Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Komunitas (Studi Kasus: RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

(1)

PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK

BERBASIS KOMUNITAS

(Studi Kasus

:

RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas,

Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

(Studi Kasus

:

RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas,

Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(3)

RINGKASAN

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL. PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS : Studi Kasus RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. (Dibimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO)

Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Pada daerah perkotaan, pertambahan penduduk selain dari angka kelahiran tapi ditambah juga dengan angka urbanisasi. Salah satu dampak dari pertambahan ini antara lain adalah meningkatnya volume sampah. Hal ini selain disebabkan oleh, pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat, juga disebabkan oleh kendaraan pengangkut yang jumlah dan kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan.

Selama ini pengolahan sampah yang dilakukan dianggap hanya mengatasi masalah ini sementara. Kurangnya sarana dalam proses pengangkutan, serta tata cara penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir yang hanya menggunakan sistem

open dumping menjadi masalah dalam pengelolaan sampah dengan sistem ini. Dalam aspek kelembagaan, selama ini permasalahan pengelolaan sampah dianggap sebagai masalah pemerintah kota/daerah dan pihak swasta yang berkepentingan. Masyarakat hanya berperan pasif, yakni membayar iuran sampah.

Ketiga elemen penting dalam modal sosial menjadi modal utama yang mendorong modal ekonomi dan teknologi pada warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini, sehingga mereka dapat melakukan pengelolaan sampah domestik berbasis komunitas sesuai dengan aspek sosial dan ekonomi setempat. Oleh karena itu perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan modal sosial (kepercayaan, jaringan sosial dan norma-norma sosial) dan modal ekonomi yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas? 2. Apa dan bagaimana warga RT 05/ RW 08 Kampung Ciracas

mengaplikasikan teknologi pengelolaan sampah dengan mempertimbangkan konteks sosial ekonomi setempat?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi yang digunakan adalah studi kasus. Strategi studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan bulan Juni 2008.

Sejarah dibentuknya Kelompok Winarsih adalah munculnya keinginan warga untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya melakukan pengelolaan lingkungan juga merupakan salah satu program kerja yang dipilih untuk dilakukan oleh Ketua RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas. Hasilnya dipilih upaya melakukan pengolahan sampah dan penghijauan. Pengurus utama dalam Kelompok Winarsih adalah isteri dari Ketua RT, dengan dibantu oleh sejumlah pengurus lainnya, yang bekerja sebagai penggerak, koordinator, dan lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Winarsih dibagi menjadi dua, yaitu: penghijauan dan pengolahan sampah, seperti melakukan pengolahan sampah


(4)

yang terbuat dari bak atau dirigen. Komposter diletakan di rumah tiap ketua kelompok kecil, agar mudah dikelola dan dimanfaatkan oleh anggotanya. Warga terlebih dahulu memilah dan mencacah sampah organiknya untuk kemudian dimasukkan ke komposter. Hasil komposnya bisa langsung dimanfaatkan oleh warga.

Sampah non-organik dilakukan daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan. Sampah non-organik yang diolah oleh warga baru sampah plastik kemasan. Sampah didaur ulang menjadi kerajinan tangan seperti tas. Hasilnya dijual, dan uang hasil penjualan untuk pengrajin yang bekerja.

Bank sampah dibuat oleh warga untuk penampungan dan pemilahan sampah yang dikumpulkan dari warga RT 05/ RW 08. Bank sampah juga menjadi pusat warga dalam melakukan pengolahan sampah dan penghijauan di lingkungannya.

Kejujuran dan transparan merupakan prinsip yang dipegang warga dalam menjaga rasa kepercayaan dan kekompakan antar warga dalam melakukan pengolahan sampah. Warga juga memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai dengan melakukan pengelolaan lingkungan. Mereka tidak hanya menginginkan lingkungan yang bersih, tapi berharap mereka mampu belajar untuk menjadi aktor yang berperan dalam membersihkan lingkungan mereka. Warga juga menjaga solidaritas agar dapat menjaga kerja sama yang dilakukan.

Jaringan warga dalam melakukan pengolahan sampah terdiri dari jaringan antar warga dan jaringan dengan pihak luar. Jaringan antar warga bersifat informal dan berasaskan kekeluargaan, pertetanggan dan pertemanan. Jaringan dengan pihak luar yakni, pemulung dan PT. Unilever bersifat campuran, baik formal maupun informal, dengan basis kerja sama dan fasilitasi.

Warga juga menjunjung nilai dan norma kebersihan dan kesehatan, yang merupakan salah satu alasan yang mendasari mereka melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas juga melakukan kontrol sosial. Kontrol sosial tersebut berupa upaya preventive dan dengan cara tanpa paksaan atau represive.

Perolehan modal pada awal program pengolahan sampah dan penghijauan untuk lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas berasal dari ”kantong” warga sendiri. Modal diperoleh secara suka rela tanpa ada batasan terendah atau terkecil. Baru setelah RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas memenangkan berbagai lomba termasuk JGC 2007 mereka mendapatkan modal tambahan untuk melakukan program pengolahan sampah. Modal tersebut berasal dari uang hasil menang lomba.


(5)

PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS

(Studi Kasus: RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(6)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Muhamad Sani Muharam Syaiful Nomor Pokok : A14204061

Judul : Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Komunitas

(Studi Kasus: RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Doses Pembimbing

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP : 130934005

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Juli 2008

Muhamad Sani Muharam Syaiful


(8)

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 September 1986 di Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Penulis merupakan putra dari pasangan Syaiful Rusdi Djawana dan Heni Herawati sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Mandalahayu Bekasi Timur pada tahun 1998 dan SLTP Negeri 5 Bogor pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis di IPB adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) pada tahun 2005-2006. Penulis juga tergabung di Sahabat Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) pada tahun 2006 dan fasilitator Tim Outbound Sparrow Hawk. Kemudian ketika di semester gasal tahun 2007 penulis bergabung dalam Tim Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB). Pada semester yang sama penulis juga tergabung dalam Tim Asisten Mata Kuliah Komunikasi Bisnis Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga tergabung dalam Staf Koran Kampus IPB sebagai reporter, pada tahun 2007 hingga 2008.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Allhamdullillahirabbil’alamiin, penulis ucapkan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, kemudahan, kesempatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan seluruh proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Penulis ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya dengan tulus kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendorong penulis untuk menyelesaikan Studi Pustaka ini, khususnya kepada:

1. Ibunda tercinta, dr. Heni Herawati, atas dorongan, doa, restu, kesabaran dan “pelajaran” yang telah diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir Soeryo Adiwibowo, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam berfikir, bimbingan, masukan, saran dan semangat serta pengertiaannya atas kekurangan penulis dalam menyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS, selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi.

4. Ir. Dwi Sadono MS, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan dalam ujian skripsi.

5. Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS, atas bimbingan dan masukannya selama menjadi Pembimbing Akademik penulis.

6. Cinta, Bang Keke, Bang Ninu, atas dorongan, bantuan dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama menulis skripsi dan menuntut ilmu di IPB.


(10)

diberikan agar penulis cepat lulus.

8. Rubyani Indrawan Putri, SP, atas kesabaran dalam membantu, mendorong dan memberikan solusi yang diberikan selama mengerjakan skripsi.

9. Seluruh Kelompok Winarsih, Ibu Win, Bapak Surachmat, atas waktu yang disediakan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti ketika meneliti di lokasi penelitian.

10.Mbak Niken, Mbak Hana, Mbak Rina dan Mbak Rahma, atas bantuan informasi literatur yang diberikan kepada penulis ketika mengerjakan Studi Pustaka dan Skripsi.

11.Teman-teman KPM angkatan 41, Nani, Leo, Arta, Eno, Pangkaw, Tyas, Upie, Gita, Bayu, Munir, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semangat, ilmu, bantuan dan humor yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di IPB.

12.DR Crew Yudi (Nceq), Adi (Bul), Mira, Yunda, Oline, terima kasih untuk

sharing tawa, ilmu, makanan, tempat tinggal dan lainnya selama mengerjakan skripsi dan “mencari” ilmu di IPB.


(11)

PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK

BERBASIS KOMUNITAS

(Studi Kasus

:

RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas,

Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

(Studi Kasus

:

RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas,

Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(13)

RINGKASAN

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL. PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS : Studi Kasus RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. (Dibimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO)

Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Pada daerah perkotaan, pertambahan penduduk selain dari angka kelahiran tapi ditambah juga dengan angka urbanisasi. Salah satu dampak dari pertambahan ini antara lain adalah meningkatnya volume sampah. Hal ini selain disebabkan oleh, pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat, juga disebabkan oleh kendaraan pengangkut yang jumlah dan kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan.

Selama ini pengolahan sampah yang dilakukan dianggap hanya mengatasi masalah ini sementara. Kurangnya sarana dalam proses pengangkutan, serta tata cara penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir yang hanya menggunakan sistem

open dumping menjadi masalah dalam pengelolaan sampah dengan sistem ini. Dalam aspek kelembagaan, selama ini permasalahan pengelolaan sampah dianggap sebagai masalah pemerintah kota/daerah dan pihak swasta yang berkepentingan. Masyarakat hanya berperan pasif, yakni membayar iuran sampah.

Ketiga elemen penting dalam modal sosial menjadi modal utama yang mendorong modal ekonomi dan teknologi pada warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini, sehingga mereka dapat melakukan pengelolaan sampah domestik berbasis komunitas sesuai dengan aspek sosial dan ekonomi setempat. Oleh karena itu perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan modal sosial (kepercayaan, jaringan sosial dan norma-norma sosial) dan modal ekonomi yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas? 2. Apa dan bagaimana warga RT 05/ RW 08 Kampung Ciracas

mengaplikasikan teknologi pengelolaan sampah dengan mempertimbangkan konteks sosial ekonomi setempat?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi yang digunakan adalah studi kasus. Strategi studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan bulan Juni 2008.

