Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Personalized

bahan pelajaran misalnya metode ceramah, metode tanya jawab, dan lain-lain Suherman, 2001. Selain siswa aktif dan belajar bermakna, proses pembelajaran seyogyanya bukan sekedar transfer gagasan dari guru kepada siswa, namun merupakan suatu proses yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Nicson Lestarini, 2009 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika konsep atau prinsip-prinsip matematis dibangun sendiri oleh siswa dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbentuk. Dalam pembelajaran matematika pada saat sekarang ini diharapkan siswa dapat menerapkan matematika secara baik dalam kehidupan mereka. Dengan hal tersebut diharapkan matematika lebih memasyarakat dan tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan.

C. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Personalized

System of Instruction PSI 1. The Keller Plan PSI dikenal sebagai the Keller Method atau The Keller Plan Irawan, 2006 metode ini diujicobakan berdasarkan hasil observasi dasar yang dilakukan Keller beserta rekan – rekannya yang memberikan hasil berikut : a. Jika semua siswa diharapkan untuk mencapai tingkat penguasaan minimal yang sama, maka mereka semua tidak dapat diharapkan untuk mencapainya dalam selang waktu yang sama b. Materi dalam jumlah kecil akan lebih mudah diserap oleh siswa daripada materi dalam jumlah besar c. Siswa akan belajar lebih baik jika mereka diberikan penghargaan secara berulang-ulang dan sesegera mungkin Hasil observasi menunjukkan adanya perbedaan karakteristik siswa yang tak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Perbedaan karakteristik ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan belajar setiap peserta didik yang bebeda-beda. PSI dikembangkan oleh Keller 1968 terutama digunakan di tingkat universitas untuk mengatasi sistem kuliah konvensional Ali, 2004. Menurut Nasution 1984 : ....sistem ini memberi perhatian yang khusus kepada setiap pelajar, memberi mereka kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing- masing dan diharuskan menguasai satuan pelajaran sebelum diperkenankan untuk mempelajari pelajaran berikutnya. Tews banyak memberi penilaian sebagai feedback dengan bantuan mahasiswa senior atau mahasiswa yang mengikuti kuliah itu yang sudah lebih maju dari yang memerlukan bantuan. Komunikasi antara pengajar dengan mahasiswa kebanyakan dilakukan secara tertulis, sedangkan perkuliahan terutama dimaksudkan untuk memberi motivasi belajar, jadi bukan untuk memberikan bahan baru. Selain memeriksa tes, mahasiswa senior dimanfaatkan juga untuk berperan sebagai tutor. Peranan dosen terutama untuk memberikan motivasi dan stimulasi kepada mahasiswa dalam belajar. PSI dalam pelaksanaannya sudah mencerminkan sistem pengajaran individual dengan beberapa modifikasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengajaran sangat memperhatikan perbedaan individual. Satu hal yang menambah keefektifan PSI adalah penggunaan tutor untuk siswa yang memerlukan bantuan dalam rangka pencapaian taraf penguasaan penuh. Tutor ini biasanya diambil dari asisten pengajar, atau dapat juga diambil dari siswa di kelas bersangkutan yang telah mencapai taraf penguasaan penuh dan mampu melakukannya. Kalau diperhatikan PSI merupakan salah satu strategi belajar tuntas yang dikembangkan oleh Bloom. Namun satu hal yang sangat prinsip adalah bahwa Keller dalam merumuskan PSI telah menerapkan sistem pembelajaran individual. Hal ini terlihat dari penggunaan bahan tertulis Russefendi 2006 menyatakan bahwa ”Perencanaan Keller terdiri atasa sebuah buku teks standar dan sejumlah pedoman tertulis untuk belajar. Pedoman ini berisi tujuan instruksional khusus tentang unit yang dipelajari dan bertindak sebagai penghubung antar buku teks materi buku dengan pertanyaan-pert anyaan.” Oleh karena itu, PSI dapat dipandang sebagai salah satu bentuk sistem pembelajaran yang menekankan kepada belajar tuntas melalui sistem pengajaran individual dengan modifikasi pengajaran kelompok. Sebagai suatu metode yang merupakan sistem ketuntasan belajar, PSI sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individu dalam menguasai materi yang dipelajari. Sehingga asas perbedaan individu sangat diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode PSI sebagai konsekuensinya, PSI banyak memberikan feedback balikan yang dilakukan dengan cara memberikan pengajaran sesuai dengan tujuan yang gagal dicapai siswa melalui kegiatan yang dinamakan proctoring. 