Pengaruh Faktor Sosial Dan Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu (Studi Kasus Kecamatan Medan Deli)

(1)

6 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tahu

Tahu merupakan salah satu makanan yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tahu tidak terbatas pada rasanya yang enak, tetapi juga dari harganya yang relatif murah, mudah untuk membuatnya, dan kandungan proteinnya tinggi yang mutunya setara dengan mutu protein hewani (Sarwono,2001)

Berikut ini adalah nilai giziyang terkandung didalam tahu.

Tabel 3. Nilai Gizi Tahu per 100 g

Zat Gizi Tahu (per 100g)

Protein (gram) Lemak (gram) Kalsium (mg) Energi (kal)

Air (g)

7,8 4,6 124

68 84,8

Sumber : Khomsan dan Anwar, 2008

Dari tabel 3 maka dapat dilihat tahu memiliki kandungan protein dan zat gizi lainnya cukup tinggi.

Tahu merupakan produk koagulasi protein kedelai. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, proses pemeraman (heating process), tipe bahan koagulasi, serta tekanan dan suhu koagulasi. Tahu mengandung protein antara 6 – 9 persen dengan kadar air 84 – 88 persen (Adisarwanto, 2002).


(2)

Tahu sering disebut sebagai makanan rakyat bergizi tinggi. Hal ini disebabkan harga tahu yang relatif murah sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan, mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga atas. Di kota Medan sendiri sering dijumpai penjual makanan yang berbahan baku tahu. Mulai dari penjual gorengan tahu di pinggir jalan, hingga restoran atau rumah makan yang menyediakan makanan yang berbahan dasar tahu (Aulia, 2012).

2.1.2 Industri Kecil

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Penggolongan industri oleh BPS menurut banyaknya tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1. Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, dengan jumlah tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 3. Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 4. Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang.

Di dalam UU RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 6, industri dibedakan berdasarkan asset dan omsetnya sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).


(3)

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Salah satu sektor industri yang termasuk dalam industri pengolahan hasil pertanian adalah industri kecil tahu, dimana hasil pertanian berupa kedelai diolah menjadi tahu. Kedelai yang berupa olahan tahu banyak diminati kalangan masyarakat di Indonesia karena harganya yang terbilang cukup murah dan juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Sehingga tidak heran jika permintaan terhadap tahu cenderung naik. Sebagai makanan tradisional, kepopuleran tahu juga telah menyebar di seluruh pelosok Nusantara. Penggemar tahu sangat banyak dan tidak terbatas usia serta lokasi (desa atau kota) (Khomsan dan Anwar, 2008).


(4)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Ketenagakerjaan/ Tenaga Kerja

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Jadi yang dimaksud tenaga kerja dalam penelitian ini yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang yaitu melakukan proses produksi tahu.

Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting karena tenaga kerja bertindak sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan fakor produksi lainnya yang bersifat pasif (seperti modal, bahan baku, mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif dalam proses produksi (Adhadika, 2013).

Menurut Agusmidah (2010), tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja dan angkatan bukan kerja. Dimana angkatan kerja atau laour force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau yang sedang mencari pekerjaan. Sementara kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan.

Pekerja (employment) dibagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang sudah bekerja secara penuh (full employment) dan mereka yang masih setengah menganggur. Dimana pekerja penuh (full employment) adalah mereka yang sudah bekerja dan minimal memenuhi syarat – syarat sebagai pekerja penuh, diantaranya


(5)

minimal bekerja 40 jam kerja dalam satu minggu, memiliki upah sama dengan upah minimum regional, bekerja sesuai dengan keahliannya dan pendidikannya. Sedangkan setengah pengangguran adalah mereka yang sudah bekerja tetapi tidak memenuhi kriteria sebagai pekerja penuh karena jam kerjanya kurang, upah kurang dari UMR, tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan, dan produktivitasnya rendah ( Ahman dan Indriani, 2007 ).

2.2.2 Produktivitas

Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama ditujukan kepada hubungan anatar keluaran dengan masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Biasanya suatu kombinasi atau campuran masukan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu tingkatan keluaran tertentu (Mulyadi, 2007).

Produktivitas dapat diartikan sebagai “perbandingan” antara kuantitas barang dan atau jasa yang dihasilkan dengan “kuantitas dana dan atau daya yang digunakan” untuk mengahasilkan barang dan atau jasa tersebut. Dengan demikian maka produktivitas dinyatakan dalam “perbandingan” atau “ratio” (Ruky, 2001).

