Kajian Morfologi Saluran Pernafasan Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG
WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN
KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU

REZA HELMI SYAFIRDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
REZA HELMI SYAFIRDI. Kajian Morfologi Saluran Pernafasan Burung Walet
Linchi (Collocalia linchi) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru.
Penelitian. Dibawah bimbingan SAVITRI NOVELINA dan HERU
SETIJANTO.
Burung Walet Linchi termasuk Ordo Apodiformes, Famili Apodidae,
Genus Collocalia. Di Indonesia ada beberapa jenis spesies yaitu : Collocalia
fuciphaga (Walet Sarang Putih), Collocalia maxima (Walet Sarang Hitam),
Collocalia gigas (Walet Besar), Collocalia vanicoresis (Walet Sarang Lumut),
Collocalia brevistrosis (Walet Gunung), Collocalia esculenta (Walet Esculenta),

dan Collocalia linchi (sriti atau Walet Linchi). Spesies walet umumnya dibedakan
berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu dan bahan yang dipakai untuk membuat
sarang (Chantler and Driessens, 1995).
Lima ekor Burung Walet Linchi digunakan dalam penelitian ini guna
mempelajari gambaran morfologi saluran pernapasan baik secara makroskopis
maupun mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan untuk mengamati
posisi dan struktur dari saluran pernapasan sedangkan pengamatan mikroskopis
dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan histokimia yaitu pewarnaan
hematoksilin eosin (HE) untuk mengetahui gambaran struktur umum dan
pewarnaan alcian blue (AB pH 2,5) dan periodic acid Schiff (PAS) untuk
mengetahui distribusi penyebaran gugus karbohidrat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa trakea dari Burung Walet Linchi bercabang menjadi bronki
primer kiri dan kanan. Trakea terdiri atas sekitar 55 buah cincin tulang rawan
hialin tertutup dengan panjang rata-rata 2,0 cm dan diameter rata-rata 0,16 cm.
Trakea dan bronki primer dilapisi epitel silindris banyak baris bersilia dengan selsel goblet dan kelenjar mukus. Sel epitel bronki sekunder, mengalami modifikasi
dari epitel silindris banyak baris bersilia menjadi epitel silindris sebaris bersilia.
Sel goblet berdistribusi sampai bronki sekunder dengan jumlah sel yang semakin
berkurang. Ditemukan atrium dan air capillary pada bronki tersier yang fungsinya
mirip dengan alveol pada paru-paru mamalia. Sedangkan dengan pewarnaan
alcian blue (AB) dan periodic acid Schiff (PAS), kandungan karbohidrat asam dan

netral pada mukus hanya terdapat pada trakea, bronki primer dan bronki sekunder.
Kata kunci: Collocalia linchi, trakea, paru-paru

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG
WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN
KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU

REZA HELMI SYAFIRDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Halaman Pengesahan

Judul Penelitian

: Kajian Morfologi Saluran Pernafasan
Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) dengan
Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru

Nama Mahasiswa

: Reza Helmi Syafirdi

Nomor Pokok

: B04103127

Disetujui,

Drh. Savitri Novelina, M.Si

Dr. Drh. H. Heru Setijanto


Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Drh. I Wayan T. Wibawan, MS.
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Skripsi ini berjudul ”Kajian Morfologi Saluran Pernafasan
Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea
dan Paru-paru” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini penulis dedikasikan kepada ibunda tercinta, Netty Trenggonowati, atas
segala perjuangan dan pengorbanan beliau dalam merawat, membesarkan, dan

mendidik penulis selama ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Drh. Savitri Novelina, M.Si dan Dr. Drh. H. Heru Setijanto selaku dosen
pembimbing atas segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang telah
diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Koeswinarning Sigit, MS. selaku dosen penguji dan penilai atas
segala bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Dr. Drh. Sri Murtini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
4. Ayah, Ibu, dan seluruh anggota keluarga di Ciputat atas dorongan, doa, kasih
sayang dan dukungannya selama penulis menyelesaikan studi di Bogor.
5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Anatomi, Histologi dan Embriologi
FKH IPB atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian ini.
6. Deasy Hutami Putri yang telah mendampingi, memperhatikan, dan memberi
semangat penulis selama belajar di FKH dan menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
7. Rekan-rekan sepenelitian atas bantuan dan kebersamaannya dalam penelitian

ini.

8. Teman-teman penghuni De Jejaka (Qozief, Kbo, Brian, Laksana dan Wangsit)
serta rekan-rekan FKH angkatan 40 (Gymnolaemata) atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan.
Maka dari itu, dengan keikhlasan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi bagi penulis. Pada akhirnya penulis berharap skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan, tentu saja, bagi
dunia kedokteran hewan Indonesia.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu meridhoi langkah kita semua dan
menjadikan skripsi ini bermanfaat semaksimal mungkin.

Bogor, Agustus 2007

Reza Helmi Syafirdi

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 29 Agustus 1985 sebagai anak kedua dari

tiga bersaudara pasangan bapak Oksjafirdy Amry dan ibu Netty Trenggonowati.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar selama 6 tahun di Madrasah Pembangunan
Ibtidaiyah IAIN Jakarta dan lulus tahun 1997. Pendidikan SMP ditempuh di SLTP
Negeri 68 Jakarta dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU
Negeri 34 Jakarta dan diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2003.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis
pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB masa jabatan
2004/2005 dan pengurus Himpunan Profesi (Himpro) Satwa Liar masa jabatan
2005/2006. Penulis juga aktif menjadi anggota di berbagai organisasi di Fakultas
Kedokteran Hewan, antara lain Himpro Ornithologi dan Unggas, dan Himpro
Hewan Kesayangan dan Akuatik.