2. Karakteristik Metode PSI Pada dasarnya PSI adalah suatua metode yang mempunyai karakteristik self paced learning, mastery learning, sarana untuk memotivasi, menggunakan panduan pembelajaran, dan pengguanaan proctor dalam pembelajaran. Penjelasan mengenai masing-masing karakteristik dari metode PSI diuraikan sebagai berikut: a. Self paced learning Popham, dkkAgustian, 2009 menjelaskan bahwa self paced learning adalah suatu jenis situasi belajar yang memberikan fleksibilitas waktu bagi siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan rata-rata belajarnya. Adanya fleksibilitas waktu diakrenakan adanya perbedaan kecepatan siswa dalam memahami suatu materi. Beberapa siswa belajar lebih cepat dibanding yang lainnya. Dan mereka mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cepat. Sedangkan beberapa siswa yang lain membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk mencapai tujuan yang sama. b. Mastery learning Mastery learning atau pembelajaran tuntas adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, siswa harus dapat menunjukkan kemampuan minimal yang dicapainya setelah mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa belum dapat menunjukkan kemampuan minimal yang telah ditentukan, maka siswa tersebut perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus sebelum mempelajari mateeri selanjutnya. Ali 2008 menyatakan dua macam cara meninjau pengertian dari mastery learning, yaitu berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom 1963 dan yang kedua adalah definisi yang diungkapkan oleh Fred S. Keller 1968. Bloom memandang mastery sebagai kemampuan siswa untuk menyerap inti pelajaran yang telah diberikan ke dalam suatu keseluruhan, yaitu dalam hal pencapaian tujuan umum TIU sedangkan Keller memandang bahwa mastery merupakan penampilan performance yang dijabarkan dari TIU, maka siswa harus mampu mencerminkannya dalam pencapaian TIK yang dijabarkan dari TIU. Namun demikian kedua tokoh tersebut sependapat bahwa tujuan pengajaran sebenarnya adalah TIU, sedangkan TIK hanya merupakan langkah dalam mencapi TIU. c. Pembelajaran sebagai sarana untuk memotivasi Russefendi 2006 menyatakan bahwa pembelajaran PSI yang dilaksanakan di kelas tidak lagi bersifat teacher centered, walaupun kadang tedapat semacam ceramah pemberian informasi, namun ceramah ini sekedar pengarahan dan dorongan bagi siswa agar siswa tersebut termotivasi dan bukan untuk menyampaikan pengetahuan baru d. Penggunaan panduan pembalajaran Russefendi 2006 mengemukakan bahwa panduan pembelajaran berisi tujuan instruksional khusus tentang unit yang dipelajari dan bertindak sebagai penghubung anatar buku teks materi buku dengan pertanyaan-pertanyaan. Selanjutnya Grant dan Spencer Agustian, 2009 menjelaskan bahwa panduan pembalajaran terdiri dari tujuan-tujuan pembelajaran dan pertanyaan- pertanyaan yang memfokuskan perhatian siswa pada materi penting yang harus dipelajari, dan menyajikan hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa. Panduan belajar juga berisi saran guru untuk menjelaskan hal-hal penting, soal latihan berikut kuis setiap unit, dan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk mengeksplorasi materi yang akan dipelajari lebih dalam, serta daftar buku bacaan atau referensi yang dapat digunakan dalam mempelajari materi. e. Penggunaan proctor Grant dan Spencer Agustian,2009 mdenyatakan bahwa proctor adalah staf pembelajaran yang membantu siswa mempelajari materi, menjadwalkan kuis untuk tiap unit dan memberikan feedback bagi siswa berdasarkan hasil kuis tiap unit dan memegang tugas administratif seperti merekam perkembangan siswa. Sedangkan Ali 2008 mendefinisikan proctor sebagai suatu pemberian tes secara berualang-ulang untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai upan balik feedback bagi pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan. Dari kedua pengertian tersebut, proctor adalah seseorang yang dapat membantu siswa dalam mempelajari materi dan memberikan feedback berdasarkan hasil kuis untuk tiap unit serta turut membantu memantau perkembangan siswa. Selanjutnya Grant dan Spencer Agustian, 2009 menyebutkan bahwa terdapat dua jenis proctor yang dapat digunakan, yaitu proctor internal dan proctor eksternal. Proctor internal terdiri dari siswa yang terdapat dalam kelas tersebut dan telah dinyatakan tuntas pada materi yang telah dipelajari. Sedangkan proctor eksternal adalah guru lain dalam bidang studi yang sama, tenaga profesional dalam bidang yang sama, atau siswa yang berada pada satu kelas lebih tinggi dari siswa yang akan dibimbing. Metode PSI mempunyai beberapa komponen yang menjadi karakteristik yang membedakannya dengan metode lain Ali 2004 ciri-ciri penting dari PSI adalah sebagai berikut :  Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit pelajaran sebelum maju ke unit pelajaran selanjutnya  Menggunakan kuliah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan motivasi kepada siswa  Komunikasi guru dan siswa ditekankan pada penggunaan bahan-bahan tertulis dalam bentuk program berupa panduan pembelajaran.  Menggunakan sistem proctor, yakni pemberian tes secara berulang-ulang untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai umpan balik feedback bagi pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan.  Menggunakan sistem tutor, yakni siswa pandai memberi bimbingan belajar kepada siswa yang kurang atau lemah, sehingga seluruh siswa dapat mencapai taraf penguasaan penuh terhadap unit pelajaran yang dipelajari.  Memungkinkan adanya aspek personal dan sosial dalam proses pendidikan. Dengan bahan-bahan tertulis aspek-aspek pribadi atau personal dapat memperoleh perhatian khusus, sedangkan dengan menggunakan kuliah dan demonstrasi dapat diperhatikan aspek sosial siswa. 3. Tahapan Metode PSI Dalam pelaksanaan metode PSI, kegiatan tatap muka dilakukan seperti biasa dan memberikan tes unit materi dapat dilakukan pada akhir jam pembelajaran selesai, mulai dari pemberian balikan, penggunaan panduan belajar, kebebasan siswa untuk belajar sesuai kemampuan sendiri, dan kegiatan proctoring bagi yang membutuhkan. Adapun tahapan pelaksanaan metode menurut Irawan 2006 adalah sebagai berikut : a. Menentukan kebijakan kegiatan pembelajaran yang akan digunakan selama materi berlangsung meliputi 1 syarat administratif, 2 penguasaan minimal terhadap materi, 3 gambaran singkat pembelajaran, 4 harapan yang diingingkan setelah pembelajaran 5 jadwal terakhir tes 6 tips, dan 7 saran b. Membagi materi menjadi unit sub materi disertai tujuan dan indikator yang jelas, berikut dengan syarat penguasaan minimalnya. c. Membuat panduan pembelajaran untuk setiap unit sub materi yang meliputi 1 tujuan materi, 2 prosedur dan 3 pertanyaan mengarah. Hal lainnya seperti komentar tambahan guru terhadap beberapa unit materi yang mungkin dianggap sulit, tugas, dan latihan untuk mempersiapkan siswa mengikuti tes, pertanyaan yang membuat siswa penasaran dan tertarik untuk mengeksplorasi materi dan rekomendasi sumber belajar dapat ditambahkan sesuai dengan keperluan saja d. Memberikan balikan sesegera mungkin kepada siswa e. Setelah siswa dinyatakan menguasai unit materi, siswa itu diperbolehkan memasuki unit berikutnya f. Begitu seterusnya hinga siswa tersebut telah menguasai unit tes akhir, dan kemudian dinyatakan siap untuk mengikuti tes Diagram 2.1 Tahapan Pembelajaran PSI Menentukan kebijakan kegiatan pembelajaran yang digunakan selama materi berlangsung Membagi materi menjadi beberapa unit submateri disertai dengan tujuan dan indikator yang jelas, berikut dengan syarat penguasaan minimalnya Membuat panduan pembelajaran untuk setiap unit submateri Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa Tes formatif Tuntas Materi selanjutnya Tes Akhir Tidak tuntas Proctoring Tes perbaikan Tidak tuntas

D. Pembelajaran Matematika dengan Metode Ekspositori