HASIL PENYELIDIKAN 1 Geologi Endapan Batubara

TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI dari perselingan antara batupasir, batulempung, batu lempung karbonan atau batugamping formasi Balikpapan, Pulaubalang, Pamaluan dan formasi Bebulu. Morfologi dataran rendah pada umumnya berada diantara morfologi bergelombang. Aliran sungai umumnya mempunyai pola yang hampir paralel Sub paralel, sungai-sungai yang ada didaerah penyelidikan umumnya merupakan sungai-sungai intermitten dengan lebar tidak lebih dari 6 m serta alur-alur. 2.2.2 Stratigrafi Formasi batuan yang ada didaerah ini berdasarkan urutan dari tua-muda adalah Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang dan Formasi Balikpapan serta endapan aluvium. Formasi Pamaluan disusun oleh batupasir berwarna abu-abu, berbutir halus-sedang, berlapis baik dan pada umumnya berstruktur sedimen silang siur, gelembur gelombang. Terdapat sisipan batulempung, serpih, batugamping dan batulanau. Formasi Bebuluh sebagian besar tersusun oeh batugamping masif berwarna kuning-kuning, bersifat kristalin seringkali bersisipan dengan batugamping pasiran. Formasi Pulaubalang terdiri atas perselingan batupasir greywacke, batupasir kuarsa, batugamping, batulempung dan terkadang lapisan tufa. Formasi Pulaubalang ini diperkirakan berumur Miosen Tengah Bagian Atas – Miosen Akhir Bagian Bawah, diendapkan selaras diatas Formasi Bebuluh Formasi Balikpapan terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dan batulempun dengan sisipan lanau, batugamping dan batubara. Formasi ini berumur Miosen Tengah –Miosen Akhir. Pada perselingan antara batupasir dan batulempung terdapat lapisan batubara. 2.2.3 Struktur Geologi Struktur geologi lebih didominasi oleh struktur lipatan dan cenderung membentuk lipatan antiklinorium, arah sumbu lipatan Utara Timurlaut – Selatan Barat Daya. Didaerah penyelidikan, struktur lipatan yang penting adalah dua buah sinklin, pertama adalah sinklin Separi dimana sinklin ini di bagian utara atau pada koordinat sekitar 117° 12 ΄.5 BT 00° 04 ΄LU dan keselatan menerus sampai keluar daerah pemetaan. Sinklin separi ini menjadi penting karena batubara dapat diidentifikasikan berada pada kedua sayapnya. Kedua adalah sinklin Utara, sinklin ini diperkirakan menunjam dibagian selatan pada koordinat sekitar 117° 13 ΄.5 BT 00° 03΄ LU Pada umumnya Formasi Pamaluan, Bebuluh dan Formasi Balikpapan sebagian terlipat kuat dengan kemiringan antara 40° – 75°, sedangkan batuan yang lebih muda seperti Formasi Kampungbaru terlipat lemah