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
Manfaat ..................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Biologi Burung Walet Linchi .................................................................... 3
Taksonomi dan Morfologi .................................................................. 3
Distribusi ............................................................................................. 4
Struktur Umum Organ Pernafasan Unggas ............................................... 5
Trakea .................................................................................................. 5
Siring ................................................................................................... 6
Bronki................................................................................................... 7
Parabronki atau Bronki Tersier ........................................................... 7
Paru-paru ............................................................................................. 8
Kantung Udara .................................................................................... 8
METODOLOGI .............................................................................................. 10
Waktu dan Tempat .................................................................................... 10
Bahan dan Alat .......................................................................................... 10
Metode Kerja ............................................................................................. 10

Pengamatan Makroskopis ................................................................... 10
Pengamatan Mikroskopis .................................................................... 12
Pengamatan Substansi Mukus ............................................................. 13
HASIL .............................................................................................................. 15
Pengamatan Makroskopis ......................................................................... 15
Makroskopis Trakea ............................................................................ 15

Makroskopis Paru-paru ....................................................................... 16
Kantung Udara .................................................................................... 17
Pengamatan Mikroskopis .......................................................................... 17
Mikroskopis Trakea ............................................................................ 17
Mikroskopis Siring .............................................................................. 18
Mikroskopis Bronki ............................................................................. 19
Mikroskopis Parabronki atau Bronki Tersier....................................... 21
Pengamatan Substansi Mukus ................................................................... 23
PEMBAHASAN ............................................................................................. 26
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 35


DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data ukuran panjang, diameter dan jumlah cincin trakea Burung Walet
Linchi .......................................................................................................... 16
2 Perbedaan struktur jaringan saluran pernafasan Burung Walet Linchi ....... 21
3 Sebaran karbohidrat pada saluran pernafasan Burung Walet Linchi ........ 23

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG
WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN
KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU

REZA HELMI SYAFIRDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
REZA HELMI SYAFIRDI. Kajian Morfologi Saluran Pernafasan Burung Walet

Linchi (Collocalia linchi) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru.
Penelitian. Dibawah bimbingan SAVITRI NOVELINA dan HERU
SETIJANTO.
Burung Walet Linchi termasuk Ordo Apodiformes, Famili Apodidae,
Genus Collocalia. Di Indonesia ada beberapa jenis spesies yaitu : Collocalia
fuciphaga (Walet Sarang Putih), Collocalia maxima (Walet Sarang Hitam),
Collocalia gigas (Walet Besar), Collocalia vanicoresis (Walet Sarang Lumut),
Collocalia brevistrosis (Walet Gunung), Collocalia esculenta (Walet Esculenta),
dan Collocalia linchi (sriti atau Walet Linchi). Spesies walet umumnya dibedakan
berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu dan bahan yang dipakai untuk membuat
sarang (Chantler and Driessens, 1995).
Lima ekor Burung Walet Linchi digunakan dalam penelitian ini guna
mempelajari gambaran morfologi saluran pernapasan baik secara makroskopis
maupun mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan untuk mengamati
posisi dan struktur dari saluran pernapasan sedangkan pengamatan mikroskopis
dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan histokimia yaitu pewarnaan
hematoksilin eosin (HE) untuk mengetahui gambaran struktur umum dan
pewarnaan alcian blue (AB pH 2,5) dan periodic acid Schiff (PAS) untuk
mengetahui distribusi penyebaran gugus karbohidrat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa trakea dari Burung Walet Linchi bercabang menjadi bronki
primer kiri dan kanan. Trakea terdiri atas sekitar 55 buah cincin tulang rawan
hialin tertutup dengan panjang rata-rata 2,0 cm dan diameter rata-rata 0,16 cm.
Trakea dan bronki primer dilapisi epitel silindris banyak baris bersilia dengan selsel goblet dan kelenjar mukus. Sel epitel bronki sekunder, mengalami modifikasi
dari epitel silindris banyak baris bersilia menjadi epitel silindris sebaris bersilia.
Sel goblet berdistribusi sampai bronki sekunder dengan jumlah sel yang semakin
berkurang. Ditemukan atrium dan air capillary pada bronki tersier yang fungsinya
mirip dengan alveol pada paru-paru mamalia. Sedangkan dengan pewarnaan
alcian blue (AB) dan periodic acid Schiff (PAS), kandungan karbohidrat asam dan
netral pada mukus hanya terdapat pada trakea, bronki primer dan bronki sekunder.
Kata kunci: Collocalia linchi, trakea, paru-paru

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG
WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN
KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU

REZA HELMI SYAFIRDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Halaman Pengesahan
Judul Penelitian

: Kajian Morfologi Saluran Pernafasan
Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) dengan
Tinjauan Khusus pada Trakea dan Paru-paru

Nama Mahasiswa

: Reza Helmi Syafirdi

Nomor Pokok

: B04103127

Disetujui,

Drh. Savitri Novelina, M.Si

Dr. Drh. H. Heru Setijanto

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Drh. I Wayan T. Wibawan, MS.
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Skripsi ini berjudul ”Kajian Morfologi Saluran Pernafasan
Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) dengan Tinjauan Khusus pada Trakea
dan Paru-paru” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini penulis dedikasikan kepada ibunda tercinta, Netty Trenggonowati, atas
segala perjuangan dan pengorbanan beliau dalam merawat, membesarkan, dan
mendidik penulis selama ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Drh. Savitri Novelina, M.Si dan Dr. Drh. H. Heru Setijanto selaku dosen
pembimbing atas segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang telah
diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Koeswinarning Sigit, MS. selaku dosen penguji dan penilai atas
segala bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Dr. Drh. Sri Murtini, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
4. Ayah, Ibu, dan seluruh anggota keluarga di Ciputat atas dorongan, doa, kasih
sayang dan dukungannya selama penulis menyelesaikan studi di Bogor.
5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Anatomi, Histologi dan Embriologi
FKH IPB atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian ini.
6. Deasy Hutami Putri yang telah mendampingi, memperhatikan, dan memberi
semangat penulis selama belajar di FKH dan menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
7. Rekan-rekan sepenelitian atas bantuan dan kebersamaannya dalam penelitian
ini.

