TA : Rancang Bangun Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah di Surabaya Timur (Studi Kasus : Wilayah Surabaya Timur).

(1)

(STUDI KASUS : WILAYAH SURABAYA TIMUR)

TUGAS AKHIR

Oleh:

Nama : FRANSIUS ERYAN PERMANA

NIM : 06.41010.0175

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

RANCANG BANGUN APLIKASI INVENTARISASI ASET DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

(STUDI KASUS: WILAYAH SURABAYA TIMUR)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : FRANSIUS ERYAN PERMANA

NIM : 06.41010.0175

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(3)

Kupersembahkan untukmu: Papiku dan Mamiku tercinta

Seluruh keluarga yang selalu mendukungku Serta teman-teman yang selalu mendukungku


(4)

memantau lokasi aset yang ada di Provinsi Jawa Timur, terlebih di wilayah Surabaya Timur. Seiring banyaknya jumlah aset, maka pemerintah dihadapkan

pada salah satu masalah utama pengelolaan barang (aset) daerah yaitu

ketidaktertiban dalam pemantauan detail lokasi aset daerah. Untuk itu diperlukan pengelolaan aset secara terencana, terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam tempo yang singkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu aplikasi inventarisasi aset daerah untuk membantu kegiatan pencatatan dan penyimpanan proses inventarisasi aset daerah. Aplikasi inventarisasi ini juga dapat memberikan laporan-laporan yang dapat membantu pihak pengelola dalam pengawasan terhadap kegiatan inventarisasi aset daerah serta dapat mengetahui letak geografis aset daerah dengan menggunakan visualisasi peta lokasi aset daerah.

Dengan adanya aplikasi inventarisasi aset daerah ini diperoleh kesimpulan bahwa aplikasi ini mampu membantu melakukan proses inventarisasi aset daerah yaitu berupa pengkodean, pengelompokan, pencatatan dan pelaporan aset-aset daerah. Manfaat lainnya yaitu membantu pengguna untuk dapat mengetahui letak geografis aset daerah tersebut dan aplikasi ini diharapkan nantinya bisa terintregrasi secara penuh ke SKPD atau dinas terkait sehingga informasi bisa diakses lebih cepat, dan dapat memudahkan dalam pemantauan aset secara optimal.

Kata kunci: Aset, inventarisasi, geografi.


(5)

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Geografi ... 6

2.2 Sistem Informasi Geografis ... 6

2.3 Inventarisasi ... 7

2.4 Proses Kerja Inventarisasi Barang Milik Daerah ... 8

2.4.1 Pendataan Fisik Dan Legalitas Barang Milik Daerah ... 13

2.4.2 Kodefikasi Barang Milik Daerah ... 15

2.4.3 Pengelompokan/Penggolongan Barang Milik Daerah ... 22

2.4.4 Pencatatan Barang Milik Daerah ... 27

2.5 Aset ... 27


(6)

2.7.1 Pengenalan PHP ... 30

2.7.2 Konsep Kerja PHP ... 31

2.8 Interaksi Manusia Dan Komputer ... 32

2.9 Skala Likert ... 35

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 38

3.1 Analisis Permasalahan ... 38

3.2 Analisis Kebutuhan ... 39

3.3 Perancangan Sistem ... 40

3.3.1 Block Diagram ... 40

3.3.2 System Flow ... 41

3.3.3 Data Flow Diagram (DFD) ... 45

3.3.4 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 50

3.3.5 Struktur Tabel ... 52

3.3.6 Desain Input/Output ... 58

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 90

4.1 Implementasi ... 90

4.2 Kebutuhan Sistem ... 90

4.2.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 90

4.2.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 91

4.2.3 Instalasi Program Dan Pengaturan Sistem ... 91

4.3 Implementasi Sistem ... 92

4.3.1 Form Menu Utama User ... 92


(7)

4.3.4 Form Login ... 95

4.3.5 Form Menu Utama Admin ... 96

4.3.6 Form Master Kode Lokasi ... 98

4.3.7 Form Master Kode Kepemilikan ... 99

4.3.8 Form Master Kode Barang ... 100

4.3.9 Form Master Kondisi ... 101

4.3.10 Form Master Kota ... 102

4.3.11 Form Master Kecamatan ... 103

4.3.12 Form Master Desa ... 104

4.3.13 Form Input Aset Tanah ... 105

4.3.14 Form Input Aset Bangunan Dan Gedung ... 110

4.3.15 Form Update Pindah Tangan Aset Tanah ... 117

4.3.16 Form Update Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung ... 122

4.3.17 Form Cetak Laporan Detail Aset Tanah ... 128

4.3.18 Form Cetak Laporan Detail Aset Bangunan Dan Gedung ... 129

4.3.19 Form Cetak Laporan Kartu Inventaris Barang Aset Tanah ... 131

4.3.20 Form Cetak Laporan Kartu Inventaris Barang Aset Bangunan Dan Gedung ... 133

4.3.21 Form Cetak Laporan History Pindah Tangan Aset Tanah ... 134

4.3.22 Form Cetak Laporan History Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung ... 134


(8)

4.3.24 Form Cetak Laporan Detail History Pindah Tangan

Aset Bangunan Dan Gedung ... 137

4.4 Evaluasi Sistem ... 139

4.4.1 Evaluasi Hasil Uji Coba Sistem ... 140

4.4.2 Uji Coba Angket ... 197

BAB V PENUTUP ... 200

5.1 Kesimpulan ... 200

5.2 Saran ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 201

LAMPIRAN ... 203


(9)

1.1 Latar Belakang Masalah

Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Jawa Timur saat ini tumbuh menjadi provinsi besar yang modern. Dengan pertumbuhan provinsi yang cukup pesat, mendorong bertambahnya aset-aset pemerintah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah pihak yang mengelola dan memantau lokasi aset yang ada di Provinsi Jawa Timur, terlebih di wilayah Surabaya Timur. Keberadaan aset ini tersebar cukup merata di berbagai tempat. Seiring banyaknya jumlah aset, maka pemerintah di hadapkan pada salah satu masalah utama pengelolaan barang (aset) daerah yaitu ketidaktertiban dalam pemantauan detail lokasi aset daerah. Ini menyebabkan Pemerintah Daerah kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset yang dikelola Pemerintah Daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya, serta disisi lain Pemerintah Daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatan aset pada masa yang akan datang. Implikasi dari pemanfaatan dan pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai kemanfaatan yang seimbang dengan nilai intrinsik dan potensi yang terkandung dalam aset itu sendiri.

Setiap barang(aset) selalu memiliki dimensi ruang, Aset Pemerintah Daerah memiliki beragam karakteristik serta berada dalam posisi geografis yang

tersebar, sehingga pendekatan keruangan (spatial) dalam pengelolaan aset

menjadi sangat penting. Untuk mencapai tujuan pengelolaan aset secara terencana,


(10)

terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam tempo yang singkat, diperlukan suatu sistem aplikasi pendukung pengambilan

keputusan atas aset (decision supporting system), yang disebut aplikasi

inventarisasi aset daerah dengan menggunakan visualisasi lokasi aset. Peta merupakan kunci pada aplikasi inventarisasi aset. Proses untuk membuat (menggambar) peta jauh lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis.

Dengan memanfaatkan pendekatan spasial dan keunggulan GIS, pengembangan aplikasi tersebut merupakan salah satu investasi Pemerintah Daerah untuk pelbagai kepentingan strategis lainnya. Di samping sebagai aplikasi untuk membantu pengelolaan manajemen aset, aplikasi inventarisasi juga merupakan pondasi bagi pengembangan sistem informasi manajemen wilayah (estate management) yang akan sangat dibutuhkan, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kabupaten/kota.

Berdasarkan uraian di atas pengembangan aplikasi inventarisasi aset daerah diperlukan di daerah untuk mendukung pengelolaan kawasan kabupaten/kota akan sangat mudah dilakukan karena aplikasi ini dikembangkan dengan berbasis geografis dan memberikan keuntungan ganda, bukan saja sebagai

alat (tools) untuk membantu pengelolaan aset, namun juga dasar bagi pengelolaan

wilayah kabupaten/kota. Dengan demikian pengembangan aplikasi ini merupakan suatu investasi penting bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam


(11)

1.2 Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang permasalahan, maka dirumuskanlah permasalahan dalam tugas akhir ini, yaitu :

Bagaimana merancang dan membangun aplikasi inventarisasi aset daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur)?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam sistem ini, agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai, maka pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem hanya membahas pendataan fisik dan legalitas, pengkodean,

pengelompokan serta pencatatan atau pelaporan data.

2. Inventaris aset daerah hanya meliputi barang yang tidak bergerak seperti

gedung, bangunan, tanah.

3. Tidak menangani proses mutasi, tetapi hanya menangani proses update

data mutasi yang berupa history mutasi aset daerah.

4. Sumber data yang diambil hanya berada di wilayah Surabaya Timur.

5. Aplikasi ini tidak terhubung dengan SKPD/dinas-dinas.

6. Koordinat letak bangunan sudah diketahui/ditentukan sebelumnya.

7. Aplikasi ini tidak membahas mengenai security system.

8. Pembuatan aplikasi sistem informasi ini akan menggunakan bahasa

pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor) dengan pengelolaan

databasenya menggunakan MYSQL.

9. Sistem ini memerlukan koneksi internet untuk mendukung Google Map


(12)

1.4 Tujuan

Dengan mengacu pada masalah yang ada maka tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah merancang dan membangun suatu aplikasi inventarisasi aset daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur).

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur)” sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum penulisan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, dan keterangan mengenai sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan tentang teori yang mendukung pokok pembahasan tugas akhir yang meliputi antara lain geografi, sistem informasi geografis, inventarisasi, proses kerja inventarisasi barang milik daerah, aset, web-SIG, PHP, interaksi manusia dan komputer, skala likert sebagai acuan dari latar belakang sistem.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan mengenai analisis permasalahan, desain arsitektur,

blok diagram, gambaran umum sistem, struktur database, Data Flow

Diagram, Entity Relationship Diagram dan desain input output


(13)

BAB IV : EVALUASI DAN IMPLEMENTASI

Bab ini menjelaskan tentang implementasi dari program, berisikan langkah-langkah implementasi dari perancangan program dan hasil implementasi dari program.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang menjawab pernyataan dalam perumusan masalah dan beberapa saran yang bermanfaat dalam pengembangan program di waktu yang akan datang.


