Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Bawah Tegakan Jati Ambon (Tectona grandis Linn. f.) Dan Potensi Pemanfaatannya

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
DARI BAWAH TEGAKAN JATI AMBON
(Tectona grandis Linn. f.) DAN POTENSI
PEMANFAATANNYA

SEDEK KAREPESINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keanekaragaman Fungi Mikoriza
Arbuskula dari Bawah Tegakan Jati Ambon dan Potensi Pemanfaatannya adalah
karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Bogor, Juli 2007

Sedek Karepesina
NIM E051050301

ABSTRACT

SEDEK KAREPESINA. Arbuskular mycorrhiza fungi diversity under Ambon
teak stand and its potention of benefit. Supervised by IRDIKA MANSUR and
SRI WILARSO BUDI R.
The purpose of this research is to understand the existence and diversity of
AMF under Ambon teak stand supporting the growth of Ambon teaks seedling, to
get effective and potential species of AMF under Ambon teak stand to imfrove
Ambon teak seedling growth, and to understand the effect of dreparation of
planting media towards efectivity of AMF soil inocullum from under Ambon teak
stands Ambon teak seedling growth.
This research was done using two step, first step was isolation and AMF
type identification under Ambon tek stand using soil and root sample. Second
step was effectivity test of AMF soil inocullum under Ambon teak stand for

Ambon teak seedling done by factorial experiment with completed randomize
design using 2 treatmen factor, first factor is AMF soil inocullum consist of 11
smooth (Banda 1, 2, 3, 4, 5, Salahutu 1, 2, 3, 4, 5, and control). While the second
factor is planting media consist of 2 smooth (unsterill and sterill media). For the
first step, identification was done for AMF type under Ambon teak stand. While
the second step was done by observing height, diameter, total leaf, total dry
biomass, root-top ratio, root infection percentage and total spore.
The observation result of VAM type Ambon teak stand in moddle Maluku
District, Maluku Province fourd 10 type of spore from Glomus genus and
Acaulospora. AMF soil inocullum from Banda 4 and Salahutu 1 have the best
performance in increasing growth (height, diameter, total leaves, and root-top
ratio), infection percentage, and total spore of Ambon teak seedling amounting
(38,58%, 25,08%); (57,89%, 52,63%); (16,67%, 8,33%); (49,24%, 43,18%);
(89,67%, 89,33%); (420%, 220%) towards control. While the best interaction
received from Banda 4 and Salahutu 1 with steril media in increasing total dry
biomass amounting 296,55% and 248,97% towards control.
Key words : Diversity, AMF, Tectona grandis, Potention

RINGKASAN


SEDEK KAREPESINA. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari
Bawah Tegakan Jati Ambon dan Potensi Pemanfaatannya. Dibimbing oleh
IRDIKA MANSUR dan SRI WILARSO BUDI R.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan
dan
keanekaragaman FMA dari bawah tegakan jati Ambon pada lokasi yang
berbeda, mendapatkan jenis FMA yang efektif dan berpotensi terhadap
pertumbuhan semai jati Ambon, mengetahui kombinasi inokulum tanah FMA
yang berasal dari bawah tegakan jati Ambon dan media tanam terhadap
pertumbuhan semai jati Ambon.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu isolasi
dan identifikasi tipe FMA dengan cara pengambilan contoh tanah dan akar.
Tahap kedua, yaitu uji efektivitas inokulum tanah FMA untuk semai jati Ambon
yang dilaksanakan dengan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) menggunakan 2 faktor perlakuan, faktor pertama adalah

inokulum tanah FMA terdiri dari 11 taraf (Banda 1, 2, 3, 4, 5, Salahutu 1, 2, 3, 4,
5, dan kontrol), sedangkan faktor kedua, yaitu media tanam yang terdiri dari 2
taraf (media tidak steril dan media steril). Untuk tahap pertama, identifikasi
terhadap tipe FMA yang terdapat di bawah tegakan jati Ambon. Sedangkan
tahap kedua, pengamatan terhadap pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun,
biomas kering total, nisbah pucuk akar, persen infeksi akar dan jumlah spora.
Hasil pengamatan tipe FMA dari bawah tegakan jati Ambon Kabupaten
Maluku Tengah, Propinsi Maluku terdapat 10 tipe spora dari genus Glomus, dan
Acaulospora. Pengujian inokulum tanah FMA dan media tanam berpengaruh
sangat nyata terhadap semua peubah pertumbuhan, persen infeksi akar, dan
jumlah spora. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan hanya berpengaruh
sangat nyata terhadap biomas kering total tanaman. Inokulum tanah FMA asal
Banda 4 dan Salahutu 1 merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan (tinggi, diameter, jumlah daun, nisbah pucuk akar), persen infeksi
dan jumlah spora semai jati Ambon dengan peningkatan masing-masing sebesar
(38,58%, 25,08%); (57,89%, 52,63%); (16,67%, 8,33%); (49,24%, 43,18%);
(89,67%, 89,33%); (420%, 220%) terhadap kontrol. Sedangkan interaksi terbaik
yaitu Banda 4 dan Salahutu 1 dengan media steril dapat meningkatkan biomas
kering total dengan peningkatan sebesar 296,55% dan 248,97% terhadap
kontrol.

