HUBUNGAN MUTU PHBS DENGAN KEJADIAN SCABIES SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD BELUNG KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG
i
HUBUNGAN MUTU PHBS DENGAN KEJADIAN SCABIES
SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD
BELUNG KECAMATAN PONCOKUSUMO
KABUPATEN MALANG
SKRIPSI
Oleh:
HARYOKO MUKTI APRI WIBOWO
NIM. 08060067
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
(2)
i
HUBUNGAN MUTU PHBS DENGAN KEJADIAN SCABIES
SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD
BELUNG KECAMATAN PONCOKUSUMO
KABUPATEN MALANG
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
SKRIPSI
Oleh:
HARYOKO MUKTI APRI WIBOWO
NIM. 08060067
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
(3)
ii
(4)
iii
(5)
iv
(6)
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya sederhana terakhir sebagai mahasiswa sarjana telah rampung, rasa syukur saya dan terima kasih kepada :
# Pemilik nama nan-indah, sifat yang sempurna, Allah SWT., tiada lupa dan bosan puji syukur selalu terucap atas nikmat Iman dan Islam, dan segala pelengkap perjalanan kehidupan sampai pada tahapan ini sebagai langkah perjuangan dalam membanggakan dan membahagiakan orang-orang tercinta.
# Nabi Muhammad SAW., sosok manusia biasa yang memiliki kedudukan istimewa disisi-Nya karena Iman dan Islam yang sempurna, dan menjadi tauladan bagi pengikutnya
# Bapak (Alm. Bambang Harijanto) dan Ibu (Sumarmi), terima kasih yang tak ternilai untuk semua nilai kehidupan, pengorbanan, harapan, dan lantunan do’a dengan keringat dan air matamu mengantar anakmu mencapai gelar sarjana. # Adik-adiku (Dwi Rizki Bhrenovani dan Nurma Tri Annisa), yang juga
memberikan dukungan dan do’anya.
# Bapak Dr. Ainur Rofieq, M.Kes dan Ibu Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep, yang telah menjadi Dosen Pembimbing saya selama ini, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan karya akhir kuliah ini.
# Ibu Sri Sunaringsih Ika Wardojo, SKM., MPH; Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS dan Ibu Indah Dwi Pratiwi, S.Kep., Ns., MNg yang telah menjadi Dosen Penguji, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan karya akhir kuliah ini. # Bapak Edi Purwanto, S.Kep., Ns., MNg. Selaku Biro Skripsi Angkatan 2008,
terima kasih telah memberikan bimbingan dan dukungan serta motivasi selama penyusunan karya akhir kuliah ini.
# Pihak Puskesmas Poncokusumo (Bapak Agus, Bapak Tito, Ibu Win, Mbak Dian, dan Mas Daus), terima kasih atas motivasi dan bantuan di Puskesmas sehingga penelitian ini dapat lancar ijinnya dan pelaksaannya dengan sukses.
# Pihak Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang (Ustad Rofiq, Mbak Rifah, Mbak Evi, Mbak Nanda dan Mas Nasa’i dan
(7)
vi
Pengurus Pondok Pesantren), terima kasih atas bantuannya di Pondok Pesantren sehingga penelitian ini dapat lancar ijinnya dan pelaksanaannya dengan sukses. # Sahabat-sahabat saya PSIK B 2008, terima kasih atas dukungan dan semangatnya
selama ini serta cerita-cerita indah kalian. Aku bangga dan bersyukur telah mengenal kalian.
# Sahabat-sahabat saya IMS (Aan, Agung, Agus, Arul, Ari, Dedy, Devry, Huda, Hendro, Jaka, Rifki, Rendi, Reza, Riyan), terima kasih atas dukungan dan motivasi serta cerita-cerita indah dan menyenangkan di bangku kuliahku selama ini. Aku bangga dan bersyukur telah mengenal kalian.
# Gerombolan Coco (Niken, Wulan, Risma, Diah), terima kasih atas dukungannya, semangatnya dan cerita-cerita indah dan menyenangkan selama ini. Aku bangga dan bersyukur telah mengenal kalian.
# Rifki, Pak Bos Arul, Agung, Devry, Niken, terima kasih atas pinjaman laptopnya, PC dan printernya. Ari dan Izzi terima kasih untuk Ilmu SPSSnya. Fani Terima kasih atas oprak-oraknya, hehehe.
# Penghuni kost gang macan Sumbersari gang 3, terima kasih banyak bantuaanya dan mohon maaf saya telah merepotkan kalian.
# Kerja Skripsi dan Ujian Bersama (Arul, Andi, Agung, Rifki, Indri, Neneng, Devry, Sandy, Rendi, Huda, Mambo, Samsul, April, Desti, Nur, Hendra, Irwan, Tika, Deby, Wa Ode, Nisa’, Tatak, Desy, Reza, Rosi, Cherri, Binti, Bima, Ferdian, Nuning, Andre, Alfan, Rendi 2009, Agil, dan Mega), terima kasih atas cerita, masukan dan semangat mengerjakannya.
# Spesial, untuk calon Ma’mum-ku, nama yang indah, rupa yang tersketsa, hati yang lembut yang telah menemaniku selama 7 tahun, terima kasih atas doa, dukungan, bantuan dan semangatnya sehingga saya dapat menyelesaikan karya akhir kuliah ini.
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Alhadulillah puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melipahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Mutu PHBS Dengan Kejadian
Scabies Santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang” sebagai syarat persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bersama ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Nurul Aini ,Kep., Ns, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Bapak Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. selaku Pembimbing I, terima kasih telah
meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini
4. Ibu Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep. selaku Pembimbing II, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini
5. Ibu Sri Sunaringsih Ika Wardojo, SKM., MPH. selaku Penguji I, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS. Selaku Penguji II, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Indah Dwi Pratiwi, S.Kep., Ns., MNg. Selaku Penguji II, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Edi Purwanto, S.Kep., Ns., MNg. Selaku Biro Skripsi Angkatan 2008, terima kasih telah memberikan bimbingan dan dukungan serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.