8. Teman-teman penghuni De Jejaka (Qozief, Kbo, Brian, Laksana dan Wangsit)
serta rekan-rekan FKH angkatan 40 (Gymnolaemata) atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan.
Maka dari itu, dengan keikhlasan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi bagi penulis. Pada akhirnya penulis berharap skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan, tentu saja, bagi
dunia kedokteran hewan Indonesia.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu meridhoi langkah kita semua dan
menjadikan skripsi ini bermanfaat semaksimal mungkin.

Bogor, Agustus 2007

Reza Helmi Syafirdi

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 29 Agustus 1985 sebagai anak kedua dari
tiga bersaudara pasangan bapak Oksjafirdy Amry dan ibu Netty Trenggonowati.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar selama 6 tahun di Madrasah Pembangunan
Ibtidaiyah IAIN Jakarta dan lulus tahun 1997. Pendidikan SMP ditempuh di SLTP
Negeri 68 Jakarta dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU
Negeri 34 Jakarta dan diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2003.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis
pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB masa jabatan
2004/2005 dan pengurus Himpunan Profesi (Himpro) Satwa Liar masa jabatan
2005/2006. Penulis juga aktif menjadi anggota di berbagai organisasi di Fakultas
Kedokteran Hewan, antara lain Himpro Ornithologi dan Unggas, dan Himpro
Hewan Kesayangan dan Akuatik.

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
Manfaat ..................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Biologi Burung Walet Linchi .................................................................... 3
Taksonomi dan Morfologi .................................................................. 3
Distribusi ............................................................................................. 4
Struktur Umum Organ Pernafasan Unggas ............................................... 5
Trakea .................................................................................................. 5
Siring ................................................................................................... 6
Bronki................................................................................................... 7
Parabronki atau Bronki Tersier ........................................................... 7
Paru-paru ............................................................................................. 8
Kantung Udara .................................................................................... 8
METODOLOGI .............................................................................................. 10
Waktu dan Tempat .................................................................................... 10
Bahan dan Alat .......................................................................................... 10
Metode Kerja ............................................................................................. 10
Pengamatan Makroskopis ................................................................... 10
Pengamatan Mikroskopis .................................................................... 12
Pengamatan Substansi Mukus ............................................................. 13
HASIL .............................................................................................................. 15
Pengamatan Makroskopis ......................................................................... 15
Makroskopis Trakea ............................................................................ 15

Makroskopis Paru-paru ....................................................................... 16
Kantung Udara .................................................................................... 17
Pengamatan Mikroskopis .......................................................................... 17
Mikroskopis Trakea ............................................................................ 17
Mikroskopis Siring .............................................................................. 18
Mikroskopis Bronki ............................................................................. 19
Mikroskopis Parabronki atau Bronki Tersier....................................... 21
Pengamatan Substansi Mukus ................................................................... 23
PEMBAHASAN ............................................................................................. 26
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 35

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data ukuran panjang, diameter dan jumlah cincin trakea Burung Walet
Linchi .......................................................................................................... 16
2 Perbedaan struktur jaringan saluran pernafasan Burung Walet Linchi ....... 21
3 Sebaran karbohidrat pada saluran pernafasan Burung Walet Linchi ........ 23