(14)

2.1 Geografi

Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi. Menurut Erastothenes, geografi berasal

dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.

Sedangkan menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

2.2 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Chang, 2008). Adapun komponen-komponen dari sistem informasi geografis adalah sistem komputer, software GIS, orang, data, dan infrastruktur.

Pada awalnya, data geografis hanya disajikan di atas peta dengan menggunakan simbol, garis, dan warna. Elemen – elemen geometri ini dideskripsikan di dalam legendanya, misalnya garis hitam tebal untuk jalan utama,


(15)

garis hitam tipis untuk jalan sekunder dan jalan-jalan berikutnya. Selain itu

berbagai data juga dapat di-overlay-kan berdasarkan sistem koordinat yang sama.

Akibatnya sebuah peta menjadi media yang efektif baik sebagai alat presentasi maupun sebagai bank tempat penyimpanan data geografis. (Prahasta, 2001).

Bila dibandingkan dengan peta, SIG memiliki keunggulan karena penyimpanan data dan presentasinya dipisahkan. SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagi atribut-atribut di dalam basisdata. Kemudian SIG membentuk dan menyimpan di dalam tabel-tabel (relasional). Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur diatas dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikiam data dapat diakses melalui lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat diakses melalui atribur-atributnya. Dengan demikian data dapat dipresentasikan dalam berbagai cara dan bentuk. (Prahasta, 2001).

2.3 Inventarisasi

Menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004 dan Permendagri 17 Tahun 2007, inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang milik daerah. dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang, keadaan barang dan sebagaianya. Barang inventaris dalah seluruh barang yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam buku inventaris. Untuk mengurus dan


(16)

menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian, maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan Pengurus Barang pada masing-masing unit/satuan kerja.

2.4 Proses Kerja Inventarisasi Barang Milik Daerah

Menurut Siregar (2004:518) manajemen aset merupakan suatu rangkaian kegiatan di dalam mengelola aset yang terdiri dari 5 (lima) tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, serta pengawasan dan pengendalian. Alur manajemen aset dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2.1 Alur Manajemen Aset.

1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan inventarisasi yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat, dan lain-lain. Sedangkan


(17)

aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan, dan lain-lain.

2. Legal Audit

Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan tanah yang lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lainnya.

3. Penilaian Aset

Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi, yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai pemda diindentifikasikan dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan aset yang tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki


(18)

potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal itu harus terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi, dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.

5. Pengawasan dan Pengendalian Aset

Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA). Melalui SIMA, transparansi kerja dalam mengelola aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawaturan akan pengawasan dan pengendalian yang lema. Dalam SIMA ini keempat aspek tersebut diakomodasi dalam sistem dengan satu aset akan termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan akan meminimalkan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam tubuh pemerintah daerah. Apabila kelima tahapan kerja diatas dihubungkan dengan lingkungan pemerintahan, maka manajemen aset harus dilakukan dalam suatu program yang


(19)

harus dapat dipertanggungjawabkan. Program ini mesti menggambarkan

komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan prinsip-prinsip good corporate

governance, seperti keterbukaan (transparency), keadilan (fairness), dapat

dipertanggungjawabkan (accountable), serta tidak mengorbankan kepentingan

publik (public share). Manajemen aset akan melibatkan rangkaian kegiatan

penting sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Identifikasi dan inventarisasi aset.

b.Legal audit.

c. Penilaian (valuation).

d.Studi potensi ekonomi dan optimalisasi aset.

2. Pemanfaatan

a.Digunakan untuk kepentingan langsung operasional

pemerintah.

b.Dikerjasamakan (digunausahakan) dengan pihak ketiga.

3. Monitoring dan Evaluasi

Meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Penilaian kinerja aset berdasarkan kemanfaatan ekonomis

aset.

b. Pembaruan (update) data aset.

c. Penambahan atau penjualan aset.


(20)

e. Penyelesaian seluruh kewajiban yang berhubungan dengan keberadaan aset.

Menurut Siregar (2004:559) di dalam Kepmendagri 49 Tahun 2001 pemerintah mendefinisikan aset daerah sebagai barang daerah sehingga manajemen aset daerah bisa disamakan dengan pengelolaan barang milik daerah. pengelolaan (manajemen) barang daerah dinyatakan sebagai “rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, pengangguran, standardisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya”.

Pengertian pengelolaan barang daerah tersebut di atas sama dengan pengertian yang ada di dalam Kepmendagri 152 Tahun 2004. Menurut Permendagri 17 Tahun 2007 manajemen aset daerah atau pengelolaan barang milik daerah adalah “rangkaian kegiatan dan/atau tindakan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindatanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dan tuntutan ganti rugi”.

Menurut Siregar (2004:518), proses kerja inventarisasi aset adalah (i) pendataan, (ii) kodifikasi/labelling, (iii) pengelompokkan dan (iv) pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset. Sedangkan menurut Budisusilo di dalam Abdullah (2006:9) menyatakan bahwa ruanglingkup inventarisasi aset meliputi (i) pendataan fisik dan legalitas, (ii) kodefikasi/labelisasi, (iii) pengelompokan, dan (iv) pengembangan pencatatan


(21)

daftar aset sesuai dengan tujuan manajemen aset. Secara skema proses kerja inventarisasi aset dapat digambarkan pada gambar 2.

Gambar 2.2 Proses Kerja Inventarisasi Aset.

2.4.1 Pendataan Fisik dan Legalitas Barang Milik Daerah

Pendataan fisik terhadap barang milik daerah meliputi pendataan yang terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat, dan lain-lain. Di dalam Permendagri 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa buku inventaris sebagai hasil dari inventarisasi memuat data meliputi

lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal

barang, keadaan barang dan sebagainya. Untuk pencantuman harga/nilai barang daerah menggunakan nilai perolehan/nilai buku. Begitu juga dengan pencatuman nilai ketika harga pembelian, ketika harga pembelian, pembuatan atau harga barang yang diterima berasal dari sumbangan/hibah dan sebagainya tidak diketahui karena ketiadaan dokumen yang bersangkutan, maka nilainya ditaksir oleh pengurus barang/unit pemakai barang yang dilakukan dengan cara membandingkan barang yang sejenis pada tahun yang sama. Di dalam


(22)

Peraturan Pemerintah 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada Pernyataan nomor 7 tentang Akuntansi Aset Tetap Paragraf 22 disebutkan bahwa aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Pendataan legalitas terhadap barang milik daerah meliputi pendataan yang terdiri atas status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan, dan lain-lain. Masalah legalitas mendasar yang harus dimiliki oleh setiap barang milik daerah adalah bukti kepemilikan barang, sepertu tanah, kendaraan, dan bangunan. Di dalam Undang-Undang 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa barang milik Negara/Daerah yang berubah tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah harus disertifikasikan atas nama pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Di dalam Undang-Undang 1 Tahun 2004 pasal 49 ayat (2) disebutkan juga bahwa bangunan milik Negara/Daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib. Kepemilikan kendaraan bermotor harus dilengkapi dengan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Sedangkan untuk bangunan harus didukung dengan bukti kepemilikan mamadai berupa Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).


(23)

2.4.2 Kodefikasi Barang Milik Daerah

Kodefikasi barang daerah menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004 adalah pemberian pengkodean barang pada setiap barang inventaris milik/dikuasai oleh Pemerintah Daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode bidang barang. Sedangkan menurut Permendagri 17 Tahun 2007 kodefikasi adalah pemberian pengkodean barang pada setiap barang inventaris milik Pemerintah Daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode barang. Kode lokasi dan kode barang diatur/tercantum di dalam Permendagri 17 Tahun 2007. Selain itu juga diatur/tercantum dalam Kepmendagri 7 Tahun 2002 tentang Nomor Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota. Tujuan pemberian kodefikasi adalah untuk mengamankan dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status penggunaan barang pada masing-masing pengguna. Dalam rangka kegiatan sensus barang daerah, setiap arang daerah harus diberi nomor kode sebagai berikut :

a. Nomor Kode Lokasi

Nomor Kode Lokasi menggambarkan/menjelaskan status kepemilikan barang, Provinsi, Kabupaten/Kota, bidang, SKPD dan unit kerja serta tahun pembelian barang. Nomor Kode Lokasi terdiri dari 14 digit atau lebih sesuati kebutuhan daerah. nomor Kode SKPD dibakukan lebih lanjut oleh Kepala Daerah dengan memperhatikan pengelompokkan bidang yang terdiri dari 22 bidang. Kecamatan diberi Nomor Kode mulai dari nomor urut 50


(24)

(lima puluh) dan seterusnya sesuai jumlah kecamatan pada masing-masing Kabupaten/kota. Nomor Kode Lokasi/Kepemilikan Barang seperti yang terlihat pada gambar 3.

Gambar 2.3 Nomor Kode Lokasi/Kepemilikan Barang.

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa nomor kode lokasi/komponen kepemilikan barang terdiri dari 14 digit dengan rincian sebagai berikut:

1) Digit 1 dan 2 adalah kode komponen kepemilikan barang.

Penulisan kode komponen kepemilikan barang sebagai berikut:

a)Barang milik pemerintah kabupaten/kota (diberi nomor

kode = 12).

b)Barang milik pemerintah provinsi (diberi nomor kode = 11).

c)Barang milik pemerintah pusat (BM/KN) jikalau ada (diberi

nomor kode = 00).

2) Digit 3 dan 4 adalah Kode Provinsi.

Provinsi diberi nomor kode mulai dari nomor 01 sampai dengan 33 (dstnya), sesuai dengan jumlah provinsi.


(25)

Kabupaten/kota yang berada dalam wilayah suatu provinsi diberi nomor kode mulai dari nomor 01 dan seterusnya sampai sejumlah kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi tersebut. Untuk nomor kode kabupaten/kota yang baru dibentuk dibakukan oleh gubernur dengan mengikuti urutan sesuai lahirnya undang-undang Pembentukan daerah otonom baru dengan memperhatikan/mengikuti Nomor urut kabupaten/kota yang ditetapkan menteri dalam negeri.

4) Digit 7 dan 8 adalah kode bidang.

Kode bidang ini merupakan pengelompakan Bidang Tugas yang terdiri dari 22 bidang, yaitu :

(1) Sekwan/DPRD.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Sekretariat Daerah.

