ê ë é å -= 2 2 1 1 k i r t S i S k Keterangan:

r1 = Reliabilitas internal seluruh instrumen

k = mean kuadrat antara subjek

å 2

i

S = jumlah mean kuadrat kesalahan

2

t

S = varian total

Berdasarkan uji reliabilitas pada jumlah soal yang valid menggunakan Alpha Cronbach pada sikap menghadapi menarche

adalah 0,984. Hasil perhitungan alpha dikatakan reliabel jika nilai alpha > 0.6 (Sugiyono, 2007).


(52)

I. Teknik Analisa Data

1. Cara pengolahan data a. Penilaian

1) pengukuran untuk pengetahuan

Pengetahuan diukur menggunakan kuesioner dengan menggunakan skala Guttmann dengan jawaban benar dan salah. Untuk pertanyaan positif, jika menjawab benar diberi nilai 1 dan jika menjawab salah diberi nilai 0, sedangkan untuk pertanyaan negatif , jika menjawab benar diberi nilai 0 dan jika menjawab salah diberi nilai 1, selanjutnya skor total diordinalkan dalam bentuk kategori sebagai berikut:

Tinggi : jika X > X +SD

Sedang : X -SD< X < X +SD

Rendah : X < X-SD

keterangan:

X : total nilai

X : Nilai rata-rata SD: Standard deviasi 2) Pengukuran sikap

Untuk penilaian sikap, setelah masing-masing jawaban responden tersebut diperoleh kemudian skornya diolah, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel pengolahan data dengan


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

menggunakan rumus standar skala Likert, yaitu skor T. (Azwar, 2007). Rumusnya adalah:

ú û ù ê

ë

éC-C

+ =

s

T 50 10

Keterangan:

X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

C = Mean skor kelompok s = Deviasi standar kelompok

Klasifikasi sikap responden dilakukan setelah mengetahui hasil skor T, yaitu dikategorikan sebagai berikut:

a) Positif : jika hasil skor T > 50. b) Negatif : jika hasil skor T < 50 b. Tabulating

Membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisa yang telah dibutuhkan (Hidayat, 2001). 2. Analisis data

Adalah tahap dimana data diolah dan dianalisa dengan teknik-teknik tertentu. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametris teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariate

untuk menggambarkan karakteristik responden yang diteliti dengan menggunakan definisi operasional untuk masing-masing variabel dan analisis bevariate untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antar


(54)

dua variabel, uji statistik yang digunakan adalah Chi square untuk data dengan skala nominal 2 kategori dengan rumus:

å

=

-= k

i h

h F

F F x

1

2 0

2 ( )

Keterangan:

X2 = Chi kuadrat

F0 = Frekuensi yang diobservasi

Fh = Frekuensi yang diharapkan

Nilai x2 hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai x2

tabel. H0 diterima jika x2hitung ≥ x2 tabel dengan kesalahan 5% pada


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada remaja putri di SDN Bulukantil, dengan hasil sebagai berikut:

A. Profil SDN Bulukantil Jebres Surakarta

SDN Bulukantil terletak di Jl. Kartika No. 32 Ngoresan Jebres Surakarta. SDN Bulukantil merupakan sekolah dasar kelompok inti dengan kategori A (amat baik). Saat ini SDN Bulukantil dengan kepala sekolah Maryanto, S.Pd., MM. Sebagai sekolah unggulan SDN Bulukantil dilengkapi dengan fasilitas seperti Ruang Komputer, Ruang UKS, Ruang KKG, Ruang Kesenian, Ruang Perpustakaan. Fasilitas tersebut untuk menunjang pembelajaran dengan teknologi informasi. Keunggulan lain dari SDN Bulukantil adalah adanya sekolah sehat, dokter kecil dan pramuka. Jumlah siswa-siswi SDN Bulukantil saat ini sebanyak 283 dengan 124 siswa dan 159 siswi. Jumlah tenaga pengajar sebanyak 17 dengan 1 lulusan S2, 11 lulusan S1 dan 5 lulusan D II.

SDN Bulukantil terletak di Kelurahan Ngoresan Kecamatan Jebres Kota Surakarta, yang berdekatan dengan salah satu kampus besar di Surakarta, yaitu di bagian utara Kota Surakarta. Data dari Sekolah didapatkan kebanyakan orang tua siswa bekerja di kantor-kantor swasta dan pegawai negeri. Kebanyakan siswi yang sekolah di SDN Bulukantil adalah golongan


(56)

menengah ke atas karena biaya SDN Bulukantil cukup mahal dibandingkan dengan sekolah-sekolah dasar di sekitarnya.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada 52 responden, yang terbagi dalam 2 kelas, yaitu siswi kelas 4 dan kelas 5. Hasil penelitian akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Univariat

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Persen (%)