2.3 Indikasi Endapan Batubara

PT Kaltim Prima Coal telah melakukan Eksplorasi besar-besaran pada pertengahan tahun 1990 an dimana hasilnya mengindikasikan bahwa batubara terakumulasi pada cekungan Kutai. Kesimpulan awal dari hasil eksplorasi PT Kaltim Prima Coal bahwa endapan batubara di daerah yang akan di inventarisasi kemungkinan terakumulasi dalam suatu sub cekungan atau terakumulasi pada sayap sinklin yang memanjang dengan arah sumbu Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya yang dikenal dengan nama Sinklin Separi. Kearah Selatan sinklin ini menerus sampai keluar lembar peta daerah penyelidikan sampai kedaerah Ambalut, didaerah ini PT Kitadin-Banfu sampai saat ini masih beroperasi dan menambang batubara. Dilapangan indikasi adanya endapan batubara dapat diamati dibeberapa tempat sepanjang jalan antara Samarinda – Muarakaman, dimana singkapan batubara muncul sebagai sisipan diantara batulempung abu abu kehitaman. 3. HASIL PENYELIDIKAN 3.1 Geologi Endapan Batubara Selama dilakukannya pemetaan geologi batubara, singkapan batubara hanya terdapat pada dua formasi saja yaitu pada formasi Pamaluan dan formasi Balikpapan. Prospek lebih jauh endapan batubara dalam formasi Pamaluan tidak bisa diharapkan karena dari sekitar 25 luas formasi yang tersebar hanya ditemukan 3 singkapan dengan ketebalan sekitar 0.1m. Prospek endapan batubara pada formasi Balikpapan terkonsentrasi pada kedua sayap sinklin Separi yang memanjang dengan arah hampir Timur laut – Barat Daya di bagian tengah hingga ke selatan lembar peta, pada bagian yang lain batubara terdapat di bagian utara lembar peta dan terkonsentrasi pada suatu lipatan sinklin yang mengarah Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya dan menunjam dibagian selatannya, dalam TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI jumlah yang lebih kecil, batubara juga tersingkap dibagian Timur lembar peta. 3.2. Pembahasan Hasil Penyelidikan 3.2.1 Data Lapangan dan Interpretasi Endapan Pemboran Batubara Dari 2 lobang pemboran yang telah dilakukan didaerah penyelidikan dengan total kedalaman 700,10 m, yaitu PMG 01 335.50 m dan PMG 02 365.50 m diperoleh 8 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar antara 1.45 m – 6.00 m dan beberapa sisipan-sisipan batubara yang mempunyai ketebalan mulaidari 0.30 m – 0.96 m. Pengambilan conto batubara Conto batubara untuk analisa laboratorium diambil pada semua lapisan lapisan batubara yang dijumpai. Analisa conto yang akan dilakukan adalah kandungan air total, kandungan air tertambat inherent moisture, abu, sulfur, karbon tertambat, kalori, kandungan zat terbang dan berat jenis batubara. Sedangkan analisis pertografi akan dilakukan untuk mengetahui komposisi maseral batubara Pengukuran Packer Test Pengukuran dengan alat Packer Test merupakan metode pengujian kelulusan air bertekanan pada lobang bor, dimana hasil akhirnya akan diperoleh koefisien kelulusan air dan nilai Lugeon dari lapisan batubara. Data kelulusan air pada batubara diperlukan untuk perencanaan tambang dalam, diantaranya memprediksi rembesan air pada area tambang dibawah permukaan dan dapat digunakan untuk keperluan mendeteksi kebocoran gas. Pada masa mendatang nilai kelulusan air pada batubara sangat diperlukan dalam kajian coalbed methane, yakni untuk mengetahui kemungkinan potensi gas methan dalam lapisan batubara. Pengukuran sifat kelulusan batubara dilakukan pada lapisan batubara yang mempunyai ketebalan diatas 1,5 m. Dari 8 seam batubara yang ada telah dilakukan sebanyak 8 kali pengukuran dengan alat Packer Test, masing-masing pengukuran dilakukan 5 kali pengamatan. Hasil perhitungan pada pengukuran tersebut disarikan pada tabel 4 dibawah ini. Interpretasi kelulusan air pada lapisan batubara : 1. Pada lapisan batubara A6 terjadi kondisi Pengikisan, yakni pelebaran rekahan akibat hilangnya material pengisi atau akibat kikisan pada saat pengujian kelulusan air bertekanan. 2. Pada lapisan batubara B7 terjadi kondisi Penyumbatan, yaitu terjadi pengisian atau penyumbatan rekahan oleh material pada saat pengujian kelulusan air bertekanan. 3. Pada lapisan batubara D16 terjadi kondisi Turbulen, yakni bidang atau celah yang menyebabkan batuan bersifat tidak menerus antara lain dapat berupa perlapisan, kekar atau sesar. 4. Pada lapisan E17 terjadi kondisi Turbulen. 5. Pada lapisan batubara F18 terjadi kondisi Penyumbatan 6. Pada lapisan batubara G19 terjadi kondisi Turbulensi Pengukuran Kandungan gas Methane Pengukuran kandungan gas methan telah dilakukan untuk pengembangan Coalbed Methane dengan cara memasukan core batubara kedalam tabung Canester sebanyak 14 buah. Hasil pengukuran kandungan gas methane masih dalam pengamatan oleh ”Tim Pengukuran Gas dalam Batubara”. 3.2.2 Potensi Endapan Batubara Secara umum endapan batubara didaerah penyelidikan merupakan endapan yang terendapkan dalam lipatan sinklin dan terbentuk dengan jumlah lapisan yang cukup banyak. Berdasarkan data singkapan dan data pemboran, maka dari hasil korelasi lapisan batubara, diperkirakan bahwa umumnya lapisan batubara didaerah ini mempunyai ketebalan yang berubah-ubah atau seringkali terjadi penebalan dan penipisan lapisan. Terjadinya jumlah lapisan yang cukup banyak kemungkinan berhubungan dengan sejarah terjadinya endapan batubara tersebut. Diperkirakan batubara didaerah ini terendapkan dalam lingkungan delta. Dimana saat suplai material organik pembentuk batubara ada, terjadi subsiden penurunan cekungan dalam waktu yang relatif cepat. Selanjutnya terjadi perulangan seperti itu dalam kurun waktu panjang selama Miosen Atas sampai Pliosen atau sepanjang terjadinya proses terakumulasinya material organik TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI pembentuk batubara pada formasi Balikpapan.