(4) Bidang Kimpraswil/PU.

(5) Bidang Perhubungan.

(6) Bidang Kesehatan.

(7) Bidang Pedidikan dan kebudayaan.

(8) Bidang sosial.

(9) Bidang kependudukan.

(10) Bidang Kependudukan.

(11) Bidang Pertanian.

(12) Bidang Perindustrian.


(26)

(14) Bidang Pengawasan.

(15) Bidang Perencanaan.

(16) Bidang Lingkungan Hidup.

(17) Bidang Pariwisata.

(18) Bidang Kesatuan Bangsa.

(19) Bidang Kepegawaian.

(20) Bidang Penghubung.

(21) Bidang Komunikasi, Informasi dan Dokumentasi.

(22) Bidang BUMD.

5) Digit 9 dan 10 adalah kode SKPD.

Kode unit merupakan penjabaran dari bidang tugas kepada Satuan Kerja Perangkat Desa (SKPD) sesuai struktur organisasi di masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota. Penetapan nomor urut kode unit/SKPD di masing-masing provinsi/kabupaten/kota ditetapkan oleh kepala daerah.

6) Digit 11 dan 12 adalah tahun

pembelian/pengadaan/pembangunan.

Nomor kode tahun pembelian/pengadaan barang dituliskan 2 (dua) angka terakhir, misalnya tahun pembelian/perolehan 1997, maka ditulis nomor kodenya 97, tahun pembelian/perolehan tahun 2002 ditulis 02 tahun 2005 ditulis 05, dan seterusnya. Barang yang tidak diketahui tahun pembelian/perolehannya, supaya dibandingkan dengan barang


(27)

yang sama, sejenis, type, merk, bahan, cc dsb dan penetapan prakiraan tahun tersebut ditetapkan oleh pengurus bidang.

7) Digit 13 dan 14 adalah kode sub unit/satuan kerja.

Kode sub unit/satuan kerja untuk masing-masing SKPD diberi nomor urut kode sesuai struktur organisasi perangkat daerah mulai dari nomor 01 dan seterusnya sampai sejumlah sub unit/satuan kerja dalam SKPD tersebut dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

b. Nomor Kode Barang

Di dalam Kepmendagri 152 tahun 2004, kode barang terdiri dari 12 digit yang tersusun berurutan ke belakang dibawa suatu garis lurus dengan 4 digit terkahir (digit 9, 10, 11, dan 12) merupakan nomor register barang. Kode barang terbagi atas bidang (digit 1 dan 2), kelompok (digit 3 dan 4), sub kelompok (digit 5 dan 6) dan sub-sub kelompok/jenis barang (digit 7 dan 8). Untuk mengetahui nomor kode barang dari setiap jenis dengan cepat, perlu 2 angka di depan/dicari Nomor Kode Bidang Barangnya, kemudian baru dicari Nomor Kode Kelompok, Nomor Sub Kelompok, Nomor Kode Sub-Sub Kelompok/jenis barang dimaksud. Nomor kode barang menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004 seperti terlihat pada gambar 4.


(28)

Gambar 2.4. Nomor Kode Barang Menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004.

Sedangkan menurut Permendagri 17 Tahun 2007, kode barang terdiri dari 14 digit yang tersusun berurutan ke belakang dibawa suatu garis lurus dengan 4 digit terkahir (digit 11, 12, 13, dan 14) merupakan nomor register barang. Kode barang menurut Permendagri 17 Tahun 2007 ini sama dengan kode menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004. Perbedaan terletak pada penambahan 2 digit di awal yang merupakan kode golongan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu :

(1) Tanah.

(2) Mesin dan peralatan.

(3) Gedung dan bangunan.

(4) Jalan irigasi dan jaringan.

(5) Aset tetap lainnya.

(6) Konstruksi dalam pengerjaan.

Sedangkan 12 digit terkahir sama dengan menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004. Secara lengkap kode barang


(29)

menurut Permendagri 17 Tahun 2007 terdiri dari golongan (digit 1 dan 2), bidang (digit 3 dan 4), kelompok (digit 5 dan 6), sub kelompok (digit 7 dan 8) dan sub-sub kelompok/jenis barang (digit 9 dan 10). Untuk mengetahui nomor kode barang dari setiap jenis dengan cepat, perlu 2 angka di depan/dicari Nomor Kode Golongan Barangnya, kemudian baru dicari Nomor Kode Bidang, Nomor Kode Kelompok, Nomor Kode Sub Kelompok, Nomor Kode Sub-Sub Kelompok/jenis barang dimaksud. Nomor kode barang menurut Permendagri 17 Tahun 2007 terlihat pada Gambar 5.

Gambar 2.5. Nomor Kode Barang Menurut Permendagri 17 Tahun 2007.

c. Nomor Register

Nomor register merupakan nomor urut pencatatan dari setiap barang, pencatatan terhadap barang yang sejenis, tahun pengadaan sama, besaran harganya sama seperti meja dan dalam lajur register, ditulis: 0001 s/d 0150. Nomor urut pencatatan untuk setiap barang yang spesifikasi, tipe, merk, jenis berbeda, maka nomor registernya dicatat tersendiri untuk masing-masing barang.


(30)

d. Pemasangan Kode Barang dan Tanda Kepemilikan

Kode Barang dan tanda kepemilikan harus dicantumkan pada setiap barang inventaris, kecuali apabila ruang/tempat yang tersedia tidak dapat memuatnya, cukup dicatat dalam BI, KIB, dan KIR. Kode Barang dan tanda kepemilikan untuk kendaraan bermotor roda 4 (empat) ditempatkan di bagian luar yang mudah dilihat. Kode barang dan tanda kepemilikan untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) ditempatkan pada bagian badan yang mudah dilihat. Kode barang dan tanda kepemilikan untuk kendaraan bermotor lainnya ditempatkan di tempat yang mudah dilihat. Kode barang dan tanda kepemilikan rumah dinas dicantumkan pada sebuah papan yang berukuran 15 x 25 Cm, sedangkan untuk tanah kosong pada sebuah papan yang berukuran sekurang-kurangnya 60 x 100 Cm. Pemasangan kode barang dan tanda kepemilikan rumah dinas daerah dicantumkan pada tembok rumah bagian depan sehingga tampak nyata dari sebuah jalan umum, yang berbentuk papan kecil dengan ukuran : lebar 15 cm, panjang 25 cm, gambar lambang daerah berbentuk bulan ukuran garis tengah 6 cm, dan tinggi huruf 2 cm.

2.4.3 Pengelompokan/Penggolongan Barang Milik Daerah

Pengelompokan/penggolongan barang milik daerah Kepmendagri 152 Tahun 2004 dibagi ke dalam 2 (dua) jenis barang, yaitu barang tidak bergerak dan barang bergerak. Barang tidak bergerak terdiri dari 6 (enam) bidang, yaitu tanah, jalan dan jembatan,


(31)

bangunan air, instalasi, jaringan, bangunan gedung, dan monumen. Barang bergerak terdiri dari 13 (tiga belas) bidang, yaitu bidang alat-alat besar, alat-alat-alat-alat angkutan, alat-alat-alat-alat bengkel, alat-alat-alat-alat pertanian, alat-alat kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat-alat laboratorium, buku/perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan, hewan/ternak dan tumbuh-tumbuhan, dan alat persenjataan/keamanan. Selain kesembilan belas bidang tersebut, terdapat pula barang persediaan. Barang daerah yang termasuk barang persediaan adalah barang yang disimpan dalam gudang tertutup maupun gudang terbuka, atau di tempat penyimpanan lainnya. Sedangkan menurut Permendagri 17 Tahun 2007 barang milik daerah digolongkan ke dalam 6 (enam), kelompok, yaitu tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, dan kontruksi dalam pengerjaan.

1) Tanah.

Termasuk ke dalam jenis tanah yaotu tanah perkampungan, tanah pertanian, tanah perkebunan, kebun campuran, hutan, tanah kolam ikan, danau/rawa, sungai, tanah tandus/rusak, tanah alang-alang dan padang rumput, tanah penggunaan lain, tanah bangunan dan tanah pertambangan, tanah badan jalan, dan lain-lain sejenisnya.

2) Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12


(32)

(dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Termasuk ke dalam jenis peralatan dan mesin adalah sebagai berikut :

a. Alat-alat besar.

b.Alat-alat angkutan.

c. Alat-alat bengkel dan alat ukur.

d.Alat-alat pertanian.

e. Alat-alat kantor dan rumah tangga.

f. Alat studio dan alat komunikasi.

g. Alat-alat kedokteran.

h.Alat-alat laboratorium.

i. Alat-alat keamanan.

3) Gedung dan Bangunan.

Gedung dan banguna mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakasi. Termasuk ke dalam jenis gedung dan bangunan adalah sebagai berikut :

a. Bangunan Gedung.

Terdiri dari bangunan gedung tempat kerja, bangunan gedung, bangunan instalasi, bangunan gedung tempat ibadah, rumah tempat tinggal dan gedung lainnya yang sejenis.

b. Bangunan Monumen.

Terdiri dari candi, monumen alam, monumen sejarah, tugu peringatan, dan lain-lain.


(33)

4) Jalan, Irigasi dan jaringan.

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk ke dalam jenis jalan, irigasi, dan jaringan adalah sebagai berikut :

a. Jalan dan Jembatan.

b.Bangunan Air/Irigasi.

c. Instalasi.

d.Jaringan.

5) Aset Tetap Lainnya.

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk ke dalam aset tetap lainnya adalah sebagai berikut :

a. Buku dan Perpustakaan.

b. Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan.

c. Hewan/Ternak dan Tumbuhan.

6) Kontruksi Dalam Pengerjaan.

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

Menurut Nordiawan dkk. (2008 : 230) aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)


(34)

bulan yang digunakan untuk kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan di dalam sifat atau fungsinya untuk aktifitas operasional pemerintah. Aset tetap diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) kelompok yaitu :

a. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah

yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

b. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan

bangunan yang diperoleh dengan maksud dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

c. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan

bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

d. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan

jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasi oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

e. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat


(35)

diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

f. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang

sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesei seluruhnya.