1. 8 tahun 1 1.9

2. 9 tahun 6 11.5

3. 10 tahun 20 38.5 4. 11 tahun 22 42.3

5. 12 tahun 3 5.8

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa umur responden pada rentang 8-12 tahun, dengan umur paling dominan adalah 11 tahun, yaitu sebanyak 22 responden (42.3%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Siswi Karakteristik responden berdasarkan pendidikan orangtua siswi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan orang tua siswi

No. Pendidikan Frekuensi Persen (%)

1 SD 3 5.8

2 SMP 7 13.5

3 SMA 25 48.1

4 Sarjana 17 32.7

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa paling dominan pendidikan orang tua siswi SD Negeri Bulukantil adalah tamatan SMA, yaitu sebanyak 25 responden (48.1%).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Menstruasi

Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi siswi tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Sumber Informasi tentang Menstruasi

No. Sumber informasi Frekuensi Persen (%)

1 Media cetak 0 0

2 Media elektronik 0 0 3 Orang tua 34 65.4

4 Guru 18 34.6

Total 52 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa remaja memperoleh informasi tentang menstruasi paling dominan dari orang tua, yaitu sebanyak 34 responden (65.4%).

d. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menstruasi Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini


(58)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menstruasi

No. Pengetahuan Frekuensi Persen (%)

1 Tinggi 6 11.5

2 Sedang 37 71.2

3 Rendah 9 17.3

Total 52 100

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja putri di SDN Bulukantil tentang menstruasi paling dominan adalah dengan pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 37 responden (71.2%).

e. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Menghadapi Menarche

Karakteristik responden berdasarkan sikap dalam menghadapi menarche tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Menghadapi Menarche

No. Sikap Frekuensi Persen (%)

1 Positif 40 76.9

2 Negatif 12 23.1

Total 52 100

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa sikap remaja putri di SDN Bulukantil tentang dalam menghadapi menarche dengan 40 responden (76.9%) dengan sikap positif dan 12 responden (23.1%) dengan sikap negatif.


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche di SDN Bulukantil. Hasil analisa bivariat sebagai berikut: Tabel 4.6. Cross Tabulation (Tabulasi Silang) pengetahuan remaja putri

tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche di SD N Bulukantil

Sikap Pengetahuan Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Positif Negatif Jumlah X2 p F 4 32 4 40 % 7.7 61.5 7.7 76.9 F 2 5 5 5 % 3.8 9.6 9.6 23.1 F 6 37 9 52 % 11.5 71.2 17.3 100

7.610 0.022

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut dapat diketahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche di SDN Bulukantil sebagai berikut: responden dengan pengetahuan tinggi, 4 responden (7.7%) dengan sikap positif dan 2 responden (3.8%) dengan sikap negatif. Responden dengan pengetahuan sedang, 32 responden (61.5%) dengan sikap positif dan 5 responden (9.6%) dengan sikap negatif. Responden dengan pengetahuan rendah, 4 responden (7.7%) dengan sikap positif dan 5 responden (9.6%) dengan sikap negatif.

Uji hipotesis menggunakan chi square test dengan hasil X2 hitung sebesar 7.610 dan nilai p =0.022 akan diujikan pada X2 tabel pada df (dejarat kebebasan) sebesar 5.991. Karena X2 ( 7.610) > X2 tabel (5.991) serta p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan Ho ditolak dan Ha


(60)

diterima jadi ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche di SDN Bulukantil.


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi square dengan p (0.022) < 0.05 membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan dengan

sikap. Menurut (Walgito, 2003) sikap berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan jika pengetahuannya semakin baik maka sikapnya akan cenderung ke arah yang positif pula. Hasil penelitian juga bersesuaian dengan teori, dimana hasil penelitian ini juga menunjukkan semakin tinggi pengetahuan siswi semakin ke arah positif sikapnya dalam menghadapi menarche.

Sikap remaja putri di SDN Bulukantil tentang menstruasi dalam menghadapi menarche dengan 40 responden (76.9%) dengan sikap positif dan 12 responden (23.1%) dengan sikap negatif. Gambaran hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah siap menghadapi menarche, hal ini ditunjukkan dengan mayoritas siswi SDN Bulukantil mempunyai sikap positif terhadap menarche. Menurut (Fitria, 2007) sikap positif ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika dia tahu bahwa sudah menuju dewasa, percaya diri, tidak takut dan tidak cemas terhadap apa yang dialaminya.