(9)
viii
9. Seluruh Dosen dan staf TU Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas Ilmu, dukungan dan motivasi selama ini
10. Orang Tua dan Keluarga yang selalu mendoakan, mendukung dan menjadi semangat selama ini.
11. Semua Pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kesalahan yang tidak berkenan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga Allah SWT, memberikan imbalan atas amal, bantuan dan kebaikan. Semoga Allah senantiasa memudahkan setiap langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugrahkan kasih sayangnya untuk kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Malang, 09 Agustus 2015
Penulis
(10)
ix
ABSTRAK
Hubungan Mutu PHBS Dengan Kejadian Scabies Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Haryoko Mukti Apri Wibowo1, Ainur Rofieq2, Aini Alifatin3
Latar Belakang: Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagi cara yaitu dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tantanan PHBS pondok pesantren mempunyai Indikator yaitu kebersihan perorangan; penggunaan air bersih; kebersihan tempat wudhu; pengunaan jamban; kebersihan asrama, halaman dan ruang belajar; ada kader atau santri husada dan kegiatan Poskestren; bak penampungan air bebas dari jentik nyamuk; makanan gizi seimbang; pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan; peserta jamiman pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM), dana sehat, atau asuransi kesehatan lainnya. Pondok pesantren masih bermasalah tentang PHBS seperti kepadatan hunian kamar, penyediaan air bersih. Masalah-masalah tersebut menjadikan pondok pesantren masih tetap ada penyakit menular seperti scabies.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian survei analitik. Berdasarkan jenis pendekatannya, penelitian ini menggunakan survei analitik case control. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Penelitian ini membagi PHBS menjadi 2 macam yaitu PHBS perorangan dan PHBS lingkungan. Sampel dalam penelitian ini adalah santri mukim 68 orang dan 20 santri kalong dengan menggunakan tehnik sampling Acicdental sampling. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square dengan taraf signifikasi (p) 0,05.
Hasil: Hasil perhitungan dengan uji Chi Square didapatkan kedua nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga H1diterima.
Kesimpulan: Ada hubungan Mutu PHBS perorangan dan Mutu PHBS lingkungan dengan Kejadian scabies santri mukim di Pondok pesantren Al-Ititihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Kata Kunci: PHBS, Pondok Pesantren, Scabies.
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
(11)
x
ABSTRACT
The Correlation Between PHBS Quality With Cases Student Of Scabies In Islamic Boarding School Al – Ittihad Belung Poncokusumo Malang
HaryokoMuktiApri Wibowo1, Ainur Rofieq2, Aini Alifatin3
Background: Improving the health of society can be done by sharing means that the “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” (PHBS) . PHBSIslamic boarding school have indicators that personal hygiene; the use of clean water; the cleanliness of the place of wudlu; use of latrines; cleanliness of dormitory, courtyard and classrooms ; there are cadres or students husada and poskestren activities ; water tank is free of mosquito larvae ; nutritionally balanced; utilization of health care facilities ; Participants care insurance of public health ( JPKM ) , health funds, or other health insurance. The Islamic boarding schoolis still problematic about PHBS suchroom occupancy density, clean water. These problems make Islamic boarding school remain contagious diseases such as scabies.
Methods: This research is analytic survey research . Based on the type of approach, this study used case control analytic survey . This research was conducted in August 2015 in Islamic boarding school Al – Ittihad Belung, Poncokusumo Malang . This study divides into two groups, namely PHBS individual and PHBS environment. The sample in this research is the students of resident 68 and 20 students of outside sampling techniques Acicdental sampling. Analysis of the data used in this research is Chi Square test with significance level ( p ) of 0.05.
Results: The result obtained Chi Square test both the significant value of 0.000 where the value is less than 0.05 so that H1 is accepted .
Conclusion: There is Correlation between PHBS individual and PHBS environment quality with cases student of scabies In Islamic boarding school Al-Ittihad Belung Poncokusumo Malang.
Keywords : PHBS, Islamic Boarding School, Scabies .
1. Student Study Program in Nursing Science, the Faculty of Health, the University of Muhammadiyah Malang.
2. Lecturer Study Program in Nursing Science, the Faculty of Health, the University of Muhammadiyah Malang.
3. Lecturer Study Program in Nursing Science, the Faculty of Health, the University of Muhammadiyah Malang.
(12)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Persetujuan ... iii
Lembar Pernyataan Keaslian ... iv
Lembar Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vii
Abstak ... ix
Abstact ... x
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel…. ... xiv
Daftar Gambar ... xvii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.4.1 Bagi Peneliti ... 8
1.4.2 Bagi Puskesmas ... 8
1.4.3 Bagi Pondok Pesantren ... 8
1.4.4 Bagi Peneliti Lain ... 8
1.4.5 Bagi Institusi Pendidikan ... 9
1.5 Daftar Istilah ... 9
1.6 Keaslian Penelitian ... 9
BAB II TINJUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Konsep Pondok Pesantren ... 13
2.1.1 Definisi Pondok Pesantren ... 13
2.1.2 Fungsi Pondok Pesantren ... 13
2.1.3 Macam-Macam Pondok Pesantren ... 14
2.1.4 Berbagai Penyakit Di Pondok Pesantren ... 15
2.1.5 Masalah Yang Lain Pondok Pesantren di Indonesia ... 16
2.2 Konsep Santri ... 17
2.2.1 Pengertian Santri ... 17
2.2.2 Macam-Macam Santri ... 18
2.2.3 Kehidupan Santri dan Kesehatan ... 18
2.3 Konsep Scabies ... 19
2.3.1 Definisi Scabies ... 19
2.3.2 Etiologi Scabies ... 19
2.3.3 Epidemiologi Scabies ... 20
2.3.4 Karakteristik Individu Dalam Kejadian Scabies ... 21
(13)
xii
2.3.6 Patogenesis Scabies ... 29
2.3.7 Diagnosa Banding Scabies ... 29
2.3.8 Jenis Scabies ... 30
2.3.9 Cara Penularan Scabies ... 31
2.3.10 Hispatologis Scabies ... 33
2.3.11 Imunologi Scabies ... 33
2.3.12 Diagnosis Scabies ... 33
2.3.13 Pencegahan Penyakit Scabies ... 33
2.3.14 Pengobatan Penyakit Scabies ... 34
2.3.15 Kriteria Sembuh ... 36
2.4 Konsep Perilaku hidup Bersih dan sehat (PHBS) ... 36
2.4.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) ... 36
2.4.2 Tujuan Dari PHBS ... 36
2.4.3 Manfaat PHBS ... 37
2.4.4 Tatanan PHBS ... 37
2.4.5 Indikator Tatanan PHBS Pondok Pesantren ... 37
2.4.6 Klasifikasi Indikator PHBS Perorangan Dan Indikator PHBS Lingkungan Pondok ... 38
2.4.7 Mutu PHBS ... 39
2.4.8 Manajemen PHBS ... 39
2.5 Hubungan santri mukim dengan scabies ... 39
2.6 Hubungan scabies dengan PHBS ... 40
2.7 Kesehatan lingkungan ... 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 54
3.1 Kerangka Konsep ... 54
3.2 Hipotesis Penelitian... 57
BAB IV METODE PENELITIAN ... 58