Sejarah dibentuknya Kelompok Winarsih adalah munculnya keinginan warga untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya melakukan pengelolaan lingkungan juga merupakan salah satu program kerja yang dipilih untuk dilakukan oleh Ketua RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas. Hasilnya dipilih upaya melakukan pengolahan sampah dan penghijauan. Pengurus utama dalam Kelompok Winarsih adalah isteri dari Ketua RT, dengan dibantu oleh sejumlah pengurus lainnya, yang bekerja sebagai penggerak, koordinator, dan lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Winarsih dibagi menjadi dua, yaitu: penghijauan dan pengolahan sampah, seperti melakukan pengolahan sampah


(14)

yang terbuat dari bak atau dirigen. Komposter diletakan di rumah tiap ketua kelompok kecil, agar mudah dikelola dan dimanfaatkan oleh anggotanya. Warga terlebih dahulu memilah dan mencacah sampah organiknya untuk kemudian dimasukkan ke komposter. Hasil komposnya bisa langsung dimanfaatkan oleh warga.

Sampah non-organik dilakukan daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan. Sampah non-organik yang diolah oleh warga baru sampah plastik kemasan. Sampah didaur ulang menjadi kerajinan tangan seperti tas. Hasilnya dijual, dan uang hasil penjualan untuk pengrajin yang bekerja.

Bank sampah dibuat oleh warga untuk penampungan dan pemilahan sampah yang dikumpulkan dari warga RT 05/ RW 08. Bank sampah juga menjadi pusat warga dalam melakukan pengolahan sampah dan penghijauan di lingkungannya.

Kejujuran dan transparan merupakan prinsip yang dipegang warga dalam menjaga rasa kepercayaan dan kekompakan antar warga dalam melakukan pengolahan sampah. Warga juga memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai dengan melakukan pengelolaan lingkungan. Mereka tidak hanya menginginkan lingkungan yang bersih, tapi berharap mereka mampu belajar untuk menjadi aktor yang berperan dalam membersihkan lingkungan mereka. Warga juga menjaga solidaritas agar dapat menjaga kerja sama yang dilakukan.

Jaringan warga dalam melakukan pengolahan sampah terdiri dari jaringan antar warga dan jaringan dengan pihak luar. Jaringan antar warga bersifat informal dan berasaskan kekeluargaan, pertetanggan dan pertemanan. Jaringan dengan pihak luar yakni, pemulung dan PT. Unilever bersifat campuran, baik formal maupun informal, dengan basis kerja sama dan fasilitasi.

Warga juga menjunjung nilai dan norma kebersihan dan kesehatan, yang merupakan salah satu alasan yang mendasari mereka melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas juga melakukan kontrol sosial. Kontrol sosial tersebut berupa upaya preventive dan dengan cara tanpa paksaan atau represive.

Perolehan modal pada awal program pengolahan sampah dan penghijauan untuk lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas berasal dari ”kantong” warga sendiri. Modal diperoleh secara suka rela tanpa ada batasan terendah atau terkecil. Baru setelah RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas memenangkan berbagai lomba termasuk JGC 2007 mereka mendapatkan modal tambahan untuk melakukan program pengolahan sampah. Modal tersebut berasal dari uang hasil menang lomba.


(15)

PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS

(Studi Kasus: RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

OLEH:

MUHAMAD SANI MUHARAM SYAIFUL A14204061

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(16)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Muhamad Sani Muharam Syaiful Nomor Pokok : A14204061

Judul : Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Komunitas

(Studi Kasus: RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Doses Pembimbing

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP : 130934005

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Juli 2008

Muhamad Sani Muharam Syaiful


(18)

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 September 1986 di Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Penulis merupakan putra dari pasangan Syaiful Rusdi Djawana dan Heni Herawati sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Mandalahayu Bekasi Timur pada tahun 1998 dan SLTP Negeri 5 Bogor pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis di IPB adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) pada tahun 2005-2006. Penulis juga tergabung di Sahabat Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) pada tahun 2006 dan fasilitator Tim Outbound Sparrow Hawk. Kemudian ketika di semester gasal tahun 2007 penulis bergabung dalam Tim Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB). Pada semester yang sama penulis juga tergabung dalam Tim Asisten Mata Kuliah Komunikasi Bisnis Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga tergabung dalam Staf Koran Kampus IPB sebagai reporter, pada tahun 2007 hingga 2008.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Allhamdullillahirabbil’alamiin, penulis ucapkan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, kemudahan, kesempatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan seluruh proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Penulis ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya dengan tulus kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendorong penulis untuk menyelesaikan Studi Pustaka ini, khususnya kepada:

1. Ibunda tercinta, dr. Heni Herawati, atas dorongan, doa, restu, kesabaran dan “pelajaran” yang telah diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir Soeryo Adiwibowo, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam berfikir, bimbingan, masukan, saran dan semangat serta pengertiaannya atas kekurangan penulis dalam menyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS, selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi.

4. Ir. Dwi Sadono MS, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan dalam ujian skripsi.

5. Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS, atas bimbingan dan masukannya selama menjadi Pembimbing Akademik penulis.

6. Cinta, Bang Keke, Bang Ninu, atas dorongan, bantuan dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama menulis skripsi dan menuntut ilmu di IPB.


(20)

diberikan agar penulis cepat lulus.

8. Rubyani Indrawan Putri, SP, atas kesabaran dalam membantu, mendorong dan memberikan solusi yang diberikan selama mengerjakan skripsi.

9. Seluruh Kelompok Winarsih, Ibu Win, Bapak Surachmat, atas waktu yang disediakan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti ketika meneliti di lokasi penelitian.

10.Mbak Niken, Mbak Hana, Mbak Rina dan Mbak Rahma, atas bantuan informasi literatur yang diberikan kepada penulis ketika mengerjakan Studi Pustaka dan Skripsi.

11.Teman-teman KPM angkatan 41, Nani, Leo, Arta, Eno, Pangkaw, Tyas, Upie, Gita, Bayu, Munir, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semangat, ilmu, bantuan dan humor yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di IPB.

12.DR Crew Yudi (Nceq), Adi (Bul), Mira, Yunda, Oline, terima kasih untuk

sharing tawa, ilmu, makanan, tempat tinggal dan lainnya selama mengerjakan skripsi dan “mencari” ilmu di IPB.


(21)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur allhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah, hanya karena-Nya lah penulis mendapatkan kemudahan dan ijin untuk menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas ini. Tugas ini sebagai persyaratan kelulusan di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas mengenai pengelolaan sampah berbasis komunitas yang dilakukan oleh warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas. Penulis berusaha mencari tahu mengenai peranan modal sosial yang dimiliki warga, dalam mendorong timbulnya modal ekonomi dan teknologi pengelolaan sampah. Pengaplikasian teknologi pengelolaan sampah oleh masyarakat juga menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, bagi yang membantu pengerjaannya dan bagi peneliti sendiri.

Bogor, Juli 2008


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

PEMIKIRAN 8

2.1 Warga Komunitas 8

2.2 Modal Sosial 8

2.3 Dimensi dan Tiga Pilar Utama Modal Sosial 11

2.4 Modal Ekonomi 15

2.5 Karakteristik Sampah Domestik 15

2.6 Teknologi Pengelolaan Sampah 19

2.7 Kerangka Pemikiran 25

2.8 Hipotesis Pengarah 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27

3.1 Metode Penelitian 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data 29

3.5 Teknik Analisis Data dan Penyajian Data 32 BAB IV PROFIL SOSIAL-EKONOMI DAN EKOLOGI

LOKASI PENELITIAN 34

4.1 Gambaran Umum Wilayah RT 05/ RW 08 Kelurahan

Ciracas 34

4.2 Demografi 35

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi 35

4.4 Kondisi Lingkungan Hidup 38

4.5 Ikhtisar 39

BAB V KELOMPOK WINARSIH 41

5.1 Sejarah Berdirinya 41

5.2 Profil Anggota dan Pengurus 42

5.3 Jenis Kegiatan dan Perkembangannya 44

5.4 Ikhtisar 47

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK

BERBASIS KOMUNITAS 49


(23)

xiv

6.2 Pengelolaan Sampah Domestik 50

6.2.1 Pengelolaan Sampah Organik 53

6.2.2 Pengelolaan Sampah Non-Organik 61

6.2.3 Bank Sampah RT 05/ RW 08 Kelurahan

Ciracas 66

6.2.4 Keberlanjutan Model Pengelolaan Sampah 68

6.3 Modal Sosial 71

6.3.1 Kepercayaan (trust) 71

6.3.2 Solidaritas 75

6.3.3 Kerja Sama 78

6.3.4 Jaring Sosial (Social Networking) 79 6.3.5 Norma-Norma Sosial (Social Norms) 83

6.4 Modal Ekonomi 89

6.4.1 Perolehan Modal 89

6.4.2 Alokasi dan Distribusi Manfaat Ekonomi

Sampah 90

6.5 Ikhtisar 91

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 94

7.1 Kesimpulan 94

7.2 Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 98


(24)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

Tabel 1. Dua unsur Komplemen Modal Sosial 9 Tabel 2. Tingkatan Norma Berdasarkan Sanksi Atas

Pelanggarnya 14

Tabel 3. Perincian Jumlah RT berdasarkan RW di Kelurahan

Ciracas, 2008 34

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Umur, Jenis Kelamin dan

Kewarganegaraan di Kelurahan Ciracas, 2008 36 Tabel 5. Mata Pencaharian Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan

Ciracas dan Jumlahnya, 2008 36

Tabel 6. Jumlah Sarana Kebersihan Menurut Tong Sampah, Gerobak, Petugas Kebersihan dan LPS, per RW di

Kelurahan Ciracas per RW, 2008 39

Tabel 7. Daftar Nama Pengurus Kelompok Kecil di RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dan Jumlah Anggota

Kelompok 43

Tabel 8. Program Pendidikan Lingkungan di RT 05/RW 08

Kelurahan Ciracas Jakarta Timur 46

Lampiran

Tabel 9. Panduan Pertanyaan Berdasarkan Permasalahan

Penelitian 102

Tabel 10. Objek Pengamatan Berdasarkan Aspek Penelitian Yang

Dikaji 105

Tabel 11. Masalah Penelitian, Data Yang diperlukan, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian 106


(25)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

Gambar 1. Penggolongan Sampah Menurut Apriadji (1989) 16

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian 26

Gambar 3. Proses Pengelolaan Sampah Domestik di RT 05/ RW

08 Kelurahan Ciracas 52

Lampiran

Gambar 4. Peta D.K.I. Jakarta. Skala 1:330.000 109 Gambar 5. Peta RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.

