Latar Belakang Masalah PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu karya sastra, khususnya karya prosa senantiasa menampilkan kisah para tokoh yang bergumul dengan kehidupannya, entah ketika dalam beradaptasi dengan lingkungan alam maupun berelasi dengan lingkungan masyarakat. Dalam menghidupkan cerita agar kisahnya berkembang dan menarik, maka pengarang senantiasa menghadirkan tokoh-tokoh cerita yang memiliki pembawaan atau karakter yang tidak biasanya. Dari aspek tokoh cerita yang menghiasi jalan ceritanya, mengundang rasa ingin tahu pembaca akan faktor atau latar penyebab sehingga sang tokoh berperilaku tidak lazim. Mengingat bahwa perilaku berkaitan dengan masalah kejiwaan, maka permasalahan yang akan didekati dalam penelitian tokoh berkaitan dengan masalah psikologi. Upaya kreatif inilah yang menjadikan analisis sastra menjadi menarik dan berkembang. Dalam karya sastra dibicarakan segala kompleksitas persoalan hidup manusia, maka karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan manusia yang di dalamnya tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, tanggapan, perasaan, imajinasi, serta spekulasi manusia itu sendiri. Oleh karena itu, psikologi merupakan salah satu aspek yang berkaitan langsung dengan karya sastra. Segala unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut merupakan hasil renungan pengarang terhadap pengalaman hidup. Sastra tidak mampu melepaskan diri dari aspek psikis. Jiwa pula yang berkecamuk dalam sastra. Memasuki sastra akan terkait dengan psikologi karya itu Endraswara 2008:86. Alasan seseorang membaca karya sastra salah satunya untuk mengetahui perilaku tokoh dan dampak dari perilakunya. Seseorang membaca novel karena bermaksud menemui orang-orang tertentu yang sulit ditemui dalam dunia nyata. Pembaca dapat menemui para pahlawan atau penjahat besar sekalipun dengan kompleksitas perilakunya. Seseorang membaca novel karena bermaksud melihat perilaku manusia dan konsekuensi dari perilakunya tersebut. Pada intinya, seseorang membaca novel karena di dalam novel terkandung cerita tentang kehidupan manusia khususnya yang berkaitan dengan aspek psikologis khususnya yang berkaitan dengan psikologi tokoh. Fenomena psikologis itu diangkat kembali oleh pengarang menjadi wacana baru dengan proses kreatif pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya dalam bentuk novel. Walaupun demikian, Wellek dan Warren 1990:110 mengemukakan bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal itu disebabkan fenomena psikologi khususnya perilaku tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut sering tidak disengaja dituliskan oleh pengarang atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena psikologi. Karya sastra dapat juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi psikologi tokoh yang kadang-kadang kurang jelas. Sebagai ilmu, psikologi memiliki tiga fungsi ilmu. Pertama, menjelaskan understanding function, yaitu mampu menjawab apa, bagaimana dan mengapa perilaku itu terjadi. Hasilnya, berupa deskripsi atau bahasan yang sifatnya memberi penjelasan. Kedua, memrediksi prediction function, yaitu mampu memrediksi dan mendeteksi perilaku apa dan bagaimana yang akan terjadi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Ketiga, pengendalian control function, yaitu mengendalikan perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudan berupa tindakan yang sifatnya pencegahan, intervensi, atau treatment serta rehabilitasi Sumanto 1990:4. Novel diwarnai oleh perilaku manusia. Novel sebagai bentuk sastra merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia atau yang disebut dengan tokoh. Nurgiyantoro 2012:29. Dengan daya kreativitas pengarang peristiwa dan perilaku tokoh digambarkan secara estetis dan syarat makna. Salah satu persoalan psikologi yang terekam dalam novel adalah psikologi tokoh. Hubungan antartokoh dalam sebuah novel menimbulkan permasalahan yang menarik untuk diteliti. Tokoh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah novel dapat dilihat dari ranah psikologi. Melalui perilaku tokoh dapat dianalisis