Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI DAN PENGGUNAAN
CETAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu,
Ciracas Jakarta Timur)
PITRIANA HANDAYANI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(2)
ABSTRACT
PITRIANA HANDAYANI.Relationships between Consumption Level and Use of Large Tray toward Labour Productivity (Cases Study at Tofu Industry Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur). Under direction of IKEU EKAYANTI and
RETNANINGSIH.
The aim of this research is to know relationships between consumption level and use of technology toward labour productivity. The specific objectives of this research was to identify characteristic, to know nutrition knowledge, occupation nutrition application, consumption level, nutrition status, and to analysis relationships between consumption level toward labour productivity, nutrition status toward labour productivity, service toward labour productivity, use of large tray toward labour productivity and factors that influence labour productivity.
The type of this research was observasional, cross sectional study at tofu industry Doa Ibu. Selection industry cause produce tofu with two methode is cast and without cast and have enough workers to become respondent. This research done during May until July 2008. The population in this research were 62 workers: 32 workers use cast and 30 workers not use cast. It determined by census. The data were analyzed using Descriptive, Pearson, Spearman, Chi-Square, and Multi-Regression Analysis.
The result showed most sex workers is male, were young adult, elementary school grad, fee Rp.500.001-Rp.1.000.000 by month, small family, with years of services were less than 5 years, average 6 -10 working hours. Nutrition knowledge were medium categorical. Occupation nutrition application is gift lunch and eat fee. Most energi consumption level workers were normal, protein consumption level were heavy deficit, iron consumption level were less. nutrition status were normal. Use of large tray than 4, produce tofu between 301-600 by hours during a week.
The result of research showed there were relationships education grad (r=0,365**; p=0,004), energi consumption level (r=0,253*; p=0,047), labour productivity (r=0,276*; p=0,030) toward nutrition knowledge. There were relationships energi consumption level (r=0,455**; p=0,000), proteins consumption level (r=0,378**; p=0.002), nutrition status (r=0,305*; p=0,016), service (r=0,373**; p=0,003) toward labour productivity. Nothing relationships iron consumption level (r=0,132; p=0,306), use of large tray (p=0,217) toward labour productivity. Based of Multi-Regression Analysis with R2 is 0,415 labour productivity influenced by nutrition status and service.
(3)
RINGKASAN
PITRIANA HANDAYANI. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur). Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan RETNANINGSIH.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja pada pekerja tahu. Tujuan Khususnya adalah untuk (1) mengidentifikasi karakteristik pekerja tahu, (2) mengetahui pengetahuan gizi pekerja dan penerapan gizi kerja di pabrik tahu, (3) mengetahui tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi serta status gizi pekerja tahu, (4) menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi dengan produktivitas kerja, (5) menganalisis hubungan status gizi dengan produktivitas kerja, (6) menganalisis hubungan lama kerja dengan produktivitas kerja (7) menganalisis hubungan penggunaan cetakan dengan produktivitas kerja, (8) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur. Industri tahu tersebut dipilih karena menghasilkan tahu dengan dua cara yaitu dengan cetakan dan tanpa cetakan, serta memiliki jumlah pekerja yang cukup untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juli 2008. Penarikan contoh dilakukan secara sensus. Pekerja yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 62 orang yang terdiri dari 32 orang yang bekerja menghasilkan tahu dengan cetakan dan 30 orang yang bekerja menghasilkan tahu tanpa cetakan.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data tersebut meliputi: karakteristik pekerja, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, penerapan gizi kerja, konsumsi pangan, penggunaan cetakan, dan produktivitas kerja. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa gambaran umum industri. Data-data yang diperoleh dari kuesioner, diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dengan menggunakan microsoft excel 2003 dan SPSS 13,0 for windows. Analisis korelasi Pearson, Spearman, dan Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Persentase terbesar pekerja memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 67,7%. Lebih dari separuh pekerja termasuk kelompok usia dewasa muda yaitu sebesar 59,7%. Sebanyak 72,6% pekerja berpendidikan terakhir SD. Hampir separuh pekerja (45,2%) memiliki upah antara Rp.500.001 sampai Rp.1.000.000. Rata-rata upah perbulan pekerja yaitu sebesar Rp.1.031.613. Upah yang diperoleh pekerja berada diatas Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2008 yaitu Rp 972.604,80. Sebagian besar pekerja (85,5%) termasuk kategori keluarga kecil. Lebih dari separuh pekerja (66,1%) telah bekerja sebagai pekerja tahu kurang dari 5 tahun. Hampir separuh dari pekerja (48,4%) memiliki rata-rata jam kerja 6 sampai 10 jam.
Pengetahuan gizi sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Lebih dari separuh pekerja (59,7%) mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori sedang yaitu dengan persentase jumlah benar sebanyak 60-80%. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan gizi dan pendidikan pekerja. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan pengetahuan gizi pekerja berhubungan dengan tingkat konsumsi
(4)
energi dan produktivitas kerja. Penerapan gizi kerja diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan. Penerapan gizi kerja dapat dilihat dari pemberian makan (16,1%), pemberian uang makan (56,5%), serta pemberian makan dan uang makan (16,1%).
Persentase TKE terbesar pekerja berada pada kategori normal yaitu sebesar 40,3%. Lebih dari separuh pekerja (53,2%) memiliki tingkat konsumsi protein dengan kategori defisit tingkat berat dan hanya 17,8% pekerja yang memiliki TKP kategori normal. Lebih dari separuh pekerja memiliki tingkat kecukupan zat besi kurang. Lebih dari separuh pekerja (62,9%) berstatus gizi normal dengan kategori IMT antara 18,5-24,99.
Jumlah cetakan yang paling banyak digunakan pekerja yaitu kurang dari 4 cetakan dengan persentase 78,1% dan hanya 3,1% pekerja yang menggunakan cetakan 7 sampai 9. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan cetakan dengan lama kerja (p=0,225). Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah tahu yang dihasilkan oleh setiap pekerja setiap jam selama satu minggu. Sebagian besar pekerja (80,7%) menghasilkan rata-rata jumlah tahu selama satu minggu dengan jumlah 301 sampai 600.
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan produktivitas kerja. Tidak terdapat hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan lama kerja dengan produktivitas kerja. Uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan cetakan dengan produktivitas kerja. Berdasarkan uji regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai R2 sebesar 0,415, artinya sebesar 41,5% produktivitas kerja dipengaruhi oleh variabel-variabel yang diteliti yaitu status gizi (17,01%) dan lama kerja (24,49%).
(5)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI DAN PENGGUNAAN
CETAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu,
Ciracas Jakarta Timur)
PITRIANA HANDAYANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(6)
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur)
Nama : Pitriana Handayani NRP : A54104032
Disetujui
Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes Ir. Retnaningsih, MSi Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Diketahui
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr Dekan Fakultas Pertanian
(7)
PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes dan Ir. Retnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing yang memberi bimbingan dan saran selama penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan selaku
dosen penguji atas saran yang diberikan dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Rena, Novita, dan Shinta yang telah bersedia menjadi pembahas.
4. Ayah dan Mama tercinta atas doa, kasih sayang, semangat dan dorongan kepada penulis selama ini. Kak Iyut, Bang Udin, Adek Tati dan Ajis atas doa, nasehat, pengertian dan semangat kepada penulis selama ini.
5. H. Dindin Badrudin selaku pemilik industri tahu Doa Ibu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan para pekerja tahu yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian. 6. Dr. Ir. Euis Sunarsih, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, Msi, Dr. Ir. Evi Damayanthi, Msi dan Ir. Katrin Rosita, MSi atas perhatian dan nasehat yang diberikan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen GMSK yang telah meberikan ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik: Fera, Prita, Devi, Ire, Ining, Grice, Viter, Edna, Ratih, Wawan, Henni, Wulan, Indah, Wenda, Adi, dan Triyadi serta Gamasaker’s 39, 40, 41 terima kasih atas persahabatan dan dukungan. 10. Seluruh staf Komisi Pendidikan dan staf Tata Usaha Program Studi Gizi
Masyarakat serta semua pihak yang belum disebutkan namanya namun telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.