Skala 1:12.500 109

Gambar 6. Komposter Aerob Yang Dipakai Apabila Ada Lahan

Untuk Penyerapan 110

Gambar 7. Komposter Aerob Yang Dipakai Apabila Tidak Ada

Lahan Untuk Penyerapan 110

Gambar 8. Foto Lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas 111 Gambar 9. Foto Kerajinan Tangan Dari Daur Ulang Sampah Plastik

Kelompok Winarsih 112

Gambar 10. Foto Sarana Pengomposan di Kelompok Winarsih 113 Gambar 11. Foto Bank Sampah di Kelompok Winarsih 114


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan 102

Lampiran 2. Panduan Pengamatan di Lapangan 105

Lampiran 3. Teknik Pengumpulan data 106

Lampiran 4. Contoh Catatan Harian Peneliti 108 Lampiran 5. Peta Lokasi RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas,

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 109

Lampiran 6. Gambar Media Komposter Aerob 110


(27)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Pada daerah perkotaan, pertambahan penduduk selain dari angka kelahiran tapi ditambah juga oleh angka urbanisasi. Angka pertambahan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 6,6 juta jiwa atau 1,3 persen pertahun. Dengan laju pertumbuhan penduduk berkisar dalam angka tersebut, diprediksikan pada tahun 2015 total penduduk Indonesia berjumlah 270 juta jiwa (Grehenson, 2008). Salah satu dampak pasti dari pertambahan ini antara lain adalah meningkatnya volume sampah.

Berdasarkan data BPS tahun 2002, dari 384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 persen, yang dibakar sebesar 37,6 persen, yang dibuang ke sungai 4,9 persen dan tidak tertangani sebesar 53,3 persen. Hal ini selain disebabkan oleh, pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat, juga disebabkan oleh kendaraan pengangkut yang jumlah dan kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan. Banyaknya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat1.

1

Djajawinata, Dawin T, dan Arianto Wibowo. Penanganan Sampah Perkotaan

Terpadu.www.kkppi.go.id/papbook/Penanganan%20sampah%20perkotaan%20terpadu.pdf.


(28)

Permasalahan sampah ini bisa dilihat dari tiga aspek, pertama adalah aspek teknik, dimana sistem pengelolaan sampah yang terdiri dari penampungan sampah (refusal storage)-pengumpulan sampah (refusal collecrion)-pembuangan sampah (refusal disposal) yang selama ini dilakukan dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah2. Kurangnya sarana dalam proses pengangkutan, serta tata cara penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir yang hanya menggunakan sistem open dumping menjadi masalah dalam pengelolaan sampah dengan sistem ini. Kedua adalah aspek kelembagaan, selama ini permasalahan pengelolaan sampah dianggap sebagai masalah pemerintah kota/daerah dan pihak swasta yang berkepentingan. Masyarakat hanya berperan pasif, yakni hanya membayar iuran sampah. Ketiga adalah masalah keuangan dan manajemen dalam pengelolaan sampah.

Diperlukannya perbaikan dalan sistem pengelolaan sampah adalah untuk menangani permasalahan sampah perkotaan ini, sehingga penanganannya tidak hanya mengumpulkan dan menimbun namun mampu mengelola dan mengurangi sampah secara berkelanjutan (Krisnandar, Dadan. 2007). Salah satu penyelesaian yang paling baik lainnya adalah lewat pendekatan teknososial. Masalah lingkungan tidak mungkin terpecahkan lewat teknologi semata, tapi yang lebih penting adalah pengorganisasian masyarakat. Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menangani masalah lingkungan, itu yang harus dibangkitkan. Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1997, tentang pengelolaan lingkungan hidup bab 3 pasal 5 ayat 1 dijelaskan bahwa “setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”, dan ayat 3 “setiap

2 Ibid.


(29)

3

orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Kemudian pasal 7 ayat 1 “masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup”.

Warga Kelurahan Ciracas RT 05/ RW 08 merupakan salah satu dari sebagian kecil kelompok masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah secara swadaya dan berbasis komunitas. Hal ini didorong oleh kondisi lingkungan Kelurahan Ciracas yang dulunya sangat kumuh dengan jumlah penduduk yang sangat padat dan tidak seimbang dengan luas wilayah. Apabila hujan turun sebagian rumah warga kebanjiran terutama rumah yang berada di sekitar saluran air/got, karena saluran ini tersumbat. Kondisi ini diperparah dengan polusi di tempat pembuangan sampah dan asap hasil pembakarannya 3.

Hal tersebut mendorong warganya untuk melakukan gerakan Lingkungan Bersih, Sehat dan Hijau (LBSH). Hasil dari kegiatan dapat dilihat dari keadaan lingkungan dan warga Kelurahan Ciracas sekarang. Jumlah sampah yang masuk di bank sampah rata-rata 113.4 kg/per bulan terdiri dari sampah organik 75,6 kg/per hari dan sampah non-organik 37,8 kg/per hari. Terletak di bank sampah

tersedia dua komposter, satu komposter menghasilkan 180 kg kompos dalam waktu dua bulan. Sampah anorganik yang keluar dari bank sampah setiap bulan telah menghasilkan berbagai jenis barang kerajinan diantaranya tas, topi, dompet, imitasi kulit durian, dan lain-lain.

3

http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_comprofiler&task=userProfile&user=96diakses


(30)

Usaha Kelompok Winarsih (kelompok bentukan warga Kelurahan Ciracas dalam melakukan kegiatan lingkungan) membuahkan hasil berupa penghargaan dan menang di beberapa lomba bertemakan penyelamatan lingkungan4.

Menurut Bourdieu (1983) dikutip Harmita (2006) modal dapat dibagi menjadi modal ekonomi, sosial dan kultural. Dalam sebuah usaha pengelolaan sampah berbasis masyarakat, modal ekonomi, modal sosial dan teknologi memiliki peranan yang sama penting dalam menunjang pelaksanaannya. Putnam (1993) dikutip Siregar (2004) merinci lebih jauh modal sosial sebagai seperangkat nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang mempermudah masyarakat berkerja sama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.

Pada warga Kelurahan Ciracas, kerja sama dan solidaritas antar warga merupakan salah satu kunci keberhasilan mereka selama ini5. Selain itu saling berbagi informasi antar warga serta ide-ide kreatif dan inovasi-inovasi warganya juga merupakan faktor pendukung yang mendorong mereka. Dalam konteks pembangunan manusia, modal sosial memiliki pengaruh yang sangat menentukan (Rusman, 2008). Suatu komunitas yang memilki modal sosial rendah hampir dapat dipastikan kualitas pembangunan manusianya akan jauh tertinggal. Beberapa dimensi yang sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain kemampuannya untuk menyelesaikan berbagai problem kolektif, mendorong roda perubahan yang cepat di tengah masyarakat memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki nasib secara bersama-sama, memperbaiki mutu kehidupan. Suatu kelompok masyarakat yang memilki modal sosial tinggi akan membuka

4 Ibid. 5


(31)

5

menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dalam masyarakat komunal seperti Indonesia, modal sosial menjadi salah satu alternatif pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Modal sosial memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan, keberhasilan, kebersamaan, toleransi, dan partisipasi sebagai pilar pembangunan masyarakat, pilar demokrasi, dan good governance (Rusman, 2008). Namun dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas, kokohnya modal sosial ditambah modal ekonomi yang baik maka mampu mendukung teknologi yang digunakan dalam pengelolaan sampah.

1.2Perumusan Masalah

Putnam (1993) dan Coleman (1990) dikutip oleh Harmita (2006) menyatakan, bagi masyarakat, kepercayaan adalah aset/modal penting yang dikonseptualisasikan sebagai bagian pusat dari modal sosial. Modal sosial mempunyai tiga pilar utama yaitu: Trust (kepercayaan); Social networking

(jaringan sosial); Social norms (norma sosial). Ketiganya menjadi modal utama yang mendorong modal ekonomi dan teknologi pada warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini, sehingga mereka dapat melakukan pengelolaan sampah domestik berbasis komunitas sesuai dengan aspek sosial dan ekonomi setempat. Kekuatan modal sosial yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini menjadikannya berbeda dengan sebagian besar masyarakat lainnya, dimana warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas mampu melakukan pengelolaan sampah dan penghijauan secara swadaya serta berbasis komunitas. Hal ini menjadi menarik diteliti, oleh karena itu perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(32)

1. Bagaimana peranan modal sosial (kepercayaan, jaringan sosial dan norma-norma sosial) dan modal ekonomi yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas? 2. Apa dan bagaimana warga RT 05/ RW 08 Kampung Ciracas

mengaplikasikan teknologi pengelolaan sampah dengan mempertimbangkan konteks sosial ekonomi setempat?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peranan modal sosial (kepercayaan, jaringan sosial dan norma-norma sosial) dan modal ekonomi yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kampung Ciracas dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas. 2. Menganalisis pengaplikasian teknologi pengelolaan sampah yang dipilih

warga Kampung Ciracas sesuai dengan konteks sosial ekonomi setempat.