4.1 Desain Penelirian ... 58
4.2 Populasi dan Teknik Sampling ... 59
4.2.1 Populasi ... 59
4.2.2 Teknik Sampling ... 59
4.3 Variabel Penelitian ... 61
4.3.1 Variabel Independen ... 61
4.3.2 Variabel Dependen ... 61
4.3.3 Variabel Kontrol ... 61
4.4 Definisi Operasional ... 61
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 64
4.6 Intrument Penelitian ... 64
4.6.1 Uji Validitas ... 68
4.6.2 Uji Reabilitas ... 68
4.7 Prosedur Penelitian ... 69
4.8 Teknik Analisa data ... 70
(14)
xiii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 74
5.1 Karakteristik Sampel ... 74
5.1.1 Karakteristik Santri Mukim Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 75
5.1.2 Karakteristik Santri Kalong Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 76
5.2 Hasil Analisa Data ... 77
5.2.1 Mutu PHBS Perorangan ... 77
5.2.2 Mutu PHBS Lingkungan ... 83
5.2.3 Kejadian Scabies pada Santri ... 92
BAB VI PEMBAHASAN ... 99
6.1 Interpretasi dan Hasil Diskusi ... 99
6.1.1 Mutu PHBS Perorangan di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 99
6.1.2 Mutu PHBS Lingkungan di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 101
6.1.3 Kejadian Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 103
6.1.4 Hubungan Mutu PHBS Perorangan Dengan Kejadian Scabies Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kabupaten Malang... 105
6.1.5 Hubungan Mutu PHBS Lingkungan dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 108
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 110
6.3 Implikasi untuk Keperawatan ... 111
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 112
7.1 Kesimpulan ... 112
7.2 Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 115
LAMPIRAN ... 118
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dalam Tatanan PHBS Pondok Pesantren Berdasarkan Dinkes Prov. Jatim Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.1 Tabel Definisi Operasional Mutu PHBS Perorangan, PHBS
Lingkungan dan Kejadian Scabies Pada Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 62 Tabel 4.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Mutu PHBS Perorangan dan Mutu PHBS
Lingkungan dalam Skala Likert ... 66 Tabel 5.1 Karakteristik Santri Mukim Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama
Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Bulan Agustus 2015 ... 75 Tabel 5.2 Karakteristik Santri Kalong Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama
Mukim / Sekolah di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Bulan Agustus 2015 ... 76 Tabel 5.3 Mutu PHBS Perorangan Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-
Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 77 Tabel. 5.4 Mutu PHBS Perorangan Santri Mukim Berdasarkan Usia di Pondok
Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 78 Tabel. 5.5 Mutu PHBS Perorangan Santri Mukim Berdasarkan Jenis Kelamin
di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 79 Tabel. 5.6 Mutu PHBS Perorangan Santri Mukim Berdasarkan Lama Mukim di
Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 80 Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Mutu PHBS Perorangan dengan Kejadian
Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 81 Tabel 5.8 Analisis Hubungan Mutu PHBS Perorangan dengan Kejadian Scabies
Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 82 Tabel 5.9 Odds Rasio Mutu PHBS Perorangan dengan Kejadian Scabies di
Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo
(16)
xv
Tabel 5.10 Mutu PHBS Lingkungan Di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 .... 83 Tabel 5.11 Mutu PHBS Lingkungan Berdasarkan Kelompok Santri di Pondok
Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 84 Tabel 5.12 Mutu PHBS Lingkungan Santri Mukim Dan Kalong Berdasarkan
Usia di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 85 Tabel 5.13 Mutu PHBS Lingkungan Santri Mukim Dan Kalong Berdasarkan
Jenis Kelamin di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 86 Tabel. 5.14 Mutu PHBS Lingkungan Santri Mukim Dan Kalong Berdasarkan
Lama Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 88 Tabel 5.15 Tabulasi Silang Antara Mutu PHBS Lingkungan dengan Kejadian
Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 90 Tabel 5.16 Tabulasi Silang Antara Mutu PHBS Lingkungan Berdasarkan
Kelompok Santri dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 90 Tabel 5.17 Analisis Hubungan Mutu PHBS Lingkungan dengan Kejadian
Scabies Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 91 Tabel 5.18 Tabel Odds Rasio Mutu PHBS Lingkungan dengan Kejadian Scabies
di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 92 Tabel 5.19 Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 93 Tabel 5.20 Kejadian Scabies Berdasarkan Kelompok Santri di Pondok Pesantren
Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 93 Tabel 5.21 Kejadian Scabies Santri Mukim dan Santri Kalong Berdasarkan Usia
di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang bulan Agustus 2015 ... 94
(17)
xvi
Tabel 5.22 Kejadian Scabies Santri Mukim dan Santri Kalong Berdasarkan Jenis Kelamin di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Bulan Agustus 2015 ... 96 Tabel 5.23 Kejadian Scabies Santri Mukim dan Santri Kalong Berdasarkan Lama
Mukim di pondok pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rancangan Sistematis Kerangka Konseptual Penelitian Mutu
PHBS dengan Kejadian Scabies ... 54 Gambar 4.1 Penelitian Case Control “Hubungan PHBS Perorangan dengan
Terjadinya Scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
KecamatanPoncokusumo Kabupaten Malang” ... 58 Gambar 4.2 Penelitian Case Control “Hubungan PHBS Lingkungan dengan
Terjadinya Scabiesdi Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
KecamatanPoncokusumo Kabupaten Malang” ... 59 Gambar 4.3 Matriks Empat Sel 2x2 Untuk Mengkaji Odd Ratio/Class Product
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing I ... 118
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing II ... 119
Lampiran 3 Surat Studi Pendahuluan dari Kampus ke Puskesmas Poncokusumo ... 120
Lampiran 4 Surat Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.. ... 121
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang ... 122
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ke Dinas Kesehatan Kabupaten Malang... 123
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ke Puskesmas Poncokusumo ... 124
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ke Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ... 125
Lampiran 9 Surat Balasan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang ke Kampus, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Kantor Kemenag Kabupaten Malang, Kecamatan Poncokusumo, Pondok Pesantren Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang dan Puskesmas Poncokusumo .... 126
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Sebagai Responden Penelitian ... 127
Lampiran 11 Lembar Kuisioner Penelitian Mutu PHBS Perorangan ... 128
Lampiran 12 Lembar Kuisioner Penelitian Mutu PHBS Lingkungan ... 129