sehingga menimbulkan penilaian dalam apa dan bagaimana kepribadian tokoh tersebut. Salah satu tokoh yang digambarkan dalam sebuah novel adalah tokoh ayah. Seorang ayah akan menjadi faktor yang paling disoroti dalam pembentukan nilai sebuah keluarga, selain sosok ibu yang menjadi sentral perhatian karena faktor kedekatan dan kelembutan. Ayah adalah kepala dalam sebuah keluarga. Artinya bagian paling atas, bagian paling penting, dan bagian paling dihormati. Karakter seorang ayah yang identik dengan tegas, keras, bijaksana, dan berwibawa membawa sosok seorang ayah kurang memiliki kedekatan secara psikologis dengan anggota keluarga yang lain. Sosok ayah sebagai pribadi dipandang sebagai sosok syarat tuntutan. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, tuntutan untuk menjadi teladan, dan tuntutan untuk menjadi pemimpin menjadikan ayah mengalami keadaan psikologis atau kejiwaan yang hebat. Dengan banyaknya permasalahan yang ada di dalam tokoh ayah membawa sang ayah menjadi fokus perhatian. Ayah secara pribadi memiliki tanggung jawab yang besar untuk membawa keluarganya ke arah hidup yang bahagia dan sejahtera. Faktor psikologis tokoh ayah inilah yang coba diangkat oleh peneliti menjadi subjek penelitian. Melalui analisis tokoh ayah yang terdapat pada novel menggunakan analisis psikologi sastra dapat diketahui kondisi kejiwaan tokoh ayah. Citra seorang ayah dalam karya sastra menarik untuk diteliti. Bagaimana citra ayah yang tertuang dalam karya sastra, bagaimana perilaku tokoh ayah dalam sebuah karya sastra, dan bagaimana kejiwaan tokoh ayah dalam karya sastra belum banyak diteliti. Ayah sering juga menanggung beban harapan keluarga yang terlalu tinggi. Adanya anggapan ayah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab mencari nafkah menuntut ayah untuk memiliki pekerjaan yang memiliki penghasilan tinggi. Ayah harus memiliki jabatan yang tinggi dibanding dengan istri. Dengan demikian, kondisi kejiwaan dan kepribadian ayah perlu mendapat perhatian. Karya sastra sebagai hasil penghayatan pengarang terhadap hidup dan kehidupan dapat menggambarkan idealisme pengarang. Bagaimana ayah digambarkan dalam karya sastra belum mendapat perhatian secara khusus dalam bentuk kajian keilmuan khususnya kajian psikologi. Demikian juga psikologi sastra termasuk bidang keilmuan yang masih relatif baru sehingga belum banyak peneliti yang memanfaatkannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah penelitian bagaimana representasi citra ayah dalam karya sastra Indonesia melalui tinjauan psikologi sastra. Karya sastra khususnya novel yang diterbitkan pada tahun 2000-an beberapa di antaranya mengangkat tokoh ayah baik sebagai tokoh utama maupun sampingan. Tokoh ayah yang diangkat dalam novel yang diterbitkan pada tahun 2000-an digambarkan secara beragam oleh pengarang pada era ini. Beberapa novel yang dipilih peneliti dalam penelitian citra ayah yaitu Burung-Burung Rantau karya Y.B Mangunwijaya, Ayah sebuah Novel karya Andrea Hirata, Ayah Mengapa Aku Berbeda karya Agnes Davonar, Ayah bukan Pembohong karya Tere Liye, dan Mata Penakluk karya Abdullah Wong. Novel-novel tersebut memiliki kesamaan yaitu di dalamnya terdapat tokoh ayah baik sebagai tokoh utama maupun sampingan yang tentunya representatif untuk dijadikan objek penelitian yang berkenaan dengan citra ayah. Peneliti mengangkat novel-novel yang dikategorikan Korie Layun Rampan sebagai angkatan 2000-an sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. Alasan pertama, alasan kebaruan. Kebaruan merupakan faktor penting dalam melakukan penelitian. Novel yang dijadikan objek penelitian adalah novel-novel yang diterbitkan antara tahun 2013 hingga 2015. Alasan kedua adalah jenis novel. Jenis novel yang diangkat peneliti adalah novel-novel yang berasal dari berbagai jenis novel, mulai novel fiksi, novel yang diangkat dari biografi tokoh, dan novel yang diangkat dari kisah nyata. Jenis novel yang dipilih pun juga terdapat kesamaan yaitu terdapat tokoh ayah sebagai sentral perhatian baik sebagai tokoh utama maupun tokoh sampingan.

1.2 Identifikasi Masalah