2.4.4 Pencatatan Barang Milik Daerah

Menurut Kepmendagri 152 Tahun 2004 dan Permendagri 17 Tahun 2007, pencatatan barang milik daerah harus disesuaikan dengan kodefikasi dan penggolongan barang milik daerah. kegiatan inventarisasi terdiri dari kegiatan pencatatan dan pelaporan. Dalam kegiatan pencatatan dibutuhkan buku dan kartu, yaitu Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris Ruangan (KIR), Buku Inventaris (BI), dan Buku Induk Inventaris (BII). Sedangkan kegiatan pelaporan digunakan Buku Inventaris (BI) dan rekapitulasinya. Laporan mutasi barang (LMB) Semester I dan II, serta daftar mutasi barang (DMB) dan rekapitulasinya.

2.5 Aset

Pengertian Asset atau Aset (dengan satu s) yang telah di indonesiakan

secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (aniything) yang

mempunyai;

1. Nilai ekonomi (economic value),

2. Nilai komersial (commercial value) atau

3. Nilai tukar (exchange value); yang dimiliki oleh instansi, organisasi,


(36)

Asset (Aset) adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu perorangan.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2004 yang dimaksud dengan

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pengertian mengenai Barang Milik Daerah berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:

1. Barang milik daerah meliputi:

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD.

b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

2. Barang yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis.

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak.

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Sedangkan menurut Siregar (2004) dalam bukunya Manajamen Aset

menjelaskan pengertian tentang Aset berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan insfratruktur seperti berikut ini:


(37)

1. Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Seumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada

manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.

3. Insfrastruktur adalah suatu buatan manusia yang dapat digunakan

sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan semaksimalnya, baik untuk saat ini maupun berkelanjutannya dimana yang akan datang.

Adapaun pengertian aset yang ditemui dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Keuangan mempunyai pengertian yang sama yaitu semua barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

2.6 Web-SIG

Web-GIS merupakan Sistem Informasi Geografi berbasis web yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Web-GIS merupakan gabungan antara design grafis pemetaan, peta digital dengan analisa geografis, pemrograman komputer, dan sebuah database yang saling terhubung menjadi satu bagian web design dan web pemetaan.

Nama lain untuk Web-GIS sendiri bermacam-macam yang diantaranya adalah sebagai berikut :


(38)

a. Web-Based GIS.

b. Online GIS.

c. Distributed GIS.

d. Internet Mappin.

Dimana sebuah Web-GIS yang potensial merupakan aplikasi GIS atau

pemetaan untuk pengguna di seluruh dunia, tidak memerlukan software GIS, tidak

tergantung pada platform ataupun sistem operasi (Basofi, 2007).

2.7 PHP

2.7.1 Pengenalan PHP

PHP merupakan bahasa berbentuk script yang disertakan dalam dokumen HTML, bekerja di sisi server sehingga script-nya tak tampak di sisi client. PHP dirancang untuk dapat bekerja sama dengan database server dan dibuat sedemikian rupa sehingga pembuatan dokumen HTML yang dapat mengakses database menjadi begitu mudah atau secara umum dokumen yang dihasilkan adalah dokumen WEB Dinamis.

Pada saat ini PHP cukup popular sebagai piranti pemrograman WEB di lingkungan Linux. Walaupun demikian PHP sebenarnya juga dapat berfungsi pada server-server yang berbasis UNIX, Windows dan Macintosh. Pada awalnya PHP dirancang untuk berintegrasi dengan Web Server Apache, tetapi sekarang ini PHP juga bekerja pada Web Server lainnya seperti IIS dan PWS. PHP bersifat freeware, artinya bebas untuk dipakai tanpa harus membayar lisensi.


(39)

2.7.2 Konsep Kerja PHP

Model kerja HTML diawali dengan permintaan suatu halaman web

oleh browser. Berdasarkan URL atau dikenal dengan sebutan alamat

internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki dan menyampaikan segala informasi yang

dibutuhkan oleh web server. Informasi yang disampaikan ke web server

antara lain adalah nama browser, versinya dan sistem operasinya.

Selanjutnya web server akan mencarikan berkas yang diminta dan

memberikan isinya ke browser. Browser yang mendapatkan isinya segera

melakukan proses penterjemahan kode HTML dan menampilkan ke layar pemakai. Gambar 3 menunjukkan skema HTML

Bagaimana halnya kalau yang diminta adalah sebuah halaman PHP ? Prinsipnya serupa dengan kode HTML, hanya saja ketika berkas PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya ( Berupa kode

HTML ) ke web server untuk selanjutnya disampaikan ke client yang

request. Gambar 2.4 menunjukkan skema PHP.

Gambar 2.6. Skema HTML (Edy Winarno dan Ali Zaki, 2010) Web Server

Respon HTML

Request HTTP


(40)

Gambar 2.7. Skema PHP (Edy Winarno dan Ali Zaki, 2010)

2.8 Interaksi Manusia dan Komputer

Menurut Rizky (2007:3) Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) dideskripsikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari desain, evaluasi, implementasi dan sistem komputer interaktif untuk dipakai oleh manusia, beserta studi tentang faktor- faktor utama dalam lingkungan interaksinya. Deskripsi IMK menurut Galitz (2002) dalam Rizky(2007:3) adalah suatu ilmu yang mempelajari perencanaan dan desain tentang cara manusia dan komputer saling bekerjasama sehingga manusia merasa puas dengan cara yang paling efektif.

Menurut Rizky (2007:6), komponen-komponen penting dalam IMK yaitu interaksi, manusia, dan komputer. Interaksi adalah komunikasi yang terjadi antara

manusia dan komputer. Jenis-jenis komunikasi tersebut antara lain command

entry, menus and navigation, forms and spreadsheets, question and answer dialogue, natural language dialogue, windows icon menu pointer, dan direct manipulation. Komponen selanjutnya yaitu manusia yang dalam hal ini adalah pengguna yaneg dapat berupa seorang atau sekelompok pengguna yang bekerja

Mesin PHP

Series PHP

Web Server Respon

Browser HTML


(41)

dalam sebuah tim atau organisasi dan saling berkaitan dalam mengerjakan tugas tertentu. Manusia dalam konteks IMK yang juga harus diperhatikan adalah komputer. Komputer diartikan sebagai perangkat keras ataupun perangkat lunak dari berbagai macam jenis yang nantinya berinteraksi dengan unsur manusia.

Galitz (2002) dalam Rizky (2007:26) menjelaskan bahwa sebelum

memulai sebuah proses desain interface, terdapat beberapa tip desain yang harus

diperhatikan, antara lain:

1. Memenuhi kaidah estetika.

Sebuah desain dapat disebut baik secara estetika jika (1) di dalamnya terdapat perbedaan yang jelas dan kontras antar elemen dalam sebuah tampilan. Misalnya tampilan tombol yang berbeda warna dengan

tampilan textbox, (2) terdiri dari beberapa kelompok yang jelas antara

inputan dan tombol proses, (3) antar elemen dan kelompok tampilan

dipisah dengan alignment yang rapi, (4) sederhana dan tidak terlalu

banyak aksesoris yang terkesan sia-sia.

2. Dapat dimengerti.

Sebuah desain harus dapat dimengerti dengan cepat dari segi tampilan secara visual, fungsi yang akan ditonjolkan, penggunaan kata-kata yang singkat dan jelas baik dalam tampilan maupun dalam perintah. Penggunaan metafora atau pemisalan yang berlebihan dalam sebuah fungsi harus dihindari.

3. Kompatibilitas.

Sebuah desain interface harus dapat memenuhi kompatibilitas dari


(42)

digunakan oleh pengguna dari kalangan yang lebih luas, baik berdasarkan strata pendidikan maupun berdasarkan usia, (2) kompatibilitas penggunaan yaitu dapat memenuhi fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan sebuah perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan, (3) kompatibilitas produk yaitu agar perangkat lunak dapat berjalan dengan baik di berbagai perangkat keras yang ada dan sistem operasi yang menjadi target aplikasi.

4. Komprehensif.

Sebuah sistem yang baik akan membimbing penggunanya agar dapat dan lebih mudah memahami apa yang harus diperhatikan, bagaimana cara melakukan sesuatu, kapan dan di mana melakukan sesuatu, dan mengapa harus melakukan sesuatu.

5. Konfigurabilitas.

Sebuah sistem harus dapat dikonfiguarasi ulang jika penggunanya menginginkan sesuatu berdasarkan fungsi tertentu.

6. Konsistensi.

Memiliki konsistensi dalam penempatan dan pemilihan gaya

komponen visual misalnya tombol atau icon yang seragam.

7. Kontrol pengguna.

Pengguna dapat melakukan kontrol jika suatu saat terjadi kesalahan dalam proses serta pemilihan fungsi tambahan dari sebuah sistem. Hindari desain yang nantinya akan membatasi pengguna dalam memilih tampilan tertentu.


(43)

8. Efisien.

Desain dibuat seefisien mungkin, terutama dalam penempatan komponen, misalnya penenmpatan tombol dalam sebuah panel yang dapat menarik perhatian pengguna.

9. Mudah dikenali.

Gunakan antar muka yang sudah dikenal oleh penggunanya, misalnya

penempatan icon cut, copy, paste secara standar dalam toolbar.

10.Toleransi.

Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, karenanya terdapat beberapa toleransi kesalahan yang mungkin terjadi. Usahakan agar terjadi sebuah pesan yang dapat membimbing pengguna untuk keluar dari kesalahan yang terjadi.

11.Sederhana.

Lima cara untuk membuat desain sederhana dan tetap sesuai dengan keinginan pengguna, yaitu (1) sembunyikan komponen visual jika tidak diperlukan, (2) sediakan pilihan standar, (3) minimalkan

penggunaan berbagai macam alignment, (4) usahakan agar fungsi

yang sering digunakan terlihat, (5) perhatikan konsep konsistensi.

2.9 Skala Likert

Angket atau disebut juga kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon, sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi dari responden tanpa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai


(44)

dengan kenyataan (Riduwan, 2005). Dalam penelitian ini, angket dibutuhkan untuk mengukur tingkat kelayakan penggunaan aplikasi.

Menurut Riduwan (2005), para ahli membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu:

1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian, antara lain

skala sikap, skala moral, tes karakter, dan skala partisipasi sosial.

2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan

sosial, antara lain skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan, kondisi rumah tangga dan lain-lain.