Lampiran 13 Lembar Observasi Scabies pada Santri ... 130
Lampiran 14 Lembar Hasil Uji Instrument Data (Validitas dan Reliabilitas) Mutu PHBS Perorangan dan Mutu PHBS Lingkungan ... 131
Lampiran 15 Lembar Hasil Korelasi dengan SPSS (Validitas dan Reliabilitas) Mutu PHBS Perorangan dan Mutu PHBS Lingkungan ... 134
Lampiran 16 Tabel Distribusi Mutu PHBS Perorangan dengan Kejadian Scabies pada Santri Mukim ... 142
Lampiran 17 Tabel Distribusi Mutu PHBS Lingkungan dengan Kejadian Scabies pada Santri Mukim dan Santri Kalong ... 145
(20)
xix
Lampiran 18 Hasil Chi-Square Dengan SPSS pada Penelitian Mutu PHBS
Perorangan dan Mutu Lingkungan ... 149
Lampiran 19 Surat Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas ... 150
Lampiran 20 Surat Telah Melakukan Penelitian dari Pondok Pesantren Al-Ittihad Putra Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang 151 Lampiran 21 Surat Telah Melakukan Penelitian dari Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang . 152 Lampiran 22 Lembar Logbook Bimbingan Skripsi Mahasiswa ... 153
Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ... 157
Lampiran 24 Surat balasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang ... 161
Lampiran 25 Daftar Riwayat Hidup Peneliti ... 162
(21)
115
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. (2009). Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Santri Terhadap Prevalensi Scabies di Pondok Pesantren Putra “Sidogiri” Kecamatan Kraton - Kabupaten Pasuruan. KTI. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Currie, B.J,. & Carapetis, J.R. (2000). Skin Infections And Infestations In Aboriginal
Communities In Northern, Dalam April H. Wardhana, Joses Manurung & Tolibin Iskandar, Scabies Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini Dan Masa Datang. IVARTAZOA Vol. 16 No. I Th . 2006
Chandra, Dr. Budiman. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
Badri, Moh (2006). Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 2 Tahun 2007 Baur, B., Sarkar, J., Manna, N., & Bandyopadhyay, L, (2013). The Pattern Of
Dermatological Disorders Among Patients Attending The Skin O.P.D Of Atertiary Care Hospital in Kolkata, India. Journal of Dental and Medical Sciences 3.
http://iosrjournals.org/iosr-jdms/papers/Vol3-issue4/B0340409.pdf, diperoleh
tanggal 30 Juni 2015.
Blum, Hendrik (1974) dalam Noorkasiani., Heryati., Ismail, R. (2007). Sosiologi
Keperawatan (hlm 43-44). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dariansyah, F. (2006). Tinjauan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Scabies Dipesantren Oemar Diyan Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, Skripsi
Djuanda, Adhi, Prof, Dr, dr,. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Edisi Kelima
cetakan kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
Dinkes Provinsi Jatim. (2007) dalam Efendi, F., & Makhludli. (2009). Keperwatan
Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan (hlm 322). Jakarta.
Penerbit Salemba Medika.
Efendi, F., & Makhludli. (2009). Keperwatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Kartika. H. (2008). Skabies. http://henykartika.Wordpers.com/2008/02/24/skabies. Diakses 02 Novermber 2012.
(22)
116
Keman, Soedjajadi. (2005). Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 29-42.
http://Journal.Unair.Ac.Id/Filerpdf/Kesling-2-1-04.Pdf. Diperoleh tanggal 02
November 2012.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5877 tahun 2014 tentang Tentang Pedoman Izin Operasional Pondok Pesantren
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat
Kuspriyanto. (2002). Pengaruh Sanitasi dan Hiegene Perorangan Terhadap Penyakit Kulit. Tesis. Pascasarjana Universitas Airlangga.
Ma’rufi, Isa. (2005). Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan terhadap Prevalensi Penyakit Scabies, studi pada santri di pondok Pesantren Kabupaten Lamongan.Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 2, No. 1, Juli 2005: 11-16.
http://Journal.Unair.Ac.Id/Filerpdf/Kesling-2-1-04.Pdf. Diperoleh tanggal 02
November 2012.
Muin. (2009). Hubungan Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin dan Kepadatan Hunian Ruang tidur Terhadap Kejadian Skabies. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah.
Natadisastra, Djaenudin. (2009). Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Noor, N.N, Prof, MPH,. (2008). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo Prof. Dr. (2005). Metode Penelitian Kesehatan Cetakan ke /th: Revisi, tahun 2005. Jakarta. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta
___ (2012). Metode Penelitian Kesehatan Cetakan ke /th: Revisi, tahun 2012. Jakarta. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta
Nugroho, S. (2012). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Scabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Nugraheni, D.N. (2008). Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri Terhadap Timbulnya Scabies (Gudik) Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd. eprints.ums.ac.id/889/1/J210040035.pdf
(23)
117
Nursalam. (2008). Konsep Dan Perananan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman skripsi, tesis dan Instrument penelitian keperawatan edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/ XI/2011. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Jakarta. http://promkes.depkes.go.id/download/pedoman_umum_PHBS.pdf. Diakses 02 Novermber 2012
Prawira, Yudha (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian scabies pada santri di pondok pesantren Al-Makmur Tungkar Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Proverawati, Atikah., Rahmawati, Eni. (2012). PHBS Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saad. (2008). Pengaruh Faktor Higiene Perorangan Terhadap Angka Kejadian Scabies Di Pondok Pesantren An-Najach Magelang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Selayang Pandang Kecamatan Poncokusumo tahun 2013. (2013).
http://poncokusumo.malang kab.go.id/?page_id=5. Diakses tanggal 27 Juni 2015
Setyaningrum. (2013). Skabies Penyakit Kulit Yang Terabaikan : Prevalensi, tantangan dan pendidikan sebagai solusi pencegahan,
http://download.portalgaruda.org/article. php?article=139099&val=4058, diperoleh
tanggal 30 Juni 2015
Sudirman, T. (2006). Scabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan. Majalah Kesehatan
Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal : 177-190
Timreck, Thomas C. (2005). Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi 2. Jakata: penerbit Buku Kedokteran EGC
Tuanaya, Thaha., & Malik M. (2007). Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama
(24)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagi
cara, salah satunya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). PHBS mempunyai tatanan sehat yang
terdiri di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan
tempat umum, tatanan sekolah, dan tatanan sarana kesehatan. Tatanan yang lain
Menurut (Dinas Kesehatan) Dinkes Provinsi Jatim (2007, dalam Efendi & Makhfudli
2009: 322) Terdapat tatanan PHBS yang lain yaitu PHBS di tatanan Pondok
Pesantren.