1.4Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, terdapat beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan pada berbagai pihak, yaitu:

1. Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan terkait dengan isu-isu pengelolaan sampah berbasis komunitas.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi LSM, Pemerintahan Daerah, Pemerintah tingkat Kota, Kabupaten, dan Kecamatan serta berbagai


(33)

7

lembaga yang berwenang dalam mengambil keputusan terkait dengan pengelolaan sampah.

3. Menambah khasanah pengetahuan tentang peran modal sosial dalam mendukung pengelolaan sampah berbasis komunitas.


(34)

2.1 Warga Komunitas

Komunitas adalah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai territorial (Nasdian, 2003). Istilah masyarakat setempat (community) menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu, di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota, dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto, 1982).

Dasar-dasar dari komunitas adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat tersebut (Soemardjan, 1962 dikutip Nasdian, 2003). Unsur-unsur perasaan semasyarakat tersebut (community sentiment) menurut Nasdian, 2003, antara lain: (1) Seperasaan; (2) Sepenanggungan; (3) Saling memerlukan. Pada suatu komunitas aktivitas anggotanya dicirikan dengan partisipasi dan keterlibatan langsung anggota komunitas dalam kegiatan tersebut (Nasdian, 2003).

2.2 Modal Sosial

Bourdieu (1983) dikutip Harmita (2006) membagi modal menjadi modal ekonomi, sosial dan kultural. Modal sosial direpresentasikan dalam bentuk


(35)

9

keuntungan yang diperoleh dari proses pertukaran pengetahuan dan “kenalan” dalam jaringan.

Istilah modal sosial menurut pustaka sudah dikenal sebelum 1950, tetapi baru 20 tahun yang lalu menjadi perhatian akademisi dan pekerja lapang yang memikirkan dan menangani proyek pengentasan kemiskinan (Tjondronegoro, 2005). Secara umum modal sosial oleh Grootaert dkk. (2002) dikutip Tjondronegoro (2005), didefinisikan: “As the institution, relationship, attitudes, and value contribute to economic and social development”. Tetapi definisi tersebut masih dapat dipecah dua lagi seperti dilakukan oleh N. Uphoff (2000) dikutip Tjondronegoro (2005), yakni:

1. Structural Social Capital: Jaringan, pengelompokan yang strukturnya tampak kasat mata, perkumpulan, lembaga beserta peraturan dan prosedur dapat dipahami.

2. Cognitive Social Capital, lebih subjektif dan nyata, seperti sikap, norma berprilaku, nilai-nilai, kepercayaan dan perlakuan timbal balik (reciprocity).

Uphoff (1999) dikutip Siregar (1994) juga mengemukakan Unsur Komplemen dalam modal sosial berdasarkan cirinya, seperti dalam tabel. 1.

Tabel 1. Dua Unsur Komplemen Modal Sosial dan Cirinya

Ciri Struktural Kognitif

Sumber-sumber dan Manifestasi

- Peran dan aturan

- Jaringan dan hubungan

interpersonal

- Prosedur dan preseden

- Norma-norma

- Nilai-nilai - Sikap-sikap

- Keyakinan

Ranah - Organisasi sosial - Budaya sipil

Faktor-faktor dinamik

- Hubungan vertikal - Hubungan horizontal

- Kepercayaan, Solidaritas

- Kerja sama,

keramahan Elemen-elemen

umum

Harapan-harapan yang mendorong tingkah laku kerja dimana prosedur-prosedur bersifat saling menguntungkan


(36)

Putnam (1993) dikutip Siregar (2004) merinci lebih jauh modal sosial sebagai seperangkat nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang mempermudah masyarakat berkerja sama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Selanjutnya menurut Fedderke et.al. (1999) dikutip Alfiasari (2004) ada beberapa karakteristik dari modal sosial, yaitu:

1. Adanya kewajiban dan harapan. Ini dimaksudkan bahwa dalam modal sosial yang dibangun dari kepercayaan, jaringan dan norma sosial masing-masing individu mempunyai kewajiban dan harapan dalam melakukan tindakan sosialnya.

2. Adanya informasi potensial yang terjalin melalui hubungan sosial yang sifatnya informal yang dapat menyimpan dan menyampaikan informasi. 3. Norma-norma dan sanksi yang efektif.

4. Hubungan kekuasaan.

5. Kesamaan organisasi sosial. Organisasi sosial terbentuk dari tujuan yang spesifik dimana terjadi proses pencapaian tujuan dan di dalamnya terdapat mekanisme organisasi yang cukup luas skalanya dalam usaha pencapaian tujuannya.

6. Kesengajaan dalam membentuk organisasi. Hal ini terkait khususnya pada usaha untuk mengurangi biaya-biaya transaksi sosial.


(37)

11

2.2 Dimensi dan Tiga Pilar Utama Modal Sosial

Modal sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi (integration), yaitu ikatan yang kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya. Kedua adalah pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal. Contohnya adalah jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic associations) yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik dan agama. Ketiga adalah integritas organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (sinergy), yaitu relasi antar pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (Nasdian, 2003).

Putnam (1993) dan Coleman (1990) dikutip oleh Harmita (2006) menyatakan bahwa syarat paling penting dalam modal sosial untuk akumulasi dan demokrasi dalam pekerjaan adalah norma (dalam pertukaran) dan jaringan dalam masyarakat. Bagi masyarakat, kepercayaan adalah aset/modal penting yang dikonseptualisasikan sebagai bagian pusat dari modal sosial. Modal sosial mempunyai tiga pilar utama yaitu :

1. Trust (kepercayaan)

Trust atau kepercayaan bagi sebagian analis sosial disebut sebagai bagian tak terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan yang menjadi “ruh” dari modal sosial (Dharmawan, 2002 dikutip Ariyanti, 2008). Selain itu, menurut Uphoff (2000) dikutip Arianti (2008) dua komponen lagi dalam modal sosial, yaitu


(38)

a. Solidaritas, terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya.

b. Kerjasama, terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri-sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama dan keyakinan bahwa kerjasama akan lebih menguntungkan dan menguntungkan.

Modal sosial mencakup kepercayaan sosial yang mendorong adanya koordinasi dan komunikasi. Koordinasi dan komunikasi yang terjalin ini akan mempengaruhi terhadap tindakan kolektif yang dilakukan dalam rangka mencapai keuntungan kolektif juga. Trust melandasi modal sosial dalam terbangunnya ikatan sosial dalam masyarakat.

2. Social Networking (jaringan sosial)

Jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial yang terpola atau disebut juga pengorganisasian sosial (Calchoun, 1994 dikutip Alfiasari 2004). Jaringan sosial menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang yang saling terkait secara langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial terbangun dari komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran informasi sebagai sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesepakatan bersama dan pengertian bersama.

Jaringan sosial dilihat dengan menggunakan beberapa ukuran berkaitan dengan modal sosial (Stone dan Hughes, 2002 dikutip Alfiasari, 2004), yaitu :


(39)

13

a. Bentuk dan luas (size and extensiveness), misalnya mengenai jumlah hubungan informal yang terdapat dalam sebuah interaksi sosial, jumlah tetangga mengetahui hubungan pribadi seseorang dalam sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja.

b. Kerapatan dan ketertutupan (density and closure), misalnya dengan seberapa besar sesama anggota keluarga saling mengetahui teman-teman dekatnya, diantara teman saling mengetahui satu sama lainnya, masyarakat setempat saling mengetahui satu sama lainnya.

c. Keragaman (diversity), misalnya dari pencampuran budaya dalam wilayah setempat.

3. Social Norms (Norma-norma Sosial)

Modal sosial memiliki bentuk berupa norma-norma dan sanksi-sanksi (Stighlt, 1999 dikutip oleh Siregar, 2004). Norma masyarakat merupakan elemen penting untuk menjaga agar hubungan sosial dalam suatu sistem sosial (masyarakat) dapat terlaksana sesuai dengan yang digarapkan (Soekanto, 1982). Meski norma kadang-kadang juga rapuh, hal itu juga modal sosial. Norma-norma dalam suatu komunitas memberi dukungan dan menyediakan imbalan yang efektif untuk mencapai sesuatu tujuan. Norma memberi rujukan bagi kolektifitas yang membuat seseorang terdorong sendiri dan bertindak dalam kolektifitas itu. Norma dalam hal ini ditegakkan melalui dukungan, status, dan imbalan lainnya, sehingga aktor-aktor bekerja untuk kepentingan umum. Meski demikian norma sosial tidak hanya memberi pengarahan bagi tindakan sosial tertentu, tetapi bisa menghambat yang lainnya (Coleman, 1988 dikutip oleh Siregar, 2004).


(40)

Secara konseptual ada empat tingkatan norma, dari yang terlemah sampai yang terkuat sanksinya, yaitu: cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakukan (mores), dan adat (customs)1.