Masih menurut Riduwan (2005), skala sikap dibagi menjadi lima bentuk,

yaitu skala Likert, skala Guttman, skala Differential Semantic, Rating Scale dan

skala Thurstone. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi seseorang harus melalui proses pengolahan data. Angket yang sebelumnya telah diisi kemudian direkapitulasi sehingga dapat dilakukan perhitungan skor.

Perhitungan skor penilaian untuk setiap pertanyaan (QS) didapatkan dari jumlah pengguna (PM) dikalikan dengan skala nilai (N). Jumlah skor tertinggi (STtot) didapatkan dari skala tertinggi (NT) dikalikan jumlah pertanyaan (Qtot) dikalikan total pengguna (Ptot). Sedangkan nilai persentase akhir (Pre) diperoleh dari jumlah skor hasil pengumpulan data (JSA) dibagi jumlah skor tertinggi (STot) dikalikan 100%. Persamaan yang digunakan untuk melakukan perhitungan skor pada setiap pertanyaan dapat dilihat pada Persamaan 2.1. Persamaan 2.2


(45)

JSA JST STtot

digunakan untuk menghitung jumlah skor tertinggi. Persamaan 2.3 menghasilkan nilai persentase yang akan digunakan dalam proses analisis.

QS(n) = PMxN...(2.1)

STtot = NT x QtotxPtot...(2.2)

Pre = x 100%...(2.3)

dengan:

QS(n) = skor pertanyaan ke-n

PM = jumlah pengguna yang menjawab

N = skala nilai

STtot = total skor tertinggi

NT = skala nilai tertinggi

Qtot = total pertanyaan

Ptot = total pengguna

Pre = persentase akhir (%)

JSA = jumlah skor akhir

Analisis dilakukan dengan melihat persentase akhir dari proses perhitungan skor Nilai persentase kemudian dicocokkan dengan kriteria interpretasi skor, seperti yang terlihat pada Gambar 2.6.


(46)

3.1 Analisa Permasalahan

Sebagai langkah awal yang dilakukan supaya dapat mengetahui

gambaran sistem yang akan dibuat diperlukan analysis permasalahan agar

diharapkan dapat memberikan solusi sesuai permasalahan yang dihadapi.

Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan barang (aset) daerah yaitu ketidaktertiban dalam pemantauan detail lokasi aset daerah. Ini menyebabkan Pemerintah Daerah kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola Pemerintah Daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya, serta disisi lain Pemerintah Daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatan aset pada masa yang akan datang. Implikasi dari pemanfaatan dan pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai kemanfaatan yang seimbang dengan nilai intrinsik dan potensi yang terkandung dalam aset itu sendiri. Masyarakat Surabaya membutuhkan website yang dapat menampung semua aset daerah yang ada di Provinsi Jawa Timur terlebih di wilayah Surabaya timur agar masyarakat dapat melihat atau menyewa aset daerah di wilayah Surabaya timur. Sehingga aset daerah di wilayah Surabaya timur lebih berguna dan bermanfaat, karena dapat

diketahui masyarakat secara online.

Aset Pemerintah Daerah memiliki beragam karakteristik serta berada

dalam posisi geografis yang tersebar, sehingga pendekatan keruangan (spatial)

dalam pengelolaan aset menjadi sangat penting. Untuk mencapai tujuan


(47)

pengelolaan aset secara terencana, terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam tempo yang singkat, diperlukan suatu sistem

aplikasi pendukung pengambilan keputusan atas aset (decision supporting

system), yang disebut aplikasi inventarisasi aset daerah dengan menggunakan visualisasi lokasi aset. Peta merupakan kunci pada aplikasi inventarisasi aset. Proses untuk membuat (menggambar) peta jauh lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis

3.2 Analisis Kebutuhan

Setelah melakukan analisis permasalahan, dilanjutkan dengan analisis

kebutuhan (requirment analysis) pada bagian aset kota surabaya sebagai calon

pengguna dari sistem tersebut. Adapun instrumen yang digunakan sebagai bahan untuk menganalisa kebutuhan sistem adalah dengan melakukan wawancara dan

studi literatur dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Wawancara dilakukan dengan pihak yang berkompeten dan yang berpengalaman dalam hal management aset kota surabaya. Adapun hasil wawancara yang dilakukan menghasilkan suatu kesimpulan rancangan website

yang di harapkan. Studi literatur digunakan untuk mendapatkan informasi

mengenai pembuatan sistem informasi, geographic system, desain intervace yang


(48)

3.3. Perancangan Sistem 3.3.1. Block Diagram

Data Kode Lokasi

Data Kode Pemilikan

Data Kode Barang

Data Kota

Data Kecamatan

Data Desa

Data Kondisi Barang

Kartu Inventaris Barang Tanah Report Detail Persatuan Aset Tanah

Kartu Inventaris Barang Bangunan & Gedung

Report Detail Persatuan Aset Bangunan & Gedung

History Pindah Tangan

Aset Tanah

History Pindah Tangan Aset Banguan &

Gedung

Input Proses Output

Maintenance Data Kode Lokasi

Maintenance Data Kode Pemilikan

Maintenance Data Kode Barang

Maintenance Data Kota Maintenance Data Kecamatan Maintenance Data Desa Maintenance Data Kondisi Barang

Proses Maintenance Aset

Tanah

Proses Maintenance Aset Bangunan & Gedung

Informasi Detail Aset

Tanah

Informasi Detail Aset Bangunan & Gedung

Proses Update Pindah Tangan Aset

Tanah

Proses Update Pindah Tangan Aset Bangunan & Gedung

Informasi History Pindah Tangan Aset Tanah Informasi History Pindah Tangan Aset Banguan & Gedung

Gambar 3.1 Block Diagram Inventarisasi Aset Daerah Di Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur).


(49)

Pada Gambar 3.1 diatas menjelaskan tentang alur proses rancang bangun aplikasi invenatarisasi aset daerah di Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur). Untuk proses invetarisasi aset memerlukan data kode lokasi, data kode pemilikan, data kode barang, data kota, data kecamatan, data desa, data kondisi barang, data aset tanah dan data bangunan dan gedung, sedangkan untuk proses pindah tangan aset memerlukan data aset tanah serta data aset bangunan dan gedung, yang pada akhirnya akan

menghasilkan output berupa kartu inventaris tanah, report detail persatuan

aset tanah, kartu inventarus bangunan dan gedung, dan report detail

persatuan aset bangunan dan gedung yang didapatkan dari proses

maintenance data aset, dan untuk proses pindah tangan aset akan

menghasilkan output berupa report history pindah tangan aset daerah

tanah dan detail history update pindah tangan aset tanah serta report

history pindah tangan aset daerah bangunan dan gedung dan detail history update pindah tangan aset bangunan dan gedung.

3.3.2. System Flow

System flow merupakan suatu gambaran aliran kerja yang terdapat dalam

suatu system. System flow maintenance data aset merupakan gambaran aliran

proses untuk maintenance data-data master pada aplikasi. Data-data yang

dimaintenance adalah data lokasi, data barang, data pemilikan, data kota, data kecamatan, data desa, data kondisi barang, data aset tanah, serta data aset bangunan dan gedung . Setiap data-data yang di maintenance disimpan ke dalam database. Data-data yang dimaintenance masuk ke dalam data aset. Data aset


(50)

Surabaya. System flow mengenai pembahasan masalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. System Flow Maintenance Data Aset

System flow maintenance data aset menggambarkan alur proses pencatatan data kegiatan yang terjadi pada aplikasi. Setiap perubahan pada data aset akan

tercatat oleh aplikasi dan disimpan ke dalam database. Data maintenance data aset

dapat dijadikan acuan jika terjadi perubahan data pada aset. Data yang dicatat

pada maintenance data aset adalah user yang melakukan penyimpanan data aset.

Alur proses pencatatan data maintenance data aset dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.


(51)

B. System Flow Update Pindah Tangan Data Aset

System flow update pindah tangan data aset menggambarkan alur proses pencatatan data kegiatan yang terjadi pada aplikasi. Setiap perubahan pada data

aset akan tercatat oleh aplikasi dan disimpan ke dalam database. Data update

pindah tangan data aset dapat dijadikan acuan jika terjadi perubahan data pada

aset. Data yang dicatat pada update pindah tangan data aset adalah user yang

melakukan perubahan, data aset yang dipindahtangankan. Alur proses pencatatan

data history pindah tangan data aset dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.3 System Flow Update Pindah Tangan Data Aset.

C. System Flow Reporting

System flow reporting adalah gambaran proses pembuatan report pada

aplikasi. Report yang dihasilkan dari aplikasi adalah report kartu inventaris


(52)

tanah, report detail aset bangunan dan gedung, report history pindah tangan aset

tanah, report history pindah tangan aset bangunan dan gedung, report detail

history pindah tangan aset tanah, dan report detail history pindah tangan aset

bangunan dan gedung. Tampilan proses pembuatan report dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

REPORTING

Admin Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah

Start

Input Data Aset Tanah Input Data History Update Pindah Tangan Aset Tanah Simpan Data Aset Tanah Simpan Data History Update Pindah Tangan Aset Tanah Master Aset Tanah Reporting History Update Pindah Tangan Aset Tanah Reporting Kartu Inventaris Barang Tanah A E A E D C Reporting Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung C Reporting Data Detail Persatuan Aset Bangunan dan Gedung D Kartu Inventaris Barang Tanah History Update Pindah Tangan Aset Tanah Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung Data Detail Persatuan Aset Bangunan dan Gedung End Input Data Aset Bangunan dan Gedung Simpan Data Aset Bangunan dan Gedung Master Aset Bangunan dan Gedung Reporting Data Detail Persatuan Aset Tanah B B Data Detail Persatuan Aset Tanah Reporting History Update Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung Input Data History Update Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung Simpan Data History Update Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung G G History Update Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung Reporting History Detail Pindah Tangan Aset Tanah F Reporting History Detail Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung H F History Detail Pindah Tangan Aset Tanah H History Detail Pindah Tangan Aset Bangunan dan Gedung


(53)

3.3.3. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) menunjukkan aliran data dalam Rancang Bangun Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah di Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur).

A. Context diagram

Gambaran dari context diagram dapat dilihat pada gambar di bawah.