3.2.3 Korelasi dan Penamaan Lapisan

Batubara Selama pemetaan geologi berlangsung didapatkan data singkapan sebanyak 133 buah. Rekonstruksi dan korelasi yang dibuat berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa endapan batubara di daerah penyelidikan bagian terbesar atau hampir 90 menempati bagian tengah – selatan lembar peta dan mempunyai penyebaran mengikuti pola lipatan sinklin separi dengan arah umum Timur Laut – Barat Daya, dengan kemiringan lapisan umumnya sekitar 20° dan bervariasi antara 8° – 68°. Jumlah seam yang dapat dikorelasikan sebanyak 29 seam batubara. Ketebalan tiap seam bervariasi antara 0.1 m sampai 6.00 m. Akan tetapi sebagian besar seam batubara umumnya mempunyai tebal antara 0.8 m–3.00 m. Endapan batubara di daerah penyelidikan pada umumnya mempunyai kontinuitas ketebalan yang tidak selalu ideal, oleh karenanya sering didapatkan dalam satu seam ketebalannya sangat bervariasi atau sering terjadi penebalan dan penipisan lapisan batubara dalam seam yang sama. Akumulasi endapan batubara terbesar terjadi pada sayap Barat Laut dan Tenggara sinklin Separi, pada zona ini dinamakan Blok Separi dengan notasi lapisan batubaraseam S 2, S 7, S 9A…dst. Penamaan seam batubara pada sayap Baratdaya diberi notasi S1, S2…dst sedangkan untuk sayap Timur dibedakan misalnya S 1A, S 2A …dst. Ketebalan lapisan sangat bervariasi yaitu antara 0.10 m sampai paling tebal mencapai 6 m. Secara umum batubara didaerah ini berwarna hitam, kilapterang, keras, belahan konkoidal, kadar abu relatip rendah tidak mengotori tangan, pada beberapa tempat banyak mengandung resin, dan kadar sulfur diperkirakan rendah. Seluruh batubara tersebut merupakan batubara yang terdapat dalam formasi Balikpapan. Pada umumnya lapisan batubara dalam formasi Balikpapan di daerah penyelidikan merupakan lapisan batubara yang diapit oleh batuan pengapit batulempung baik batulempung abu abu atau dalam lapisan batulempung karbonan. Korelasi lapisan batubara dilakukan terutama dengan mengamati ciri-ciri lapisan dalam satu sekuen singkapan dan data pemboran, diantaranya dengan memperhatikan lapisan pengotor, batuan sampingpengapit dan arah penyebaran lapisan. Sumber daya Batubara Sumber daya batubara untuk penambangan dalam ditentukan oleh beberapa kriteria, diantaranya lapisan batubara yang akan ditambang memiliki ketebalan yang memadai dan cukup ekonomis untuk untuk ditambang dengan ketebalan antara 2 m – 4 m, kualitas batubara cukup baik dan kemiringan lapisan relatif landai. Berdasarkan beberapa parameter diatas dan data dari 2 titik pemboran dalam, maka didaerah penyelidikan terdapat beberapa lapisan batubara yang dianggap dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu lapisan batubara A6, B7, G19 dan H20 Penghitungan sumber daya batubara untuk tambang dalam dibagi atas 4 zonasi yaitu zona kedalaman 100 – 200 m, 200 – 300, 300 - 400 m dan 400 – 500 m. Batas-batas zona kedalaman ini searah sebaran batubara yang diyakini masih menerus kemudian diproyeksikan ke permukaan sehingga diperoleh luas daerah pengaruh masing-masing zona tersebut. Sumber daya batubara dihitung dalam klasifikasi Sumber Daya Hipotetik dengan rumus Sumber Daya = Luas Daerah Pengaruh x Tebal Lapisan Batubara x BJ Perhitungan ini akan menghasilkan sumber daya per lapisan per zona, sehingga sumber daya per zona kedalaman akan diperoleh dari penjumlahan sumber daya masing-masing lapisan. Penghitungan Sumber Daya batubara untuk Tambang Dalam di daerah Penyelidikan dapat dilihat pada tabel 6 sbb : Kualitas Batubara Kualitas batubara ditentukan dari Analisis labratorium, yang terdiri atas analisis kimia, fisika dan petrografi batubara. Analisis kimia yang dilakukan terdiri atas analisis proksimat dan ultimat, yaitu untuk mengetahui kandungan moisture IM, FM, TM, kandungan zat terbang VM, kandungan abu Ash, karbon tertambat FC, kadar sulfur total TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI St. Analisis fisika terutama untuk mengetahui nilai kalori CV, berat jenis SG dan indeks kekerasan HGI sedangkan analisis petrografi terutama untuk mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan mineral lempung, oksida besi, pirit. Kualitas batubara saat ini, masih diolah dilaboratorium sehingga belumdapat dilaporkan.