Bogor, September 2008
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Juni 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah DTM. Nuhfan (Alm) dan ibu Hj. Masliani Nasution. Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis yaitu pendidikan SD dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN 1 Tanjung Balai. Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tanjung Balai. Pada tahun 2001 penulis menempuh pendidikan di SMUN 1 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2004.
Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian. Selama menyelesaikan studinya di IPB, penulis menjabat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) periode 2006/2007. Penulis juga pernah menjadi panitia Nuansa Pangan Gizi dan Keluarga X. Selain itu di IPB, penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2006 sampai tahun 2008. Tahun 2007 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di desa Pesawahan, Kecamatan Ragatunjung, Kabupaten Brebes.
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA... 3
Konsumsi Pangan ... 3
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 4
Kebutuhan Zat Gizi Usia Dewasa... 6
Gizi Kerja ... 7
Pengetahuan Gizi ... 8
Teknologi ... 8
Penggunaan Cetakan pada Pembuatan Tahu... 10
Produktivitas Kerja ... 10
Pengukuran Produktivitas ... 11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 11
Konsumsi Pangan dan Produktivitas Kerja... 12
Status Gizi dan Produktivitas Kerja ... 12
Penggunaan Teknologi dan Produktivitas Kerja ... 13
Usia dan Produktivitas Kerja ... 14
Pendapatan dan Produktivitas Kerja ... 14
Lama Kerja dan Produktivitas Kerja ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN... 16
METODE PENELITIAN... 18
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian... 18
Teknik Penarikan Pekerja ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18
Pengolahan dan Analisis Data... 19
(10)
HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
Gambaran Umum Industri ... 23
Karakteristik Pekerja... 25
Jenis Kelamin... 25
Umur... 25
Pendidikan ... 25
Upah ... 26
Besar Keluarga ... 26
Lama Kerja ... 27
Jam Kerja... 27
Pengetahuan Gizi ... 27
Penerapan Gizi Kerja ... 28
Konsumsi Pangan ... 29
Status Gizi... 32
Penggunaan Cetakan... 33
Produktivitas Kerja ... 34
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Produktivitas Kerja ... 34
Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Produktivitas Kerja ... 35
Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Produktivitas Kerja... 36
Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja ... 37
Hubungan Lama Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 37
Hubungan Penggunaan Cetakan dengan Produktivitas Kerja ... 38
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN... 40
Kesimpulan ... 40
Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 42
(11)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI DAN PENGGUNAAN
CETAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu,
Ciracas Jakarta Timur)
PITRIANA HANDAYANI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(12)
ABSTRACT
PITRIANA HANDAYANI.Relationships between Consumption Level and Use of Large Tray toward Labour Productivity (Cases Study at Tofu Industry Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur). Under direction of IKEU EKAYANTI and
RETNANINGSIH.
The aim of this research is to know relationships between consumption level and use of technology toward labour productivity. The specific objectives of this research was to identify characteristic, to know nutrition knowledge, occupation nutrition application, consumption level, nutrition status, and to analysis relationships between consumption level toward labour productivity, nutrition status toward labour productivity, service toward labour productivity, use of large tray toward labour productivity and factors that influence labour productivity.
The type of this research was observasional, cross sectional study at tofu industry Doa Ibu. Selection industry cause produce tofu with two methode is cast and without cast and have enough workers to become respondent. This research done during May until July 2008. The population in this research were 62 workers: 32 workers use cast and 30 workers not use cast. It determined by census. The data were analyzed using Descriptive, Pearson, Spearman, Chi-Square, and Multi-Regression Analysis.
The result showed most sex workers is male, were young adult, elementary school grad, fee Rp.500.001-Rp.1.000.000 by month, small family, with years of services were less than 5 years, average 6 -10 working hours. Nutrition knowledge were medium categorical. Occupation nutrition application is gift lunch and eat fee. Most energi consumption level workers were normal, protein consumption level were heavy deficit, iron consumption level were less. nutrition status were normal. Use of large tray than 4, produce tofu between 301-600 by hours during a week.
The result of research showed there were relationships education grad (r=0,365**; p=0,004), energi consumption level (r=0,253*; p=0,047), labour productivity (r=0,276*; p=0,030) toward nutrition knowledge. There were relationships energi consumption level (r=0,455**; p=0,000), proteins consumption level (r=0,378**; p=0.002), nutrition status (r=0,305*; p=0,016), service (r=0,373**; p=0,003) toward labour productivity. Nothing relationships iron consumption level (r=0,132; p=0,306), use of large tray (p=0,217) toward labour productivity. Based of Multi-Regression Analysis with R2 is 0,415 labour productivity influenced by nutrition status and service.
(13)
RINGKASAN
PITRIANA HANDAYANI. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur). Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan RETNANINGSIH.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja pada pekerja tahu. Tujuan Khususnya adalah untuk (1) mengidentifikasi karakteristik pekerja tahu, (2) mengetahui pengetahuan gizi pekerja dan penerapan gizi kerja di pabrik tahu, (3) mengetahui tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi serta status gizi pekerja tahu, (4) menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi dengan produktivitas kerja, (5) menganalisis hubungan status gizi dengan produktivitas kerja, (6) menganalisis hubungan lama kerja dengan produktivitas kerja (7) menganalisis hubungan penggunaan cetakan dengan produktivitas kerja, (8) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur. Industri tahu tersebut dipilih karena menghasilkan tahu dengan dua cara yaitu dengan cetakan dan tanpa cetakan, serta memiliki jumlah pekerja yang cukup untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juli 2008. Penarikan contoh dilakukan secara sensus. Pekerja yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 62 orang yang terdiri dari 32 orang yang bekerja menghasilkan tahu dengan cetakan dan 30 orang yang bekerja menghasilkan tahu tanpa cetakan.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data tersebut meliputi: karakteristik pekerja, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, penerapan gizi kerja, konsumsi pangan, penggunaan cetakan, dan produktivitas kerja. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa gambaran umum industri. Data-data yang diperoleh dari kuesioner, diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dengan menggunakan microsoft excel 2003 dan SPSS 13,0 for windows. Analisis korelasi Pearson, Spearman, dan Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Persentase terbesar pekerja memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 67,7%. Lebih dari separuh pekerja termasuk kelompok usia dewasa muda yaitu sebesar 59,7%. Sebanyak 72,6% pekerja berpendidikan terakhir SD. Hampir separuh pekerja (45,2%) memiliki upah antara Rp.500.001 sampai Rp.1.000.000. Rata-rata upah perbulan pekerja yaitu sebesar Rp.1.031.613. Upah yang diperoleh pekerja berada diatas Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2008 yaitu Rp 972.604,80. Sebagian besar pekerja (85,5%) termasuk kategori keluarga kecil. Lebih dari separuh pekerja (66,1%) telah bekerja sebagai pekerja tahu kurang dari 5 tahun. Hampir separuh dari pekerja (48,4%) memiliki rata-rata jam kerja 6 sampai 10 jam.
Pengetahuan gizi sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Lebih dari separuh pekerja (59,7%) mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori sedang yaitu dengan persentase jumlah benar sebanyak 60-80%. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan gizi dan pendidikan pekerja. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan pengetahuan gizi pekerja berhubungan dengan tingkat konsumsi
(14)
energi dan produktivitas kerja. Penerapan gizi kerja diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan. Penerapan gizi kerja dapat dilihat dari pemberian makan (16,1%), pemberian uang makan (56,5%), serta pemberian makan dan uang makan (16,1%).
Persentase TKE terbesar pekerja berada pada kategori normal yaitu sebesar 40,3%. Lebih dari separuh pekerja (53,2%) memiliki tingkat konsumsi protein dengan kategori defisit tingkat berat dan hanya 17,8% pekerja yang memiliki TKP kategori normal. Lebih dari separuh pekerja memiliki tingkat kecukupan zat besi kurang. Lebih dari separuh pekerja (62,9%) berstatus gizi normal dengan kategori IMT antara 18,5-24,99.
Jumlah cetakan yang paling banyak digunakan pekerja yaitu kurang dari 4 cetakan dengan persentase 78,1% dan hanya 3,1% pekerja yang menggunakan cetakan 7 sampai 9. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan cetakan dengan lama kerja (p=0,225). Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah tahu yang dihasilkan oleh setiap pekerja setiap jam selama satu minggu. Sebagian besar pekerja (80,7%) menghasilkan rata-rata jumlah tahu selama satu minggu dengan jumlah 301 sampai 600.