Report Detail History Update Pindah Tangan Aset Tanah Report History Update Pindah Tangan Aset Daerah Tanah

Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung Kartu Inventaris Barang Tanah

Report Detail Persatuan Aset Bangunan dan Gedung Report Detail Persatuan Aset Tanah

Data Aset Bangunan dan Gedung Data Aset Tanah

Data Kondisi Barang Data Desa

Data Kecamatan Data Kota

Data Kode Pemilikan Data Kode Barang

Data Kode Lokasi

Admin

0

Inventarisasi Aset Daerah Di Jawa Timur (Studi Kasus Wilayah Surabaya Timur)

+

Gambar 3.5 Context Diagram Inventarisasi Aset Daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur)


(54)

Context diagram menggambarkan proses inventarisasi aset daerah di

Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur). Context diagram

diatas mempunyai 1 entity yaitu admin. Admin melakukan input data-data master

sebagai dasar berjalannya sistem. Admin menerima hasil proses sistem berupa visualisasi pemetaan aset tidak bergerak kota Surabaya, laporan aset, dan laporan

history pindah tangan. Detail dari context diagram dapat dilihat pada rancangan

data flow diagram level 0.

B. Level 0

Rancangan level 0 dari data flow diagram inventarisasi aset daerah di

Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur) dapat dilihat pada gambar dibawah.

Report Detail History Update Pindah Tangan Aset Tanah Report Detail History Update Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung Report History Update Pindah Tangan Aset Daerah Bangunan dan Gedung

Report History Update Pindah Tangan Aset Daerah Tanah Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung

Kartu Inventaris Barang Tanah Report Detail Persatuan Aset Bangunan dan Gedung

Report Detail Persatuan Aset Tanah

Data Detail Aset Bangunan dan Gedung Data Detail Aset Tanah

Data Aset Bangunan dan Gedung Terupadate Data Aset Tanah Terupadate

Data Aset Bangunan dan Gedung Data Aset Tanah

Data Kondisi Data Desa Data Kecamatan

Data Kota Data Kode Pemilikan

Data Kode Barang Data Kode Lokasi

Data Aset Bangunan dan Gedung

Data Aset Tanah Data Kondisi

Data Desa Data Kecamatan

Data Kota Data Kode Pemilikan Data Kode Barang

Data Kode Lokasi

Data Aset Bangunan dan Gedung Data Aset Tanah Data Kondisi Barang

Data Desa Data Kecamatan

Data Kota Data Kode Pemilikan

Data Kode Barang Data Kode Lokasi

Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin Admin AdminAdmin Admin 1

Maintance Data Aset Daerah

+

1 Master Kode Lokasi 2 Master Kode Barang 3 Master Kode Pemilikan 4 Master Kota 5 Master Kecamatan

6 Master Desa 7 Master Kondisi

8 Master Aset Tanah

9 Master Aset Bangunan dan Gedung

2

Update Pindah Tangan Aset

+

3

Reporting

+

AdminAdmin

Gambar 3.6 DFD level 0 Inventarisasi Aset Daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur)


(55)

C. Level 1 maintenance data aset

Data Aset Bangunan dan Gedung Detail Aset Bangunan Dan Gedung

Aset Tanah Data Kode Barang

Data Kode Pemilikan Data Kota Data Kecamatan Data Desa

Data Kondisi Barang

Data Aset Tanah

Data Aset Bangunan dan Gedung

Kondisi Desa Kecamatan Kota Pemilikan Barang Lokasi

Data Aset Tanah Detail Aset Tanah

Kondisi Barang Desa Kecamatan Kota Pemilikan Barang Lokasi Data Kondisi Data Desa Data Kecamatan Data Kota Data Kode Pemilikan

Data Kode Barang Data Kode Lokasi Data Kode Lokasi

Admin

1 Master Kode Lokasi 2 Master Kode Barang

3 Master Kode Pemilikan

4 Master Kota

5 Master Kecamatan 6 Master Desa

7 Master Kondisi

8 Master Aset Tanah

9 Master Aset Bangunan dan Gedung 1 Maintenance Master Kode Lokasi 2 Maintenance Master Kode Barang 3 Maintenance Master Kode Pemilikan 4 Maintenance Master Kota 5 Maintenance Master Kecamatan 6 Maintenance Master Desa 7 Maintenance Master Kondisi Barang 8 Maintenance Data Aset Tanah

9 Simpan Data Aset Tanah

10 Maintenance Data Aset Bangunan

Dan Gedung

11 Simpan Data Aset Bangunan Dan

Gedung

Gambar 3.7 DFD level 1 Maintenance Data Aset

Level 1 maintenance data aset menggambarkan alur data proses maintenance data aset. Pada level 1 maintenance data aset terdapat proses maintenance master kode lokasi, maintenance master kode barang, maintenance master kode pemilikan, maintenance master kota, maintenance master kecamatan, maintenance master desa, maintenance master kondisi barang, maintenance aset tanah,simpan aset tanah, maintenance data aset bangunan dan gedung, dan simpan data aset bangunan dan gedung yang kemudian dari proses-proses tersebut di simpan ke dalam table master kode lokasi, master kode barang, master kode pemilikan, master kota, master kecamatan, master desa, master kondisi, master aset tanah, dan master aset bangunan dan gedung.


(56)

D. Level 1 Update Pindah Tangan Data Aset Kondisi Desa Kecamatan Kota Kode Pemilikan Kode Barang Kode Lokasi

Data Aset Bangunan dan Gedung Terupadate

Aset Bangunan Dan Gedung Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung Lama

Data Aset Bangunan dan Gedung

Data Aset Tanah Data Aset Tanah Terupadate

Data Kondisi

Data Desa Data Kecamatan Data Kota Data Kode Pemilikan Data Kode Barang Data Kode Lokasi

Aset Tanah Pindah Tangan Aset Tanah Lama

Data Aset Tanah

1 Master Kode Lokasi 2 Master Kode Barang

3 Master Kode Pemilikan 4 Master Kota

5 Master Kecamatan

6 Master Desa

7 Master Kondisi

8 Master Aset Tanah

9 Master Aset Bangunan dan Gedung 1

Cari Aset Tanah

2

Pindah Tangan Aset Tanah

3

Simpan Aset Tanah

4

Cari Aset Bangunan Dan Gedung

5

Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung

6

Simpan Aset Bangunan Dan Gedung

Gambar 3.8 DFD level 1 Update Pindah Tangan Aset

Level 1 update pindah tangan data aset merupakan detail dari proses update pindah tangan pada level 0. Pada level 1 update pindah tangan terdapat cari aset tanah, proses pindah tangan aset tanah, proses simpan aset tanah, proses cari aset bangunan dan gedung, proses pindah tangan aset bangunan dan gedung, serta proses simpan aset bangunan dan gedung yang kemudian dari proses-proses tersebut di simpan ke dalam table master aset tanah, dan master aset bangunan dan gedung.


(57)

E. Level 1 Reporting

Data Aset Bangunan Dan Gedung Baru Data Aset Tanah Baru

Report Detail History Update Pindah Tangan Aset Tanah

Report Detail History Update Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung Data Update Aset Tanah

Data Update Aset Bangunan Dan Gedung

Report History Update Pindah Tangan Aset Daerah Bangunan dan Gedung Report History Update Pindah Tangan Aset Daerah Tanah

Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung Kartu Inventaris Barang Tanah

Report Detail Persatuan Aset Bangunan dan Gedung

Report Detail Persatuan Aset Tanah

Data Detail Aset Tanah Bangunan dan Gedung Data Detail Aset Tanah

Data Detail Aset Bangunan dan Gedung Data Detail Aset Tanah 8 Master Aset Tanah

9 Master Aset Bangunan dan Gedung

Admin Admin AdminAdmin Admin Admin 1 Reporting Kartu Inventaris Barang Tanah 3 Reporting Kartu Inventaris Barang Bangunan dan Gedung 2 Reporting Data Detail Persatuan Tanah 4 Reporting Data Detail Persatuan Bangunan dan Gedung 5 Reporting History Update Data Aset

Tanah

6 Reporting History Update Data Aset Bangunan dan

Gedung

Admin Admin

7

Reporting Detail History Update Pindah Tangan

Aset Tanah

8

Reporting Detail History Update Pindah Tangan Aset

Bangunan Dan Gedung

Gambar 3.9 DFD level 1 Reporting

Level 1 Reporting merupakan alur data secara detail dari proses reporting pada level 0. Level 1 reporting memiliki delapan proses yaitu proses reporting


(58)

kartu inventaris barang tanah, proses reporting detail aset tanah, proses kartu inventaris barang bangunan dan gedung, proses reporting detail aset bangunan dan

gedung, proses reporting history pindah tangan aset tanah, proses reporting detail

history pindah tangan aset tanah, proses reporting history pindah tangan aset

bangunan dan gedung serta proses reporting detail history pindah tangan aset

bangunan dan gedung.

3.3.4. Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) yaitu alat untuk mempresentasikan

semua kebutuhan-kebutuhan sistem yang berkaitan dengan field-field yang

digunakan berupa tipe atau jenis dan atribut dari field-field tersebut, serta

relationship dari tabel-tabel yang mendukung sistem. a. Conceptual Data Model (CDM)

Tanah Kondisi Kondisi Kecamat an Kot a Desa Desa Kecamat an Kecamat an Kot a Kot a Pengkodean Kepemilikan Pengkodean Kepemilikan Pengkodean Barang Pengkodean Barang Pengkodean Lokasi Pengkodean Lokasi

Master Kode Lokasi Kode_Lokasi Nama_Kode_Lokasi

Master Kode Barang Kode_Barang Nama_Kode_Barang Master Kode Pemilikan Kode_Kepemilikan Nama_Kode_Pemilikan Master Kota Kode_Kota Nama_Kota Master Kecamatan Kode_Kecamatan Nama_Kecamatan Master Desa Kode_Des a Nama_Des a Master Kondisi Kode_Kondis i Nama_Kondis i Master As et Tanah