Menurut Simanjuntak (2001), Produktivitas mengandung pengertian filosofis dan definisi kerja. Secara filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemaren, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Sedangkan untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya (input) yang dipergunakan per satuan waktu. Sumber daya masukan dapat terdiri


(6)

dari beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah dan sumber daya manusia sendiri.

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu:

1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan yang meliputi: tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan.

2. Sarana pendukung, yang meliputi:

a. Lingkungan kerja, meliputi: produksi, sarana dan peralatan produksi, tingkat keselamatan, dan kesejahteraan kerja.

b. Kesejahteraan karyawan, meliputi: manajemen dan hubungan industri.

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja 2.2.3.1 Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh faktor sosial terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor sosial yang terdiri dari umur, tingkatan pendidikan formal, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri kecil tahu.

1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (2001) peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor usia ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

1. Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur muda lebih besar daripada proporsi penduduk yang


(7)

sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda.

2. Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum menikah menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah menikah, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

2. Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001).

Kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pelayanan perusahaan terhadap karyawan. Pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Karena dengan pendidikan inilah seseorang memiliki modal untuk melakukan produktivitas di dalam suatu pekerjaan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat membuat masyarakat bersaing dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, maka produktivitas orang tersebut juga semakin tinggi. Untuk meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, maka diperlukan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut (Mahendra, 2014).


(8)

3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya maka diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja (Adhadika, 2013).

Industri kecil tahu memerlukan pengalaman kerja serta kebiasaan dalam memproduksi tahu karena memproduksi tahu tidak mudah, sehingga pengalaman kerja akan memberikan kemudahan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam memproduksi tahu dalam volume yang cukup besar. Karena umumnya para pengrajin tahu dapat memproduksi 500 kg – 1 kwintal perhari sehingga membutuhkan tenaga kerja yang benar – benar berpengalam

2.2.3.2Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh faktor ekonomi terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor ekonomi yang terdiri dari upah dan jam kerja terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri kecil tahu.

1. Pengaruh Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Upah merupakan faktor yang sangat berpengaruh didalam masalah ketenagakerjaan. Bila produktivitas tenaga kerja rendah maka tingkat upah juga rendah dan demikian juga sebaliknya. Itulah sebabnya di negara – negara maju tingkat upahnya tinggi karena disebabkan oleh tingkat produktivitas tenaga kerja yang sangat tinggi (sukwiaty, 2006).


(9)

2. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya apabila diartikan sebagai per input tenaga kerja yang diukur output per jam kerja, maka jika semakin besar atau tinggi jumlah jam kerja seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan per satu unit, maka produktivitasnya semakin menurun produktivitasnya kerja seseorang biasa berbeda walaupun dengan jumlah jam kerja yang sama. Hal ini disebabkan oleh skill yang mereka miliki dan teknologi yang mereka gunakan. Dengan demikian pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya tenaga kerja seseorang bisa negatif atau positif (Djiuta, 2011).

2.3 Peneliti Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan Teddy Adhadika tahun 2013 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan Di Kota Semarang (Studi Kecamatan Tembalang Dan Kecamatan Gunungpati)”, menyatakan bahwa empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu pendidikan, upah, insentif dan pengalaman kerja dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,823 yang artinya produktivitas tenaga kerja dapat dijelaskan oleh faktor variabel pendidikan, upah, insentif dan pengalaman kerja sebesar 82,3 persen.

Penelitian yang dilakukan Adya Dwi Mahendra pada tahun 2014 dengan judul “Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Jenis Kelamin, Usia Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Di Industri Kecil Tempe Di Kota Semarang)” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang. Sedangkan


(10)

variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang.

Penelitian yang dilkakukan oleh Tomas Aprilian dengan judul “Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Struktur Rangka Atap Baja (Studi Kasus Proyek Pembangunan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

2.4 Kerangka Pemikiran

Tinggi rendahnya suatu kualitas dari tenaga kerja akan sangat mempengaruhi kinerja dari seorang tenaga kerja dalam meningkatkan hasil outputnya didalam pekerjaannya, ini akan sangat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut. Maka dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi. Dimana faktor sosialnya terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal dan juga pengalaman kerja, sementara faktor ekonominya terdiri dari upah dan jam kerja.


(11)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Mempengaruhi

2.5 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor Sosial yaitu umur, tingkat pendidikan formal dan pengalaman kerja secara simultan dan parsial diduga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

2. Faktor Ekonomi yaitu upah dan jam kerja secara simultan dan parsial diduga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

Faktor Sosial :

• Umur

• Tingkat Pendidikan Formal

• Pengalaman Kerja

Faktor Ekonomi :

• Upah

• Jam Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja


(1)

dari beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah dan sumber daya manusia sendiri.