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan produktivitas kerja. Tidak terdapat hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan lama kerja dengan produktivitas kerja. Uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan cetakan dengan produktivitas kerja. Berdasarkan uji regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai R2 sebesar 0,415, artinya sebesar 41,5% produktivitas kerja dipengaruhi oleh variabel-variabel yang diteliti yaitu status gizi (17,01%) dan lama kerja (24,49%).
(15)
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI DAN PENGGUNAAN
CETAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
(Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu,
Ciracas Jakarta Timur)
PITRIANA HANDAYANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(16)
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur)
Nama : Pitriana Handayani NRP : A54104032
Disetujui
Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes Ir. Retnaningsih, MSi Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Diketahui
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr Dekan Fakultas Pertanian
(17)
PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes dan Ir. Retnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing yang memberi bimbingan dan saran selama penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan selaku
dosen penguji atas saran yang diberikan dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Rena, Novita, dan Shinta yang telah bersedia menjadi pembahas.
4. Ayah dan Mama tercinta atas doa, kasih sayang, semangat dan dorongan kepada penulis selama ini. Kak Iyut, Bang Udin, Adek Tati dan Ajis atas doa, nasehat, pengertian dan semangat kepada penulis selama ini.
5. H. Dindin Badrudin selaku pemilik industri tahu Doa Ibu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan para pekerja tahu yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian. 6. Dr. Ir. Euis Sunarsih, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, Msi, Dr. Ir. Evi Damayanthi, Msi dan Ir. Katrin Rosita, MSi atas perhatian dan nasehat yang diberikan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen GMSK yang telah meberikan ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik: Fera, Prita, Devi, Ire, Ining, Grice, Viter, Edna, Ratih, Wawan, Henni, Wulan, Indah, Wenda, Adi, dan Triyadi serta Gamasaker’s 39, 40, 41 terima kasih atas persahabatan dan dukungan. 10. Seluruh staf Komisi Pendidikan dan staf Tata Usaha Program Studi Gizi
Masyarakat serta semua pihak yang belum disebutkan namanya namun telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.
Bogor, September 2008
(18)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Juni 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah DTM. Nuhfan (Alm) dan ibu Hj. Masliani Nasution. Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis yaitu pendidikan SD dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN 1 Tanjung Balai. Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tanjung Balai. Pada tahun 2001 penulis menempuh pendidikan di SMUN 1 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2004.
Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian. Selama menyelesaikan studinya di IPB, penulis menjabat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) periode 2006/2007. Penulis juga pernah menjadi panitia Nuansa Pangan Gizi dan Keluarga X. Selain itu di IPB, penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2006 sampai tahun 2008. Tahun 2007 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di desa Pesawahan, Kecamatan Ragatunjung, Kabupaten Brebes.
(19)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA... 3
Konsumsi Pangan ... 3
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 4
Kebutuhan Zat Gizi Usia Dewasa... 6
Gizi Kerja ... 7
Pengetahuan Gizi ... 8
Teknologi ... 8
Penggunaan Cetakan pada Pembuatan Tahu... 10
Produktivitas Kerja ... 10
Pengukuran Produktivitas ... 11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 11
Konsumsi Pangan dan Produktivitas Kerja... 12
Status Gizi dan Produktivitas Kerja ... 12
Penggunaan Teknologi dan Produktivitas Kerja ... 13
Usia dan Produktivitas Kerja ... 14
Pendapatan dan Produktivitas Kerja ... 14
Lama Kerja dan Produktivitas Kerja ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN... 16
METODE PENELITIAN... 18
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian... 18
Teknik Penarikan Pekerja ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18
Pengolahan dan Analisis Data... 19
(20)
HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
Gambaran Umum Industri ... 23
Karakteristik Pekerja... 25
Jenis Kelamin... 25
Umur... 25
Pendidikan ... 25
Upah ... 26
Besar Keluarga ... 26
Lama Kerja ... 27
Jam Kerja... 27
Pengetahuan Gizi ... 27
Penerapan Gizi Kerja ... 28
Konsumsi Pangan ... 29
Status Gizi... 32
Penggunaan Cetakan... 33
Produktivitas Kerja ... 34
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Produktivitas Kerja ... 34
Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Produktivitas Kerja ... 35
Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Produktivitas Kerja... 36
Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja ... 37
Hubungan Lama Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 37
Hubungan Penggunaan Cetakan dengan Produktivitas Kerja ... 38
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN... 40
Kesimpulan ... 40
Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 42
(21)
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk laki-laki dan wanita
dewasa (per orang per hari) ... 6
2 Kebutuhan zat gizi orang dewasa berdasarkan tingkat kegiatan ... 7
3 Jenis dan cara pengumpulan data... 18
4 Pengkategorian variabel... 20
5 Sebaran pekerja berdasarkan jenis kelamin ... 25
6 Sebaran pekerja berdasarkan umur ... 25
7 Sebaran pekerja berdasarkan pendidikan ... 25
8 Sebaran pekerja berdasarkan upah ... 26
9 Sebaran upah pekerja berdasarkan nilai UMR ... 26
10 Sebaran pekerja berdasarkan besar keluarga ... 27
11 Sebaran pekerja berdasarkan lama kerja ... 27
12 Sebaran pekerja berdasarkan jam kerja selama satu minggu ... 27
13 Sebaran pekerja berdasarkan pengetahuan gizi ... 28
14 Sebaran pekerja berdasarkan penerapan gizi kerja... 28
15 Rata-rata konsumsi energi, protein, dan zat besi pekerja berdasarkan kelompok usia ... 30
16 Sebaran pekerja berdasarkan tingkat konsumsi energi ... 30
17 Sebaran pekerja berdasarkan tingkat konsumsi protein ... 31
18 Sebaran pekerja berdasarkan tingkat konsumsi zat besi ... 31
19 Sebaran pekerja berdasarkan status gizi... 32
20 Sebaran pekerja berdasarkan jumlah cetakan... 33
21 Sebaran pekerja berdasarkan jumlah tahu selama satu minggu... 34
22 Sebaran pekerja berdasarkan TKE dan produktivitas kerja ... 35
23 Sebaran pekerja berdasarkan TKP dan produktivitas kerja ... 35
24 Sebaran pekerja berdasarkan TK Zat besi dan produktivitas kerja ... 36
25 Sebaran pekerja berdasarkan status gizi dan produktivitas kerja ... 37
26 Sebaran pekerja berdasarkan lama kerja dan produktivitas kerja... 37
27 Sebaran pekerja berdasarkan penggunaan cetakan dan produktivitas kerja ... 38
(22)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat konsumsi dan penggunaan
cetakan terhadap produktivitas kerja ... 17 2 Proses pembuatan tahu bandung... 23 3 Proses pembuatan tahu kuning ... 24 4 Struktur organisasi industri tahu Do’a Ibu ... 24
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kuesioner penelitian... 46 2 Konsumsi, angka kecukupan, dan tingkat konsumsi gizi ... 55 3 Hasil uji korelasi ... 57 4 Hasil uji regresi... 60 5 Perhitungan Sumbangan Efektif ... 62
(24)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia mempunyai angkatan kerja dalam jumlah yang besar yaitu 111,48 juta orang (BPS 2008). Mayoritas tenaga kerja tersebut mempunyai kualifikasi yang rendah dalam hal pendidikan, keterampilan, disiplin, teknologi, gizi dan lain sebaginya. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan sasaran pembangunan ketenagakerjaaan dewasa ini. Untuk dapat memberikan suatu alternatif strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia, diperlukan pemahaman tentang pengukuran kualitas sumberdaya manusia. Kualitas tenaga kerja berdasarkan hasil kerja dapat diukur berdasarkan bobot kontribusi tenaga kerja terhadap produksi atau output.
Produktivitas kerja merupakan hasil interaksi yang berkesinambungan antara individu tenaga kerja dengan lingkungannya, baik lingkungan pekerjaan maupun lingkungan di luar pekerjaan, termasuk lingkungan fisik, lingkungan sosial-budaya dan lingkungan psikologis (Ravianto 1985). Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui suatu pembinaan yang terpadu yaitu pendidikan dan latihan, pelayanan dan lingkungan kesehatan yang lebih baik, perbaikan mutu makanan yang bergizi, penggunaan teknologi dan usaha-usaha lainnya.