Tabel 2. Tingkatan Norma Berdasarkan Sanksi Atas Pelanggarnya

Sanksi Tingkatan Norma

Moral Masyarakat

Cara (usage) Tidak pantas Dianggap janggal

Kebiasaan (folkways) Malu Dicela

Tata-kelakuan (mores) Bersalah Dihukum

Adat (Customs) Berdosa Dikeluarkan

SUMBER: Tim Editor Sosiologi Umum Intitut Pertanian Bogor, 2003

Kontrol sosial (social control) terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat2. Suatu sistem kontrol sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan.

Berdasarkan sifatnya kontrol sosial dapat berupa upaya-upaya preventive

atau represive, atau keduanya3. Upaya preventive merupakan pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan, dan usaha represive bertujuan mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Suatu proses kontrol sosial dapat dilaksanakan dengan pelbagai cara, tanpa kekerasan/paksaan (persuasive) ataupun dengan kekerasan/paksaan (coersive).

1

Tim Editor Sosiologi Umum Institut Pertanian Bogor. 2003. Sosiologi Umum. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

2 Ibid. 3


(41)

15

2.3 Modal Ekonomi

Modal atau modal ekonomi dalam dunia ekonomi adalah barang yang memiliki masa pakai dan bisa digunakan sebagai faktor produksi4, contohnya adalah peralatan atau bangunan. Modal ekonomi juga dapat berbentuk uang. Modal ekonomi dalam pengelolaan sampah oleh warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas diperoleh dari iuran-iuran warga yang membutuhkan jasa pengelolaan sampah ataupun sumbangan sarana prasarana pendukung pengelolaan sampah dari warga seperti gerobak sampah, bak sampah dan lain-lain.

2.5 Karakteristik Sampah Domestik

Menurut Hadiwiyoto (1983), bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. Slamet (1996) juga menambahkan, sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Bedasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah terdiri dari sampah yang mudah membusuk (garbage), sampah yang tidak mudah membusuk (refuse), sampah berupa debu, dan sampah yang berbahaya bagi kesehatan (B3). Dibandingkan dengan sampah jenis garbage dan refuse, sampah berbahaya yang tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya mengharuskan penanganan yang ekstra hati-hati. Hal ini dikarenakan, baik secara jumlah, konsentrasi, sifat kimia, fisika

4


(42)

dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas atau menyebabkan penyakit yang non-reversibel ataupun reversibel.

Apriadji (1989), mendefinisikan sampah sebagai zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik sebagai sisa proses industri. Apriadji menggolongkan sampah ke dalam empat kelompok (Gambar 1.), yaitu meliputi:

1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (feces) dan air kencing (urine).

2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumahtangga.

3. Refuse, merupakan bahan sisa proses produksi atau hasil sampingan kegiatan rumahtangga. Refuse inilah yang biasa sehari-hari kita sebut sampah.

4. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa proses industri.

Gambar 1. Penggolongan Sampah Menurut Apriadji (1989) Sampah (waste)

Sewage Refuse Industrial

SUMBER: Apriadji, 1998.

waste

Rubbish Garbage

Tak lapuk Tak mudah lapuk

Tak terbakar Bisa terbakar

Human Excreta


(43)

17

Sampah atau refuse sendiri bisa dikelompokan ke dalam:

1. Sampah lapuk (garbage), contoh sisa sayur, kulit buah dan lain-lain.

2. Sampah tidak lapuk dan sampah tidak mudah lapuk (rubbish) Sampah golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 jenis. Pertama adalah sampah tidak lapuk, yakni sampah yang tidak akan pernah lapuk secara alami, contoh plastik. Golongan kedua adalah sampah tidak mudah lapuk. Sampah tidak mudah lapuk kemudian bisa dibedakan lagi atas sampah tidak mudah lapuk yang bisa terbakar, dan yang tidak bisa terbakar.

Penggolongan sampah lainnya adalah menurut Hadiwiyoto (1983), dimana sampah digolongkan menjadi 7 kelompok berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu:

a. Berdasarkan asalnya sampah digolongkan menjadi sampah dari hasil kegiatan rumahtangga, sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik, sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan dan sampah jalan raya b. Berdasarkan komposisinya sampah dibedakan menjadi sampah

seragam dan sampah campuran.

c. Berdasarkan bentuknya sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair, dan gas.

d. Berdasarkan lokasinya terdapat sampah dibedakan menjadi sampah kota dan sampah daerah.


(44)

e. Berdasarkan proses terjadinya sampah dibedakan menjadi sampah alami dan sampah non-alami.

f. Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah non organik.

g. Berdasarkan jenisnya sampah dibedakan menjadi sampah makanan, sampah kebun, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, sampah kain, sampah kayu, sampah logam, sampah gelas dan keramik, sampah berupa abu dan debu.

Berdasarkan data tahun 1999/2000, untuk kota Jakarta komposisi sampah terbagi menjadi: (a) sampah organik (73,92%); (b) kertas (10,18%); (c) kayu (0,98%); (d) tekstil (1,57%); (e) karet dan kulit sintetis (0,55%); (f) plastik (7,86%); (g) besi (2,04%); (h) kaca (1,75%); (i) baterai (0,29) dan lainnya (0,36%), dengan produksi sebesar 25.824 m3/hari. Dari total produksi sampah tersebut hanya sekitar 21.876 m3/hari (84,68%) yang dapat dibawa ke pembuangan akhir, sisanya tidak terbawa dan tersebar dimana-mana. Penggolongan sampah belum banyak diketahui khalayak umum. Masyarakat biasanya hanya membedakan sampah menjadi sampah organik dan anorganik saja. Hal ini menghambat usaha untuk melakukan pemilahan sampah di tingkat domestik. Padahal proses ini merupakan awalan dari usaha pengelolaan sampah domestik yang baik.

Secara kualitas dan kuantitas sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor penting (Slamet, 1996) yaitu: (1) Jumlah penduduk, dimana jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk, (2) Keadaan sosial ekonomi, dimana meningkatnya daya beli masyarakat berarti meningkatkan potensi sampah, (3)


(45)

19

Kemajuan teknologi, penemuan sebuah teknologi dapat mengurangi atau menambah jumlah sampah.

2.6 Teknologi Pengelolaan Sampah

Hadiwiyoto (1989) menyebut bahwa penanganan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan dapat ditimbulkan. Penanganan ini dilakukan oleh manusia secara sengaja.

Manajemen pengelolaan sampah di kota besar seperti Jakarta masih berorientasi pada bagaimana membuat kota yang bersih dengan cara membersihkan produksi sampah sebesar 25.824 m3/hari. Kebijakan yang dilakukan Pemkot hanya mengatur bagaimana memindahkan sampah dari bak sampah sementara ke TPA, dimana hal ini bergantung pada banyaknya truk, gerobak dan petugas kebersihan. Tidak ada kebijakan dari pemerintah yang bersifat mensosialisasikan pemilahan sampah apalagi mengurangi volume sampah. Kalaupun ada hanya dengan melakukan pembakaran, inipun tidak dapat mengurangi jumlah timbunan sampah secara signifikan. Jumlah dan kapasitas TPA juga menjadi tumpuan pemerintah dalam menangani pertambahan volume sampah. Padahal selama ini pembukaan TPA baru justru sering kalau menimbulkan masalah, terutama yang sering terjadi adalah konflik dengan warga sekitar TPA baru yang akan dibuka. Selain itu, sering kali adanya sarana dan prasarana sampah menjadikan masyarakat terlalu bergantung, sehingga ketika tidak ada tempat membuang sampah, masyarakat akan membuang sembarang atau


(46)

ketika truk transport sampah tidak mengambil sampah, maka sampah akan menumpuk di TPS.

Menurut beberapa ahli, penimbunan sampah yang biasa dilakukan di TPS atau TPA dalam beberapa waktu ke depan sudah tidak lagi relevan. Hal ini dikarenakan lahan kota yang sempit ditambah dengan pertambahan penduduk yang pesat. Solusi dari masalah tersebut adalah penanganan yang mampu mengolah sampah kembali.

Menurut Apriadji (1980), dalam menangani sampah, banyak cara yang dapat dilakukan, seperti berikut:

1. Penimbunan tanah (land fill), sampah yang terkumpul dari rumah tangga dan pasar dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah, kemudian diratakan dan dipadatkan hingga ketinggian yang diinginkan. Cara ini yang masih dominan dilakukan di kota-kota Indonesia.

2. Penimbunan tanah secara sehat (sanitary land fill), sampah diperlakukan seperti cara land fill, namun setelah mencapai ketinggian yang diinginkan, permukaan atasnya segera ditimbun tanah minimal setebal 60 cm. Dibandingkan dengan teknik land fill, teknik ini dapat mengurangi dampak dari timbunan sampah seperti bau tak sedap.

3. Pembakaran sampah (incineration), teknik ini memerlukan pengawasan lebih, agar sampah yang dibakar tidak bersisa dan minim asap.

4. Penghancuran (pulverisation), sampah dihancurleburkan menjadi potongan kecil sehingga lebih ringkas dan dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah serta dibuang ke laut tanpa menimbulkan pencemaran.


(47)

21

5. Pengomposan (composting), sampah kelompok rubbish disisihkan dan

garbage dihancurleburkan sampai lumat agar proses pembusukan sampah (decomposition) oleh mikroorganisme berlangsung baik, ditimbun secara teratur dalam hamparan hingga membusuk sempurna, dikeringkan, kemudian digiling dan siap digunakan.

6. Makanan ternak (hogfeeding) memanfaatkan garbage. 7. Pemanfaatan ulang (recycling), untuk jenis sampah rubbish.

8. Pembuatan briket arang sampah dengan memanfaatkan sampah jenis

rubbish.