Kata Kunci : Keanekaragaman, Fungi mikoriza arbuskula, Jati, Potensi

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
DARI BAWAH TEGAKAN JATI AMBON
(Tectona grandis Linn. f.) DAN POTENSI
PEMANFAATANNYA

SEDEK KAREPESINA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari
Bawah Tegakan Jati Ambon (Tectona grandis Linn. f.)
dan Potensi Pemanfaatannya
Sedek Karepesina
E051050301


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For, Sc
Ketua

Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc

Tanggal Ujian: 20 Juli 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB


Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan segala tugas dan kewajiban
selama kuliah serta dapat menyelesaikan tulisan ini. Judul tesis ini adalah
“Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari Bawah Tegakan Jati Ambon
dan Potensi Pemanfaatannya”. Tesis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait dengan pengelolaan hutan (khususnya hutan jati) di
Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku dalam upaya pengembangan
pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkesinambungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Irdika mansur, M.For.Sc dan Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS selaku

komisi

pembimbing

yang

telah

meluangkan

waktunya

memberikan

bimbingan dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.
2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah
memberikan

sumbangsih


yang

sangat

besar

bagi

penulis

dalam

menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB.
3. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc selaku Kepala Laboratorium Silvikultur.
4. Ir. Abimanyu D. Nusantara, MP; Muhammad Dliyaul Umam, S.Hut;
Adjun Junaedi, S.Hut; Ramadhan Fitri, S.Hut serta rekan-rekan seangkatan
2005 pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak sempat
disebutkan namanya satu per satu.
5. Ayahanda


Djahim

Karepesina

dan

ibunda

Nur

Hawa

Karepesina

(almarhumah), saudaraku tercinta : Sifa, Whia, Thima, Rhia, Sarka, Achmad
Kamal, Matson, Sam, Nis, Herry dan adikku tercinta Thima Marasabessy atas
doa, kasih sayang, dan dukungannya sehingga penulis dapat mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Sains.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2007
Sedek Karepesina

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabauw pada tanggal 19 Agustus 1979 dari ayahanda
Djahim Karepesina dan ibunda Nur Hawa Karepesina (almarhumah). Penulis
merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.
Tahun 1990 penulis lulus dari SD Negeri Kabauw, Tahun 1993 lulus dari
SLTP Negeri 2 Pelauw Kariu dan Tahun 1996 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Salahutu. Penulis kemudian melanjutkan studi program sarjana pada Program
Studi Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon
pada Tahun 2000 dan lulus pada Tahun 2004 dengan predikat cum laude.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan.

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
DARI BAWAH TEGAKAN JATI AMBON
(Tectona grandis Linn. f.) DAN POTENSI
PEMANFAATANNYA

SEDEK KAREPESINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keanekaragaman Fungi Mikoriza
Arbuskula dari Bawah Tegakan Jati Ambon dan Potensi Pemanfaatannya adalah
karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, Juli 2007

Sedek Karepesina
NIM E051050301

ABSTRACT

SEDEK KAREPESINA. Arbuskular mycorrhiza fungi diversity under Ambon
teak stand and its potention of benefit. Supervised by IRDIKA MANSUR and
SRI WILARSO BUDI R.
The purpose of this research is to understand the existence and diversity of
AMF under Ambon teak stand supporting the growth of Ambon teaks seedling, to
get effective and potential species of AMF under Ambon teak stand to imfrove
Ambon teak seedling growth, and to understand the effect of dreparation of
planting media towards efectivity of AMF soil inocullum from under Ambon teak
stands Ambon teak seedling growth.
This research was done using two step, first step was isolation and AMF
type identification under Ambon tek stand using soil and root sample. Second
step was effectivity test of AMF soil inocullum under Ambon teak stand for
Ambon teak seedling done by factorial experiment with completed randomize
design using 2 treatmen factor, first factor is AMF soil inocullum consist of 11
smooth (Banda 1, 2, 3, 4, 5, Salahutu 1, 2, 3, 4, 5, and control). While the second
factor is planting media consist of 2 smooth (unsterill and sterill media). For the
first step, identification was done for AMF type under Ambon teak stand. While
the second step was done by observing height, diameter, total leaf, total dry
biomass, root-top ratio, root infection percentage and total spore.
The observation result of VAM type Ambon teak stand in moddle Maluku
District, Maluku Province fourd 10 type of spore from Glomus genus and
Acaulospora. AMF soil inocullum from Banda 4 and Salahutu 1 have the best
performance in increasing growth (height, diameter, total leaves, and root-top
ratio), infection percentage, and total spore of Ambon teak seedling amounting
(38,58%, 25,08%); (57,89%, 52,63%); (16,67%, 8,33%); (49,24%, 43,18%);
(89,67%, 89,33%); (420%, 220%) towards control. While the best interaction
received from Banda 4 and Salahutu 1 with steril media in increasing total dry
biomass amounting 296,55% and 248,97% towards control.
Key words : Diversity, AMF, Tectona grandis, Potention