Tantanan Pondok Pesantren mempunyai Indikator PHBS yaitu kebersihan
perorangan; penggunaan air bersih; kebersihan tempat wudhu; pengunaan jamban;
kebersihan asrama, halaman dan ruang belajar; ada kader atau santri husada dan
kegiatan poskestren; bak penampungan air bebas dari jentik nyamuk; Penggunaan
garam beryodium; makanan gizi seimbang; pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan;
(25)
2
gaya hidup tidak merokok dan bebas napza; gaya hidup sadar
acquired immune deficiency
syndrome
(AIDS); peserta jamiman pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM), dana
sehat, atau asuransi kesehatan lainnya (Dinkes Provinsi Jatim, 2007)
Pondok Pesantren dapat didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan
pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung sarana sebagai
tempat tinggal santri yang bersifat permanen. (Tuanaya et al, 2007). Pondok
Pesantren selain dikenal sebagai wahana tempat belajar santri dalam mendalami ilmu
agama Islam, namun Pondok Pesantren sampai saat ini masih bermasalah tentang
PHBS seperti kepadatan hunian kamar, sarana pembuangan sampah, sarana
pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih (Azwar, 2009), santri sering
menggantung pakaian di kamar, saling bertukar pakaian benda pribadi seperti
pakaian, sisir dan handuk (Nugraheni, 2008). Selain itu program pemerintah yang
diluncurkan pada sejak tahun 2006 yaitu unit kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
Posko kesehatan Pesantren (Poskestren) kurang berjalan lancar karena poskestren di
Jawa Timur yang terbentuk 1089 dari 2573 Pondok Pesantren (Dinkes Prov Jatim,
2012). Sedangkan di Kabupaten Malang sendiri, Poskestren yang telah terbentuk 55
dari 315 Pondok Pesantren (Dinkes Kab Malang, 2012).
Masalah-masalah tersebut menjadikan Pondok Pesantren masih tetap ada
penyakit menular yaitu budukan/gatal agogo/gudik (
scabies
) pada santri.
Scabies
adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei
var, hoonis dan produknya. Gejala utama adalah gatal pada malam hari, lesi kulit
berupa terowongan, papula, vesikula, terutama pada tempat dengan
stratu korneu
yang
tipis seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar (sikut), lipat
ketiak, pusar, genetalia eksterna pria,
areola mamae
, telapak kaki dan telapak tangan.
Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya
(26)
3
berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Selain itu
scabies
dapat
ditularkan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan selimut (Djuanda, 2010). Penyakit ini biasanya banyak ditemukan di
tempat yang kurang terjaga kebersihannya dan padatnya populasi seperti asrama,
panti asuhan, rumah, penjara dan Pondok Pesantren. Sampai saat ini stempel sahnya
santri apabila terkena
scabies
masih menjadi fenomena dalam suatu Pondok Pesantren.
Prevalensi
scabies
di seluruh dunia ± 300 juta kasus per tahun (Setyaningrum,
2013). Di Asia prevalensi
scabies
sebesar 20,4% (Baur, 2013). Currie & Carapetis (2000
dalam April, Joses & Tolibin, 2008) mengatakan bahwa prevalensi
scabies
pada
anak-anak Aborigin-Australia di daerah terpencil mencapai 50% dan umumnya mereka
mengalami reinfestasi tungau dari penderita lain yang belum sembuh. Penelitian yang
dilakukan oleh Ma’rufi tahun 2003 di Pondok Pesantren kabupaten
Lamongan
didapatkan prevalensi 64,20% dari 338 santri, prevalensi tersebut lebih rendah
dibanding prevalensi dari Pondok Pesantren Pasuruan sebesar 66,70% (Kuspriyanto,
2000). Hasil Penelitian lain oleh Nugroho (2012) didapatkan santri mukim yang
berPHBS positif yang menderita
scabies
sebanyak 41,1% sedangkan yang tidak
menderita
scabies
35,5%, Santri mukim yang berPHBS negatif yang menderita
scabies
sebanyak 20% sedangkan yang tidak menderita
scabies
3,4%, data tersebut mempunyai
prevalensi
scabies
61,1% dari 90 Santri mukim.
Dalam hubungannya santri dengan karakteristik
scabies
, Santri sering terkena
dan tertular
scabies
karena PHBS pada umumnya kurang mendapatkan di perhatian
dari santri (Depkes 2007), serta PHBS Pondok Pesantren buruk, seringnya saling
menukar pelaratan pribadi dan tidur bersama di tempat yang sempit. Hal tersebut
yang menjadikan santri mukim beresiko lebih besar timbulnya
scabies
dan penularan
(27)
4
karena santri mukim selalu berinterkasi dengan santri melalui saling bertukar pakaian,
handuk, perlengkapan pribadi, dan tidur bersama (Nugraheni, 2008).
Hasil Penelitian
Prawira (2011) tentang “faktor
-faktor yang berhubungan
dengan kejadian
scabies
pada santri di Pondok Pesantren Al-Makmur Tungkar
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011”. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan pendekatan analitik dan menggunakan desain
Cross Sectional
Study
, cara pengambilan sampel dengan random sampling, penelitian dilakukan pada
santri dengan jumlah sample 59 santri. Hasil penelitian di uji dengan
chi square
. Hasil
penelitian diketahui 49% dari responden menderita penyakit
scabies
, 25% memiliki
tingkat pengetahuan rendah, 12% dari responden memiliki sikap negatif, 15% dari
responden yang memiliki personal hygiene tidak baik, 34% dari responden memiliki
sanitasi lingkungan tidak baik. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kejadian
scabies
(p=0,263), tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian
scabies
(p=0,706), tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian
scabies
(p=0,731), ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
scabies
(p=0,044)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara sanitasi
lingkungan dengan kejadian
scabies
.