Departemen Kehutanan (2007) juga mengemukakan bahwa terdapat berbagai cara dalam mengelola sampah, yakni dengan:

a. Pencegahan dan pengurangan sampah dari sumbernya. Pada tahap ini dilakukan pemilahan sampah dan pembuatan tempat sampah khusus organik dan anorganik.

b. Pemanfaatan kembali, yaitu; (1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dari kegiatan

composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70 persen, dapat direduksi hingga mencapai 25 persen, (2) pemanfaatan sampah anorganik, dengan cara dijual langsung seperti botol plastik atau diolah terlebih dahulu menjadi kerajinan seperti ukiran kayu.


(48)

c. Tempat pembuangan Sampah akhir

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan jumlahnya mencapai ± 10 persen, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah, mengurangi luas lahan yang dibutuhkan tempat untuk lokasi TPS.

Solusi serupa dikemukakan oleh Krinandar, Dadan (2007), yakni diperlukan penyelesaian masalah yang dilakukan secara sistematik dan terintegrasi dalam menangani masalah sampah di Indonesia, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Dalam hal ini kita tidak hanya berpangku tangan pada pemerintah. Beberapa langkah yang bisa diambil adalah: (1) Mengurangi timbunan sampah dengan konsep 3 R (reduce/mengurangi jumlah sampah,

reuse/menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan, recycle/mendaur ulang sampah agar bisa dimanfaatkan kembali); (2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha; (3) Peningkatan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah seperti regionalisasi pengelolaan sampah khususnya kota-kota besar; (4) Pengembangan teknologi baru dan tepat guna yang masih terjangkau oleh masyarakat dan dunia usaha; (5) Perbaikan struktur kelembagaan dan peningkatan profesionalisme pengelola sampah; (6) Peningkatan kampanye hidup bersih dan sehat.

Berkaitan dengan langkah pertama di atas, diperlukan upaya dalam mengelola sampah agar tidak lagi menjadi sampah. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang konsep 3 R tersebut. Hal ini diperlukan agar masyarakat dilibatkan dalam penanganan sampah dimulai dari sampah yang berasal dari rumah tangga mereka sendiri. Pembangunan berwawasan lingkungan harus


(49)

23

dilakukan dengan peran serta semua pihak. Keharusan berperan serta dari asas lingkungan hidup sebagai milik bersama (common property), yang berarti bahwa pemeliharaannya bukan hanya pemanfaatannya saja harus dilaksanakan bersama.

Peningkatan peran masyarakat dalam menangani sampah menurut Djajadiningrat (1997), dapat dilaksanakan melalui jalur sektor formal dan informal. Pada sektor formal peran serta masyarakat tidak terlampau sulit. Peran serta masyarakat pada jalur formal dapat berbentuk;

1. Penyediaan sarana: Institusi pemerintah dan swasta dapat diikutsertakan dalam penyediaan sarana, seperti tempat sampah dan lainnya.

2. Pemilahan limbah rumah tangga: Limbah dipisah berdasarkan kelompoknya.

3. Gerakan masyarakat peduli lingkungan: Melakukan berbagai gerakan peduli lingkungan seperti gerakan konsumen hijau, kerja bakti membersihkan lingkungan dan lainnya.

4. Gerakan lingkungan melalui RT/RW: Pengembangan upaya kebersihan lingkungan yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat.

5. Sistem insentif untuk gerakan kebersihan: Agar gairah berpartisipasi meningkat perlu dikembangkan insentif. Pemerintah dapat bekerja sama dengan ORMAS (KADIN, Asosiasi, Lembaga Masyarakat peduli lingkungan, dan Karang Taruna) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perkotaan

Sama seperti Krisnandar, Nezar (2007) juga mengajukan pendekatan 3R dalam menangani sampah dengan konsep zero waste, yang artinya sampah dikurangi hingga jumlah yang seminimal mungkin. Konsep ini juga menuntut


(50)

adanya peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah. Inti dari zero waste yang diajukan adalah pertama memisahkan limbah sampah organik dengan yang non-organik. Kemudian sampah organik diproses menjadi kompos, sedangkan yang non-organik dijadikan bahan daur ulang, misalnya plastik, kaleng, dan kertas. Sisanya dibakar di instalasi pembakaran menggunakan incinerator kemudian dibuang ke landfill. Dengan cara ini mampu mereduksi sampah menjadi 3,6 persen. Jika dari 100 ton sampah perkotaan diduga 80 persen sampah organik maka bisa dijadikan bahan baku kompos sekitar 20 ton. Sisanya 20 persen non-organik bisa didaur ulang menghasilkan 1 ton produk dan sisa proses 6 ton. Kemudian sisanya tersebut diolah menggunakan incinerator hingga tinggal 3,6 ton.

Proyek ini juga membutuhkan pendekatan non-teknologi, misal aspek sosial dan budaya. Masalah sumberdaya, sangat sulit mencari tenaga kerja yang mau berurusan dengan sampah. Pendekatan budaya juga diperlukan, agar masyarakat menjadi disiplin terhadap sikap membuang sampah. Dukungan dari pemerintah berupa kebijakan juga diperlukan, salah satunya harus mendukung pemasaran hasil produksi kompos, yakni dengan merubah kebijakan pupuk nasional agar tidak berorientasi pada pupuk kimia (Nezar, 2007).

Pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R yang dilakukan berbasis komunitas ini selain dapat mereduksi sampah sebanyak 3,6 persen, juga dapat mengurangi biaya transportasi truk sampah yang biasa digunakan untuk mengangkut sampah, mengurangi biaya perawatan dan kegiatan di TPA, dan mengurangi biaya penggunaan pupuk kimia dan menambah pendapatan jika mampu menjual pupuk organik yang dibuat. Namun yang perlu diperhatikan, dari


(51)

25

semua metode yang telah disebutkan di atas takkan tercapai jika tidak adanya upaya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga itu sendiri. Kegiatan pemilahan sampah ini merupakan dasar dalam melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Secara umum sampah di tingkat rumahtangga dipisahkan menjadi dua kelompok, sampah organik dan non-organik. Dewasa ini upaya pemilahan hanya dilakukan oleh pemulung, namun sampah yang dipisahkan sesuai keperluan pemulung itu sendiri.

2.7 Kerangka Pemikiran

Pengelolaan sampah berbasis komunitas merupakan sinergi antara modal sosial (social capital), modal ekonomi (economy capital) dan teknologi pengelolaan sampah. Sinergi yang baik antara ketiganya dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Ketiga faktor tersebut pada dasarnya dimiliki oleh setiap warga komunitas, namun dengan tingkat kesinergisan yang berbeda. Modal sosial memiliki tiga pilar utama, yakni: (1) Kepercayaan (trust); (2) Norma-norma Sosial (social norms); (3) Jaringan sosial (social network). Modal ekonomi dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas dapat berupa iuran uang atau alat-alat dan infrastruktur pengelolaan sampah yang dimiliki warga. Hubungan antara ketiganya seperti yang tergambar pada gambar 2.


(52)

2.8 Hipotesis Pengarah

Modal sosial (Kepercayaan, jaringan sosial dan norma-norma sosial) yang dimiliki warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas merupakan faktor penghela atau pendorong timbulnya modal ekonomi dan teknologi pengelolaan sampah pilihan masyarakat setempat.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan:

Warga Komunitas

Teknologi pengelolaan sampah

Economy capital

(Modal ekonomi)

Pengelolaan sampah berbasis komunitas

Social capital

(Modal sosial)

Social network

(Jaringan sosial)

Trust

(kepercayaan)

Social norms

(norma sosial)

Sinergi Mendukung


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi yang digunakan adalah studi kasus, yang berusaha mengekplorasi untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman serta pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan penafsiran peneliti. Strategi studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental, karena peneliti ingin mendalami dan memahami mengenai suatu kasus khusus, dalam hal ini adalah pengelolaan sampah domestik berbasis komunitas yang dilakukan warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data berupa data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Tailor dan Bogdan, 1984 dikutip Sitorus, 1998). Data kualitatif dapat dipilah kedalam tiga kategori yaitu (Patton, 1990 dikutip Sitorus, 1998)

a.) Hasil pengamatan: uraian (deskripsi rinci mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi, dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan;


(54)

b.) Hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang tentang pengalaman, sikap, keyakinan, pandangan/ pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara mendalam;dan

c.) Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen, surat-menyurat, rekaman dan kasus histories (sejarah)

Namun, penelitian ini juga dilengkapi dengan data-data kuantitatif dengan tujuan memberikan gambaran secara kuantitatif mengenai modal sosial dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Lokasi penelitian ini dipilih dengan cara browsing di internet kemudian dilakukan studi penjajagan, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas sudah melakukan pengelolaan sampah secara swadaya. (2) Warga RT 05/ RW 08 Ciracas telah mendapatkan pelatihan dan penyuluhan di bidang pengelolaan sampah dan penghijauan. (3) Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas mendapatkan banyak penghargaan di bidang lingkungan seperti pada tahun 2004 kelompok ini dianugerahi penghargaan Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan, kemudian dari tahun 2003-2005 wilayah ini terpilih sebagai juara pertama Lomba RT, tingkat Kelurahan, Kecamatan Ciracas dan Provinsi Jakarta Timur dalam bidang kebersihan dan keindahan lingkungan. Tidak sampai disitu, warga RT ini juga berhasil meraih juara I Lomba Jakarta Green and Clean tahun 2007.


(55)

29

Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2008 untuk melakukan penjajagan dan pengumpulan data. Penelitian kemudian dilanjutkan hingga bulan Juni 2008 untuk pengolahan data dan pembuatan draft skripsi

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, maka pengumpulan data di lapang dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interviewing) kepada informan sebagai instrumen utama dan pengamatan (observation) terhadap kegiatan yang dilakukan warga dalam program pengolahan sampah sebagai instrumen pendukung, dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan panduan pengamatan (lihat lampiran 1 dan lampiran 2).