RINGKASAN

SEDEK KAREPESINA. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari
Bawah Tegakan Jati Ambon dan Potensi Pemanfaatannya. Dibimbing oleh
IRDIKA MANSUR dan SRI WILARSO BUDI R.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan
dan
keanekaragaman FMA dari bawah tegakan jati Ambon pada lokasi yang
berbeda, mendapatkan jenis FMA yang efektif dan berpotensi terhadap
pertumbuhan semai jati Ambon, mengetahui kombinasi inokulum tanah FMA
yang berasal dari bawah tegakan jati Ambon dan media tanam terhadap
pertumbuhan semai jati Ambon.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu isolasi
dan identifikasi tipe FMA dengan cara pengambilan contoh tanah dan akar.
Tahap kedua, yaitu uji efektivitas inokulum tanah FMA untuk semai jati Ambon
yang dilaksanakan dengan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) menggunakan 2 faktor perlakuan, faktor pertama adalah
inokulum tanah FMA terdiri dari 11 taraf (Banda 1, 2, 3, 4, 5, Salahutu 1, 2, 3, 4,
5, dan kontrol), sedangkan faktor kedua, yaitu media tanam yang terdiri dari 2
taraf (media tidak steril dan media steril). Untuk tahap pertama, identifikasi
terhadap tipe FMA yang terdapat di bawah tegakan jati Ambon. Sedangkan
tahap kedua, pengamatan terhadap pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun,
biomas kering total, nisbah pucuk akar, persen infeksi akar dan jumlah spora.
Hasil pengamatan tipe FMA dari bawah tegakan jati Ambon Kabupaten
Maluku Tengah, Propinsi Maluku terdapat 10 tipe spora dari genus Glomus, dan
Acaulospora. Pengujian inokulum tanah FMA dan media tanam berpengaruh
sangat nyata terhadap semua peubah pertumbuhan, persen infeksi akar, dan
jumlah spora. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan hanya berpengaruh
sangat nyata terhadap biomas kering total tanaman. Inokulum tanah FMA asal
Banda 4 dan Salahutu 1 merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan (tinggi, diameter, jumlah daun, nisbah pucuk akar), persen infeksi
dan jumlah spora semai jati Ambon dengan peningkatan masing-masing sebesar
(38,58%, 25,08%); (57,89%, 52,63%); (16,67%, 8,33%); (49,24%, 43,18%);
(89,67%, 89,33%); (420%, 220%) terhadap kontrol. Sedangkan interaksi terbaik
yaitu Banda 4 dan Salahutu 1 dengan media steril dapat meningkatkan biomas
kering total dengan peningkatan sebesar 296,55% dan 248,97% terhadap
kontrol.
Kata Kunci : Keanekaragaman, Fungi mikoriza arbuskula, Jati, Potensi

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
DARI BAWAH TEGAKAN JATI AMBON
(Tectona grandis Linn. f.) DAN POTENSI
PEMANFAATANNYA

SEDEK KAREPESINA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari
Bawah Tegakan Jati Ambon (Tectona grandis Linn. f.)
dan Potensi Pemanfaatannya
Sedek Karepesina
E051050301

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For, Sc
Ketua

Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc

Tanggal Ujian: 20 Juli 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan segala tugas dan kewajiban
selama kuliah serta dapat menyelesaikan tulisan ini. Judul tesis ini adalah
“Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula dari Bawah Tegakan Jati Ambon
dan Potensi Pemanfaatannya”. Tesis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait dengan pengelolaan hutan (khususnya hutan jati) di
Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku dalam upaya pengembangan
pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkesinambungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Irdika mansur, M.For.Sc dan Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS selaku
komisi

pembimbing

yang

telah

meluangkan

waktunya

memberikan

bimbingan dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.
2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah
memberikan

sumbangsih

yang

sangat

besar

bagi

penulis

dalam

menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB.
3. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc selaku Kepala Laboratorium Silvikultur.
4. Ir. Abimanyu D. Nusantara, MP; Muhammad Dliyaul Umam, S.Hut;
Adjun Junaedi, S.Hut; Ramadhan Fitri, S.Hut serta rekan-rekan seangkatan
2005 pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak sempat
disebutkan namanya satu per satu.
5. Ayahanda

Djahim

Karepesina

dan

ibunda

Nur

Hawa

Karepesina

(almarhumah), saudaraku tercinta : Sifa, Whia, Thima, Rhia, Sarka, Achmad
Kamal, Matson, Sam, Nis, Herry dan adikku tercinta Thima Marasabessy atas
doa, kasih sayang, dan dukungannya sehingga penulis dapat mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Sains.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2007
Sedek Karepesina

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabauw pada tanggal 19 Agustus 1979 dari ayahanda
Djahim Karepesina dan ibunda Nur Hawa Karepesina (almarhumah). Penulis
merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.
Tahun 1990 penulis lulus dari SD Negeri Kabauw, Tahun 1993 lulus dari
SLTP Negeri 2 Pelauw Kariu dan Tahun 1996 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Salahutu. Penulis kemudian melanjutkan studi program sarjana pada Program
Studi Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon
pada Tahun 2000 dan lulus pada Tahun 2004 dengan predikat cum laude.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................
Hipotesis ................................................................................................