3.2.4 Prospek Pemanfaatan dan

Pengembangan Batubara Kenampakan megaskopis batubara di memperlihatkan ciri-ciri berwarna hitam, terangbright, tidak mengotori tangan menandakan bahwa batubara didaerah ini dari segi kualitas cukup layak untuk ditambang. Dari segi kuantitas dimana secara hipotetik daerah Buanajaya dan sekitarnya mempunyai sumber daya batubara lebih dari 500 juta ton merupakan sumber daya yang cukup memadai. Dari acessability, daerah penyelidikan terletak sejauh 16 km dari jalan poros yang menghubungkan antara kota Samarinda- Tenggarong atau terletak sejauh ± 23 km dari lokasi penyelidikan ke Sungai Mahakam sehingga dapat dimanfaatkan sebagai Stock Pile. Selanjutnya batubara dapat diangkut melalui S. Mahakam ke Samarinda sejauh 80 km. Sementara jarak darat antara persimpangan jalan masuk ke lokasi dengan Samarinda hanya sekitar 50 km dan hanya sekitar 45 km ke Tenggarong dengan kondisi jalan beraspal, hal ini sangat memudahkan untuk pengurusan surat menyurat atau keperluan administratip lainnya. Sementara jarak darat antara persimpangan jalan masuk ke lokasi dengan Samarinda hanya sekitar 50 km dan hanya sekitar 45 km ke Tenggarong dengan kondisi jalan beraspal, hal ini sangat memudahkan untuk pengurusan surat menyurat atau keperluan administratip lainnya. Walaupun masih sangat banyak faktoraspek dan parameter lain yang perlu dikaji, terutama kelayakan dari segi geologi teknik, akan tetapi secara sederhana daerah ini sangat memberikan harapan dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut untuk tambang dalam. Kendala yang mungkin timbul kemungkinan terbesar adalah masalah lingkungan dan sosial, karena daerah tersebut sebagian besar merupakan daerah transmigrasi dan persawahan milik penduduk sehingga perlu perencanaan yang lebih matang.

4. KESIMPULAN DAN SARAN