Penggunaan teknologi akan mempermudah seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Penggunaan teknologi akan semakin berkembang apabila didukung oleh pendidikan baik formal maupun informal, kemampuan, keterampilan, dan latihan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya dalam rangka membangun kemampuan seseorang agar berhasil dalam bidang pekerjaan dan aktivitas lainnya. Pelatihan tenaga kerja perlu diselenggarakan bersamaan dengan sistem pendidikan. Kegiatan pelatihan tidak hanya dibutuhkan oleh calon pekerja yang akan berpartisipasi dalam dunia kerja tetapi juga dibutuhkan oleh pekerja yang sedang menekuni suatu pekerjaan.
Gizi adalah salah satu faktor yang penting dan menentukan tingkat produktivitas kerja. Nutrisi sangat diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dengan tingkat pekerjaan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Tenaga kerja yang menderita anemia produktivitasnya 20% lebih rendah dari pada normal. Sedangkan yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia produktivitasnya 10% lebih rendah dari pada yang normal (Riyadi 2006).
(25)
Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan-kerusakan dari sel dan jaringan serta untuk pertumbuhan. Kebutuhan zat-zat makanan akan meningkat dengan semakin beratnya tingkat pekerjaan. Untuk mengetahui keadaan makanan dari tenaga kerja perlu diadakan pemeriksaan makanan baik mengenai jenis makanan yang dimakan, kuantitas, dan kualitas makanan.
Tujuan Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja pada pekerja tahu.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pekerja tahu.
2. Mengetahui pengetahuan gizi pekerja dan penerapan gizi kerja di pabrik tahu.
3. Mengetahui tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi serta status gizi pekerja tahu.
4. Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat besi dengan produktivitas kerja.
5. Menganalisis hubungan status gizi dengan produktivitas kerja. 6. Menganalisis hubungan lama kerja dengan produktivitas kerja.
7. Menganalisis hubungan penggunaan cetakan dengan produktivitas kerja. 8. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa tingkat konsumsi energi dan zat gizi serta penggunaan cetakan berperan penting dalam menentukan produktivitas kerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi industri dalam upaya peningkatan produktivitas kerja dan penerapan gizi kerja sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
(26)
TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-Undang Pangan 1996). Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang tertentu dengan jumlah tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi tertentu yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martianto 1988).
Konsumsi pangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, (2) pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga, dan (3) tersedianya pangan yang dipengaruhi oleh produksi dan pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga (Harper et.al. 1986). Konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan kesehatan. Kebutuhan zat gizi akan terjamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beragam. Konsumsi pangan beragam akan memberikan mutu yang lebih baik dari pada makanan yang dikonsumsi secara tunggal (Suhardjo 1989).
Tubuh manusia memerlukan berbagai zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber tenaga; vitamin, garam-garam mineral, zat besi, yodium, asam-asam lemak tak jenuh sebagai bahan-bahan pelindung; air atau bahan-bahan cair lainnya sebagai pendingin tubuh. Tubuh manusia masih tetap dapat melanjutkan pekerjaannya, walaupun tubuh harus memecah bagiannya untuk diubah menjadi energi dan tenaga. Hal ini akan sangat merugikan tubuh, terutama jika proses pemeliharaan kerusakan tubuh tidak berjalan sempurna. Jika hal tersebut berjalan secara terus-menerus maka daya tahan tubuh akan menurun dan kesehatannya akan terganggu. Dengan demikian tenaga kerja hanya dapat bekerja selama pekerja memiliki tenaga yang diperolehnya dari makanan.
Gizi yang cukup dan badan yang sehat merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi. Makin berat suatu pekerjaan fisik, makin banyak
(27)
kalori yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut (Ravianto 1985). Sebagai salah satu bentuk kebutuhan dasar manusia, konsumsi makanan yang baik akan bepengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan fisik serta keadaan kesehatan yang optimal. Konsumsi makanan yang kurang maupun berlebihan kedua-duanya dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu masalah gizi dapat menimpa siapa saja baik golongan miskin maupun golongan kaya (Khomsan 2002).
Makanan yang tidak seimbang menyebabkan terjadi defisit atau surplus energi. Ketidakseimbangan makanan akan mengganggu fungsi tubuh yang berakibat negatif terhadap keadaan gizi dan kesehatan (Soekirman 2000). Konsumsi pangan dapat mencerminkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Kuantitas, kualitas dan keragaman konsumsi pangan akan mempegaruhi status gizi seseorang.
Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan faktor lainnya sudah diperhitungkan (Suhardjo & Kusharto 1988). Energi dibutuhkan manusia untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik dan menggerakkan proses-proses dalam tubuh seperti: sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, dan proses-proses fisiologis lainnya. Seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan gawat yaitu kurang gizi khususnya energi. Makanan merupakan sumber energi namun tidak semua energi terkandung di dalamnya dapat diubah oleh tubuh ke dalam bentuk tenaga (Suharjo dan Clara 1988). Semakin meningkat kegiatan tubuh, semakin meningkat pula metabolisme tubuh. Hal ini berarti bahwa orang yang sangat aktif, kecukupan energi dan gizinya juga lebih tinggi (Riyadi 2006).
Protein adalah salah satu sumber utama energi, bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. Tetapi energi yang berasal dari protein termasuk mahal, sehingga tidak ekonomis apabila sebagian besar energi yang diperlukan oleh tubuh disediakan di dalam makanan terdapat dalam bentuk protein. Menurut Marsetyo (2003) diacu dalam Nuraieni (2007), protein sebagai pembentuk energi, angka yang ditunjukkan akan tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan
(28)
sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi antara lain: (a) protein hewani yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti protein dari daging, protein susu, dan sebagainya, (b) protein nabati yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuhan, seperti protein dari jagung, protein dari terigu, dan sebagainya.
Kecukupan protein akan dapat terpenuhi apabila kecukupan energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga apabila cadangan energi masih dibawah kebutuhan (Khumaidi 1989). Protein memiliki fungsi sebagai zat pembangun, selain itu berfungsi dalam proses pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan yang habis terpakai sebagai protein struktural (Sediaoetama 2006).
Zat besi adalah salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup baik sel tumbuh-tumbuhan maupun sel hewan. Bahan makanan yang mengandung zat besi antara lain adalah hati, daging yang termasuk bahan pangan sumber hewani sedangkan bahan pangan sumber nabati yaitu kacang kedelai, kacang tanah, kacang panjang, serat, dan sayuran hijau. Zat besi yang berasal dari tumbuhan yang dapat diabsorpsi hanya sedikit sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani dapat diabsorpsi dengan cukup tinggi (Anwar 1998). Pangan yang tinggi zat besi yaitu hati, ginjal, limpa, dan daging merah. Selain itu pangan dengan kandungan zat besi yang sedang yaitu ayam, daging yang diproses, ikan, dan legume (hanya besi non-heme). Susu dan produk susu merupakan sumber pangan yang miskin zat besi (Gibson 2005).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan besi adalah keasaman lambung, bioavailabilitas termasuk faktor pendorong penyerapan besi (vitamin C, asam organik) dan faktor penghambat penyerapan besi (fitat, polifenol, protein nabati, kalsium), usia, jenis kelamin, keadaan fisiologis, serta interaksi antar zat gizi. (LIPI 2005, diacu dalam Riyadi 2006). Kekurangan zat besi, dapat menyebabkan anemia gizi besi. Anemia dapat menurunkan kinerja fisik, hambatan perkembangan, menurunkan kognitif, dan dapat menurunkan daya tahan tubuh (IOM 2001, diacu dalam WNPG 2004).
