Subjek Penelitian Metode Penelitian Definisi Operasional

34 Indah Puspita Sari, 2014 Pengembangan multimedia pembelajaran senyawa karbon dengan konteks obat herbal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran senyawa karbon menggunakan konteks obat herbal khas Indonesia. Bahan kajian materi senyawa karbon yang dikembangkan diambil dari teks dasar buku ajar senyawa karbon menggunakan konteks obat herbal yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam multimedia ini adalah metode penelitian dan pengembangan Research and Development. Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE. ADDIE merupakan singkatan dari Analysis-Design-Development- Implementation-Evaluation. Model ini dipilih karena ADDIE sering digunakan untuk menggambarkan pendekatan sistematis untuk pengembangan instruksional. Selain itu, model ADDIE merupakan model pembelajaran yang bersifat umum dan sesuai digunakan untuk penelitian pengembangan. Ketika digunakan dalam pengembangan, proses ini dianggap berurutan tetapi juga interaktif di mana hasil evaluasi setiap tahap dapat membawa pengembangan pembelajaran ke tahap sebelumnya. Hasil akhir dari suatu tahap merupakan produk awal bagi tahap selanjutnya McGriff, 2000. Penggunaan model ADDIE pada pengembangan produk multimedia untuk pembelajaran sudah dikenal secara luas. Parekh mencantumkan ADDIE sebagai salah satu metode pengembangan aplikasi multimedia untuk produk CBT Computer Based Training. Model ADDIE juga digunakan untuk pengembangan website berbasis multimedia, serta aplikasi pembelajaran berbasis multimedia lainnya N. Subana, 2013. Gambar 3.1 Tahap-tahap model penelitian ADDIE

C. Alur Penelitian

Penelitian pengembangan multimedia senyawa karbon dengan konteks obat herbal merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang berjudul Konstruksi buku ajar senyawa karbon dengan konteks obat herbal untuk mencapai literasi sains siwa SMA. Pada alur penelitian yang digambarkan pada gambar 3.2 bagian yang berwarna abu-abu merupakan bagian yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Tahapan-tahapan tersebut kemudian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian pengembangan multimedia senyawa karbon dengan konteks obat herbal. Analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA Kajian kepustakaan literasi sains Tahap Analisis Analisis konteks materi obat herbal khas indonesia Perumusan indikator aspek kognitif melalui kajian konteks, konten dan kompetensi Perumusan indikator aspek sikap tehadap sains melalui kajian konteks, konten dan sikap Validasi Analisis konten senyawa karbon Analisis wacana Perumusan tujuan pembelajaran Tahap Desain Transformasi teks dasar ke dalam teks media Penyusunan Instrumen Lembar penilaian ahli Pembuatan Lesson Sequence Map Teks dasar Transformasi materi presentasi Revisi Revisi Pembuatan story board Validasi Revisi Pembuatan multimedia Validasi Produk Awal Penilaian Ahli Perbaikan Produk Akhir Revisi Lembar tanggapan siswa dan guru Tahap Pengembangan Validasi Tahap Evaluasi Uji coba terbatas pada siswa dan guru Gambar 3.2 Alur Penelitian Struktur makro Astuti, 2014 Berdasarkan alur penelitian, langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu analisis analysis, desain design, pengembangan development dan penilaian evaluation. Langkah penelitian ini dibatasi hingga tahap uji coba terbatas sehingga penelitian ini tidak menguji pengaruh produk terhadap kemampuan siswa.

1. Tahap Analisis Analysis

a. Analisis Wacana Proses analisis wacana meliputi 3 tahapan yaitu: 1. Pembuatan teks dasar Teks dasar dibuat dengan cara menghaluskan teks. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketepatan dan kejelasan teks. Penghalusan teks dilakukan dengan cara penghapusan atau penyisipan katakalimatfrasa. Teks dasar yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari teks dasar buku ajar yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya. 2. Penurunan proposisi mikro makro Tahap ini dilakukan dengan menemukan proposisi mikro yang dikaji dari teks dasar. Proposisi mikro memiliki tingkat abstraksi yang paling rendah. Dari proposisi mikro ini dapat ditarik proposisi yang lebih makro. Beberapa proposisi makro dapat menghasilkan proposisi yang lebih makro lagi yang disebut proposisi utama. Proposisi makro dapat diturunkan bekali-kali sesuai dengan abstraksi yang diinginkan. Menurut Setiadi Agus 2001:54, penurunan proposisi makro dapat dilakukan dengan menerapkan aturan makro yaitu proses penghapusan, generalisasi dan konstruksi. 3. Pembuatan struktur makro Tahap ini dilakukan dengan memetakan proposisi makro dan proposisi mikro sehingga membentuk bagan representasi materi. Bagan representasi materi ini digunakan untuk menentukan tahapan pembelajaran literasi sains yang nantinya memudahkan peneliti untuk membuat lesson sequance map. b. Melakukan validasi pada setiap tahap analisis pada dosen pembimbing.