(62)

Hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap dalam menghadapi menarche menunjukkan arah kecenderungan siswi dengan pengetahuan yang baik akan lebih ke sikap arah positif dan siswi dengan pengetahuan kurang mempunyai kecenderungan ke sikap arah negatif. Arah positif yaitu remaja mempunyai kesiapan ketika mengalami menarche karena menganggap sebagai hal yang wajar dan pasti terjadi pada semua wanita, tidak takut, dan tahu apa yang harus dilakukan ketika sudah mengalami menarche dan arah negatif jika remaja mempunyai perasaan takut, bingung, tidak tahu dengan apa yang akan terjadi, dan tidak siap dengan apa yang akan dialaminya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 6 responden 4 di antaranya dengan sikap positif sedangkan responden dengan pengetahuan rendah sebanyak 9 responden 5 diantaranya dengan sikap negatif.

Pengetahuan remaja putri di SDN Bulukantil tentang menstruasi paling dominan adalah dengan pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 37 responden (71.2%). Hal ini menunjukkan siswi SDN Bulukantil sudah cukup mengetahui tentang menstruasi. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial ekonomi, kultur (budaya dan agama), pendidikan, dan pengalaman. Dari segi sosial ekonomi siswi SDN Bulukantil adalah golongan menengah berada di lingkungan perkotaan dengan sarana informasi yang sudah sangat memadai. Pendidikan orang tua siswi cukup baik, sehingga turut juga membantu kesadaran orang tua untuk


(63)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

sehingga siswi jadi mengetahui tentang menstruasi. Peran guru juga cukup aktif dalam memberikan informasi tentang menstruasi sehingga hal ini akan dapat menambah pengetahuan siswi tentang menstruasi.

Siswi SDN Bulukantil kebanyakan mendapatkan informasi tentang menarche dari orang tua dan guru, hasil penelitian menunjukkan 34 responden (65.4%) orang tua telah memberitahu tentang menstruasi dan 18 responden (34.6%) mendapatkan informasi dari guru. Informasi-informasi sejak dini sangat bermanfaat bagi siswi dalam menambah pengetahuan tentang menarche, sehingga para remaja putri tidak takut karena hal ini wajar terjadi pada semua wanita sebagai bagian dari siklus kematangan untuk bereproduksi.

Penelitian ini jauh dari sebuah kesempurnaan, oleh karena itu dalam penelitian ini masih ada keterbatasan-keterbatasan yang penulis sadari, antara lain: faktor yang berpengaruh pada pembentukan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche sangat banyak, akan tetapi dalam penelitian ini hanya membahas hubungan pengetahuan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche, sehingga dalam hal ini penulis menyadari kekurangan pada variabel-variabel yang berhubungan pada sikap dalam menghadapi menarche.

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap sikap, sehingga didapatkan hasil yang lebih bermanfaat dan mengetahui faktor apa yang pengaruhnya lebih besar dalam pembentukan sikap.


(64)

commit to user BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche yang dilakukan di SD Negeri Bulukantil Jebres Kota Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche, diketahui dari hasil uji hipotesis dengan chi square, yaitup (0.022) < 0.05.

2. Sikap menghadapi menarche yang paling dominan adalah sikap positif, yaitu sebanyak 40 responden (76.9%) .

3. Pengetahuan responden tentang menstruasi yang paling dominan dengan pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 37 responden (71.2%).

B. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi remaja untuk berupaya membangun pengetahuan tentang menstruasi sehingga mengarahkan kepada sikap yang lebih positif dalam menghadapi menarche.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi orang tua untuk membantu remaja membangun pengetahuan tentang menstruasi sehingga remaja lebih siap dan bersikap positif dalam menghadapi menarche.


(65)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan khususnya sekolah dalam menentukan program-program yang dapat menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang menarche sehingga siswi dapat bersikap positif dalam menghadapi menarche.

4. Bagi penelitian selanjutnya hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti faktor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap sikap dalam menghadapi menarche.


(1)

commit to user

diterima jadi ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche di SDN Bulukantil.


(2)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi square dengan p (0.022) < 0.05 membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan dengan

sikap. Menurut (Walgito, 2003) sikap berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan jika pengetahuannya semakin baik maka sikapnya akan cenderung ke arah yang positif pula. Hasil penelitian juga bersesuaian dengan teori, dimana hasil penelitian ini juga menunjukkan semakin tinggi pengetahuan siswi semakin ke arah positif sikapnya dalam menghadapi menarche.

Sikap remaja putri di SDN Bulukantil tentang menstruasi dalam menghadapi menarche dengan 40 responden (76.9%) dengan sikap positif dan 12 responden (23.1%) dengan sikap negatif. Gambaran hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah siap menghadapi menarche, hal ini ditunjukkan dengan mayoritas siswi SDN Bulukantil mempunyai sikap positif terhadap menarche. Menurut (Fitria, 2007) sikap positif ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika dia tahu bahwa sudah menuju dewasa, percaya diri, tidak takut dan tidak cemas terhadap apa yang dialaminya.