Penilaian tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi) diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan di Indonesia adalah hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004. Penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) tersebut berdasarkan pada kelompok
(29)
umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, aktivitas, kondisi fisiologis khusus (hamil dan menyusui). Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk laki-laki dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk laki-laki (per orang per hari)
Jenis Kelamin
Umur (th)
BB (kg)
TB (cm)
Energi (Kal)
Protein (g)
Fe (mg)
Pria 60 165 2550 60 13
Wanita 19-29 52 156 1900 50 26
Pria 62 165 2350 60 13
Wanita 30-49 55 156 1800 50 26
Pria 62 165 2250 60 13
Wanita 50-64 55 156 1750 50 12
Sumber: WNPG (2004)
Kecukupan energi sangat penting diperhatikan pada tenaga kerja karena tenaga kerja biasanya memiliki kerja fisik cukup besar. Akan tetapi, hal ini bukan berarti kecukupan zat gizi lain tidak perlu diperhatikan, sebab ada beberapa vitamin dan mineral yang kecukupannya juga akan meningkat apabila kecukupan energinya meningkat. Hal ini karena vitamin tersebut sangat penting peranannya dalam metabolisme energi. Angka kecukupan protein dapat dilihat dari jumlah nitrogen dan asam amino esensial sebagai dasar perhitungan kandungan protein makanan. Cukup tidaknya konsumsi protein dapat dilihat dari keseimbangan antara jumlah pemasukan (konsumsi) nitrogen dengan jumlah nitrogen yang dibuang lewat air seni, tinja, dan kulit (Riyadi 2006).
Penentuan kecukupan gizi tenaga kerja perlu mempertimbangkan taraf kegiatan kerja (bekerja ringan, sedang, berat) (Riyadi 2006). Tenaga kerja yang memiliki tingkat pekerjaan yang lebih berat, memerlukan energi yang lebih besar dari pada tenaga kerja yang memiliki tingkat pekerjaan yang lebih ringan. Menurut Marsetyo (2003) diacu dalam Nuraieni (2007), tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi badan, pola dan kebiasaan makan, maupun pendapatan.
Kebutuhan Zat Gizi Usia Dewasa
Manusia yang sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Hal ini menunjukkan makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi semata-mata untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat keadaan gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa
(30)
sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya seperti sakit dan sebagainya, yang mengaharuskan orang tersebut mendapat lebih banyak unsur gizi dari makanannya (Moehji 1985).
Tabel 2 Kebutuhan zat gizi orang dewasa berdasarkan tingkat kegiatan
Pria Wanita
Zat Gizi
Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat Energi (Kal) 2400 2700 3250 1900 2100 2400
Protein (g) 50 50 50 44 44 44
Besi (mg) 13 13 13 25 26 26
Sumber: LIPI (1988) diacu dalam Hardinsyah & D.Martianto (1992)
Cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah dalam makanan orang dewasa cukup mengandung unsur-unsur gizi atau tidak adalah dengan mengetahui perubahan berat badannya. Jika berat badan berkurang, ini menunjukkan bahwa jumlah kalori dalam makanannya tidak cukup, sehingga cadangan lemak tubuhnya terpaksa diambil. Terbakarnya cadangan lemak ini mengakibatkan turunnya berat badan. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan berat badan, menunjukkan adanya kelebihan zat makanan terutama zat makanan yang dapat memberikan kalori sehingga kelebihan ini terpaksa disimpan sebagai lemak cadangan, yang mengakibatkan naiknya berat badan (Moehji 1985). Satu-satunya kebutuhan unsur gizi yang berubah-ubah pada orang dewasa ialah kalori, karena kebutuhan akan kalori tergantung pada kegiatan otot yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi tenaga kerja diperlukan adanya gizi yang disediakan oleh suatu industri atau perusahaan.
Gizi Kerja
Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan. Gizi kerja ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Disamping memberi nilai-nilai kesejahteraan dan kesehatan, peranan gizi kerja langsung memberi dampak ekonomi yang positif. Penerapan gizi kerja di perusahaan juga mewujudkan pembinaan hubungan perburuhan yang diarahkan kepada terciptanya kerja sama yang serasi antara tenaga kerja dan pengusaha (Riyadi 2006). Adanya kantin di perusahaan dan lain-lain merupakan gambaran gerakan memasyarakatkan gizi kerja untuk perbaikan produktivitas tenaga kerja (Ravianto 1985).
(31)
Penerapan gizi kerja dapat dilakukan di institusi atau perusahaan dan juga di luar sektor industri. Penerapan gizi kerja di institusi atau perusahaan, dapat dilaksanakan dan dipantau dari segi berikut ini: (1) Ada tidaknya kantin (ruang makan) di institusi/ perusahaan, (2)Kualitas penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja, (3) Ada tidaknya usaha peningkatan penyelenggaraan makan di institusi/ perusahaan. Penerapan gizi kerja di luar sektor industri, prinsipnya sama dengan penerapan gizi kerja di lingkungan perusahaan/ industri. Akan tetapi perlu adanya modifikasi yang disesuaikan dengan ruang lingkup, permasalahan gizi yang timbul di lingkungan kerja, serta sasaran dan tujuan (Riyadi 2006).
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, serta cara mengolah makanan agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoadmodjo 1993). Pengetahuan yang diperoleh sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Kurangnya pengetahuan tentang gizi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan gangguan gizi (Suhardjo 2003). Pengetahuan gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendidikan baik formal maupun non formal, usia, pekerjaan, dan ketersediaan informasi.
Teknologi
Teknologi dapat didefinisikan sebagai bentuk kemampuan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk keperluan hidupnya. Kemampuan dimulai dari pengetahuan yang dimilikinya tentang alam termasuk manusianya. Cara-cara memanipulasi sifat alam untuk dijadikan bermanfaat bagi manusia adalah dengan menggunakan peralatan yang dibuatnya maupun cara kerja yang dikembangkannya (Ravianto 1985).
Penggunaan teknologi dalam suatu industri harus memenuhi empat syarat yaitu: dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, dapat dimanfaatkan dan dikelola secara ekonomis, dapat diterima oleh masyarakat dan serasi dengan lingkungan. Teknologi yang demikian yang disebut sebagai teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna bukan suatu teknologi yang menolak teknologi modern. Ada kemungkinan teknologi tepat harus menggunakan peralatan modern karena tanpa peralatan modern proyek tidak bisa berjalan. Produktivitas
(32)
kerja dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pemakaian mesin-mesin yang sesuai dengan industri tersebut (Cahyono 1983).
Menurut Ravianto (1985), skala tingkat mekanisasi teknologi adalah sebagai berikut: Pada tahap ke-1, manusia bekerja tanpa alat sehingga orang tersebut melakukan seluruh proses. Kemudian tahap ke-2, untuk membantu pekerjaannya maka dibuat alat-alat (handtools). Alat-alat tersebut telah membantu manusia di dalam melaksanakan pekerjaaan yang tadinya dilakukan dengan tangan kosong. Kemudian pada tahap ke-3, peralatan berkembang dan digerakkan dengan menggunakan tenaga (power) dari sumber tenaga bukan manusia seperti tenaga angin ,air, uap, listrik, mesin, dan sebagainya.
Selanjutnya pada tahap ke-4, syarat-syarat keterampilan yang tadinya harus dimiliki oleh orang yang mempergunakan powered handtools, dipindahkan ke mesin seperti guided systems, servo control system. Tahap ke-5, yaitu tingkat mesin peralatan yang telah dapat mengulang kembali sendiri operasi yang sama (machine conntrol cycle). Tahap ke-6 yaitu tingkatan dimana mesin telah dapat loading dan unloading secara mekanikal. Tahap ke-7, yaitu tingkat mesin yang telah mampu mengontrol sendiri (self checking). Kemudian tahap ke-8 menurut yaitu tingkatan yang disebut otomatisasi penuh yang secara periodik tidak perlu dihadiri oleh manusia.
Penggunaaan teknologi akan semakin berkembang apabila didukung oleh berbagai faktor diantaranya: pendidikan baik formal maupun informal, kemampuan, keterampilan, dan latihan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya dalam rangka membangun kemampuan seseorang agar berhasil dalam bidang pekerjaan dan aktivitas lainnya ditengah-tengah masyarakat. Akibat besarnya pengaruh tersebut banyak orang yang mengidentikkan kualitas sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan yang dikuasainya (Darwin 2001). Pelatihan tenaga kerja perlu diselenggarakan bersamaan dengan sistem pendidikan. Kegiatan pelatihan tidak hanya dibutuhkan oleh calon pekerja yang akan berpartisipasi dalam dunia kerja tetapi juga dibutuhkan oleh pekerja yang sedang menekuni suatu pekerjaan.