1
3
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f.) ................................................
Fungi Mikoriza Arbuskula ......................................................................
Inokulum Tanah .....................................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Mikoriza ...................

6
8
12
13

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Batas Wilayah ......................................................
Luas Wilayah .........................................................................................
Topografi dan Kondisi Tanah ................................................................
Kondisi Iklim ..........................................................................................
Status Kehutanan ..................................................................................
Deskripsi Jati Ambon .............................................................................

15
15
16
16
16
16

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
Metode Penelitian ..................................................................................

18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Isolasi dan Identifikasi Tipe FMA dari Bawah Tegakan Jati Ambon ......
Uji Efektivitas Inokulum Tanah FMA dari Bawah Tegakan Jati Ambon
Pada Semai jati Ambon .........................................................................
Pembahasan
Isolasi dan Identifikasi Tipe FMA dari Bawah Tegakan Jati Ambon ......
Uji Efektivitas Inokulum Tanah FMA dari Bawah Tegakan Jati Ambon
Pada Semai jati Ambon .........................................................................

26
33
47
49

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

56

LAMPIRAN .....................................................................................................

62

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Jumlah spora FMA per 50 g hasil isolasi dari tanah lapangan dari
bawah tegakan jati Ambon kabupaten Maluku Tengah
Propinsi Maluku ......................................................................................

29

2

Jumlah spora FMA per 50 g hasil isolasi dari tanah trapping dengan
tanaman inang Sorghum vulgare ............................................................ 30

3

Hasil perhitungan Uji MPN berdasarkan metode Most Probable
Number pada inokulum tanah FMA dari bawah tegakan jati Ambon .....

32

Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam terhadap peubah-peubah
pertumbuhan semai jati Ambon, persen infeksi akar, dan jumlah spora
FMA pada umur 12 minggu setelah tanam ............................................

33

4

5

Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap pertambahan tinggi
semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......................... 34

6

Pengaruh faktor media tanam terhadap pertambahan tinggi semai jati
Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......................................... 34

7

Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap pertambahan diameter
batang semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ............. 36

8

Pengaruh faktor media tanam terhadap pertambahan diameter batang
semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ........................

9

37

Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap jumlah daun semai jati
Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......................................... 38

10 Pengaruh faktor media tanam terhadap jumlah daun semai jati Ambon
pada umur 12 minggu setelah tanam .....................................................

38

11 Pengaruh interaksi faktor inokulum tanah FMA dan media tanam
terhadap biomas kering total semai jati Ambon pada umur 12 minggu
setelah tanam .........................................................................................

39

12 Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap BKP, BKA, nisbah
pucuk akar semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......

41

13 Pengaruh faktor media tanam terhadap BKP, BKA, nisbah pucuk akar
semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ........................

41

14 Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap persen infeksi akar
semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ........................

42

vii

15 Pengaruh faktor media tanam terhadap persen infeksi akar semai jati
Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......................................... 42
16 Pengaruh faktor inokulum tanah FMA terhadap jumlah spora FMA
semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ........................

44

17 Pengaruh faktor media tanam terhadap jumlah spora FMA semai jati
Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam ......................................... 44
18 Rata-rata kandungan hara N, P, K, Ca pada perlakuan inokulum
tanah FMA terhadap semai jati Ambon umur 12 minggu
setelah tanam .........................................................................................

45

19 Rata-rata kandungan hara N, P, K, Ca jaringan daun semai jati
Ambon umur 12 minggu setelah tanam .................................................

46

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Kerangka pemikiran keanekaragaman fungi mikoriza arbuskula dari
bawah tegakan jati Ambon dan potensi pemanfaatannya ........................

5

2 Deskripsi tegakan jati Ambon pada dua lokasi (Banda dan Salahutu)
pada umur yang berbeda .......................................................................... 17
3 Teknik penangkaran dengan menggunakan tanah dari bawah tegakan
jati Ambon dan tanah steril, tanaman inang Sorghum vulgare ................. 20
4 Teknik pengujian propagul infektif dengan menggunakan inokulum
tanah dari bawah tegakan jati Ambon, tanaman inang
Sorghum vulgare ......................................................................................

20

5 Semai jati Ambon yang mulai berkecambah dan yang siap untuk
disapih ......................................................................................................

22

6 Pemeliharaan semai jati Ambon selama 12 minggu setelah tanam di
rumah kaca ............................................................................................... 22
7 Glomus sp. 1 hasil isolasi dari Banda 4 .................................................

26

8 Glomus sp. 2 hasil isolasi dari Salahutu 5 ............................................... 26
9 Glomus sp. 3 hasil isolasi dari Banda 1 .................................................

27

10 Glomus sp. 4 hasil isolasi dari Salahutu 3 ............................................... 27
11 Glomus sp. 5 hasil isolasi dari Banda 2 .................................................