(3)

commit to user

Hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap dalam menghadapi menarche menunjukkan arah kecenderungan siswi dengan pengetahuan yang baik akan lebih ke sikap arah positif dan siswi dengan pengetahuan kurang mempunyai kecenderungan ke sikap arah negatif. Arah positif yaitu remaja mempunyai kesiapan ketika mengalami menarche karena menganggap sebagai hal yang wajar dan pasti terjadi pada semua wanita, tidak takut, dan tahu apa yang harus dilakukan ketika sudah mengalami menarche dan arah negatif jika remaja mempunyai perasaan takut, bingung, tidak tahu dengan apa yang akan terjadi, dan tidak siap dengan apa yang akan dialaminya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 6 responden 4 di antaranya dengan sikap positif sedangkan responden dengan pengetahuan rendah sebanyak 9 responden 5 diantaranya dengan sikap negatif.

Pengetahuan remaja putri di SDN Bulukantil tentang menstruasi paling dominan adalah dengan pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 37 responden (71.2%). Hal ini menunjukkan siswi SDN Bulukantil sudah cukup mengetahui tentang menstruasi. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial ekonomi, kultur (budaya dan agama), pendidikan, dan pengalaman. Dari segi sosial ekonomi siswi SDN Bulukantil adalah golongan menengah berada di lingkungan perkotaan dengan sarana informasi yang sudah sangat memadai. Pendidikan orang tua siswi cukup baik, sehingga turut juga membantu kesadaran orang tua untuk memberikan informasi sejak awal pada putrinya mengenai menarche


(4)

commit to user

sehingga siswi jadi mengetahui tentang menstruasi. Peran guru juga cukup aktif dalam memberikan informasi tentang menstruasi sehingga hal ini akan dapat menambah pengetahuan siswi tentang menstruasi.

Siswi SDN Bulukantil kebanyakan mendapatkan informasi tentang menarche dari orang tua dan guru, hasil penelitian menunjukkan 34 responden (65.4%) orang tua telah memberitahu tentang menstruasi dan 18 responden (34.6%) mendapatkan informasi dari guru. Informasi-informasi sejak dini sangat bermanfaat bagi siswi dalam menambah pengetahuan tentang menarche, sehingga para remaja putri tidak takut karena hal ini wajar terjadi pada semua wanita sebagai bagian dari siklus kematangan untuk bereproduksi.

Penelitian ini jauh dari sebuah kesempurnaan, oleh karena itu dalam penelitian ini masih ada keterbatasan-keterbatasan yang penulis sadari, antara lain: faktor yang berpengaruh pada pembentukan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche sangat banyak, akan tetapi dalam penelitian ini hanya membahas hubungan pengetahuan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche, sehingga dalam hal ini penulis menyadari kekurangan pada variabel-variabel yang berhubungan pada sikap dalam menghadapi menarche.

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap sikap, sehingga didapatkan hasil yang lebih bermanfaat dan mengetahui faktor apa yang pengaruhnya lebih besar dalam pembentukan sikap.


(5)

commit to user

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche yang dilakukan di SD Negeri Bulukantil Jebres Kota Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche, diketahui dari hasil uji hipotesis dengan chi square, yaitu p (0.022) < 0.05.

2. Sikap menghadapi menarche yang paling dominan adalah sikap positif, yaitu sebanyak 40 responden (76.9%) .

3. Pengetahuan responden tentang menstruasi yang paling dominan dengan

pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 37 responden (71.2%).

B. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi remaja untuk berupaya membangun pengetahuan tentang menstruasi sehingga mengarahkan kepada sikap yang lebih positif dalam menghadapi menarche.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi orang tua untuk membantu remaja membangun pengetahuan tentang menstruasi sehingga remaja lebih siap dan bersikap positif dalam menghadapi menarche.


(6)

commit to user

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan khususnya sekolah dalam menentukan program-program yang dapat menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang menarche sehingga siswi dapat bersikap positif dalam menghadapi menarche.

4. Bagi penelitian selanjutnya hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti faktor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap sikap dalam menghadapi menarche.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN REMAJA MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI 3 BANTUL

3 12 122

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP MENGHADAPI SINDROM PRE-MENSTRUASI Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Menghadapi Sindrom Pre-Menstruasi Pada Remaja Putri Siswi X Dan XI MAN 2 Madiun.

0 4 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP MENGHADAPI SINDROM PRE-MENSTRUASI Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Menghadapi Sindrom Pre-Menstruasi Pada Remaja Putri Siswi X Dan XI MAN 2 Madiun.

0 2 15

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Muslimah - Ubaya Repository

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN TINGKAT KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI USIA 10-12 TAHUN DI SD MUHAMMADIYAH DADAPAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH 2 KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2009

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD M

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI SD N 1 JETIS YOGYAKARTA

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA

1 1 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI KELAS VII SMP N 6 PURWOKERTO 2016

0 0 16