Penerapan teknologi baru memerlukan perencanaan strategis jangka panjang dengan perhitungan-perhitungan yang cermat. Bagi kondisi Indonesia yang mempunyai banyak kelebihan tenaga kerja, penerapan teknologi modern dipandang sebagai membahayakan kesempatan kerja. Peranan teknologi baru pada proses produksi memerlukan tenaga terampil dan cenderung untuk
(33)
memperkecil jumlah tenaga yang kurang terampil. Sebelum penerapan teknologi baru dilakukan pada industri yang sudah ada, perlu adanya jaminan bahwa tenaga terampil yang dibutuhkan telah tersedia, dan tenaga yang tidak diperlukan dapat disalurkan pada bidang kegiatan yang lain (Ravianto 1985). Oleh karena itu diperlukan adanya teknologi yang tidak merugikan tenaga kerja. Adapun teknologi yang dipakai di industri tahu yaitu berupa cetakan yang dapat membantu proses produksi.
Penggunaan Cetakan pada Pembuatan Tahu
Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan asam, ion kalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Tahu dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, baik sebagai lauk maupun sebagai makanan ringan. Pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, yaitu untuk mengiling kedelai menjadi bubur kedelai. Walaupun demikian pada tingkat rumahtangga, tahu masih dapat dibuat yaitu dengan menggunakan blender untuk menggiling kedelai, tetapi mutu tahu yang dihasilkan kurang baik (Anonim 2008).
Tahu yang dihasilkan dalam pembuatan tahu ada dua macam yaitu: tahu cetak dan tahu bungkus. Dalam pembuatan tahu cetak, adonan tahu itu dicetak sesuai ukuran yang diinginkan. Bagian dalam cetakan dilapisi dengan kain kassa. Ukuran kain kassa ini lebih besar dari cetakan sehingga pinggir-pinggir kain menjulur ke luar cetakan. Kemudian tahu yang sudah dicetak dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Sementara untuk tahu bungkus, adonan yang dibungkus menggunakan kain agar sesuai ukuran yang diinginkan.
Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk. Seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi apabila seorang pekerja mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dalam satuan waktu yang lebih singkat, atau memakai sumberdaya yang lebih sedikit (Ravianto 1985).
Tujuan perbaikan produktivitas pada tingkat sektor industri yaitu: untuk mencapai kemakmuran industri secara menyeluruh, memperkuat posisi bersaing
(34)
industri bersangkutan, dan meningkatkan standar hidup masyarakat yang bekerja dalam industri tersebut. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja diperlukan adanya suatu pengukuraan produktivitas. Hal ini bertujuan untuk mempermudah mengetahui peningkatan yang dialami suatu industri, baik dari segi tenaga kerja maupun output yang dihasilkan.
Pengukuran Produktivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumberdaya untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan ukuran produktivitas pada umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa) terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energi, dan sebagainya) (Ravianto 1985). Suatu hal yang penting dalam pengukuran produktivitas yaitu baik keluaran yang dicapai maupun masukan yang digunakan, kedua-duanya harus dapat diukur. Tanpa adanya ukuran, seseorang tidak dapat mengetahui produktivitas kerja suatu perusahaan. Semakin tinggi produktivitas, berarti dengan sumberdaya yang sama akan dihasilkan keluaran yang lebih banyak, baik dalam jumlah maupun dalam mutu (Ravianto 1985).
Hasil pengukuran produktivitas pada suatu waktu merupakan patokan bagi peningkatan produktivitas pada waktu yang lain. Dengan analisis pengukuran produktivitas, seseorang akan mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada, dimana kekurangan itu perlu diperbaiki dimasa mendatang (Ravianto 1985). Berkurangnya kapasitas kerja dapat diperhitungkan dengan berbagai tingkat kekurangan dalam kalori yang dimakan. Kehilangan produktivitas dapat juga dilihat dari kelemahan tubuh akibat masalah gizi (Berg dan Sayogyo 1986).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja memegang peranan penting dalam dunia industri. Produktivitas kerja berkaitan dengan sumberdaya manusia (tenaga kerja) sebagai input dalam suatu industri. Oleh sebab itu kesejahteraan tenaga kerja perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja antara lain berupa: pemberian makan, penyediaan kantin, pemberian gaji yang layak, menyedikan waktu istirahat, dan lain-lain. Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu sistem dan tidak mungkin dapat ditingkatkan tanpa dukungan subsistem yang lain berupa konsumsi, pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan, dan tingkat upah minimal (Ravianto 1985).
(35)
Konsumsi Pangan dan Produktivitas Kerja
Pekerja akan menunjukkan suatu produktivitas kerja apabila pekerja diberikan tenaga yang berasal dari makanan. Makin besar tenaga yang diberikan sampai taraf tertentu, maka makin besar juga kemungkinan produktivitas kerja. Kebutuhan-kebutuhan akan tenaga bagi seorang tenaga kerja akan meningkat sesuai dengan lebih beratnya pekerjaan. Bagi pekerjaan fisik yang berat, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan tingkat produktivitas kerja. Seorang tenaga kerja dengan gizi yang baik akan memiliki kapasitas dan ketahanan tubuh yang lebih baik yang menunjang produktivitas kerja (Ravianto 1985).
Kaitan antara tingkat gizi dan produktivitas kerja yaitu terlihat apabila pekerja mengalami gizi buruk maka akan mengakibatkan daya tahan tubuh turun dan sering menderita sakit, yang berpengaruh terhadap absensi yang tinggi. Selain itu gizi buruk juga berakibat pada daya kerja fisik menurun yang berpegaruh terhadap prestasi kerja yang rendah. Pekerja yang memliki absensi kerja yang tinggi dan prestasi kerja yang rendah akan bedampak pada produktivitas kerja yang rendah (Moehji 1985).
Derajat kesehatan kerja di lingkungan perusahaan, minimal dapat dijamin melalui penyediaan makanan yang disediakan perusahaan yang memenuhi gizi. Dengan adanya jaminan makanan bergizi bagi tenaga kerja satu kali dalam sehari kerja, maka minimal dapat dijamin daya tahan tenaga kerja terhadap penyakit dan kemalasan bekerja sebagai salah satu gejala akibat kurang gizi. Perbaikan gizi dan kesehatan dapat meningkakan produktivitas, hasil tambah, pengurangan absenteisme (ketidakhadiran) dan angka kesakitan (morbiditas) (Ravianto 1985).
Status Gizi dan Produktivitas Kerja
Status gizi (kurang atau lebih) pada orang dewasa dapat ditentukan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index, yang dapat diukur berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan (BB) merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu (Riyadi 2001).
(36)
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang dapat diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak baik (Riyadi 2006).
Gizi yang cukup merupakan masukan yang penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap penyakit, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis. Selanjutnya rendahnya status gizi dan kesehatan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja (Khomsan 2002). Seorang tenaga kerja dengan gizi yang baik akan memiliki kapasitas dan ketahanan tubuh yang lebih baik yang menunjang produktivitas kerjanya (Ravianto 1985). Menurut Supariasa et.al (2002), seseorang yang berada dibawah ukuran normal memiliki risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan seseorang yang berada diatas ukuran normal memiliki risiko tinggi penyakit degeneratif.
Penggunaan Teknologi dan Produktivitas Kerja
Perkembangan teknologi pada umumnya membawa pertambahan tingkat produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas total. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya untuk meningkatkan produktivitas suatu bangsa, maka tingkat investasinya dalam bentuk teknologi harus ditingkatkan. Pemilihan teknologi yang digunakan harus berpedoman pada prinsip bahwa teknologi itu merupakan yang paling efisien pada zamannya dan agar teknologi tersebut tidak secepatnya ketinggalan zaman. Oleh karena itu produktivitas seseorang dapat naik apabila dilengkapi dengan alat-alat dan teknologi (Ravianto 1985).
Teknologi bukan satu-satunya pilihan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja atau sistem produksi. Namun teknologi mempunyai peranan besar tehadap peningkatan produktivitas industri manufaktur. Tingkat teknologi yang digunakan mempengaruhi iklim kerja perusahaan dan manajemen. Makin maju teknologi yang digunakan, makin diperlukan tenaga kerja serta manajemen yang mempunyai kualifikasi yang semakin ahli (Ravianto 1985).