27

12 Glomus sp. 6 hasil isolasi dari Salahutu 2 ............................................... 27
13 Glomus sp. 7 hasil isolasi dari Salahutu 1 ............................................. 28
14 Glomus sp. 8 hasil isolasi dari Banda 3 dan Banda 4 .............................

28

15 Acaulaspora sp. 1 hasil isolasi dari Banda 4 ...........................................

28

16 Acaulaspora sp. 2 hasil isolasi dari Salahutu 1 dan 4 .............................

28

17 Dendrogram jumlah spora jumlah spora FMA hasil isolasi dari 50 g
tanah lapangan dari bawah tegakan jati Ambon ......................................

30

18 Dendrogram jumlah spora jumlah spora FMA hasil isolasi dari 50 g
tanah trapping dari bawah tegakan jati Ambon dengan tanaman inang
Sorghum vulgare ......................................................................................

31

ix

19 Infeksi FMA pada contoh akar dari tegakan jati Ambon Kabupaten
Maluku Tengah, Propinsi Maluku .............................................................

32

20 Grafik pertumbuhan tinggi semai jati Ambon pada umur 2 - 12 minggu
setelah tanam ...........................................................................................

35

21 Semai jati Ambon pada umur 12 minggu setelah tanam yang
diinokulasikan dengan inokulum tanah FMA pada media tanam steril
dan tidak steril ........................................................................................... 35
22 Grafik Pertambahan diameter batang semai jati Ambon pada umur
2 - 12 minggu setelah tanam ....................................................................

37

23 Infeksi FMA pada semai jati Ambon umur 12 minggu setelah tanam ......

43

24 Dendrogram peubah pertumbuhan, persen infeksi akar dan jumlah
spora pada semai jati Ambon umur 12 minggu setelah tanam ................

46

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Peta lokasi penelitian .............................................................................. 63

2

Layout penelitian tahap II uji efektivitas inokulum tanah FMA dari
bawah tegakan jati Ambon untuk semai jati Ambon di rumah kaca .......

64

Analisis sifat kimia dan fisika tanah dari bawah tegakan jati Ambon
dan media tanam awal ...........................................................................

65

3

4a Pengaruh faktor tunggal inokulum tanah FMA terhadap biomas kering
total semai jati Ambon umur 12 minggu setelah tanam .......................... 66
4b Pengaruh faktor tunggal media tanam terhadap biomas kering total
semai jati Ambon umur 12 minggu setelah tanam .................................

66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha hutan rakyat di Maluku khususnya hutan tanaman jati Ambon mulai
menjadi perhatian yang sangat besar terutama oleh pihak masyarakat. Kayu jati
sampai saat ini merupakan produk utama bagi Indonesia, karena kayu jati
termasuk jenis kayu mewah dan bernilai ekonomi tinggi, tergolong ke dalam
kelas kuat II dan kelas awet II serta penampilan yang baik sehingga permintaan
kayu jati untuk pasar dalam negeri maupun ekspor terus meningkat. Kayu jati
banyak dibutuhkan untuk segala jenis kontruksi bangunan, mebel, kerajinan,
cindermata dan lain-lain (Sumarna 2005).
Jati bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi tumbuh dan
menyebar pada beberapa daerah diantaranya pulau Jawa, Sulawesi Selatan,
Sulawesi tenggara (Muna), Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), Lampung, dan
Maluku (Martawijaya et al. 1989).
Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu daerah penyebaran jati
Ambon. Keadaan lingkungan abiotis Maluku Tengah secara umum memenuhi
syarat sebagai tempat tumbuh jati berkualitas, antara lain adanya musim kering
yang nyata, curah hujan relatif rendah, dan ketinggian sekitar 100-1000 m dpl.
Keadaan tersebut sesuai dengan gambaran syarat tempat tumbuh yang
dijelaskan oleh Martawijaya et al. (1989). Pohon jati Ambon dapat tumbuh
dengan tinggi maksimum 30 m dan diameter 60 cm dengan masa tebangan
30-50 tahun. Namun akhir-akhir ini jati Ambon dapat ditebang pada umur yang
lebih muda yaitu 20 tahun dengan diameter antara 30-40 cm. Populasi jati
Ambon sekarang ini sudah semakin berkurang dan hanya tersisa 64 pohon dari
3,5 ha. Daerah penyebarannya terdapat di Banda dengan luas lahan 2 ha
(35 pohon) dan Salahutu dengan luas lahan 1,5 ha (29 pohon). Hal tersebut
mengindikasikan perlunya penyediaan bibit dan rehabilitasi hutan guna
mempertahankan jati Ambon yang semakin langka. Seiring dengan kebutuhan
manusia akan bahan baku kayu yang selalu meningkat, akibatnya persediaan
bahan baku kayu jati yang semula tersedia di hutan menjadi terbatas. Hal ini
menyebabkan tanaman ini mulai dibudidayakan
Saat ini perhatian masyarakat terhadap jati Ambon lebih tinggi namun
dalam pembudidayaan banyak menemukan masalah yang disebabkan kondisi
kesuburan tanah yang kurang menguntungkan, diantaranya tanah bereaksi