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu:

1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan yang meliputi: tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan.

2. Sarana pendukung, yang meliputi:

a. Lingkungan kerja, meliputi: produksi, sarana dan peralatan produksi, tingkat keselamatan, dan kesejahteraan kerja.

b. Kesejahteraan karyawan, meliputi: manajemen dan hubungan industri.

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja 2.2.3.1 Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh faktor sosial terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor sosial yang terdiri dari umur, tingkatan pendidikan formal, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri kecil tahu.

1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (2001) peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor usia ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

1. Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur muda lebih besar daripada proporsi penduduk yang


(2)

sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda.

2. Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum menikah menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah menikah, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

2. Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001).

Kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pelayanan perusahaan terhadap karyawan. Pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Karena dengan pendidikan inilah seseorang memiliki modal untuk melakukan produktivitas di dalam suatu pekerjaan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat membuat masyarakat bersaing dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, maka produktivitas orang tersebut juga semakin tinggi. Untuk meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, maka diperlukan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut (Mahendra, 2014).


(3)

3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya maka diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja (Adhadika, 2013).

Industri kecil tahu memerlukan pengalaman kerja serta kebiasaan dalam memproduksi tahu karena memproduksi tahu tidak mudah, sehingga pengalaman kerja akan memberikan kemudahan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam memproduksi tahu dalam volume yang cukup besar. Karena umumnya para pengrajin tahu dapat memproduksi 500 kg – 1 kwintal perhari sehingga membutuhkan tenaga kerja yang benar – benar berpengalam

2.2.3.2 Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pengaruh faktor ekonomi terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor ekonomi yang terdiri dari upah dan jam kerja terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri kecil tahu.

1. Pengaruh Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Upah merupakan faktor yang sangat berpengaruh didalam masalah ketenagakerjaan. Bila produktivitas tenaga kerja rendah maka tingkat upah juga rendah dan demikian juga sebaliknya. Itulah sebabnya di negara – negara maju tingkat upahnya tinggi karena disebabkan oleh tingkat produktivitas tenaga kerja yang sangat tinggi (sukwiaty, 2006).


(4)

2. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya apabila diartikan sebagai per input tenaga kerja yang diukur output per jam kerja, maka jika semakin besar atau tinggi jumlah jam kerja seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan per satu unit, maka produktivitasnya semakin menurun produktivitasnya kerja seseorang biasa berbeda walaupun dengan jumlah jam kerja yang sama. Hal ini disebabkan oleh skill yang mereka miliki dan teknologi yang mereka gunakan. Dengan demikian pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya tenaga kerja seseorang bisa negatif atau positif (Djiuta, 2011).

2.3 Peneliti Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan Teddy Adhadika tahun 2013 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan Di Kota Semarang (Studi Kecamatan Tembalang Dan Kecamatan Gunungpati)”, menyatakan bahwa empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu pendidikan, upah, insentif dan pengalaman kerja dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,823 yang artinya produktivitas tenaga kerja dapat dijelaskan oleh faktor variabel pendidikan, upah, insentif dan pengalaman kerja sebesar 82,3 persen.

Penelitian yang dilakukan Adya Dwi Mahendra pada tahun 2014 dengan judul “Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Jenis Kelamin, Usia Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Di Industri Kecil Tempe Di Kota Semarang)” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang. Sedangkan


(5)

variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang.

Penelitian yang dilkakukan oleh Tomas Aprilian dengan judul “Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Struktur Rangka Atap Baja (Studi Kasus Proyek Pembangunan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

2.4 Kerangka Pemikiran

Tinggi rendahnya suatu kualitas dari tenaga kerja akan sangat mempengaruhi kinerja dari seorang tenaga kerja dalam meningkatkan hasil outputnya didalam pekerjaannya, ini akan sangat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut. Maka dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi. Dimana faktor sosialnya terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal dan juga pengalaman kerja, sementara faktor ekonominya terdiri dari upah dan jam kerja.


(6)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Mempengaruhi

2.5 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor Sosial yaitu umur, tingkat pendidikan formal dan pengalaman kerja secara simultan dan parsial diduga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

2. Faktor Ekonomi yaitu upah dan jam kerja secara simultan dan parsial diduga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

Faktor Sosial : • Umur • Tingkat

Pendidikan Formal • Pengalaman

Kerja

Faktor Ekonomi : • Upah

• Jam Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja