mempunyai korelasi return dan earnings ERC rendah lebih banyak melakukan pengungkapan, dengan kata lain ERC berhubungan negatif dengan luas pengungkapan.
Selain pengungkapan sukarela dan ketepatan waktu laporan keuangan yang terbukti mempengaruhi ERC, peneliti lain mencoba mengaitkan size dengan ERC Easton dan
Zmijewski,1989 dan leverage dengan ERC Dhaliwal dkk, 1991. Lebih luas lagi, penelitian meliputi faktor yang mempengaruhi pengungkapan
sukarela diantaranya leverage dan reputasi auditor telah dilakukan oleh Meek, Robert dan Gray 1955. Sedangkan Dyer dan Hugh,1975 telah meneliti faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu laporan keuangan seperti size dan opini audit terhadap ERC. Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu peneliti mencoba mengembangkan
lebih lanjut dari penelitian yang telah dilakukan secara terpisah oleh peneliti sebelumnya dengan cara menggabungkan beberapa variabel tersebut dan menggunakan metode Path
Analysis untuk mengamati pengaruh variabel langsung dan tidak langsung terhadap ERC dengan variabel pengungkapan sukarela voluntary disclosure, ketepatan waktu
timeliness pelaporan keuangan sebagai variabel intervening dari leverage, dan size, dan beberapa variabel control yaitu reputasi audit, opini audit, persistensi dan growth.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Menguji variabel langsung yang mempengaruhi Earning Response Coefficient
a. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap disclosure? b. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap ERC?
c. Apakah disclosure berpengaruh signifikan terhadap ERC? d. Apakah size berpengaruh signifikan terhadap timeliness?
e. Apakah size berpengaruh signifikan terhadap ERC? f. Apakah timeliness berpengaruh signifikan terhadap ERC?
2. Menguji variabel tidak langsung yang mempengaruhi ERC a Apakah leverage melalui disclosure berpengaruh signifikan terhadap ERC?
b. Apakah size melalui timeliness berpengaruh signifikan terhadap ERC?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh leverage, disclosure, size, timeliness, terhadap Earning Response Coefficient
3
2. Pengaruh leverage terhadap disclosure
3. Pengaruh size terhadap timeliness.
4. Pengaruh leverage terhadap ERC melalui disclosure sebagai variabel intervening 5. Pengaruh size terhadap ERC melalui timeliness sebagai variabel intervening
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi : 1. BAPEPAM dan penyusun SAK,: membantu untuk mengembangkan, mengubah,
menambah dan menjelaskan standar akuntansi yang berlaku untuk menciptakan pasar modal yang efisien.
2. Emiten, Investor dan Profesi Akuntansi : Pengetahuan mengenai voluntary disclosure serta pentingnya timeliness pelaporan keuangan yang merupakan minimal dua hal yang
saling terkait untuk mendorong agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi.
KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pustaka
1. Pengungkapan Sukarela voluntary disclosures
Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang pengungkapan adalah keputusan Bapepam No. Kep-38PM1996. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib mandatory disclosures dan pengungkapan sukarela voluntary disclosures.
Pengertian Pengungkapan Sukarela menurut Meek dkk. 1995 adalah sebagai berikut : Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk
memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai laporan tahunan. Karena perusahaan memiliki keleluasan dalam
melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan.
2. Ketepatan Waktu Timeliness Laporan Keuangan
Timeliness merupakan salah satu tujuan kualitatif laporan keuangan selain relevance, understandability, verifiability, neutrality, comparability dan completeness
APB Statements No.4.
4
Bapepam bersama Bursa Efek Jakarta BEJ menetapkan keputusan No.80PM1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala akhir tahun
dan tengah tahunan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi dari Ikatan Akuntansi Indonesia yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan
disertai pendapat akuntan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari sejak tanggal berakhirnya tahun buku dan wajib diumumkan ke publik paling tidak melalui dua surat
kabar harian berbahasa Indonesia.
3. Pengertian Earnings Response Coefficient ERC
Umumnya dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earnings Response Coefficient, yang merupakan bentuk pengukuran
kandungan informasi dalam laba. Pengertian Koefisien Respon Laba Earnings Response Coefficient menurut Cho
dan Jung 1991 adalah sebagai berikut : Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings
terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan unexpected earning.