2

masam (pH rendah), kurangnya unsur hara terutama fosfor dan nitrogen, lapisan
tanah atas menipis dan miskin bahan organik. Kondisi tersebut merupakan
kendala utama bagi pertumbuhan tanaman, dan sulitnya mendapatkan bibit yang
berkualitas dan dalam jumlah yang banyak.
Keterbatasan ini menjadi alasan untuk memecahkan masalah tersebut di
atas maka perlu dicari alternatif baru yaitu pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula
(FMA) untuk meningkatkan produktivitas tanaman pada tanah marjinal. Peran
FMA sebagai mikroorganisme alam adalah membantu penyerapan unsur hara
terutama P, membantu tanaman untuk dapat tahan pada kondisi kekeringan
karena adanya hifa-hifa fungi yang mampu menembus pori-pori tanah dan
memperluas daerah penyerapan air, dan sebagai proteksi dari serangan patogen
akar (Brundrett et al. 1994).
Fungi ini membentuk simbiosis mutualistik dengan perakaran tanaman
sehingga dapat membantu

tanaman tumbuh lebih baik pada daerah-daerah

marjinal (Smith & Read 1997). Telah diketahui bahwa FMA merupakan salah
satu agen hayati yang berasosiasi dengan akar dari tumbuhan hidup terutama
untuk transfer hara (Brundrett 2004).
Di samping itu penggunaan FMA tidak membutuhkan biaya yang besar
karena 1) teknologi produksinya murah, 2) semua bahan tersedia di dalam
negeri, 3) dapat diproduksi dengan mudah di lapangan, 4) pemberian cukup
sekali seumur hidup tanaman dan memiliki kemungkinan memberikan manfaat
pada rotasi berikutnya, 5) tidak menimbulkan polusi, dan 6) tidak merusak
struktur tanah (Mansur 2003).
Walaupun jati merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang telah
diketahui dapat berasosiasi dengan FMA akan tetapi tingkat kompatibilitas
tanaman dengan jenis isolat FMA dapat berbeda antar spesies tanaman
(Azcon dan Ocampo 1981), diacu dalam (Suraya 2002).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat simbiosis antara FMA
dengan tanaman jati. Hal ini ditunjukkan dengan adanya infeksi pada akar bibit
klon jati yang diinokulasi dengan Glomus etunicatum, Glomus agregatum,
Acaulospora tuberculata, Mycofer dan dapat juga meningkatkan serapan unsur
hara N sebesar 35,2%, K sebesar 60% dan Ca sebesar 38,6% dibandingkan
dengan kontrol (Suraya 2002).
Namun demikian penelitian status dan keanekragaman FMA pada jati di
Jawa dan Muna telah dilakukan (Maryadi 2001, Irmawati 2001 dan Husna et al.
2006) sedangkan jati Ambon belum ada yang melakukan penelitian. Populasi

3

dan genus FMA yang ditemukan di bawah tegakan jati berbeda-beda jumlahnya.
Menurut Widiastuti dan Kramadibrata (1992) bahwa perbedaan lokasi dan
rhizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan populasi FMA.
Untuk mengetahui potensi suatu organisme, hal pertama yang harus diketahui
adalah melakukan kajian keanekaragaman dari organisme tersebut. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman fungi mikoriza arbuskula dari
bawah tegakan jati Ambon dan potensi pemanfaatannya.

Perumusan Masalah
Meskipun telah diketahui bahwa peranan FMA dalam pertumbuhan
tanaman jati sangat penting, namun studi mengenai keanekaragaman FMA dari
bawah tegakan jati Ambon dan potensinya belum pernah dilakukan. Pengkajian
potensi FMA penting untuk dilakukan, hal ini berkaitan dengan peranannya di
ekosistem terutama pada lahan-lahan marjinal.
Studi tentang keanekaragaman FMA khususnya di bawah tegakan jati
masih kurang. Kurangnya informasi tentang keanekaragaman FMA pada suatu
ekosistem atau tegakan merupakan faktor pembatas penggunaan FMA secara
luas,

disamping

kurangnya

jenis

dan

jumlah

isolat

yang

tersedia.

Menurut Mansur et al. (2002) hampir 70% kegiatan penelitian FMA diarahkan
pada manfaatnya dalam pertumbuhan tanaman dan kurang dari 15% yang
mempelajari keanekaragaman pada suatu ekosistem atau tegakan.
Fungi mikoriza arbuskula dapat ditemukan pada semua ekosistem
termasuk dari bawah tegakan jati. Meskipun keberadaan FMA sudah lama
diketahui, akan tetapi data tentang keanekaragaman FMA dari bawah tegakan
jati Ambon belum diketahui.
Jati dikatakan mampu hidup pada kondisi lahan marjinal dengan adanya
bantuan FMA. FMA diharapkan akan membantu penyerapan unsur hara
terutama P dan unsur-unsur lainnya, membantu penyerapan hara dari yang tidak
tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, membantu tanaman untuk dapat
bertahan pada kondisi kekeringan, dan sebagai proteksi dari serangan patogen
akar (Brundrett et al. 1994; Smith & Read 1997).
Dalam mendapatkan hasil optimal dan infeksi yang intensif maka perlu
adanya suatu isolat yang mampu hidup dan dapat beradaptasi dengan kondisi
setempat sesuai dengan tanaman lokal tersebut. Mansur et al. (2002)
mengemukakan bahwa isolasi FMA dari tanaman lokal akan lebih efektif untuk