Pemilihan subjek penelitian lebih kepada keterwakilan aspek permasalahan bukan populasi. Subjek penelitian dipilih secara purposif dengan jumlah yang bergantung pada sumbangan pemahaman oleh subjek penelitian terhadap objek penelitian. Hal ini disebabkan peneliti ingin menggambarkan fakta mengenai peranan modal sosial pada kelompok masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Subjek penelitian ini adalah pengurus Kelompok Winarsih dan kelompok kecil di RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas. Informan merupakan individu yang memberikan informasi mengenai pihak lain dan lingkungannya berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari dua data kualitatif, yakni:


(56)

1. Hasil wawancara mendalam: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang tentang pengalaman. Wawancara dilakukan kepada informan secara individu dan kelompok, di rumah warga atau di tempat aktivitas pengolahan sampah (bank sampah, lokasi komposter dan tempat menjahit kerajinan tangan daur ulang). Informan terdiri dari, pejabat pemerintahan daerah terkait dan pihak pengelola yang terdiri dari kader dan stafnya, pilihan informan diperoleh menggunakan teknik bola salju, untuk informan kunci dipilih Ibu Winarsih selaku istri Ketua RT 05/RW 08, ketua Kelompok Winarsih dan

entrepreneur lingkungan dari PT. Unilever. Kemudian diperoleh informan-informan lainnya dari referensi informan kunci. Hasilnya diperoleh informan sebanyak 11 orang termasuk Ibu Winarsih sendiri, yakni: Bapak Srchmt, Bapak Sksn, Ibu Mrtnm, Ibu Nng, Ibu En, Ibu Lksmtn, Ibu Mjt, Ibu Pr, Bapak Krd dan Bapak Mfl.

2. Hasil pengamatan terbatas: uraian (deskripsi) rinci mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi, dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan di berbagai tempat, yakni: 1) Rumah Ibu Winarsih, sebagai pusat kegiatan daur ulang sampah. 2) Komposter tiap kelompok. 3) Bank sampah. kepada anggota kelompok kecil atau warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas. Subjek dari pengamatan yang dilakukan adalah warga atau anggota kelompok kecil Winarsih yang melakukan tugasnya dalam pengelolaan sampah. Subjek pengamatan dipilih satu orang dari tiap


(57)

31

kelompok kecil yang berjumlah sepuluh, sehingga diperoleh sepuluh individu sebagai subjek pengamatan.

Dari hasil pengamatan berperan serta terbatas dan wawancara tersebut maka diperoleh catatan harian. Catatan harian atau catatan lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada metode-metode pengumpulan data kualitatif (Contoh catatan kaki dapat dilihat pada lampiran 3). Catatan harian berisi data kualitatif hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, dalam bentuk uraian rinci maupun kutipan langsung (Sitorus, 1998). Catatan harian ditulis di lembar pedoman wawancara, beserta dengan pertanyaan perkembangan yang diajukan kepada informan.

Peneliti juga melakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan Kelurahan Ciracas dan data kependudukan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas untuk mengetahui gambaran umum di daerah penelitian, seperti keadaan lokasi (topografi), karakteristik masyarakat, sarana dan prasarana dan monografi. Data sekunder juga didapat dari artikel-artikel dan situs-situs di internet.

Peneliti juga melakukan penelaahan pada literatur lain seperti buku teks yang berisi rujukan teori dan hasil penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian seperti artikel–artikel pengelolaan sampah berbasis komunitas dan pengolahan sampah terpadu, yang berasal dari internet. Teknik-teknik tersebut merupakan pengembangan teknik yang dilakukan di lapangan.


(58)

3.4 Teknik Analisis Data dan Penyajian Data

Data-data yang didapat dari pengumpulan data yang dilakukan kemudian direduksi dimana reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tujuan melakukan reduksi data oleh peneliti, yakni: 1) Menajamkan data yang kurang jelas, dengan melihat ke sumber data yang lain; 2) Menggolongkan data sesuai dengan kebutuhan data dalam menjawab perumusan masalah (lihat lampiran 4); 3) Mengarahkan data kepada perumusan masalah, serta bab dan sub-bab pada pembahasan; 4) Membuang data yang tidak perlu. 5) Mengorganisasikan data sedemikian rupa sesuai dengan perumusan masalah dan bab serta sub-bab di bagian pembahasan sehingga kesimpulan akhir dapat dibangun sesuai dengan perumusan masalah. Pereduksian data disesuaikan dengan kebutuhan data dalam menjawab perumusan masalah (lihat lampiran 4).

Data tersebut kemudian dipetakan atau ditipologikan berdasarkan golongan-golongan tertentu. Kemudian disajikan dalam bab-bab serta sub-bab pada bagian pembahasan berupa teks naratif dan deskriptif yang menghubungkan antara modal sosial dan pengolahan sampah berbasis komunitas. Setelah penyajian data, dilakukan proses penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Penarikan kesimpulan terhadap sejumlah informasi dilakukan perlahan-lahan bersamaan dengan penyajian data. Selama proses ini berlangsung pengujian keabsahan data dengan memverifikasi keberadaan data tersebut.

Setelah itu peneliti menganalisis data sekunder yang di dapat berdasarkan dari data laporan kependudukan RT dan laporan bulanan Kelurahan Ciracas untuk


(59)

33

bulan Februari 2008. Data sekunder juga diperoleh dari Website PT. Unilever dan


(60)

LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas

RT 05/ RW 08 merupakan salah satu dari 12 RT di RW 08 Kelurahan Ciracas (Peta lokasi penelitian dapat dilihat di lampiran 5) . Wilayah Kelurahan Ciracas terdiri dari 10 RW dan 136 RT dengan perincian dalam tabel 3.

Tabel 3. Jumlah RT Berdasarkan RW di Kelurahan Ciracas, 2008

No Rukun Warga Jumlah RT No Rukun Warga Jumlah RT

1 01 12 6 01 12

2 02 13 7 02 16

3 03 15 8 03 12

4 04 16 9 04 15

5 05 9 10 05 15

SUMBER: Laporan Bulan Februari 2008 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur

Luas wilayah RT ini diperkirakan sekitar 8000 m2. Sebagian besar peruntukan tanah di RT ini digunakan untuk pemukiman penduduk dan sebagian kecil untuk fasilitas umum (lihat lampiran 1. Peta Lokasi RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur).

RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas bertempat di Gang Reformasi yang merupakan percabangan dari Gang Rukem yang berada di pinggir Jalan Ciracas Raya. Aksesibilitas RT 05/ RW 08 tergolong baik. Pertama karena letaknya yang strategis, yakni di pinggir Jalan Ciracas Raya yang dilalui angkutan perkotaan nomor 14 merah. RW 08 Kelurahan Ciracas juga tepat di samping Jalan Bogor Raya, yang merupakan Jalan Negara yang menghubungkan Kota Bogor, Depok dan Jakarta. Jalan ini dilalui banyak angkutan


(61)

35

umum, dari mini bus sampai angkutan perkotaan. Kedua, RT 05/ RW 08 relatif dekat dengan fasilitas umum penting, seperti: (1) Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Pasar Rebo, (2) Terminal Kampung Rambutan, (3) Kepolisian Sektor Ciracas, (4) Pasar Jaya Ciracas, (5) Pemadam Kebakaran Pusdiklat.

4.2 Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Ciracas Jakarta Timur sampai Bulan Februari 2008 adalah 42.000 jiwa, terdiri dari 21.138 laki-laki (50,33%) dan 20.862 perempuan (49,67%). Jumlah penduduk RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas sendiri, sampai dengan Bulan Februari 2008 adalah 416 jiwa, dimana terdiri dari 78 kepala keluarga tetap dan 48 kepala keluarga yang tidak tetap, total 126 Kepala Keluarga. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 220 laki-laki (52,88 %) dan 196 perempuan (47,12 %). Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat di Tabel 4.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Mayoritas warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas berpendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama. Hanya 15 orang yang lulus D3/S1. Mayoritas mata pencaharian warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas adalah wiraswasta dan buruh kasar. Informasi lebih lanjut mengenai mata pencaharian warga RT 05/ RW 08 dapat dilihat pada tabel 5.


(62)

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Umur, Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan di Kelurahan Ciracas, 2008.

Persentase No Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 1.378 1.364 1.752 1.762 1.817 1.851 1.847 1.740 1.482 1.649 1.472 1.040 853 852 211 68 1.343 1.587 1.678 1.816 1.728 1.848 1.872 1.800 1.816 1.488 1.120 1.009 726 730 163 48 2.721 2.951 3.430 3.578 3.545 3.699 3.719 3.540 3.298 3.137 2.592 2.139 1.579 1.582 374 116 50,63 46,22 51,08 49,25 51,25 50,04 49,66 49,15 44,94 52,57 56,79 48,62 54,02 53,85 56,42 58,62 49,36 53,78 48,92 50,7 48,74 49,96 50,34 50,85 55,06 47,43 43,20 47,17 45,98 46,14 43,58 41,38 6,48 7,03 8,17 8,52 8,44 8,8 8,85 8,43 7,85 7,47 6,17 5,09 3,76 3,77 0,89 0,27

Jumlah 21.138 20.862 42.000 50,33 49,67 100

SUMBER: Laporan Bulan Februari 2008 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Tabel 5. Mata Pencaharian Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dan Jumlahnya, 2008.