2. Tahap Desain Design

a. Penyusunan lesson sequence map. Lesson sequence map merupakan bagan peta yang menunjukan tahapan- tahapan proses pembelajaran dalam literasi sains. Dimulai dengan tahap kontak, tahap kuriositi, tahap elaborasi, tahap pengambilan keputusan, tahap nexus dan tahap penilaian. Pembuatan Lesson Sequence Map berdasarkan teks dasar yang akan dikembangkan pada multimedia pembelajaran. b. Kesesuaian teks dasar dengan teks media Teks dasar yang dihasilkan dari analisis wacana konten senyawa karbon dan konteks obat herbal kemudian ditansformasi ke dalam bentuk teks media, lalu teks media yang dihasilkan divalidasi kesesuaiannya dengan teks dasar. Langkah ini dilakukan agar materi dalam multimedia merepresentasikan materi dalam teks dasar buku ajar selain itu langkah ini dilakukan agar materi bersifat teachable mudah diajarkan dan subjek yang akan diinformasikan kepada peserta didik yang bersifat accesable mudah dipahami. c. Transformasi teks media ke dalam bentuk representasi multimedia Transformasi teks media ke dalam bentuk representatif multimedia dilakukan dengan cara merancang teks software dan mengidentifikasi bentuk presentasi pendukung materi. Kedua langkah ini dilakukan bersamaan dalam satu tahap desain untuk mempermudah pekerjaan dalam pengembangan storyboard. Kolom teks media digunakan untuk menampilkan materi yang bersifat teachable mudah diajarkan sedangkan kolom teks software berisi materi subjek yang akan diinformasikan kepada peserta didik yang bersifat accesable mudah dipahami. Kolom bentuk presentasi merupakan pengembangan teks keluaran dan keterampilan intelektual yang diisi dengan menambahkan tanda checklist √ pada kolom teks, grafis diam, animasi, audio atau video. d. Pembuatan story board Story board dibuat untuk merancang tampilan multimedia yang akan dibuat. Story board berisi kolom teks, audio dan visualisasi dengan keterangan mengenai konten dan visualisasi yang digunakan untuk membuat multimedia. e. Melakukan validasi ahli terhadap setiap desain multimedia yang telah dibuat pada dosen pembimbing

3. Tahap Pengembangan Development

a. Pembuatan multimedia pembelajaran. Pada tahap ini dibuat unsur-unsur media pendukung seperti animasi, video dan gambar. Pembuatan animasi dalam multimedia menggunakan Adobe Photoshop CS 4 dan Adobe Illustrator CS 4. Video yang ditampilkan dalam multimedia diambil dari situs www.youtube.com. Selanjutnya dilakukan pengintegrasian berbagai unsur pendukung materi yang telah dikembangkan ke dalam bentuk multimedia pembelajaran. Software pemrograman yang digunakan adalah Adobe Flash Professional CS 4. b. Validasi Setelah multimedia selesai dibuat, dilakukan validasi oleh dosen pembimbing. Saran dari dosen pembimbing dijadikan bahan acuan untuk revisi multimedia. Multimedia divalidasi hingga dinyatakan layak dan dapat memasuki tahap penilaian oleh ahli. Hasil dari tahap ini adalah produk multimedia awal. c. Penilaian ahli terhadap multimedia awal Penilaian ahli dilakukan terhadap desain insrtruksional dan konseptual serta desain grafis dan antar muka multimedia yang dikembangkan. Saran dari ahli menjadi acuan perbaikan multimedia. Hasil dari tahap ini adalah produk multimedia akhir.

4. Tahap Evaluasi Evaluation

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan pada akhir dari tahap analisis, desain dan development. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk kebutuhan perbaikan multimedia pembelajaran. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai produk akhir multimedia setelah mengalami revisi. Evaluasi sumatif dilakukan dengan cara meminta tanggapan siswa SMA dan guru terhadap multimedia yang dikembangkan.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan istilah- istilah yang terdapat dalam penelitian, maka disajikan penjelasan singkat dari beberapa istilah yang digunakan, diantaranya: 1. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam OECD, 2009. Literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pencapaian literasi sains kimia siswa SMA 2. Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. OECD, 2009 3. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi serta iklim dalam konteks global. OECD, 2009 4. Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media format file yang berupa teks, gambar, grafik, suara, animasi, video, interaksi, dan lain- lain yang telah dikemas menjadi file digital komputerisasi, digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Ariani dan Haryanto, 2010

E. Instrumen Penelitian