Nomor_Reg ister_Tanah Nama_Jenis_Barang Alamat Kode_POS LS BT Luas_Tanah Jenis_Ang g aran Harg a_Perolehan Tahun_Lapor Tang g al_Pembukuan Cara_Perolehan Asal Tang g al_Perolehan Dokumen_Perolehan Status Tang g al_Sertifikat No_Sertifikat No_Seri No_SPPT Tang g al_PBB Nilai_PBB Altimeter NIP_Peng guna Nama_Peng g una Alamat_Peng g una Nilai_Buku Peng g unaan_Barang Keterangan Batas_Tanah_Bag ian_Utara Batas_Tanah_Bag ian_Selatan Batas_Tanah_Bag ian_Bar at Batas_Tanah_Bag ian_Timur Panjang_Jalan_Ling kungan Lebar_Jalan_Ling kungan Material_Jalan_Ling kungan Kondis i_Jalan_Ling kungan Keliling _Pag ar Bahan_Pag ar Kondis i_Pagar Luas_Terpag ar Luas_Belum_Terpagar Permukaan_Tanah Sifat_Tanah Peruntukan_Tanah Kestabilan_Tanah Efisiensi_Pemanfaatan_Tanah Efisiensi_Perawatan_Tanah Peruntukan_Lahan Foto Foto_Depan Foto_Belakang Foto_Kanan Foto_Kiri Denah Id_referenc e_Tanah

Master As et Bangunan dan Gedung No_Reg is ter_Bang unan Nama Alamat Kode_POS LS BT Luas_Bang unan Jenis_Ang g aran Harg a_Perolehan Tang g al_Pembukuan Cara_Perolehan Asal_Hibah Tang g al_Perolehan Dokumen_Perolehan No_IM B Tang g al_IMB Altimeter Status_Barang _Saat_ini Umur_Ekonomis Nilai_Residual Nilai_Buku Nilai_Depresiasi_Per_Tahun Nilai_Depresiasi_Per_Bulan Akumulas i_Nilai_Depres iasi_Per_Bulan Nilai_Perhitung an NIP_Penangg ung_Jawab Nama_Penang gung _Jawab Kons truksi_Bang unan Jumlah_Lantai Luas_Lantai Peng g unaan Keterangan Batas_Tanah_Bag ian_Utara Batas_Tanah_Bag ian_Selatan Batas_Tanah_Bag ian_Bar at Batas_Tanah_Bag ian_Timur Peruntukan_Lahan Efisiensi_Pemanfaatan Penutup_Lantai Dinding Lang it_Lang it Kusen Daun_Pintu Daun_J endela Struktur_Rangka_Bang unan Keliling _Pag ar_Lahan Bahan_M aterial_Pag ar_Lahan Kondis i_Pagar Luas_Lahan_Terpag ar Panjang_Jalan_Ling kungan Lebar_Jalan_Ling kungan Bahan_M aterial_Jalan_Ling kung an Kondis i_Jalan_Ling kungan Sarana_Air_Bersih Cara_Memperoleh_Air_Bers ih Kapasitas_Air_Bersih Sarana_Tenag a_Lis trik Voltase Daya Sarana_Komunikasi Foto Foto_Depan Foto_Belakang Foto_Kanan Foto_Kiri Denah Id_Referenc e_Bangunan

Gambar 3.10 Conceptual Data Model (CDM) Rancang Bangun Inventarisasi Aset

Daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur)

Pada CDM terdapat 9 table yang masing-masing berisi atribut-atribut

yang berfungsi sebagai data pada system informasi ini, sedangkan pada PDM

terdapat 9 table yang dihasilkan dari proses generate model dari table yang


(59)

b. Physical Data Model (PDM)

NOMOR_REGISTER_TANAH = NOMOR_REGISTER_TANAH

KODE_KONDISI = KODE_KONDISI KODE_KONDISI = KODE_KONDISI

KODE_KECAMATAN = KODE_KECAMATAN KODE_KOTA = KODE_KOTA

KODE_DESA = KODE_DESA KODE_DESA = KODE_DESA

KODE_KECAMATAN = KODE_KECAMATAN KODE_KECAMATAN = KODE_KECAMATAN

KODE_KOTA = KODE_KOTA KODE_KOTA = KODE_KOTA

KODE_KEPEMILIKAN = KODE_KEPEMILIKAN

KODE_KEPEMILIKAN = KODE_KEPEMILIKAN

KODE_BARANG = KODE_BARANG KODE_BARANG = KODE_BARANG

KODE_LOKASI = KODE_LOKASI KODE_LOKASI = KODE_LOKASI

MASTER_KODE_LOKASI KODE_LOKASI varchar(50) NAMA_KODE_LOKASI varchar(200) MASTER_KODE_BARANG KODE_BARANG varchar(50) NAMA_KODE_BARANG varchar(200) MASTER_KODE_PEMILIKAN KODE_KEPEMILIKAN varchar(10) NAMA_KODE_PEMILIKAN varchar(200) MASTER_KOTA KODE_KOTA varchar(10) NAMA_KOTA varchar(50) MASTER_KECAMATAN KODE_KECAMAT AN varchar(10) KODE_KOTA varchar(10) NAMA_KECAMAT AN varchar(50)

MASTER_DESA KODE_DESA varchar(10) KODE_KECAMAT AN varchar(10) NAMA_DESA varchar(50) MASTER_KONDISI KODE_KONDISI varchar(5) NAMA_KONDISI varchar(50) MASTER_ASET_T ANAH NOMOR_REGISTER_TANAH varchar(50) KODE_LOKASI varchar(50) KODE_BARANG varchar(50) KODE_KEPEMILIKAN varchar(10) KODE_KOTA varchar(10) KODE_KECAMAT AN varchar(10) KODE_DESA varchar(10) KODE_KONDISI varchar(5) NAMA_JENIS_BARANG varchar(255) ALAMAT varchar(255) KODE_POS varchar(10) LS varchar(100) BT varchar(100) LUAS_TANAH varchar(25) JENIS_ANGGARAN varchar(100) HARGA_PEROLEHAN varchar(100) TAHUN_LAPOR varchar(5) TANGGAL_PEMBUKUAN date CARA_PEROLEHAN varchar(100) ASAL varchar(255) TANGGAL_PEROLEHAN date DOKUMEN_PEROLEHAN varchar(200) ST ATUS varchar(100) TANGGAL_SERTIFIKAT date NO_SERTIFIKAT varchar(100) NO_SERI varchar(100) NO_SPPT varchar(100) TANGGAL_PBB date NILAI_PBB varchar(100) ALT IMET ER varchar(5) NIP_PENGGUNA varchar(200) NAMA_PENGGUNA varchar(255) ALAMAT _PENGGUNA varchar(255) NILAI_BUKU varchar(25) PENGGUNAAN_BARANG varchar(100) KETERANGAN varchar(500) BATAS_TANAH_BAGIAN_UTARA varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_SELATAN varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_BARAT varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_TIMUR varchar(200) PANJANG_JALAN_LINGKUNGAN varchar(10) LEBAR_JALAN_LINGKUNGAN varchar(10) MATERIAL_JALAN_LINGKUNGAN varchar(25) KONDISI_JALAN_LINGKUNGAN varchar(100) KELILING_PAGAR varchar(100) BAHAN_PAGAR varchar(200) KONDISI_PAGAR varchar(100) LUAS_TERPAGAR varchar(25) LUAS_BELUM_TERPAGAR varchar(25) PERMUKAAN_TANAH varchar(200) SIFAT_TANAH varchar(200) PERUNTUKAN_T ANAH varchar(200) KESTABILAN_T ANAH varchar(200) EFISIENSI_PEMANFAATAN_TANAH varchar(200) EFISIENSI_PERAWAT AN_T ANAH varchar(200) PERUNTUKAN_LAHAN varchar(200)

FOT O varchar(255)

FOT O_DEPAN varchar(300) FOT O_BELAKANG varchar(300) FOT O_KANAN varchar(300) FOT O_KIRI varchar(300)

DENAH varchar(250) ID_REFERENCE_TANAH varchar(100) MASTER_ASET_BANGUNAN_DAN_GEDUNG NO_REGISTER_BANGUNAN varchar(100) KODE_LOKASI varchar(50) KODE_BARANG varchar(50) KODE_KEPEMILIKAN varchar(10) KODE_KOTA varchar(10)

KODE_KECAMAT AN varchar(10)

KODE_DESA varchar(10) KODE_KONDISI varchar(5) NOMOR_REGISTER_TANAH varchar(50) NAMA varchar(255) ALAMAT varchar(255) KODE_POS varchar(10) LS varchar(100) BT varchar(100) LUAS_BANGUNAN varchar(25) JENIS_ANGGARAN varchar(100) HARGA_PEROLEHAN varchar(100) TANGGAL_PEMBUKUAN date CARA_PEROLEHAN varchar(100) ASAL_HIBAH varchar(200) TANGGAL_PEROLEHAN date DOKUMEN_PEROLEHAN varchar(200) NO_IMB varchar(200) TANGGAL_IMB date

ALT IMET ER varchar(5) ST ATUS_BARANG_SAAT_INI varchar(100) UMUR_EKONOMIS varchar(25) NILAI_RESIDUAL varchar(25) NILAI_BUKU varchar(25) NILAI_DEPRESIASI_PER_TAHUN varchar(25) NILAI_DEPRESIASI_PER_BULAN varchar(25) AKUMULASI_NILAI_DEPRESIASI_PER_BULAN varchar(25) NILAI_PERHITUNGAN varchar(25) NIP_PENANGGUNG_JAWAB varchar(255) NAMA_PENANGGUNG_JAWAB varchar(255) KONST RUKSI_BANGUNAN varchar(100) JUMLAH_LANTAI varchar(5) LUAS_LANT AI varchar(10) PENGGUNAAN varchar(255) KETERANGAN varchar(500) BATAS_TANAH_BAGIAN_UTARA varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_SELATAN varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_BARAT varchar(200) BATAS_TANAH_BAGIAN_TIMUR varchar(200) PERUNTUKAN_LAHAN varchar(200) EFISIENSI_PEMANFAATAN varchar(20) PENUT UP_LANTAI varchar(100)

DINDING varchar(100)

LANGIT_LANGIT varchar(100)

KUSEN varchar(100)

DAUN_PINTU varchar(100) DAUN_JENDELA varchar(100) ST RUKTUR_RANGKA_BANGUNAN varchar(100) KELILING_PAGAR_LAHAN varchar(100) BAHAN_MAT ERIAL_PAGAR_LAHAN varchar(100) KONDISI_PAGAR varchar(100) LUAS_LAHAN_TERPAGAR varchar(10) PANJANG_JALAN_LINGKUNGAN varchar(10) LEBAR_JALAN_LINGKUNGAN varchar(10) BAHAN_MAT ERIAL_JALAN_LINGKUNGAN varchar(100) KONDISI_JALAN_LINGKUNGAN varchar(100) SARANA_AIR_BERSIH varchar(100) CARA_MEMPEROLEH_AIR_BERSIH varchar(100) KAPASITAS_AIR_BERSIH varchar(25) SARANA_TENAGA_LISTRIK varchar(25) VOLTASE varchar(25) DAYA varchar(25) SARANA_KOMUNIKASI varchar(200)

FOT O varchar(255)

FOT O_DEPAN varchar(300) FOT O_BELAKANG varchar(300) FOT O_KANAN varchar(300) FOT O_KIRI varchar(300)

DENAH varchar(250)

ID_REFERENCE_BANGUNAN varchar(100)

Gambar 3.11 Physical Data Model (PDM) Rancang Bangun Inventarisasi Aset


(60)

3.3.5. Struktur Tabel

Basis data diperlukan untuk media penyimpanan data yang diperlukan

dalam aplikasi. Pada tugas akhir ini digunakan Microsoft SQL Server 2005

sebagai Relational Database Management System (RDBMS) penyimpanan basis

data. Struktur tabel akan dijelaskan pada Tabel 3.1 sampai Tabel 3.8.