Mata Pencaharian Jumlah

PNS 10 Swasta 74

Buruh Kasar 86

TNI/Polri 2 Wiraswasta 95 Pedagang 24 Total 291 SUMBER : Data Tidak Diterbitkan, Buku Data kependudukan RT 05/ RW 08 Kampung Ciracas Bulan


(63)

37

Mayoritas warga RT 05/ RW 08 beragama Islam, hanya tiga kepala keluarga yang beragama Katolik. Terkait dengan agama, kelembagaan sosial keagamaan yang terdapat di RT 05/ RW 08 adalah pengajian ibu-ibu dan pengajian bapak-bapak, masing-masing diadakan setiap 2 minggu sekali dan sebulan sekali pada sore atau malam hari. Kelembagaan sosial lainnya yang ada di RT 05/ RW 08 adalah lembaga arisan. Sama seperti pengajian, arisan yang dilakukan warga RT 05/ RW 08 juga terdiri dari arisan bapak-bapak dan ibu-ibu yang diadakannya setiap sebulan sekali.

Bangunan fisik yang terdapat di RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas meliputi: 1. Mushala yang bernama Mushala Al-Iqhlas. Mushala ini menjadi tempat warga

yang beragama Islam melakukan ibadahnya, juga sebagai tempat dilangsungkannya kegiatan pengajian warga.

2. Balai pertemuan Winarsih (Saung Winarsih), sebagai tempat sosialisasi, pelatihan, menjamu tamu dan lain-lain.

3. Bank sampah Kelompok Winarsih, di bank sampah ini semua sampah domestik yang berasal dari rumah warga dikumpulkan, baik itu organik maupun non-organik, untuk kemudian diolah sesuai dengan jenisnya.

4. Tempat industri daur ulang sampah non-organik, lokasinya di rumah Ibu RT, dimana warga melakukan pengolahan sampah anorganik jenis plastik, untuk kemudian dijahit menjadi kerajinan tangan seperti tas atau payung.

5. Tempat pembibitan tanaman yang bertempat di halaman depan rumah Ketua RW 08 Kelurahan Ciracas dan bank sampah, tempat ini adalah tempat warga melakukan pembibitan tanaman baik hias maupun tanaman lainnya. Hasilnya tanaman ini disalurkan kepada warga atau ke daerah lain yang membutuhkan.


(64)

4.4 Kondisi Lingkungan Hidup

RT 05/ RW 08 dilalui oleh dua selokan yang cukup besar sehingga jika terjadi hujan besar atau air kiriman, akan terjadi banjir yang ketinggiannya hingga lutut atau betis orang dewasa. Hal ini dikarenakan dua selokan yang ada tersumbat oleh sampah yang dibuang sembarangan oleh warga. Setelah warga melakukan kerja bakti membersihkan sampah yang menyumbat dan tidak membuang sampah lagi ke selokan, besar kemungkinan bajir tidak terjadi lagi.

Jalan di lingkungan RT 05/ RW 08 Ciracas hanya berupa jalan sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Sebagian dari ruas jalan ini sudah diaspal dan selebihnya masih menggunakan semen. Jalan ini dilalui semua warga ketika beraktivitas. Jalan ini merupakan urat nadi kegiatan para warga RT 05 dan juga para pedagang keliling

Suhu di wilayah RT 05/ RW 08 kelurahan Ciracas cukup sejuk. Hal ini dikarenakan letak rumah yang berdekatan sehingga menghalangi sinar matahari. Warga RT 05/ RW 08 juga rajin menanam tanaman di halamannya, sepanjang jalan dan menggantung tanaman di jalan depan rumah mereka. Tanaman ini menambah kesejukan suasana di RT 05/ RW 08.

Sampah yang terdapat di RT 05/ RW 08 mayoritas berasal dari rumahtangga atau sampah domestik, sisanya merupakan sampah sisa daur ulang. Sampah yang ada tergolong sebagai limbah padat domestik, yakni bahan sisa proses produksi atau hasil sampingan kegiatan rumahtangga. Sampah tersebut dipisahkan lagi menjadi tidak mudah lapuk, seperti sampah plastik kemasan atau botol minuman dan sampah mudah lapuk seperti sisa sayuran atau daun-daun yang gugur.


(65)

39

Pemerintah Daerah Kelurahan Ciracas juga menyediakan sarana dan prasarana kebersihan untuk tiap RW di wilayahnya. Sarana kebersihan antara lain dalam bentuk tong sampah, gerobak, petugas kebersihan dan lahan pembuangan sampah. Perincian Jumlah sarana kebersihan di Kelurahan Ciracas dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Sarana Kebersihan Menurut Tong Sampah, Gerobak, Petugas Kebersihan dan LPS, per RW di Kelurahan Ciracas per RW, 2008.

RW Jumlah Tong

Sampah

Jumlah Gerobak Jumlah Petugas Kebersihan Jumlah LPS 01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 15 10 15 20 8 17 21 10 14 10 2 2 1 2 2 3 2 1 3 2 2 4 - 4 4 4 4 2 2 - 1 - 1 1 2 1 - 1 - -

Total 140 20 26 7

Keterangan:

LPS = Lahan Pembuangan Sampah

SUMBER: Laporan Bulan Februari 2008 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur

4.5 Iktisar

RT 05/ RW 08 merupakan salah satu dari 12 RT di RW 08 Kelurahan Ciracas dengan luas wilayah 8000 m2. Jumlah penduduk RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas sampai dengan Februari 2008 adalah 416 jiwa dimana terdiri dari 78 kepala keluarga tetap dan 48 kepala Keluarga yang tidak tetap, total 126 kepala keluarga. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 220 laki-laki (52,88 %) dan 196 perempuan (47,12 %). Penduduk RT 05/ RW


(66)

08 Kelurahan Ciracas bermata pencaharian sebagai pedagang, pekerja swasta, buruh kasar, wiraswasta, dan pedagang. Mayoritas penduduk beragama Islam.

RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas termasuk pemukiman padat penduduk. Jalan di lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas hanya berupa jalan sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor. RT ini dilalui dua selokan yang cukup besar yang menyebabkan daerah ini rentan akan bahaya banjir jika musim hujan. Mayoritas jenis sampah adalah sampah rumah tangga, atau sampah domestik.


(67)

BAB V

KELOMPOK WINARSIH

5.1 Sejarah Berdirinya

Kondisi lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas dulunya sangat kumuh dengan jumlah penduduk yang sangat padat dan tidak seimbang dengan luas wilayah. Apabila hujan turun sebagian rumah warga kebanjiran terutama rumah yang berada di sekitar saluran air. Melihat kondisi tersebut, Bapak Sk sebagai Ketua RT mencanangkan program pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan di tingkat RT. Bapak Sk (44 tahun), mengungkapkan awal ide program:

“Pada awal saya menjabat sebagai ketua RT, hal pertama yang saya ajukan sebagai program kerja adalah membangun masjid di wilayah RT 05/ RW 08, meng-aspal jalan di wilayah RT 05/RW 08 dan melakukan program pengelolaan sampah dan penghijauan . “

Pada waktu itu sampah belum dikelola. Tanah kosong milik warga masih menjadi alternatif pembuangan. Polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran sampah sangat menganggu warga. Tahun 2003 lahan tersebut diubah menjadi saung dan taman untuk balai pertemuan warga. Baru pada tahun 2006 Kelompok Winarsih dibentuk oleh warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas.

Awalnya warga melakukan pengomposan sederhana, beserta pengelolaan sampah non-organik, yakni plastik kemasan. Program penghijauan dilakukan dengan mewajibkan setiap rumah untuk mempunyai tiga pot tanaman di pekarangan masing-masing. Sejak itu warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas mulai melakukan gerakan Lingkungan Bersih, Sehat dan Hijau (LBSH).


(1)

Lampiran 5. Peta Lokasi RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan

Ciracas Jakarta Timur

Gambar 4. Peta D.K.I. Jakarta. Skala 1:330.000

Gambar 5. Peta RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur. Skala

1:12.500


(2)

Lampiran 6. Gambar Media Komposter Aerob

uk

Gambar 6. Komposter Aerob Yang Dipakai Apabila Ada Lahan Unt

Penyerapan

Gambar 7. Komposter Aerob Yang Dipakai Apabila Tidak Ada Lahan

Untuk Penyerapan

Tetutup Paralon Lobang Utama Kain kasa/strimin Bak penyerapan Bolong

Pasir + koral

Tertutup Paralon Lubang udara Kain Pintu panen Lubang air Pasir + koral

Bak penyerapan Kran air keluar


(3)

Lampiran 7. Foto Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di RT 05/ RW 08

Kelurahan Ciracas Jakarta Timur.

Gambar 8. Foto Lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas

Rumah tempat kerajinan tangan daur ulang Penujuk arah ke bank sampah

Balai Pertemuan Kelompok Winarsih Gerbang masuk RT 05/ RW 08


(4)

Gambar 9. Foto Kerajinan Tangan Dari Daur Ulang Sampah Plastik di

Kelompok Winarsih

Tempat penyimpanan produk Proses penjahitan panel

Hasil penjahitan panel Sampah plastik yang sudah dicuci dan dipotong


(5)

Gambar 10. Foto Sarana Pengomposan di Kelompok Winarsih

Kaleng sebagai tempat sampah sementara Komposter dan kaleng tempat sampah

Tempat Sampah Tempat Sampah Sementara


(6)

Gambar 10. Foto Bank Sampah di Kelompok Winarsih

Bank Sampah Pembibitan di Bank Sampah

Kompos yang sadah jadi di bank sampah Barel pembuatan cairan EM

Komposter di bank sampah Pemilahan dan penyimpanan sampah di bank sampah