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Burung Walet Linchi .................................................................................. 4
2 Peta distribusi penyebaran Burung Walet Linchi di Indonesia .................. 4
3 Skema organ saluran pernafasan unggas .................................................... 5
4 Skema saluran pernafasan dan kantung udara unggas tampak ventral ...... 9
5 Cara pengukuran trakea dan paru-paru ...................................................... 12
6 Gambaran makroskopis saluran pernafasan Burung Walet Linchi ............ 15
7 Gambaran makroskopis paru-paru Burung Walet Linchi ........................... 17
8 Gambaran mikroskopis trakea Burung Walet Linchi.................................. 18
9 Gambaran mikroskopis siring Burung Walet Linchi .................................. 19
10 Gambaran mikroskopis paru-paru Burung Walet Linchi ............................ 20
11 Gambaran mikroskopis bronki sekunder, bronki tersier, dan air
capillary Burung Walet Linchi.................................................................... 22
12 Gambaran mikroskopis substansi mukus trakea dan pessulus Burung
Walet Linchi dengan pewarnaan AB dan PAS ........................................... 24
13 Gambaran mikroskopis substansi mukus bronki primer dan sekunder
Burung Walet Linchi dengan pewarnaan AB dan PAS .............................. 25
14 Gambaran mikroskopis substansi mukus bronki tersier Burung Walet
Linchi dengan pewarnaan AB dan PAS ...................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
15 Pembuatan preparat histologi ...................................................................... 35
16 Prosedur pewarnaan hematoksilin eosin (HE) ............................................ 36
17 Prosedur pewarnaan alcian blue (AB)......................................................... 37
18 Prosedur pewarnaan periodic acid Schiff (PAS)......................................... 38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki keragaman
flora dan fauna yang tinggi. Sudah sepantasnya keragaman tersebut mendapat
perhatian khusus, baik sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan maupun dalam
upaya pelestarian. Salah satu fauna yang sangat berpotensi di Indonesia adalah
Burung Walet Linchi (Collocalia linchi) atau Sriti. Burung Walet Linchi pada
awalnya dikenal masyarakat sebagai burung pemancing dan induk angkat bagi
anakan Burung Walet Sarang Putih, namun belakangan ini sarang Burung Walet
Linchi mulai dikonsumsi. Ada beberapa spesies walet yang sarangnya dapat
dikonsumsi yaitu Walet Esculenta (Collocalia esculenta), Walet Sarang Putih
(Collocalia fuciphaga), dan Walet Linchi (Collocalia linchi). Walet Sarang Putih
menghasilkan sarang yang seluruhnya terbuat dari saliva sedangkan Walet Linchi
dan Esculenta menghasilkan sarang yang merupakan campuran saliva dengan
bahan lain seperti daun pinus, ranting atau ijuk. Sebelum dijual, saliva dan
material penyusun sarang lainnya dipisahkan. Dibandingkan dengan sarang Walet
Sarang Putih memang sarang Walet Linchi lebih murah harganya, karena
kandungan sarang Walet Linchi yang masih bercampur antara saliva dengan
bahan lain. Namun ketiga jenis burung tersebut mempunyai aktivitas fisiologis
serta bentuk morfologis yang hampir sama.
Burung Walet Linchi termasuk Ordo Apodiformes, Famili Apodidae,
Genus Collocalia. Di Indonesia ada beberapa jenis spesies yaitu : Collocalia
fuciphaga (Walet Sarang Putih), Collocalia maxima (Walet Sarang Hitam),
Collocalia gigas (Walet Besar), Collocalia vanicoresis (Walet Sarang Lumut),
Collocalia brevistrosis (Walet Gunung), Collocalia esculenta (Walet Esculenta),
dan Collocalia linchi (Sriti atau Walet Linchi). Spesies walet umumnya dibedakan
berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu dan bahan yang dipakai untuk membuat
sarang (Chantler and Driessens, 1995).
Burung Walet Linchi adalah foraging flight, yaitu jenis burung yang
menangkap pakan pada saat terbang. Aktivitas harian Burung Walet Linchi
dilakukan sambil terbang termasuk mencari makan dan kopulasi. Dengan
demikian, organ-organ tubuh burung disusun sangat efisien dan seringan mungkin

untuk mendukung aktivitas hariannya. Tubuhnya didesain sebagai penerbang yang
sangat efisien dan mampu terbang secara terus menerus pada saat mereka berada
di luar gua atau rumah walet. Burung Walet Linchi umumnya terbang dengan
lincah dan cepat dengan kecepatan dapat mencapai 160 km/jam. Sebagian besar
waktunya digunakan untuk terbang, baik untuk mencari makan bahkan sampai
kawin. Ketika memangsa, burung ini dengan penglihatannya yang sangat tajam
dapat memburu mangsa hingga tertangkap. Dengan aktivitas terbang hampir
sepanjang hari maka menarik untuk diteliti saluran pernafasan Burung Walet
Linchi.
Burung Walet Linchi termasuk jenis burung yang produktif dan sebagai
salah satu sumber komoditi potensial dimana sarangnya dapat dikonsumsi
manusia dan bernilai ekonomi, namun Burung Walet Linchi dirasakan masih
kurang diminati dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian ilmiah oleh kalangan
ilmuwan atau peneliti, terutama untuk studi morfologi organ-organ dalam
tubuhnya. Penelitian-penelitian yang sudah dilaporkan lebih banyak mengenai
pembudidayaan dan pengolahan sarang Burung Walet ataupun Sriti (Mulyadi
1997; Sumiati 1998). Namun, penelitian mengenai stuktur morfologi organ dalam
Burung Walet Linchi belum pernah dilaporkan termasuk saluran pernafasannya.
Oleh karena itu, struktur morfologi saluran pernafasan Burung Walet Linchi
dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari gambaran morfologi organorgan saluran pernafasan Burung Walet Linchi baik secara makroskopis maupun
mikroskopis.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
aspek morfologi dan fisiologi dari saluran pernafasan Burung Walet Linchi dan
dapat dijadikan sebagai sumber data tambahan untuk budidaya Burung Walet
Linchi.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Burung Walet banyak tersebar diseluruh dunia, dan setiap lokasi atau
daerah memiliki spesies yang berbeda-beda. Hubungan kekerabatan Walet Linchi
tersebut dapat dibuat urutan taksonominya. Menurut Welty (1982), Chantler dan
Driessens (1995) posisi Burung Walet Linchi dalam taksonomi adalah :
kelas

: Aves

subkelas

: Neornithes

superordo

: Apodimorphae

ordo

: Apodiformes

famili

: Apodidae

subfamili

: Apodinae

genus

: Collocalia

spesies

: Collocalia linchi
Burung Walet Linchi termasuk burung berukuran sangat kecil, dengan

panjang badan 9,41 cm dan bentangan sayap 9,63 cm. Burung ini mempunyai
sayap berbentuk bulan sabit, memanjang dan meruncing serta ekornya pendek
persegi tidak bercabang dan bagian tarsus berwarna hitam. Burung ini umumnya
terbang dengan ketinggian yang rendah namun dengan kecepatan yang cukup
tinggi. Hal ini disebabkan karena pakan yang berupa serangga yang tidak dapat
terbang tinggi. Burung ini menghabiskan sebagian besar waktunya di angkasa atau
terbang. Kegiatan mencari makan bahkan bereproduksi pun dilakukan ketika
burung ini sedang terbang. Oleh karena itu, burung ini mempunyai organ-organ
pernafasan yang cukup unik dan khas untuk mendukung kegiatan burung tersebut.

Gambar 1 Burung Walet Linchi tampak ventral.
Distribusi
Genus Collocalia banyak tersebar di seluruh dunia, dan pada setiap lokasi
atau daerah memiliki spesies yang berbeda-beda. Burung Walet Linchi merupakan
spesies endemik untuk dataran Sunda, dan tersebar di Pulau Jawa dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya seperti Madura, Bawean, Kangean, Bali, dan Lombok, serta di
beberapa daerah di Sumatera bagian selatan dan utara.

: Ditemukan adanya
Burung Walet Linchi
Gambar 2

? : Belum ada

: Tidak ditemukan

laporan

Peta distribusi penyebaran Burung Walet Linchi di Indonesia.
(sumber: Chantler & Driessens 1995)

Struktur Umum Organ Pernafasan Unggas
Organ pernafasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh untuk proses metabolisme.
Secara umum, organ pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
penyalur dan bagian pertukaran udara. Pada unggas, bagian penyalur terdiri atas
hidung, faring, siring, trakea, bronki primer dan bronki sekunder. Sedangkan
bagian pertukaran gas terdiri atas atrium dan air capillary (Plopper dan Adams
1993; Junqueira et al. 1997). Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur
jalannya udara, menghangatkan dan melembabkan udara serta menyingkirkan
benda-benda asing yang masuk (Plopper dan Adams 1993; Bergman et al. 1996).
Unggas memiliki organ pernafasan tambahan yang khas dan tidak dimiliki oleh
hewan lain, yaitu kantung udara.

Gambar 3 Skema organ pernafasan unggas. (sumber: http://users.rcn.com/
jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/V/VertebrateLungs.html )
1. Trakea
Morfologi trakea unggas mirip dengan trakea mamalia. Trakea unggas
merupakan saluran yang fleksibel yang terdiri atas suatu tabung panjang yang
tidak dapat mengempis karena mempunyai tulang rawan berbentuk bulat yang
diselimuti otot-otot polos (Plopper dan Adams 1993; O’Malley 2005). Susunan
tulang rawan trakea berfungsi untuk mempertahankan bentuk trakea pada saat
paru-paru mengembang (Guyton 1994; Junqueira et al. 1997). Otot-otot polos

yang memanjang secara transversal dan menempel pada permukaan eksternal
bagian lateral dari cincin tulang rawan disebut sebagai muskulus trakealis. Epitel
trakea terdiri atas epitel silindris banyak baris bersilia dimana terdapat sel goblet
yang berfungsi menghasilkan mukus yang berperan dalam melembabkan dan
membersihkan udara dengan mengikat partikel-partikel asing yang kemudian
didorong menuju faring dengan aktivitas silia (Junqueira et al. 1997).
Trakea pada burung memiliki ukuran 2.7 kali lebih panjang dan 1.29 kali
lebih luas jika dibandingkan dengan panjang dan luas dari trakea mamalia.
Namun, tracheal dead space volume menjadi sekitar 4.5 kali lebih besar.
Sehingga burung beradaptasi dengan pernafasan tidal yang lebih besar dan
frekuensi pernafasannya menjadi lebih rendah sekitar sepertiga dari pernafasan
mamalia (Ludders 2001).
2. Siring
Siring merupakan pembagi trakea yang membelah menjadi dua cabang
utama dari bronki (Getty 1975; King dan McLelland 1975). Siring pada burung
berfungsi sebagai kotak suara seperti hal halnya pita suara pada manusia. Struktur
dari siring unggas bervariasi antar spesies, tetapi pada umumnya terdiri atas satu
atau lebih selaput seperti gendang telinga yang ada pada manusia. Prinsip
kerjanya pun tidak jauh berbeda, selaput akan bergetar ketika dilewati oleh udara.
Dengan mengubah ketegangan dari selaput tersebut, udara yang lewat akan
berubah menjadi bunyi atau suara. Tidak hanya selaput ini saja yang berperan
dalam proses keluarnya suara atau bunyi, trakea dan rongga buccopharyngeal
serta pergerakan dari lidah pun ikut berperan serta (King dan McLelland 1975).
Selain sebagai sarana komunikasi, bunyi atau suara pada burung
mempunyai fungsi yang sangat penting pada proses reproduksi. Karena pada
musim kawin, burung mengeluarkan suara yang khas dan indah untuk menarik
perhatian pasangannya. Suara atau bunyi dapat berfungsi juga dalam penetapan
wilayah kekuasaan.

3. Bronki
Bronki merupakan cabang utama dari trakea. Bronki unggas terdiri atas
bronki primer, sekunder, dan tersier. Bronki primer merupakan percabangan dari
trakea sebelum masuk ke dalam paru-paru sedangkan bronki sekunder merupakan
lanjutan dari bronki primer yang terdapat di dalam paru-paru. Mukosa bronki
unggas terdiri atas epitel silindris banyak baris bersilia, dengan sel goblet
diantaranya dan dibawahnya terdapat lamina propia yang tipis (Plopper dan
Adams 1993; Ross et al. 1995; Bergman et al. 1996; Junqueira et al. 1997). Tipe
sel-sel yang ditemukan pada bronkus hewan terdiri atas sel basal, sel goblet, sel
bersilia, sel sikat, sel Clara dan sel neuroendrokrin (Plopper dan Adams 1993).
Sedangkan pada hewan unggas hanya terdiri atas sel bersilia dan sel goblet. Sel
goblet berfungsi menghasilkan mukus yang berperan dalam melembabkan dan
membersihkan udara dengan mengikat partikel-partikel asing yang kemudian
didorong menuju faring dengan aktivitas silia (Spence dan Manson 1987). Sel
sikat atau sel silindris memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan
mempunyai ujung saraf aferen pada permukaan basalnya sehingga dipandang
sebagai reseptor sensoris. Sel basal (pendek) merupakan sel bulat kecil yang
terletak di atas lamina basal tetapi tidak meluas sampai permukaan lumen dari
epitel. Sel basal diduga merupakan sel-sel generatif yang mengalami mitosis dan
kemudian berkembang menjadi sel lain. Sel Clara merupakan sel yang tidak
memiliki silia, pada bagian apikalnya terdapat kelenjar sekretorik dan diketahui
mensekresikan glikosaminoglikan yang mungkin berfungsi untuk melindungi
lapisan bronkus dan bronkiolus (Junqueira et al. 1997).
4. Parabronki atau Bronki Tersier
Parabronki atau bronki tersier merupakan cabang terkecil dalam saluran
pernafasan burung. Ditemukan atrium dan air capillary pada parabronki yang
fungsinya sama dengan alveol pada paru-paru mamalia. Atrium dan air capillary
berhubungan atau beranastomose dengan pembuluh darah kapiler paru-paru
sehingga proses pertukaran gas secara difusi dapat terjadi (Welty dan Baptista
1988). Parabronki memiliki diameter sekitar 0.5 - 2.0 mm (Maina 1989), namun
ukurannya dapat berbeda-beda pada tiap spesies burung. Epitel parabronki berupa