Nama Tabel : Master Kode Lokasi Primary Key : Kode_Lokasi Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data Kode Lokasi

Tabel 3.1 Master Kode Lokasi

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Lokasi Varchar 50 PK

2 Nama_Kode_Lokasi Varchar 200

Nama Tabel : Master Kode Pemilikan Primary Key : Kode_Kepemilikan Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data Kode Pemilikan

Tabel 3.2 Master Kode Pemilikan

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Kepemilikan Varchar 10 PK

2 Nama_Kode_Pemilikan Varchar 200

Nama Tabel : Master Kode Barang Primary Key : Kode_Barang Foreign Key : -


(61)

Tabel 3.3 Master Kode Barang

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Barang Varchar 50 PK

2 Nama_Kode_Barang Varchar 200

Nama Tabel : Master Kota Primary Key : Kode_Kota Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data Kota

Tabel 3.4 Master Kota

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Kota Varchar 10 PK

2 Nama_Kota Varchar 50

Nama Tabel : Master Kecamatan Primary Key : Kode_Kecamatan Foreign Key : Kode_Kota

Fungsi : Untuk menyimpan data Kecamatan

Tabel 3.5 Master Kecamatan

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Kecamatan Varchar 10 PK

2 Kode_Kota Varchar 10 FK

3 Nama_Kecamanatan Varchar 50

Nama Tabel : Master Desa Primary Key : Kode_Desa Foreign Key : Kode_Kecamatan


(62)

Tabel 3.6 Master Desa

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Desa Varchar 10 PK

2 Kode_Kecamatan Varchar 10 FK

3 Nama_Desa Varchar 50

Nama Tabel : Master Kondisi Primary Key : Kode_Kondisi Foreign Key : -

Fungsi : Untuk menyimpan data Kondisi

Tabel 3.7 Master Kondisi

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 Kode_Kondisi Varchar 5 PK

2 Nama_Kondisi Varchar 50

Nama Tabel : Master Aset Tanah Primary Key : No_Register_Tanah

Foreign Key : Kode_Lokasi, Kode_Kepemilikan, Kode_Barang, Kode_Kota, Kode_Kecamatan, Kode_Desa, Kode_Kondisi.

Fungsi : Untuk menyimpan data Master Aset Tanah

Tabel 3.8 Master Aset Tanah

No Nama Field Tipe Data Lebar Constraint

1 No_Register_Tanah Varchar 50 PK

2 Kode_Lokasi Varchar 10 FK

3 Kode_Barang Varchar 10 FK

4 Kode_Kepemilikan Varchar 10 FK

5 Kode_Kota Varchar 10 FK

6 Kode_Kecamatan Varchar 10 FK

7 Kode_Desa Varchar 10 FK

8 Kode_Kondisi Varchar 10 FK


(1)

197

Gambar 4.91 Laporan Detail History Update Pindah Tangan Aset Bangunan Dan Gedung

4.4.2 Uji Coba Angket

Berdasarkan hasil uji coba sistem, dilakukan pengujian ulang terhadap aplikasi ini oleh pengguna yang bersangkutan, yaitu admin dan pengguna umum. Berikut ini adalah hasil pengolahan data angket sesuai dengan penggunanya. 1. Uji Coba Angket Admin

Uji coba isi materi melibatkan admin. Data hasil uji coba selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.41 berikut:

Tabel 4.41 Hasil Uji Coba Angket Admin

No. Pertanyaan Skor Jumlah

5 4 3 2 1

1. Penggunaan tombol untuk

mengoperasikan aplikasi.

 4

2. Bentuk tampilan atau desain  4


(2)

198

74 %

No. Pertanyaan Skor Jumlah

5 4 3 2 1 4. Pemahaman akan setiap informasi yang

ditampilkan

 3

5. Maintenance data aset daerah  4

6. Update pindah tangan aset daerah  3

7. Mengakses laporan review (detail aset, history pindah tangan aset, kartu inventaris barang aset daerah)

 4

8. Menampilkan hasil pencarian aset daerah

 4

9. Menampilkan detail aset daerah  4

10. Keakuratan penyampaian informasi  4

Jumlah skor hasil pengumpulan data 37

Persentase hasil uji coba 74%

Pengolahan data angket untuk setiap pertanyaan, menggunakan Persamaan 2.1, Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3. Berikut ini adalah hasil pengolahan data angket uji coba isi materi.

QS(1) : 1 x 3 = 3

STtot : 5 x 10 x 1 = 50

Pre : 37 x 100% = 74%

50

Nilai akhir yang berupa angka persentase menunjukkan nilai 74%. Nilai tersebut berada di antara interval 60% dan 80 %.

Gambar 4.92 Intepretasi Skor Angket Uji Coba Isi Materi

0 20% 40% 60% 80% 100%


(3)

199

85,04% 2. Uji Coba Angket Pengguna

Uji coba ini melibatkan 30 orang calon pengguna yang menggunakan program Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Timur). Berikut ini adalah hasil uji coba yang dhitung menggunakan skala Likert.

Tabel 4.42 Hasil Uji Coba Angket Pengguna

No. Pertanyaan Skor Jumlah

5 4 3 2 1

1. Penggunaan tombol untuk

mengoperasikan aplikasi.

 121

2. Bentuk tampilan atau desain  119

3. Navigasi antar halaman  132

4. Pemahaman akan setiap informasi yang ditampilkan

 127

5. Menampilkan hasil pencarian aset daerah

 131

6. Menampilkan detail aset daerah  132

7. Keakuratan penyampaian informasi  131

Jumlah skor hasil pengumpulan data 893

Persentase hasil uji coba 85,04%

QS(1) : 5 x 6 = 30

STtot : 5 x 7 x 30 = 1050

Pre : 893 x 100% = 84,76%

1050

Nilai akhir yang berupa angka persentase menunjukkan nilai 85,04%. Nilai tersebut berada di antara interval 80% dan 100%.

Gambar 4.93 Intepretasi Skor Angket Uji Coba Pengguna

0 20% 40% 60% 80% 100%


(4)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi Rancang Bangun Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah ini mampu melakukan proses inventarisasi aset daerah yaitu berupa pengkodean, pengelompokan, pencatatan dan pelaporan aset daerah Provinsi Jawa Timur terlebih di wilayah Surabaya Timur.

2. Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah ini mampu membantu pengguna untuk dapat membantu pengelolaan aset daerah serta dapat mengetahui letak geografis aset daerah tersebut.

3. Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah ini mampu menampilkan informasi-informasi yang dicapai berupa laporan detail aset daerah, dan laporan history aset daerah.

5.2 Saran

Dalam pengembangan perancangan Rancang Bangun Aplikasi Inventarisasi Aset Daerah ini, dapat diajukan beberapa saran, yaitu:

1. Sistem yang sudah dibuat perlu diintegrasikan secara penuh ke dalam sistem manajemen inventarisasi aset daerah.

2. Desain aplikasi yang saat ini dapat dikembangkan menjadi system yang terintegrasi ke SKPD/dinas-dinas terkait sehingga bisa diakses lebih cepat melalui jaringan, dan dapat memudahkan dalam pemantauan aset.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irvan Leonardo, 2006, Analisis Inventarisasi Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman, Tesis Megister Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Basofi, Arif, Arna Fariza, Mario Hardiansyah, Oktria Puspita Ayu, 2007, Web Gis untuk Informasi Pelayanan Umum di Kota Surabaya, Proceeding Of the 9th Industrial Electronics Seminar, Surabaya.

Bintarto, 1977, Beberapa Aspek Geografi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Budisosilo, Suryantoro, 2005, Penilaian Dan Pengelolaan Aset Daerah Dalam Pembangunan Daerah, Makalah Seminar Nasional, Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Chang, Kang-Tsung, 2008, Introduction To Geographic Information Systems 4ed, McGraw-Hill International Edition, New York.

Departemen Dalam Negeri, 2007, Modul 1 Dasar-Dasar Manajamen Aset/Barang Milik Daerah, Jakarta.

Departemen Dalam Negeri, 2007, Modul 2 Inventarisasi dan Mapping Aset/Barang Milik Daerah, Jakarta.

Siregar, Doli D, 2004, Manajamen Aset (Strategi Penataan Konsep Pembangunan Secara Berkelanjutan Secara Nasional Dalam Konteks Sebagai CEO’s pada era Globalisasi dan Otonomi Daerah), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Edy Winarno, Ali Zaki. 2010. Easy Web Programming With PHP plus HTML 5. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Nomor Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati, 2008, Akuntasi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(6)

202

Prahasta, Edi, 2001, Konsep-Konsep Dasar Sistem Infromasi Geografis, CV Informatika, Bandung.

Rizky, Soetam, 2007, Interaksi Manusia dan Komputer, STIKOM, Surabaya. Romeo, 2003, Testing dan Implementasi Sistem, STIKOM, Surabaya.

Riduwan, 2005, skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Cetakan Ketiga, Alfabeta, Bandung.

Supriyadi, Wasis, 2008, Evaluasi Proses Inventarisasi Barang Milik Daerah Di Dalam Mendukung Pengelolaan Barang Milik Daerah Yang Efektif Dan Efesien Di Pemerintahan Kabupaten Lampung Barat, Universitas Indonesia, Jakarta.