Implikasi penggunaan teknologi terhadap kesempatan kerja dapat digolongkan dalam 3 bentuk yaitu: (1) Produktivitas meningkat dan kesempatan kerja meningkat, (2) Produktivitas meningkat dan kesempatan kerja tidak berubah, (3) Produktivitas meningkat dan kesempatan kerja menurun (Ravianto
(37)
1985). Masalah kesempatan kerja di Indonesia dewasa ini sangat mendesak. Oleh karena itu perlu dihindari penerapan teknologi yang secara langsung dan tidak langsung memperkecil lapangan pekerjaan. Penerapan teknologi yang sebaiknya adalah teknologi yang sekaligus meningkatkan produktivitas dan kesempatan kerja (Ravianto 1985).
Usia dan Produktivitas Kerja
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas seseorang. Seiring dengan bertambahnya usia produktivitas kerja seseorang akan mengalami penurunan, terutama ketika mendekati usia lanjut (Papalia & Olds 1982). Orangtua yang berusia lanjut menjadi kurang produktif sehingga kontribusinya terhadap perekonomian keluarga menjadi lebih rendah bila dibandingkan orangtua yang berusia muda. Tingkat pendapatan yang diterima oleh keluarga juga semakin rendah dengan semakin bertambah tuanya seseorang karena semakin lemah dan rentan terhadap penyakit. Hal ini berakibat pada asensi kerja sehingga dapat mengurangi pendapatan.
Pendapatan dan Produktivitas Kerja
Upah dapat diartikan imbalan yang diterima tenaga kerja dalam hubungan kerja, berupa uang atau barang, melalui suatu perjanjian kerja, tertulis maupun lisan. Imbalan tersebut diperuntukkan bagi pemenuhan sebagian besar kebutuhan dirinya, atau dirinya beserta keluarganya (Ravianto 1985). Kebutuhan dasar manusia atau yang biasa disebut sebagai kebutuhan primer terdiri dari gizi, sandang, perumahan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan perangkat dasar yang sangat diperlukan seseorang agar dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan dengan menggunakan sumberdaya keluarga yang ada (Guhardja et al 1992).
Upah pada tingkat hidup yang minimal hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pada titik yang yang minimum. Tenaga kerja dengan upah yang layak secara objektif mampu memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta keluarganya. Pada tingkat upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas memperoleh peluang untuk meningkat. Tenaga kerja yang berada pada tingkat upah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan hidup yang layak, bagi dirinya dan keluarganya, sangat sulit untuk menghasilkan produktivitas tinggi (Ravianto 1985).
(38)
Pendapatan yang rendah berakibat rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, gizi dan tingginya angka kelahiran dan kematian, serta rendahnya produktivitas sumberdaya manusia. Menurut Guhardja et al. (1992), orang yang berpendidikan tinggi biasanya diidentikkan dengan orang yang memiliki mutu sumberdaya manusia yang tinggi. Pada umumnya mereka juga mendapat upah dan gaji yang relatif tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki mutu pendidikan rendah. Apabila peningkatan produktivitas kerja dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan semua yang terlibat dalam produksi, maka pemenuhan kebutuhan hidup pekerja secara minimal harus dipenuhi. (Ravianto 1985).
Lama Kerja dan Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja juga dipengaruhi oleh berapa lama tenaga kerja bekerja dalam suatu industri. Menurut Robbins (2001) diacu dalam Aziiza (2008), menyatakan bahwa orang-orang yang telah lama bekerja pada suatu perusahaan akan lebih produktif dibandingkan dengan orang-orang yang lama kerjanya lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan keterampilan yang lebih tinggi dalam bekerja dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para pekerja yang telah lama bekerja. Pekerja yang baru bekerja biasanya belum terbiasa dengan keadaan yang ada di sekitar pekerjaan, sehingga diperlukan adanya pelatihan-pelatihan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja baik untuk tenaga kerja baru maupun tenaga kera yang sudah lama bekerja di suatu industri atau perusahaan.
(39)
KERANGKA PEMIKIRAN
Peningkatan produktivitas kerja merupakan salah satu usaha untuk memperoleh kerja yang baik sesuai dengan waktu yang dibutuhkan sehingga menghasilkan produk yang bermutu. Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung produktivitas kerja berhubungan dengan tingkat konsumsi, penggunaan cetakan, status gizi, kesehatan, lama kerja dan kemampuan. Secara tidak langsung produktivitas kerja berhubungan dengan penyediaan makanan, pengetahuan gizi, pendapatan dan pendidikan. Produktivitas kerja yang baik akan memperoleh hasil kerja yang baik dan memuaskan.
Variabel tingkat konsumsi berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Tingkat konsumsi yang dimaksud meliputi konsumsi energi, protein, dan zat besi. Tingkat konsumsi berhubungan dengan kesehatan. Tingkat konsumsi juga berhubungan dengan konsumsi pangan. Konsumsi pangan akan berhubungan secara langsung dengan penyediaan makanan, pengetahuan gizi, pendapatan baik harian maupun bulanan. Selain itu, tingkat konsumsi juga berhubungan dengan status gizi. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan untuk setiap individu akan menghasilkan status gizi yang baik. Keadaan gizi kurang pada pekerja dapat disebabkan oleh konsumsi pangan yang masih rendah dan tidak sesuai dengan tingkat pekerjaan yang dilakukan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan produktivitas tenaga kerja.
Penggunaan cetakan berhubungan secara langsung dengan produktivitas kerja. Penggunaan cetakan berhubungan dengan pendidikan baik formal maupun informal dan kemampuan. Pendidikan dan lama kerja akan mempengaruhi kemampuan seseorang. Pekerja yang memiliki lama kerja yang lebih lama akan memilki kemampuan yang lebih ahli dari pada pekerja yang baru. Secara keseluruhan, hubungan antar variabel disajikan pada Gambar 1.
(40)
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja. Tingkat
konsumsi Energi Protein Zat besi
Pengggunaan Cetakan
Kemampuan Pendapatan
Harian Bulanan
Status gizi
Pengetahuan gizi
Pendididkan Lama
Kerja
Produktivitas kerja (Jumlah tahu
perjam)
Kesehatan Penyediaan
Makanan
Konsumsi Pangan
(41)
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur. Industri Tahu tersebut dipilih karena menghasilkan tahu dengan dua cara yaitu dengan cetakan dan tanpa cetakan, serta memiliki jumlah pekerja yang cukup untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juli 2008.
Teknik Penarikan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah pekerja di Industri Tahu Doa Ibu bagian produksi. Pengambilan pekerja dilakukan secara sensus dimana semua populasi diambil untuk dijadikan sampel penelitian. Istilah contoh selanjutnya diganti dengan pekerja. Pekerja yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 62 orang yang terdiri dari 32 orang yang bekerja menghasilkan tahu dengan cetakan dan 30 orang yang bekerja menghasilkan tahu tanpa cetakan.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data tersebut meliputi: karakteristik pekerja, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, penerapan gizi kerja, konsumsi pangan, penggunaan cetakan, dan produktivitas kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh dari industri berupa gambaran umum industri.
Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data No.
Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data
1. Karakteristik contoh:
jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, upah, besar keluarga, lama kerja, dan jam kerja
Primer
Wawancara menggunakan
kuesioner 2. Riwayat kesehatan:
berat badan, tinggi badan, penyakit yang sedang dan pernah diderita selama tiga bulan terakhir
Primer
Pengukuran langsung dan wawancara
menggunakan kuesioner 3. Pengetahuan gizi:
definisi dan jenis zat gizi, fungsi zat gizi bagi tubuh,dan akibat
kekurangan zat gizi
Primer
Wawancara menggunakan
kuesioner 4. Penerapan gizi kerja: Primer Wawancara
(42)
penyediaan makan, uang makan, ruang makan dan kantin
menggunakan kuesioner No. Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan
Data 5. Konsumsi pangan:
energi, protein, dan zat besi Primer Food recall 2x24 jam 6. Penggunaan cetakan:
jumlah cetakan tahu Primer
Wawancara menggunakan
kuesioner 7. Produktivitas kerja:
jumlah tahu dan jam kerja Primer
Wawancara menggunakan
kuesioner 8. Gambaran umum industri
Sekunder Wawancara dengan pihak industri
Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari kuesioner, diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan microsoft excel 2003 dan SPSS 13,0 for windows. Data konsumsi energi dan zat gizi diolah berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Perhitungan tingkat konsumsi zat gizi seseorang dapat dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi individu terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG), atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
% 100 x individu AKG individu aktual pangan Konsumsi individu gizi konsumsi Tingkat =
Status gizi ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Berikut adalah rumus perhitungan IMT (Supariasa et al. 2001):
2 ) ( ) ( m badan Tinggi kg badan Berat IMT=
Produktivitas kerja dinilai berdasarkan jumlah tahu yang dihasilkan pekerja per jam selama satu minggu, atau dirumuskan sebagai berikut:
dipakai yang Masukan dicapai yang Keluaran s oduktivita = Pr
Data karakteristik pekerja (jenis kelamin, umur, pendidikan, upah, besar keluarga, lama kerja, dan jam kerja), pengetahuan gizi, penerapan gizi kerja, konsumsi pangan, penggunaan cetakan dan produktivitas kerja dianalisis secara statistik deskriptif. Kategori berbagai variabel dapat dilihat pada Tabel 5.
(43)
Tabel 4 Pengkategorian variabel
No. Variabel Kategori Kriteria
1. Umur
(WNPG 2004) dewasa muda dewasa madya dewasa akhir 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 2. Upah per bulan rendah
sedang tinggi paling tinggi
≤Rp. 500.000,
Rp. 500.001–Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001–Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000
3. Pendidikan SD SMP SMA
7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 4. Besar keluarga
(Harlock 1991)
keluarga kecil sedang
besar
≤ 4 orang 5-7 orang ≥ 8 orang 5. Lama kerja
(Hardinsyah dan Briawan 1990)
rendah sedang tinggi
< 5 tahun 5-10 tahun >10 tahun 6. Jam kerja per hari rendah
sedang tinggi
<6 jam 6-10 jam >10 jam 7. Tingkat konsumsi
energi dan protein Depkes (1996)
defisit tingkat berat defisit tingkat sedang defisit tingkat ringan normal kelebihan 70% AKG 70-79% AKG 80-89% AKG 90-119% AKG 120% AKG 8. Tingkat konsumsi
zat besi Gibson (2005)
kurang baik
<77% AKG ≥77% AKG 9. Pengetahuan gizi
Khomsan (2000)
kurang sedang baik
≤ 60% 60-80% ≥80% 10. Status gizi
WHO (2000) diacu dalam Gibson (2005) kurus normal gemuk <18,5 18,5-24,99 ≥25,00 11. Uang makan
per hari
rendah sedang tinggi
≤Rp. 10.000
Rp. 10.001-Rp. 15.000 >Rp. 15.000
12. Jumlah cetakan per hari sedikit sedang banyak paling banyak <4 buah 4-6 buah 7-9 buah >9 buah 13. Produktivitas kerja
perj am
sedikit sedang banyak
≤300 buah 301-600 buah 601-900 buah
(1)
Lampiran 3 Hasil uji korelasi
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Pendidikan
Correlations
1,000 ,365**
. ,004
62 62
,365** 1,000
,004 .
62 62
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N kat_pengethuan
tingkat_pnddkn Spearman's rho
kat_ pengethuan
tingkat_ pnddkn
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Konsumsi Energi
Correlations
1 ,253*
,047
62 62
,253* 1
,047
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKE
pengetahuan
TKE pengetahuan
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,276*
,030
62 62
,276* 1
,030
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
prod
pengetahuan
prod pengetahuan
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.
(2)
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,455**
,000
62 62
,455** 1
,000
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKE
prod
TKE prod
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,378**
,002
62 62
,378** 1
,002
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKP
prod
TKP prod
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
Hubungan Tingkat Konsumsi Besi dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,140
,276
62 62
,140 1
,276
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKBESI
prod
(3)
Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,305*
,016
62 62
,305* 1
,016
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
statusgizi
prod
statusgizi prod
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.
Hubungan Lama Kerja dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1 ,373**
,003
62 62
,373** 1
,003
62 62
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
lamker
prod
lamker prod
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
Hubungan Penggunaan Cetakan dengan Produktivitas Kerja
Chi-Square Tests
3,059a 2 ,217
3,833 2 ,147
,006 1 ,938
62 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.
(4)
Lampiran 4 Hasil uji regresi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Descriptive Statistics
485,0484 147,03735 62
87,74 24,591 62
72,50 26,296 62
62,1290 30,57186 62
21,006 3,2551 62
63,79 13,751 62
4,5161 4,87799 62
,52 ,504 62
prod TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker
penggunaancetkn
Mean Std. Deviation N
Correlations
1,000 ,455 ,378 ,140 ,305 ,276 ,373 ,022 ,455 1,000 ,830 ,305 -,044 ,253 ,059 ,065 ,378 ,830 1,000 ,488 -,096 ,119 -,108 ,046 ,140 ,305 ,488 1,000 ,000 ,242 -,141 ,106 ,305 -,044 -,096 ,000 1,000 ,137 ,243 ,186 ,276 ,253 ,119 ,242 ,137 1,000 ,145 ,352 ,373 ,059 -,108 -,141 ,243 ,145 1,000 -,204 ,022 ,065 ,046 ,106 ,186 ,352 -,204 1,000 . ,000 ,001 ,138 ,008 ,015 ,001 ,433 ,000 . ,000 ,008 ,367 ,024 ,325 ,307 ,001 ,000 . ,000 ,229 ,179 ,203 ,362 ,138 ,008 ,000 . ,499 ,029 ,138 ,205 ,008 ,367 ,229 ,499 . ,144 ,029 ,074 ,015 ,024 ,179 ,029 ,144 . ,130 ,003 ,001 ,325 ,203 ,138 ,029 ,130 . ,056 ,433 ,307 ,362 ,205 ,074 ,003 ,056 .
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
62 62 62 62 62 62 62 62
prod TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker penggunaancetkn prod
TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker penggunaancetkn prod
TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker penggunaancetkn Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
prod TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker
penggun aancetkn
Variables Entered/Removedb
pengguna ancetkn, TKP, statusgizi, lamker, pengetahu an, TKBESI, TKEa
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: prod b.
(5)
Model Summaryb
,644a ,415 ,339 119,54370
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), penggunaancetkn, TKP,
statusgizi, lamker, pengetahuan, TKBESI, TKE a.
Dependent Variable: prod b.
ANOVAb
547121,2 7 78160,178 5,469 ,000a
771697,6 54 14290,696
1318819 61
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), penggunaancetkn, TKP, statusgizi, lamker, pengetahuan, TKBESI, TKE
a.
Dependent Variable: prod b.
Coefficientsa
-90,831 129,469 -,702 ,486
1,224 1,236 ,205 ,990 ,327
1,513 1,236 ,271 1,224 ,226
-,202 ,614 -,042 -,329 ,744
11,575 5,030 ,256 2,301 ,025
1,462 1,320 ,137 1,108 ,273
8,902 3,565 ,295 2,497 ,016
-10,181 34,666 -,035 -,294 ,770
(Constant) TKE TKP TKBESI statusgizi pengetahuan lamker
penggunaancetkn Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: prod a.
Residuals Statisticsa
274,5610 862,8119 485,0484 94,70586 62 -253,901 329,83484 ,00000 112,47569 62
-2,223 3,989 ,000 1,000 62
-2,124 2,759 ,000 ,941 62
Predicted Value Residual
Std. Predicted Value Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: prod a.
(6)
Lampiran 4 Perhitungan sumbangan efektif
Sumabangan Efektif Variabel yang Berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja
(
1) (
2)
21
R
x
Y
JKX
b
Y
JKX
b
Y
JKX
b
Efektif
Sumbangan
n n n n n n+
=
Keterangan:(
)
∑
−
∑
∑
=
n
Y
X
Y
X
Y
JKX
n n nb = nilai B (Unstandardized Coefficients) b1=11,575; b2=8,902
Y = produktivitas kerja (30073) X1= status gizi (1302,4)
X2= lama kerja (280)
R2= 41,5%; X1Y= 640635; X2Y=152143