Hasil Penelitian lain oleh Nugroho (2012) tentang
sejauh mana “Hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian
scabies
di Pondok Pesantren Bahrul
Maghfiroh di Kabupaten Malang
”
dengan membagi menjadi 2 santri yaitu santri
mukim dengan
scabies
dan santri mukim tanpa
scabies
yang ditinjau dari PHBS negatif
dan PHBS positif didapatkan santri mukim yang berPHBS positif yang menderita
scabies
sebanyak 41,1% sedangkan yang tidak menderita
scabies
35,5%, Santri mukim
yang berPHBS negatif yang menderita
scabies
sebanyak 20% sedangkan yang tidak
(28)
5
menderita
scabies
3,4%. santri yang berPHBS negatif memiliki resiko menderita
penyakit
scabies
5,4 kali lebih besar dari pada santri mukim yang berPHBS positif.
Kecamatan Poncokusumo merupakan salah satu wilayah diantara 33
Kecamatan yang saat ini terdapat di Kabupaten Malang, yang secara geografis
merupakan kawasan dengan kondisi lahan berupa hamparan lahan yang cenderung
berbukit-bukit karena berada di sebelah barat lereng gunung Semeru yang sebagian
besar merupakan lahan produktif berada pada ketinggian antara 600 sampai dengan
1200 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata antara 2300 mm
sampai dengan 2500 mm per tahun dan suhu rata-rata 21,7 derajat celcius serta
berjarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten kurang lebih sejauh 24 Km (Kecamatan
Poncokusumo, 2013).
Pondok Pesantren AL-Ittihad adalah salah satu Pondok Pesantren terbesar di
Kecamatan Poncokusumo. Pondok Pesantren tersebut terletak di desa Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Pondok yang memiliki luas kurang
lebih 800 m
2berada di satu area dengan sekolah Madrasah Aliyah dan Madrasah
Tsanawiyah Al-Ittihad Belung. Sebagian besar murid yang bersekolah di Al-Ittihad
adalah santri dari Pondok Pesantren Tersebut. Tempat tinggal santri mukim di
Pondok Pesantren tersebut terbagi menjadi dua yaitu Pondok Pesantren Al-Ititihad
putra yang berada di selatan dan Pondok Pesantren Al-Ittihad putri yang berada di
utara. Jumlah santri mukim 786 santri, namun jumlah tersebut dapat bertambah
dengan adanya santri kalong disekitar Pondok yang ingin menambah ilmu
keagamaan. Luas kamar santri putra berukuran 4x4 meter diisi 12-15 santri
sedangkan luas kamar santri putri berukuran 5x4 meter diisi 12-20 santri.
Berdasarkan Keterangan dari Ponkesdes desa Belung, di Pondok Pesantren tersebut
banyak santri yang terkena
scabies
dengan
prosentase
37%
tahun 2013
.
Angka
(29)
6
Kejadian
Scabies
dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Poncokusumo tahun
2014, bulan Oktober terdapat 53 kasus, November 55 kasus, bulan Desember 21
kasus. Sedangkan keterangan dari pihak unit kesehatan sekolah (UKS) Pondok
Pesantren bulan Juni 2015 terdapat 34 santri yang gatal-gatal di tangan. Studi
pendahuluan dengan dengan mengambil sample 4 santri mukim di Pondok Pesantren
tersebut, rata-rata 3 santri sering bertukar baju dan peralatan pribadi, rata-rata 3 santri
mempunyai intensitas mandi 2 kali sehari. Santri yang internsitas mandinya kurang
dari 1 kali sehari beralasan udaranya dan airnya dingin, karena sesuai dengan
ketinggian Pondok Pesantren tersebut di kecamatan Poncokusumo.
Intensitas mandi ini dapat di tarik kesimpulan bahwa, intensitas mandi
kurang dari 1 kali sehari tergolong PHBS yang tidak baik menyebabkan resiko besar
terkena
scabies
, karena
scabies
banyak di temukan di kepadatan populasi dalam ruangan
seperti Pondok Pesantren dan lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya.
Melihat masih adanya penyakit
scabies
sampai saat ini di Pondok Pesantren
karena kurang berPHBSnya santri mukim dan
scabies
mudah menular antara santri,
sanitasi Pondok Pesantren kurang diperhatikan oleh pengurus Pondok Pesantren,
serta masalah-masalah diatas, maka penulis ingin meneliti sejauh hubungan mutu
PHBS dengan kejadian
scabies
santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
1.2
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana mutu PHBS Perorangan di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
(30)
7
2.
Bagaimana mutu PHBS lingkungan pada santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad
Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
3.
Bagaimana kejadian
scabies
pada santri
di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
4.
Bagaimana hubungan mutu PHBS perorangan dengan kejadian
scabies
pada santri
di Pondok Pesantren Al-Itihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang?
5.
Bagaimana hubungan mutu PHBS lingkungan di Pondok Pesantren dengan
kejadian
scabies
pada santi mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan mutu PHBS dengan kejadian
scabies
santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mendeskripsikan mutu PHBS perorangan di Pondok Pesantren Al-Ittihad
Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
2.
Mendeskripsikan mutu PHBS lingkungan pada santri di Pondok Pesantren
Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
3.
Mendeskripsikan kejadian
scabies
di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
(31)
8
4.
Menganalisis hubungan mutu PHBS perorangan dengan kejadian
scabies
pada
santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang
5.
Menganalisis hubungan mutu PHBS lingkungan di Pondok Pesantren dengan
kejadian
scabies
pada santri mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang informasi
Scabies
,
kehidupan di Pondok Pesantren dan sebagai pengalaman proses belajar mengajar
khususnya dalam melakukan penelitian.
1.4.2
Bagi Puskesmas
Mendapatkan data mutu PHBS dan kejadian
scabies
di Pondok Pesantren pada
santri mukim sehingga kedepanya dapat melakukan pembinaan, penyuluhan PHBS
dan pemberian informasi tentang
scabies
.
1.4.3
Bagi Pondok Pesantren
Sebagai informasi penyebaran
scabies
sehingga kedepanya
scabies
di Pondok
pesntren tersebut menurun dan dapat mencegah penularan
scabies.
1.4.4
Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi dengan penelitian yang serupa dan hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah informasi PHBS dan kejadian
scabies
pada santri mukim
(32)
9
1.4.5
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi, wacana kepustakaan serta dapat
digunakan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiah dan skripsi khususya
tentang PHBS dan kejadian
scabies
.
1.5
Daftar Istilah
1.
PHBS adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
2.
Scabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap
Sarcoptes scabiei
var, hoonis dan produknya (Djuanda, 2010).
3.
Papula
adalah kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, padat,
berbatas jelas dan ukurannya tidak lebih dari 1cm (Djuanda, 2010).
4.
