2. Untuk mengarahkan perhatian peserta didik, ceramah sebaiknya dimlai
dengan menyampaikan tujuan pengajaran yang akan dicapai setelah kegiatan pembelajaran.
3. Sampaikan garis besar bahan ajar, baik secara lisan maupun tertulis.
4. Hubungkan materi pelajaran yang akan disampaikan dengan pengetahuan
dan pengalaman yang telah diperoleh pada peserta didik. 5.
Mulailah dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus, dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang rumit.
6. Gunakan alat peragamedia yang sesuai dengan bahan yang diceramahkan.
7. Kontrollah agar pembicaraan tidak monoton, lakukanlah penekanan-
penekanan pada materi tertentu Mulyasa, 2008:114. Kelemahan metode ceramah adalah bahwa siswa cenderung pasif,
pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan ketrampilan dan sikap dan cenderung menempatkan
pengajar sebagai otoritas terakhir Hasibuan, 2009:13.
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Pracimantoro masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru seperti
metode ceramah konvensional, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah. Pendekatan pembelajaran tersebut belum bisa melibatkan siswa,
sehingga siswa enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Kebanyakan siswa meganggap bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang
membosankan. Akibatnya proses pembelajaran sejarah siswa cenderung pasif,
kurang bersemangat, bahkan kadang ada yang tertidur. Kondisi seperti ini akan mengurangi motivasi belajar yang dapat berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung, lama kelamaan motivasi belajar sejarah siswa akan cenderung menurun yang dapat mengakibatkan
hasil belajar kurang maksimal sehingga tujuan pembelajaran sejarah tidak akan tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pembelajaran yang bisa
membuat siswa lebih aktif dan mampu mengemukakan pendapatnya, sehingga dari kegiatan ini dapat memberikan solusi dari permasalahan
pembelajaran sejarah di kelas. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah
mengalami aktivitas belajar sehingga aktivitas belajar siswa mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar sejarah siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam internal maupun faktor dari luar eksternal. Menurut Syaodih Sukmadinata 2009:162-165
yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif,
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental.
Suprijono 2011:6 mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi
dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran. Salah
satu faktor yang paling berpengaruh adalah model pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar sejarah adalah model pembelajaran yang
dipadukan dengan metode pembelajaran inovatif yang memiliki komponen yang disusun berdasarkan teori belajar serta dirancang untuk mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu Pembelajaran ARCS dengan metode Talking Stick. Pembelajaran ARCS sangat cocok dipadukan dengan metode Talking
Stick karena metode Talking Stick mendukung pada aplikasi komponen Attention dalam pembelajaran ARCS. Sehingga diharapkan akan menciptakan
pembelajaran yang aktif, menenangkan, dan dapat berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar sejarah siswa. Kerangka berpikir penelitian
pegaruh pembelajaran ARCS dengan metode Talking Stick terhadap hasil belajar sejarah siswa ditunjukkan pada Gambar 1:
Gambar 1. Kerangka Berpikir penelitian pegaruh pembelajaran ARCS dengan metode Talking Stick terhadap hasil belajar sejarah siswa.
Fakta yang di temui: 1.
Materi pelajaran Sejarah banyak 2.
Guru belum menggunakan model pembelajaran dengan metode yang inovatif.
Metode Talking
Stick 1.
Metode Pembelajaran
inovatif.
2. Suasana
pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Siswa mampu
mengemukakan pendapatnya.
1. Siswa cepat merasa jenuh
saat mengikuti
pembelajaran Sejarah. 2.
Hasil belajar siswa belum optimal.
Pembelajaran ARCS
1. Pembelajaran
yang inovatif. 2.
Memiliki komponen
disusun berdasarkan teori
belajar.
3. Dirancang untuk
mempengaruhi perhatian siswa.
Hasil belajar sejarah siswa menjadi optimal
Kondisi kelas: 1.
Siswa kurang aktif saat mengikuti pembelajaran Sejarah.
2. Siswa enggan mengemukakan pendapatnya
G. Hipotesis