Cho dan Jung 1991 mengklasifikasi pendekatan teoritis ERC menjadi dua kelompok yaitu 1 model penilaian yang didasarkan pada informasi ekonomi information
economics based valuation model seperti dikembangkan oleh Holthausen dan Verrechia 1988 dan Lev 1989 yang menunjukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal
informasi laba ERC merupakan fungsi dari ketidakpastian di masa mendatang. Semakin besar noise dalam system pelaporan perusahaan semakin rendah kualitas laba, semakin
kecil ERC dan 2 model penilaian yang didasarkan pada time series laba time series based valuation model seperti dikembangkan oleh Beaver, Lambert dan Morse 1980.
4. Variabel Kontrol a. Hubungan Reputasi auditor terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan
Keuangan
Audit dilakukan sebagai wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerima dalam konsep agensi Mesier, 2003. Variabel ini digunakan
untuk melihat interaksi antara reputasi auditor the big four ErnstYoung, Price Waterhouse and Coopers, KPMG, Deloitte dan non-the big four dalam
5
mempengaruhi pengungkapan laporan tahunan. Variabel ini menggunakan dummy, perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four dicatat dengan 1
sedangkan yang tidak dicatat 0. Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong 1993 ditunjukkan pasar merespon
secara berbeda terhadap kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas
angka akuntansi yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar ERC.
b. Hubungan opini audit dengan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para csalon investor. Hal ini disebabkan informasi yang
terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru memgenai keadaan perusahaan di pasar modal.
Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan keuanghan secara tepat. Hipotesis ini memberikan makna bahwa manajemen
memandang penting opini audit sehingga sesegera mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan
mempunyai berita baik good news.
c. Hubungan Persistensi Laba dengan ERC
Definisi persistensi laba menurut Scott 2003 adalah revisi laba yang diharapkan di masa mendatang expected future earnings yang diimplikasikan oleh
inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Semakin tinggi
persistensi laba maka semakin tinggi ERC, hal ini berkaitan dengan kekuatan laba. Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan menunjukkan bahwa
perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Kormendi dan Lipe 1987 menunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan positif dengan ERC.
Collins dan Kothari 1989 juga menemukan hubungan yang positif antara estimasi ERC dan persistensi dengan menggunakan perubahan laba sebagai proksi untuk
unexpected earnings. Berbeda dengan Ali dan Zarowin 1992 yang menemukan bahwa estimasi error pada ERC secara negatif berhubungan dengan persistensi. Hal
6
ini disebabkan beberapa analisa sebelumnya terhadap hubungan antara ERC dan persistensi adalah berlebihan.
d. Hubungan Pertumbuham Laba terhadap ERC
Penelitian tentang pertumbuhan laba dan koefisien respon laba telah dikemukakan oleh Collins dan Kothari 1989. Pertumbuhan laba diukur dengan rasio
nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan laba mempunyai hubungan yang positif dengan koefisien respon laba.
Collins dan Kothari 1989 menyatakan bahwa kesempatan tumbuh berdampak pada laba masa depan dan begitu juga dengan ERC. Dengan kata lain,
semakin tinggi kesempatan suatu perusahaan untuk tumbuh maka akan semakin tinggi ERC. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan mempunyai
hubungan yang positif dengan ERC.
B. Skema Pengujian Simultan antara Variabel Langsung dan Tidak Langsung.
Variabel Dependen
Leverage
Reputasi Auditor
Size
Variabel Kontrol Opini Audit
Variabel Kontrol Earnings Response
Coefficient ERC
Pengungkapan Sukarela Voluntary Disclosure
Variabel Kontrol Persistensi
Growth Ketepatan Waktu
Timeliness
Ha2 Ha1
Ha5 Ha3
Ha6
Ha4
7
Variabel Independen Variabel Intervening
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh leverage terhadap ERC Dhaliwal, Lee dan Farger 1991 membuktikan bahwa leverage berpengaruh
negatif terhadap koefisien respon laba yaitu ERC. Perusahaan yang tingkat leverage- nya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal. Dengan
demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba perusahaan maka semakin negatif respon
pemegang saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menggantungkan kreditur.
Harris dan Raviv 1990 menyatakan bahwa besarnya hutang menunjukkan
kualitas perusahaan serta prospek yang kurang baik pada masa mendatang. Untuk perusahaan dengan hutang yang banyak, peningkatan laba akan menguatkan posisi
dan keamanan bondholders daripada pemegang saham. Dhaliwal dan Reynolds 1994 mengkombinasikan model penilaian perusahaan
dengan model penetapan harga opsi untuk menunjukkan bahwa koefisien respons laba akuntansi merupakan fungsi negatif dari default risk dan resiko sistematiknya.
Ha1: Terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan ERC.
2. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan sukarela Meek, Robert dan Gray 1955 menyatakan semakin tinggi tingkat leverage
perusahaan, semakin besar pula agency cost. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan
pengungkapan yang lebih luas. Suripto 1999 meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Karakteristik perusahaan dilambangkan dengan ukuran perusahaan total asset, rasio leverage dan likuiditas
sebagai variabel independent, sedangkan variabel dependennya adalah indeks pengungkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut
secara bersama-sama mampu menjelaskan pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan. Akan tetapi secara individu, variabel-variabel tersebut tidak mampu
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan.
8
Ainun dan Rakhman 2000 melakukan penelitian tentang analisis hubungan
antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan leverage keuangan memiliki
hubungan yang signifikan positif terhadap indeks kelengkapan pengungkapan. Fitriani 2001 melakukan penelitian tentang signifikasi perbedaan tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin. Sedang tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks
kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Perusahaan dengan rasio hutang atas modal yang tinggi akan menyediakan
informasi lebih banyak untuk memenuhi tuntutan debitur jangka panjang dibandingkan dengan perusahaan dengan rasio rendah. Jensen dan Meckling 1976
menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan monitoring cost tinggi. Apabila menyediakan informasi secara lebih
komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage lebih tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif.
Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut
Ha2:Terdapat pengaruh positif antara leverage dengan pengungkapan sukarela
3. Pengaruh pengungkapa sukarela terhadap ERC Gelb dan Zarowin dalam Adhariani 2005 menguji hubungan antara luas
pengungkapan sukarela dan keinformatifan harga saham menemukan bahwa future ERC untuk perusahaan dengan luas pengungkapan sukarela yang tinggi secara
signifikan lebih besar daripada future ERC perusahaan dengan luas pengungkapan sukarela yang rendah. Gelb dan Zarowin tidak secara khusus menguji hubungan
antara luas pengungkapan sukarela dengan current ERC, mereka menyatakan bahwa hubungan antara pengungkapan dan current ERC mungkin positif atau negatif.
Mungkin positif, karena biasanya perusahaan yang banyak mengungkapkan informasi adalah perusahaan yang memiliki kabar baik good news, dan Basu 1977
menemukan bahwa good news firms memiliki laba yang lebih persisten dan ERC yang lebih tinggi. Namun, ada kemungkinan pengaruhnya negatif, dengan alasan
bahwa berkurangnya ketidakpastian karena meningkatnya luas pengungkapan
9
sukarela akan berpengaruh pada menurunnya keinformatifan laba. Dengan kata lain, investor akan lebih mendasarkan prediksi laba di masa yang akan datang pada
informasi yang diberikan pada pengungkapan sukarela perusahaan. Kemudian penelitian pun dikembangkan, dimana beberapa peneliti mencoba
untuk menguji apakah terdapat pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap ERC. Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti 2002
menghasilkan kesimpulan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap ERC, dan kesimpulan ini tetap konsisten setelah memasukkan variabel-
variabel kontrol yang dianggap mempengaruhi ERC. Namun, hasil dari uji sensitivitas dengan menggunakan model return fundamental menunjukkan bahwa
luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, walaupun tidak signifikan
Adhariani 2005 melakukan penelitian terhadap 90 perusahaan manufaktur pada periode 1998-2000, juga menghasilkan kesimpulan bahwa voluntary disclosures
level berpengaruh positif terhadap ERC. Kesimpulan ini tetap konsisten setelah peneliti memasukkan variabel kontrol: nilai buku per saham, leverage, dan opini
audit. Hasil uji sensitivitas juga menunjukkan kesimpulan yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti 2006 terhadap 47 perusahaan
yang terdaftar di BEJ sampai dengan 31 Desember 2002, kembali menunjukkan hasil yang serupa, yakni kesimpulan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh
positif terhadap ERC.