Vesikula adalah kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berisi
cairan dan ukurannnya tidak lebih dari 1 cm (Djuanda, 2010).
5.
Stratu korneu
adalah lapisan terluar
epidermis
yang terutama terdiri dari sel-sel mati
yang tidak memiliki inti (Djuanda, 2010).
6.
Santri Mukim adalah putera atau puteri yang menetap dalam Pondok Pesantren.
(Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5877, 2014)
1.6
Keaslian Penelitian
Penelitian relevan dengan penelitian ini adalah oleh Saad (2008) dengan
mengamb
il judul “
Pengaruh Faktor Higiene Perorangan Terhadap Angka Kejadian
(33)
10
pengaruh higiene perorangan terhadap angka kejadian
scabies
di Pondok Pesantren
An-Najach Magelang. Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross-sectional menggunakan metode survey.
Populasi penelitian adalah semua santri tingkat SMP/Mts yang tinggal di Pondok
Pesantren An-Najach Magelang dan sampel penelitian adalah total populasi penelitian
sebanyak 100 sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan analisis
data menggunakan
uji chi-square
. Hasil dari penelitian ini adalah Dari 100 sampel
ditemukan 43 orang (43%) responden yang menderita
scabies
, status
hygiene
santri 42
orang (42%) mempunyai higiene perorangan kurang, 55 orang (55%) mempunyai
higiene perorangan cukup, 3 orang (3%) mempunyai
hygiene
perorangan baik. Analisis
bivariat
dengan
chi-square
didapatkan nilai p=0,000. Kesimpulan penelitian ini terdapat
hubungan yang bermakna antara
higiene
perorngan dengan angka kejadian
scabies
.
Perbedaan penelitian Saad dengan penelitian ini adalah penelitian ini adalah
mencari mutu PHBS perorangan dan PHBS lingkungan santri mukim pada Pondok
Pesantren dengan Kejadian
scabies,
sedangkan penelitian Saad mencari pengaruh
faktor
hygien
e perorangan terhadap angka kejadian
scabies
. Persamaan penelitian Saad
dengan penelitian ini adalah penentuan mutu PHBS Pondok Pesantren dikaji dengan
faktor hygiene perorangan.
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Aini
(2009) tentang “Hubungan faktor lingkungan dan perilaku santri terhadap prevalensi
scabies
di Pondok Pesantren putra “Sidogiri” Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan”. Penelitian i
ni bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi
scabies
dan
hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku kesehatan santri terhadap prevalensi
scabies
di Pondok Pesantren Putra Sidogiri Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan
cross sectional
(34)
11
study
dengan mengambil sampel sebanyak 98 orang yang diambil secara simple
random sampling. Variabel yang diteliti meliputi faktor lingkungan (sosial-budaya)
dan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap, tindakan dan
personal hygiene
) terhadap
scabies
serta angka prevalensi
scabies
. Hasil yang diperoleh menunjukkan kondisi
lingkungan (sosial-budaya) (54.1%), perilaku kesehatan terhadap
scabies
yaitu tingkat
pengetahuan (80.6%), sikap (64.3%) dan
personal hygiene
(53.1%) berturut-turut baik
dan tindakan terhadap
scabies
(54.1%) buruk. Prevalensi
scabies
diperoleh sebesar
15.3%. Berdasarkan hasil uji korelasi kontingensi dan
chi-square
, terdapat hubungan
yang signifikan (p<0.05) antara faktor lingkungan (sosial budaya) dan perilaku
kesehatan santri terhadap prevalensi
scabies
. Faktor resiko terbesar adalah tingkat
pengetahuan terhadap
scabies
(PR=6,148). Semakin baik lingkungan (sosial-budaya)
dan perilaku kesehatan santri, maka akan menyebabkan mereka cenderung tidak
menderita
scabies
.
Perbedaan penelitian Aini dengan penelitian ini adalah penelitian Aini
mengambil faktor lingkungan (sosial-budaya) dan perilaku kesehatan (pengetahuan,
sikap, tindakan dan
personal hygiene
) terhadap
scabies
serta angka prevalensi
scabies
.
Sedangkan penelitian ini mencari mutu PHBS santri pada Pondok Pesantren
berdasarkan PHBS perorangan dan PHBS lingkungan seperti air dan sanitasi dengan
terjadinya
scabies
, tanpa mencari prevalensi
scabies
tersebut. Persamaan penelitian Nur
Aini dengan penelitian ini adalah pengambilan faktor perilaku kesehatan (
personal
hygiene
).
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Ratna
(2007) dengan mengambil judul
“
Hubungan antara kebiasaan tukar menukar handuk
dengan kejadian
scabies
di Pesantren Al-
Karimah Sawangan Depok” didapatkan
OR=10,07 pada selang kepercayaan 95%: 3,697-27,196 dari nilai P=0,000 (P<0,05)
(35)
12
yang berarti ada hubungan antara kebiasaan tukar menukar handuk dengan kejadian
scabies
. secara statistik ada hubungan yang bermakna artinya ada perbedaan antara
santri yang biasa tukar menukar haduk dengan santri yang tidak tukar menukar
handuk dengan kejadian
scabies
. Sedangkan hasil analisis, santri yang biasa tukar
menukar handuk mempunyai resiko 10,027 kali terkena
scabies
dibanding dengan
santri yang tidak tukar menukar handuk. Kesimpulan dalam penelitian ini ada
hubungan perilaku santri mengenai penggunaan tempat tidur, kebersihan pakaian,
kebiasaan tukar menukar handuk, kebiasaan tukar menukar tempat tidur dan
kebiasaan lantai kamar dengan kejadian
scabies
.
Perbedaan penelitian Ratna dengan penelitian ini, penetiian Ratna hanya
mengambil faktor PHBS yaitu tukar menukar handuk dengan
scabies
, sedangkan
penelitian ini mengambil semua unsur PHBS. Persamaan dalam penelitian ini adalah
faktor tukar menukar baju.
(1)
2. Bagaimana mutu PHBS lingkungan pada santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
3. Bagaimana kejadian scabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
4. Bagaimana hubungan mutu PHBS perorangan dengan kejadian scabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Itihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
5. Bagaimana hubungan mutu PHBS lingkungan di Pondok Pesantren dengan kejadian scabies pada santi mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan mutu PHBS dengan kejadian scabies santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan mutu PHBS perorangan di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
2. Mendeskripsikan mutu PHBS lingkungan pada santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
3. Mendeskripsikan kejadian scabies di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
(2)
4. Menganalisis hubungan mutu PHBS perorangan dengan kejadian scabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
5. Menganalisis hubungan mutu PHBS lingkungan di Pondok Pesantren dengan kejadian scabies pada santri mukim di Pondok Pesantren Al-Ittihad Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang informasi Scabies, kehidupan di Pondok Pesantren dan sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Mendapatkan data mutu PHBS dan kejadian scabies di Pondok Pesantren pada santri mukim sehingga kedepanya dapat melakukan pembinaan, penyuluhan PHBS dan pemberian informasi tentang scabies.