epitel kubus sebaris. Parabronki tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar
dalam mukosanya seperti halnya bronki.
5. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang ringan, lunak, berongga, dan elastis.
Paru-paru yang sehat selalu mengandung udara, terapung dalam air dan
mengalami krepitasi bila diremas (O’Rahilly dan Gardner 1995). Paru-paru dapat
terapung di air dikarenakan adanya udara. Atrium dan air capillary merupakan
unit terkecil yang terdapat pada sistem pernafasan unggas. Namun atrium dan air
capillary mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai tempat terjadinya
pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida.
Makrofag alveolar atau sel debu merupakan komponen penting dalam
mekanisme pertahanan paru-paru. Makrofag berasal dari sumsum tulang yang
akan memfagositosis bakteri dan partikel kecil yang diinhalasi (Guyton 1994).
Paru-paru burung berukuran sangat kecil jika dilihat dari proporsi ukuran
tubuhnya. Perbandingan proporsi paru-paru burung hanya separuh dari ukuran
paru-paru mamalia jika dibandingkan dengan proporsi tubuhnya masing-masing.
Paru-paru burung terletak pada bagian ruang dada sedangkan paru-paru
mamalia terletak pada rongga dada. Hal ini disebabkan tidak adanya diafragma
yang membagi ruang dada dan ruang perut pada burung, hanya dipisahkan dengan
lapisan tipis. Paru-paru unggas atau burung memiliki volume yang konstan tidak
seperti halnya paru-paru mamalia dimana volumenya dapat berubah-ubah sesuai
keadaan. Namun unggas memiliki organ pernafasan khusus yang volumenya
dapat berubah-ubah sesuai kondisi, yaitu kantung udara.
6. Kantung udara
Kantung udara merupakan organ pernafasan tambahan yang hanya
dimiliki oleh unggas. Kantung udara hanya berupa kantung tipis yang diselaputi
kelenjar mukus dan kelenjar serous pada bagian luarnya. Kantung udara memiliki
fungsi sebagai kantung penyimpanan udara atau oksigen bukan sebagai tempat
terjadinya pertukaran gas.
Ketika unggas sedang terbang maka paru-paru memperoleh oksigen
melalui kantung-kantung udara tersebut yang terlebih dahulu telah diisi ketika

unggas sedang tidak terbang atau istirahat. Sehingga memungkinkan unggas dapat
terbang jauh tanpa harus mengambil oksigen ketika sedang terbang.
Kantung-kantung udara pada burung berjumlah sembilan buah kantung
yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian anterior dan
posterior. Bagian anterior terdiri atas sepasang kantung pada cervical dan anterior
thoracic serta satu buah kantung pada interclavicular. Sedangkan bagian posterior
terdiri atas sepasang kantung pada posterior thoracic dan abdominal (Powell
2000). Kantung-kantung udara tersebut dinamakan berdasarkan posisi kantung
udara dalam tubuh Burung. Kantung udara interclavicular dapat berhubungan
dengan os humerus atau sayap burung karena adanya pneumatic humerus.
Sedangkan menurut Getty (1975), jumlah kantung udara pada unggas ada 11 buah
kantung. Kantung-kantung itu terdiri atas sepasang kantung udara pada bagian
cervical, axillary, anterior thoracic, posterior thoracic, abdominal dan sebuah
kantung pada clavicular.

Gambar 4 Skema saluran pernafasan dan kantung udara unggas tampak ventral.
(sumber: http://www.vet.murdoch.edu.au/Anatomy/avian/ fig3.1.GIF)

METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2006 - Juni 2007, di
Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi,
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor
Bahan dan Alat Penelitian
Alat–alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah jaring penangkap,
stoples anaesthesi, jangka sorong, alat bedah, glass objek atau kaca objek, cover
glass atau kaca penutup, kotak preparat, mikroskop, label kertas, botol alkohol,
botol zat pewarna, cetakan atau wadah untuk parafinasi, mikrotom rotasi, balok
kayu kecil, perlengkapan labotarium histologi, mikroskop tali kasur, jangka
sorong, penggaris dan peralatan fotografi.
Hewan coba yang digunakan yaitu Burung Sriti atau Walet Linchi
(Collocalia linchi) sebanyak lima ekor yang terdiri atas burung jantan sebanyak
dua ekor dan burung betina sebanyak tiga ekor. Burung Sriti atau Walet Linchi
diperoleh dengan cara menangkap di sekitar kampus IPB Dramaga dengan
menggunakan jaring penangkap. Bahan kimia yang digunakan yaitu kloroform,
larutan pengawet paraformaldehid 4%, alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, 100%,
xylol, paraffin p.a. (56-580C), aquadest, larutan resin (Entelan®, Merck), zat
pewarna yaitu hematoksilin dan eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid
Schiff (PAS).
Metode Penelitian
7. Pengamatan Makroskopis
Burung Sriti atau Walet Linchi dibunuh dengan cara burung terlebih
dahulu dianaestesi per inhalasi dengan menggunakan kloroform di dalam stoples
anaestesi. Setelah burung terbius, difiksir pada papan fiksasi dan dilakukan
pengamatan makroskopis. Ruang dada burung dibuka dengan membuat sayatan
pada bagian medio ventral tubuh dan memotong beberapa tulang costae.

Pengamatan, pengukuran dan pemotretan secara makroskopis pun dilakukan
dengan teliti.
Pengamatan makroskopis mencakup pengamatan posisi organ-organ
dalam tubuh, pengamatan bentuk dan pengukuran panjang trakea dan paru-paru.
Pengamatan posisi organ dalam tubuh dilakukan untuk melihat posisi trakea dan
paru-paru terhadap organ-organ lain di dalam ruang dada, dan selanjutnya
pemotretan. Pengamatan kantung udara dilakukan dengan peniupan udara melalui
sedotan ke dalam ruang tubuh. Kantung-kantung udara akan mengembang ketika
udara masuk ke dalam ruang tubuh.
Setelah dilakukan pengamatan organ-organ dalam, dilakukan pengambilan
organ-organ dalam dari saluran pernafasan yang akan diteliti. Organ-organ yang
akan diteliti adalah organ-organ pernafasan yaitu trakea, bronki dan paru-paru.
Organ atau sampel yang telah diambil, dicuci dengan larutan NaCl fisiologis dan
difiksasi ke dalam larutan pengawet paraformaldehid 4% selama 72 jam atau 3
hari dengan tujuan agar organ tersebut tetap awet dan tidak membusuk.
Pengamatan bentuk dan pengukuran organ dilakukan setelah proses
pengawetan dalam paraformaldehid 4%. Panjang trakea diukur dan jumlah cincin
trakea dihitung mulai dari perbatasan antara laring dan trakea sampai dengan batas
percabangan bronki. Diameter trakea diukur pada pertengahan panjang trakea. Hal
yang sama dilakukan pada bronki, panjang bronki dihitung setelah percabangan
sampai dengan batas paru-paru. Semua pengukuran tersebut dapat dilihat jelas
pada gambar 5. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong,
benang kasur dan penggaris.

Gambar 5 Cara pengukuran trakea (A) dan paru-paru (B). a. panjang trakea, b.
diameter trakea, c. panjang paru-paru, dan d. lebar dan ketebalan
paru-paru.

8. Pengamatan Mikroskopis
Untuk pengamatan mikroskopis, sampel dari organ-organ yang akan
diteliti diproses terlebih dahulu. Urutan proses tersebut dimulai dari dehidrasi
dimana sampel direndam ke dalam alkohol bertingkat. Proses dehidrasi ini
bertujuan untuk mengeringkan organ dengan prinsip kerja perbedaan tekanan
antara bagian dalam dan luar organ. Dilanjutkan dengan embedding dalam blok
parafin. Kemudian sampel ditempel pada blok kayu, sampel siap untuk dipotong.
Pemotongan sampel dilakukan secara serial dengan ketebalan lima millimikron
menggunakan mikrotom.
Pewarnaan dapat dilakukan setelah potongan sampel dilekatkan pada kaca
objek bebas lemak dan diinkubasi semalam terlebih dahulu di dalam inkubator
dengan suhu 400C. Beberapa sediaan preparat dapat diwarnai dengan
menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE), alcian blue (AB pH 2,5)
dan periodic acid Schiff (PAS) (Kiernan 1990). Tahap pemprosesan yang terakhir

adalah tahap rehidrasi dimana prinsip kerjanya adalah pengembalian cairan ke
dalam jaringan secara sistematis.
Pengamatan mikroskopis meliputi pengamatan struktur umum sel dan
jaringan dari trakea, bronki, parabronki dan paru-paru dengan pewarnaan
hematoksilin dan eosin (HE). Dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin
eosin, inti sel dan sel yang bersifat basofilik akan terwarnai biru sampai biru
kehitaman atau ungu. Sedangkan sitoplasma sel, jaringan ikat kolagen, keratin,
eritrosit dan unsur-unsur lainnya yang tidak mengambil warna hematoksilin dan
bersifat asidofilik akan terwarnai merah sampai merah muda (Kiernan 1990).
Pengamatan struktur umum trakea dan bronki meliputi pengamatan bentuk
tulang rawan, otot, epitel, kelenjar dan macam-macam sel yang terdapat pada
mukosa, lamina propria dan submukosa. Sedangkan pengamatan pada paru-paru
berupa pengamatan bentuk dan strukur tempat petukaran gas.
9. Pengamatan Komposisi Substansi Mukus
Pengamatan mengenai komposisi substansi mukus dan distribusi kelenjarkelenjar yang menghasilkan gugus gula atau karbohidrat seperti sel goblet
menggunakan pewarnaan alcian blue (AB pH 2,5) dan periodic acid Schiff (PAS).
Karbohidrat merupakan bentuk kompleks dari subtansi polisakarida yang terdapat
pada jaringan hewan. Klasifikasi karbohidrat yang digunakan pada beberapa
literatur berbeda-beda. Menurut Kiernan (1990), substansi mukus merupakan
komponen

makromolekuler

karbohidrat

yang

ditemukan

dalam

bentuk

polisakarida, glikoprotein dan proteoglikan.
Metode pewarnaan alcian blue (AB) walaupun tidak sangat spesifik
merupakan metode yang sering digunakan untuk mendeteksi mukopolisakarida
yang bersifat asam, dengan cara mengikat gugus karboksil pada pH 2.5 (Kiernan
1990). Pewarnaan ini sangat sensitif terhadap perubahan pH. Alcian blue
merupakan pewarna dengan copper phthalocyanin yang larut dalam air. Reaksi
positif pada pewarnaan AB akan memberikan warna biru terang karena adanya
copper.