Ha3: Terdapat pengaruh positif antara pengungkapan sukarela dengan ERC
4. Pengaruh size terhadap ERC Ukuran perusahaan size dalam isu ERC digunakan sebagai proksi atas
keinformatifan harga saham. Easton dan Zmijewski 1989 menemukan variabel size tidak signifikan dalam menjelaskan ERC. Namun demikian, variabel ini dapat
digunakan sebagai variabel kontrol atas perusahaan besar dan kecil. Chaney dan Jeter 1991 yang menunjukkan bahwa besaran perusahaan
berpengaruh secara signifikan negatif terhadap ERC. Maka ukuran perusahaan ini digunakan sebagai proksi dari keinformatifan harga saham. Untuk menguji hubungan
ukuran perusahaan dengan ERC dalam jangka panjang long window. Semakin banyak sumber informasi pada perusahaan besar, akan meningkatkan ERC.
10
Collins dan Kothari 1989, menemukan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan ERC. Hubungan negatif karena banyaknya informasi
yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan, saat pengumuman laba pasar kurang bereaksi. Dari uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha4: Ukuran perusahaan size berpengaruh negatif terhadap ERC
5. Pengaruh size terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan Perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibanding perusahaan
kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya, karena perusahaan besar banyak disorot oleh masyarakat Dyer dan Hugh,1975. Kemudian menurut Schwartz
dan Soo 1996 bahwa perusahaan besar mempunyai pengetahuan lebih tentang peraturan yang ada. Oleh karena itu perusahaan besar lebih mentaati peraturan
mengenai ketepatan waktu dibanding perusahaan kecil. Hasilnya menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh dengan ketepatan waktu pelaporan.
Oktorina dan Suharli 2005 menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka kemungkinan keterlambatan pelaporan keuangan semakin kecil. Jadi mereka
menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara keterlambatan waktu pelaporan keuangan dan besarnya perusahaan.
Sedangkan Givoly dan Palmon dan Annisa 1982 menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan.
Owushu dan Ansah 2000 menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan merupakan prediktor signifikan dari ketepatan waktu pelaporan.
Ha5: Terdapat pengaruh positif antara size terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
6. Pengaruh ketepatan waktu pelaporan keuangan terhadap ERC Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan faktor yang
menimbulkan pertanyaan bagi pengguna laporan keuangan mengenai kredibilitas ataupun kualitas laporan tersebut. Penelitian tentang hubungan ketepatan waktu
pelaporan keuangan dengan ERC belum banyak dilakukan. Syafrudin 2004 meneliti pengaruh ketidaktepatan waktu pada ERC. Dari
penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap kredibilitas atau kualitas laba. Ini didasarkan pada
11
argumentasi bahwa ketidaktepatan waktu, bagi pemakai informasi akan dipersepsikan bahwa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah informasi yang
mengandung noise gangguan. Adapun noise yang timbul ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laba yang pada akhirnya tercermin pada ERC.
Ha6: Terdapat pengaruh signifikan antara ketepatan waktu laporan keuangan dengan ERC.
METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory dan laporan tahunan yang diperoleh dari Pusat
Referensi Pojok BEJ di Universitas Trisakti. Sampel perusahaan manufaktur yang didapat sebanyak 60 perusahaan, selama 4
tahun berturut-turut, sehingga didapatkan pooling data dengan unit analisis n = 4 x 60 = 240. Dengan demikian asumsi besar n yang dikehendaki metode analisis data
dengan SEM, yaitu n 100, pada penelitian ini telah terpenuhi. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling method, artinya sampel
sengaja dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1.Menerbitkan laporan keuangan audited selama periode pengamatan penelitian, yaitu dari tahun 2003 s.d. 2006
2.Memiliki data lengkap yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini dan secara konsisten dilaporkan di ICMD.
3.Saham perusahaan aktif diperdagangkan, mengacu S.E bPT BEJ No. 03BEJ.II.II1994. yaitu frekuensi perdagangan lebih dari 75 kali dalam 3 bulan.
B. Pengukuran Variabel Variabel