Kondisi Patologis FARMAKOKLINIK DAN LANJUT USIA

Gerontofarmakologi Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047 termoregulasi juga berkurang nyata dan hipotermia akibat obat yang disebabkan oleh efek farmakologi langsung atau tak langsung melalui berkurangnya mobilitas, adalah masalah utama pada usia lanjut. Fenotiazin menimbulkan kesukaran yang nyata dalam hal ini. Jatuh pada lanjut usia juga dapat disebabkan oleh efek obat pada mekanisme pengendalian sikap tubuh, misalnya kejadian aritmia oleh obat. Pemeliharaan fungsi intelektual yang normal, pengaturan kadar gula darah dan pengendalian saraf atas fungsi berkemih dan buang air besar juga menjadi kurang efisien. Akibatnya, meningkatlah kepekaan terhadap efek farmakologi atau efek samping obat.

2. Kondisi Patologis

Penderita lanjut usia biasanya menderita beberapa penyakit sekaligus. Penyakit-penyakit ini biasanya bersifat kronis seperti gagal jantunggagal ginjal, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, diabetes, artritis, osteoporosis, katarak demensia dan sebagainya. Selain itu, masih ada lagi komplikasi dari berbagai penyakit yang diderita. Dari uraian ini, dapat dilihat bahwa lanjut usia memerlukan obat- obat yang di antaranya memiliki batas keamanan yang sempit seperti digitalis, anti-aritmia, antidiabetik oral, antipsikotik dan lain-lain. Hendaknya diingat bahwa kadang terjadi perubahan respons terhadap penyakit sehingga memungkinkan diagnosa dan pengobatan yang keliru dengan segala akibatnya. Salah satu contoh adalah keluhan-keluhan psikis yang sering muncul sebagai gejala penyakit somatis. Diantara penyakit-penyakit yang sering diderita lanjut usia, yang dapat mempengaruhi respons terhadap obat adalah: - Penyakit yang menurunkan aliran darah ke organ, diantaranya adalah gagal jantung kongestif cardiac heart failureCHF. Pada pasien CHF terjadi pengurangan luasnya distribusi obat seperti lidokain, digoksin dan teofilin sehingga dosis awal obat-obat tersebut harus dikurangi paling sedikit 13nya. Berkurangnya aliran darah pada hepar akan mengurangi metabolisme obat-obat seperti Propanolol, Lidokain dan Morfin. Pada ginjal, berkurangnya aliran darah akan mengurangi ekskresi obat-obat dengan klirens tinggi di ginjal, terutama obat yang tidak hanya difiltrasi oleh glomerulus tetapi juga disekresi aktif oleh tubulus ginjal, seperti Penisilin dan Neostigmin. - Penyakit hati, dibedakan antara penyakit hepar yang kronik seperti sirosis hepatis dan yang akut seperti hepatitis viral akut. Pada penyakit hati kronik terjadi penurunan aliran darah hepar, penurunan produksi albumin dan penurunan aktivitas intrinsik enzim-enzim metabolisme sehingga pengurangan dosis obat-obat tertentu yang dimetabolisme maupun terikat albumin perlu dikurangi seperti Fenitoin dan Warfarin. Berapa besar dosis yang dikurangi diperkirakan dari respons klinik atau monitoring kadar plasma obat. Pada penyakit hepar akut, aliran darah dapat meningkat dengan aktivitas enzim yang bisa meningkat atau menurun, kadar albumin plasma tetap atau menurun dengan kadar bilirubin meningkat. Oleh karena itu, klirens obat-obat dapat meningkat, menurun atau tetap. - Gagal ginjal, jelas mengurangi klirens obat-obat yang bentuk utuhnya atau metabolit aktifnya diekskresi oleh ginjal sehingga dosis obat perlu Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 69 Gerontofarmakologi Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047 diturunkan, terutama obat dengan batas keamanan yang sempit. Besarnya penurunan dosis dapat diperkirakan dari mengukur atau menghitung klirens kreatinin. Tabel 3. Perubahan Respons Terhadap Obat pada Lanjut Usia OBAT RESPONS MEKANISME UTAMA Digoksin Antihipertensi terutama penghambat saraf adrenergik Diuretik tiazid, furosemid Antikoagulan Antikoagulan oral Barbiturat Diazepam, nitrazepam, flurazepam Fenotiazin mis. klorpromazin Triheksifenidil Streptomisin, asam etakrinat Isoniazid Klorpropamid Intoksikasi Sinkope akibat hipotensi postural, insufisiensi koroner Hipotensi, hipokalemia, hipovolemia, hiperglikemia, hiperurikemia Perdarahan Perdarahan Bervariasi dari gelisah sampai psikosis terutama kebingungan mental Depresi SSP ↑ Hipotensi postural, hipotermia, reaksi koreiform Kebingungan mental, halusinasi, konstipasi, retensi urin Ototoksisitas Hepatotoksisitas Hipoglikemia Berat badan ↓, filtrasi glomerulus ↓, adanya gannguan elektrolit, dan penyakit kardiovaskular yang lanjut Mekanisme homeostatik kerdiovaskular ↓ Berat badan ↓, fungsi ginjal ↓, dan mekanisme homeostatik kardiovaskular ↓ Respons hemostatik vaskular ↓ Respons hemostatik vaskular ↓, sensitivitas reseptor di hati ↑, dan ikatan protein plasma ↓ Sensitivitas otak ↑, metabolisme hepar ↓ Sensitivitas otak ↑, metabolisme hepar ↓ Sensitivitas otak ↑, metabolisme hepar ↓ Sensitivitas otak ↑, eliminasi ↓ Fungsi ginjal ↓ Metabolisme hepar ↓ Berat badan ↓, filtrasi glomerulus ↓ Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 70 INCLUDEPICTU RE http:upsdrug .infoxanax.jpg \ INCLUDEPICTURE http:upsdrug.infodiazepam.jpg \ MERGEFORMATINET Gerontofarmakologi Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047

3. Interaksi Obat