Intensitas

warna

biru

yang

teramati

ditentukan

oleh

kadar

mukopolisakarida asam yang menyusun substansi mukus (Kiernan 1990).
Pewarnaan ini biasanya dikombinasikan dengan pewarnaan periodic acid Schiff
(PAS).

Pewarnaan PAS digunakan untuk mendeteksi mukopolisakarida yang
bersifat netral, dengan cara memutus rantai karbon pada gugus 1,2-glikol dan 1,2amino-alkohol oleh asam periodat dan mengoksidasinya menjadi gugus aldehid
yang selanjutnya direaksikan oleh reagen Schiff menjadi bewarna merah magenta
(Kiernan 1990). Pada dasarnya asam periodat juga dapat mengoksidasi formasi αamino alkohol yang terdapat pada glukosamin dan galaktosamin, tetapi kedua
bahan tersebut jumlahnya tidak banyak pada jaringan (Kiernan 1990). Seperti
halnya pada pewarnaan AB, intensitas warna merah yang dihasilkan pada reaksi
PAS positif juga ditentukan oleh kadar mukopolisakarida netral yang menyusun
substansi mukus. Hasil dari pewarnaan ini dapat digunakan untuk menentukan
tipe kelenjar yang menghasilkannya.

HASIL
Pengamatan Makroskopis
1. Trakea
Pada pengamatan secara makroskopis terlihat trakea bercabang menjadi
dua yaitu bronki primer kiri dan kanan, untuk selanjutnya menjadi bronki
sekunder dan parabronki.

a

a

b

b

b
c

a

Gambar 6

Gambaran makroskopis saluran pernafasan Burung Walet Linchi.
a. trakea, b. bronki primer kiri dan kanan, c. paru-paru (bar = 5 mm).

Trakea Burung Walet Linchi terdiri atas cincin tulang rawan tertutup
berjumlah berkisar 54-56 buah, dengan panjang berkisar antara 2,0-2,7 cm (ratarata 2,0 cm) dan diameter berkisar antara 0,1-0,2 cm (rata-rata 0,16 cm). Menurut
Hare (1975) panjang dan jumlah cincin trakea bervariasi menurut spesiesnya.
Pada ayam 108-126 buah, kuda dan ruminansia 48-60 buah, anjing 42-46 buah,
kucing 38-43 buah dan babi 32-36 buah.

Tabel 1 Data ukuran panjang, diameter dan jumlah cincin trakea Burung Walet
Linchi
Trakea

Berat
No

Jenis

badan

Panjang

Diameter

Jumlah cincin

(gr)

(cm)

(cm)

(buah)

Kelamin

1



5,5

2,0

0,14

54

2



5,8

2,7

0,18

55

3



5,5

2,3

0,14

56

4



5,7

2,5

0,17

54

5



5,5

2,5

0,17

55

5,6

2,0

0,16

55

Rata-rata

Catatan : - Diameter trakea diukur pada pertengahan panjang trakea
- Panjang trakea diukur dari pangkal sampai bifurkasio trakealis (percabangan trakea)

2. Paru-paru
Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa paru-paru Burung
Walet Linchi terdiri atas paru-paru kanan dan kiri. Lobulasi dari masing-masing
bagian paru-paru tidak tampak jelas. Bagian medial dari paru-paru lebih tebal bila
dibandingkan bagian lateralnya. Paru-paru kiri terlihat lebih lebar dan tipis jika
dibandingkan dengan paru-paru kanan. Hal tersebut disebabkan posisi anatomi
jantung bagian atrium kiri menekan paru-paru. Sehingga mengakibatkan
terdapatnya sebuah lekukan atau impressio cardiacus pada bagian ventral dan
lima buah lekukan atau impressio costalis pada bagian dorsal paru-paru.

A

B

a

Gambar 7

b

b

a

Gambaran makroskopis paru-paru Burung Walet Linchi. A. tampak
dorsal, B. tampak ventral, a. paru-paru sebelah kiri, b. paru-paru
sebelah kanan. Terlihat lima buah impressio costalis pada paru-paru,
ditunjuk dengan panah (bar = 5 mm).

3. Kantung udara
Hasil pengamatan secara makroskopis terlihat kantung-kantung udara pada
Burung

Walet

Linchi

berjumlah

sembilan

buah

kantung

yang

dapat

dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu bagian anterior dan posterior. Bagian
anterior terdiri atas sepasang kantung pada cervical dan anterior thoracic serta
satu buah kantung pada interclavicular. Sedangkan bagian posterior terdiri atas
sepasang kantung pada posterior thoracic dan abdominal. Kantung-kantung udara
tersebut dinamakan berdasarkan posisi dimana letak kantung udara itu berada dan
seperti pada umumnya unggas (Powell 2000).
Pengamatan Mikroskopis
1. Trakea
Gambaran mikroskopis trakea Burung Walet Linchi hampir sama dengan
unggas lain pada umumnya, terdiri atas lapis mukosa, submukosa, musculocartilagenous dan adventisia (Bacha dan