1.4.3 Bagi Pondok Pesantren
Sebagai informasi penyebaran scabies sehingga kedepanya scabies di Pondok pesntren tersebut menurun dan dapat mencegah penularan scabies.
1.4.4 Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi dengan penelitian yang serupa dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi PHBS dan kejadian scabies pada santri mukim
(3)
1.4.5 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi, wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiah dan skripsi khususya tentang PHBS dan kejadian scabies.
1.5 Daftar Istilah
1. PHBS adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) 2. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hoonis dan produknya (Djuanda, 2010).
3. Papula adalah kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, padat, berbatas jelas dan ukurannya tidak lebih dari 1cm (Djuanda, 2010).
4. Vesikula adalah kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berisi cairan dan ukurannnya tidak lebih dari 1 cm (Djuanda, 2010).
5. Stratu korneu adalah lapisan terluar epidermis yang terutama terdiri dari sel-sel mati yang tidak memiliki inti (Djuanda, 2010).
6. Santri Mukim adalah putera atau puteri yang menetap dalam Pondok Pesantren. (Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5877, 2014)
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian relevan dengan penelitian ini adalah oleh Saad (2008) dengan mengambil judul “Pengaruh Faktor Higiene Perorangan Terhadap Angka Kejadian scabies di Pondok Pesantren Annajach Magelang”. Tujuan penelitian ini untuk menilai
(4)
pengaruh higiene perorangan terhadap angka kejadian scabies di Pondok Pesantren An-Najach Magelang. Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional menggunakan metode survey. Populasi penelitian adalah semua santri tingkat SMP/Mts yang tinggal di Pondok Pesantren An-Najach Magelang dan sampel penelitian adalah total populasi penelitian sebanyak 100 sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil dari penelitian ini adalah Dari 100 sampel ditemukan 43 orang (43%) responden yang menderita scabies, status hygiene santri 42 orang (42%) mempunyai higiene perorangan kurang, 55 orang (55%) mempunyai higiene perorangan cukup, 3 orang (3%) mempunyai hygiene perorangan baik. Analisis bivariat dengan chi-square didapatkan nilai p=0,000. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara higiene perorngan dengan angka kejadian scabies.
Perbedaan penelitian Saad dengan penelitian ini adalah penelitian ini adalah mencari mutu PHBS perorangan dan PHBS lingkungan santri mukim pada Pondok Pesantren dengan Kejadian scabies, sedangkan penelitian Saad mencari pengaruh faktor hygiene perorangan terhadap angka kejadian scabies. Persamaan penelitian Saad dengan penelitian ini adalah penentuan mutu PHBS Pondok Pesantren dikaji dengan faktor hygiene perorangan.
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Aini (2009) tentang “Hubungan faktor lingkungan dan perilaku santri terhadap prevalensi scabies di Pondok Pesantren putra “Sidogiri” Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi scabies dan
hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku kesehatan santri terhadap prevalensi scabies di Pondok Pesantren Putra Sidogiri Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan cross sectional
(5)
study dengan mengambil sampel sebanyak 98 orang yang diambil secara simple random sampling. Variabel yang diteliti meliputi faktor lingkungan (sosial-budaya) dan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap, tindakan dan personal hygiene) terhadap scabies serta angka prevalensi scabies. Hasil yang diperoleh menunjukkan kondisi lingkungan (sosial-budaya) (54.1%), perilaku kesehatan terhadap scabies yaitu tingkat pengetahuan (80.6%), sikap (64.3%) dan personal hygiene (53.1%) berturut-turut baik dan tindakan terhadap scabies (54.1%) buruk. Prevalensi scabies diperoleh sebesar 15.3%. Berdasarkan hasil uji korelasi kontingensi dan chi-square, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara faktor lingkungan (sosial budaya) dan perilaku kesehatan santri terhadap prevalensi scabies. Faktor resiko terbesar adalah tingkat pengetahuan terhadap scabies (PR=6,148). Semakin baik lingkungan (sosial-budaya) dan perilaku kesehatan santri, maka akan menyebabkan mereka cenderung tidak menderita scabies.
Perbedaan penelitian Aini dengan penelitian ini adalah penelitian Aini mengambil faktor lingkungan (sosial-budaya) dan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap, tindakan dan personal hygiene) terhadap scabies serta angka prevalensi scabies. Sedangkan penelitian ini mencari mutu PHBS santri pada Pondok Pesantren berdasarkan PHBS perorangan dan PHBS lingkungan seperti air dan sanitasi dengan terjadinya scabies, tanpa mencari prevalensi scabies tersebut. Persamaan penelitian Nur Aini dengan penelitian ini adalah pengambilan faktor perilaku kesehatan (personal hygiene).
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Ratna (2007) dengan mengambil judul “Hubungan antara kebiasaan tukar menukar handuk dengan kejadian scabies di Pesantren Al-Karimah Sawangan Depok” didapatkan OR=10,07 pada selang kepercayaan 95%: 3,697-27,196 dari nilai P=0,000 (P<0,05)
(6)
yang berarti ada hubungan antara kebiasaan tukar menukar handuk dengan kejadian scabies. secara statistik ada hubungan yang bermakna artinya ada perbedaan antara santri yang biasa tukar menukar haduk dengan santri yang tidak tukar menukar handuk dengan kejadian scabies. Sedangkan hasil analisis, santri yang biasa tukar menukar handuk mempunyai resiko 10,027 kali terkena scabies dibanding dengan santri yang tidak tukar menukar handuk. Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan perilaku santri mengenai penggunaan tempat tidur, kebersihan pakaian, kebiasaan tukar menukar handuk, kebiasaan tukar menukar tempat tidur dan kebiasaan lantai kamar dengan kejadian scabies.
Perbedaan penelitian Ratna dengan penelitian ini, penetiian Ratna hanya mengambil faktor PHBS yaitu tukar menukar handuk dengan scabies, sedangkan penelitian ini mengambil semua unsur PHBS. Persamaan dalam penelitian ini adalah faktor tukar menukar baju.