4

meningkatkan pertumbuhan tanaman lokal tersebut daripada digunakan isolat
dari luar daerah. Hal ini disebabkan karena FMA adalah makhluk hidup dengan
daya adaptasi terhadap inang dan lingkungan yang spesifik.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
menjawab beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimanakah keanekaragaman FMA dari bawah tegakan jati Ambon?
2. Bagaimana efektivitas FMA dari bawah tegakan jati Ambon untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jati Ambon?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keberadaan dan keanekaragaman FMA dari bawah tegakan
jati Ambon pada lokasi yang berbeda.
2. Mendapatkan jenis FMA yang efektif dan berpotensi dari bawah tegakan
jati Ambon terhadap pertumbuhan semai jati Ambon.
3. Mengetahui pengaruh persiapan media terhadap efektifitas inokulum tanah
FMA dari bawah tegakan jati Ambon dalam meningkatkan pertumbuhan
semai jati Ambon.

Manfaat Penelitian
Diharapkan

dari

penelitian

ini

dapat

diperoleh

informasi

tentang

keanekaragaman FMA dan potensi pemanfaatannya untuk meningkatkan
pertumbuhan bibit jati Ambon, sebagai dasar dalam meningkatkan rehabilitasi
dan produktivitas hutan jati Ambon di Provinsi Maluku.

Hipotesis
1. Terdapat perbedaan keanekaragaman FMA pada beberapa lokasi tegakan
jati Ambon.
2. Terdapat perbedaan efektivitas diantara inokulum FMA yang berasal dari
beberapa tegakan jati Ambon terhadap pertumbuhan semai jati Ambon.
3. Terdapat interaksi yang terbaik antara inokulum FMA dari bawah tegakan jati
Ambon dengan media tanam terhadap pertumbuhan semai jati Ambon.

5

Deforestasi hutan jati Ambon

Upaya rehabilitasi hutan

Gangguan pertumbuhan
& status nutrisi buruk
Masih terbatasnya
Informasi mengenai
keanekaragaman FMA

Lahan marjinal

Input alternatif FMA

Keberadaan dan keanekaragaman FMA
dari bawah tegakan jati Ambon

Isolasi dan
Identifikasi FMA

Trapping

Pengujian potensi
FMA

Isolat potensial dari
bawah tegakan jati Ambon

Pertumbuhan semai jati Ambon
meningkat :
- Kualitas baik
- Kegagalan penanaman
rendah
- Input rendah
Gambar 1 Kerangka pemikiran keanekaragaman fungi mikoriza arbuskula dari
bawah tegakan jati Ambon dan potensi pemanfaatannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi JATI (Tectona grandis Linn. f.)
Klasifikasi
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini
mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. f. Secara historis, nama tectona
berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki
kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman jati dikenal dengan banyak nama
daerah, seperti ching-jagu (di wilayah asam); saigun, segun (Bengali); tekku
(Bombay); kyun (Burma); saga sagach (Gujarat); sagun, sagwan (India); jadi,
saguan, ntega, tiayagadamara, sag, saga, sgwan (Manthi); singuru (Oriya);
bardaru, bhumisah, dwardaru, kaharachchad, saka (Sangskrit). Tanaman ini
dalam bahasa Jerman dikenal dengan nama teck atau teakbaum, sedangkan di
Inggris dikenal dengan nama teak (Sumarna 2005).
Dalam sistem klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai
berikut.
Divisi

: Spermathophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub-kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Verbenales

Famili

: Verbenaceae

Genus

: Tectona

Species

: Tectona grandis Linn. f.

Penyebaran dan Habitat
Di lihat dari penyebarannya, tanaman jati tersebar di garis lintang 90 LS
hingga 250 LU, mulai dari benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia bahkan
sampai ke Selandia Baru (Tini dan Amri 2002). Areal penyebaran alaminya
terdapat di India, Myanmar, Thailand dan bagian Barat Laos. Di Indonesia, jati
bukan tanaman asli tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di Pulau
Kangean, Muna, Maluku, Sumbawa, dan Jawa (Rachmawati et al. 2002).
Secara umum, tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan
minimum 750 mm/th, optimum1000-1500 mm/thn, dan maksimum 2500 mm/thn
(walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan

7

3750 mm/th). Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-170 C dan
maksimum 39-430 C. Adapun kelembaban lingkungan tanaman jati yang optimal
sekitar 80% untuk fase vegetatif dan antara 60-70% untuk fase generatif.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan cukup tinggi antara 75-100% (Mahfudz 2004;
Sumarna 2005).
Secara geologis, tanaman jati tumbuh di tanah dengan batuan induk
berasal dari formasi limestone, granite, gneis, shale, clay dan lain-lain.
Pertanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan dengan kondisi fraksi
lempung, lempung berpasir, atau pada lahan liat berpasir. Sesuai sifat fisiologis
untuk menghasilkan pertumbuhan optimal, jati memerlukan kondisi solum lahan
yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum sekitar 6,0. Namun, ada kasus
pada beberapa kawasan pertanaman jati dengan tingkat pH rendah (4-5),
dijumpai tanaman jati dengan pertumbuhan yang baik. Karena tanaman jati
sensitif terhadap rendahnya nilai pertukaran oksigen dalam tanah maka pada
lahan dengan berporositas dan memiliki drainase baik akan menghasilkan
pertumbuhan baik pula karena akar akan mudah menyerap unsur hara
(Sumarna 2005).
Morfologi Tanaman
Tinggi pohon antara 25-30 m, namun di daerah yang subur, tinggi pohon
bisa mencapai 50 m dengan diameter ± 150 cm. Batang umumnya bulat dan
lurus,

kulit

kayu

agak

tipis

beralur

dalam

sampai

agak

dalam

(Departemen Kehutanan 1991).
Menurut Sutisna et al. (1998) pada tapak bagus, batang bebas cabang
15-20 m atau lebih, percabangan kurang dan rimbun. Daun lebar 15-35 cm,
letak daun bersilang, bentuk daun ellips atau bulat telur, bagian bawah berwarna
abu-abu, tertutup bulu berkelenjar warna merah. Ukuran bunga kecil, diameter
6-8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri dari benang sari dan putik
yang terangkai dalam tandan besar. Benih berbentuk oval, ukuran kira-kira
6 x 4 mm. buah jati keras, terbungkus kulit berdaging lunak dan tidak merata.
Ukuran buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17 mm. Struktur buah terdiri dari
kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah (mesokarp) tebal
seperti gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras terbagi menjadi 4 ruang biji.
Secara fenologis, tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan
daun (deciduous) pada saat musim kemarau. Setelah gugur daun akan tumbuh

8

lagi pada bulan Januari atau Maret.

Masa pembungaan akan berlangsung

antara bulan Juni-Agustus atau September. Buah yang terbentuk akan masak
sekitar bulan November dan akan jatuh sekitar bulan Februari atau April. Buah
jati termasuk ringan, antara 1,1-2,8 g (Sumarna 2005).
Buah jati mengandung biji yang bervariasi antara 1-4 butir. Namun pada
umumnya buah jati berisi 1-2 biji yang sempurna sehingga secara normal setiap
buah jati pada dasarnya dapat diharapkan menghasilkan minimum satu anakan
jati baru hasil pembibitan generatif (Tini dan Amri 2002).
Kegunaan
Jati merupakan jenis kayu yang paling banyak untuk berbagai keperluan,
terutama di pulau Jawa. Kayu jati praktis sangat cocok untuk segala jenis
kontruksi seperti tiang, balok, gelagar pada bangunan rumah dan

jembatan,

rangka atap, kosen pintu dan jendela, kereta, bantalan kereta api.
Meskipun kayu jati mempunyai kegunaan yang luas, tetapi karena sifatnya
agak rapuh, kurang baik untuk digunakan sebagai bahan yang memerlukan
kekenyalan tinggi seperti tangkai perkakas, peti dan sebagainya. Daunnya
dimanfaatkan untuk membungkus makanan, juga untuk memberi warna pada
kulit telur rebus. Kulit akar dan daun mudanya dipergunakan untuk memberikan
warna pada barang anyaman, selain itu daunnya dapat dimanfaatkan pula untuk
obat-obatan seperti obat kolera dan kejang usus (Martawijaya et al. 1989).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Istilah mikoriza pertama kali dipublikasikan oleh Frank (Tahun 1885) pada
suatu komposit antara jamur dengan organ akar dari Cupufelirae (Harley dan
Smith 1983). Selanjutnya Harley (1972), diacu dalam Nuhamara (1994)
menyatakan bahwa nama mikoriza sah diberikan pada asosiasi-asosiasi dari
organ penyerap dan fungsi yang struktur dan perkembangannya tetap dan
secara terus menerus ada dan berfungsi dalam kondisi-kondisi alamiah.
Mikoriza terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
myces (fungi) dan rhyza (akar). Jadi mikoriza adalah suatu bentuk simbiosis yang
saling menguntungkan antara akar tanaman dan fungi. Mikoriza untuk tumbuh
dan

berkembang

memerlukan

karbohidrat

dari

tanaman

dan

tanaman

memerlukan unsur hara dan air dari dalam tanah melalui hifa selama siklus
hidupnya.

9

Mikoriza dapat dikelompokan menjadi 2 tipe berdasarkan bentuk dan cara
infeksi funginya

terhadap tumbuhan inangnya,

yaitu

endomikoriza

dan

ektomikoriza (Smith dan Read 1997). Sedangkan berdasarkan struktur tubuh
dan cara infeksinya terhadap tanaman inang, mikoriza dapat dikelompokan
menjadi 3 (tiga) golongan besar, yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan
ektendomikoriza (Imas et al. 1989).
Karakteristik yang membedakan endomikoriza adalah 1) perakaran yang
terkena infeksi tidak membesar, 2) fungi tidak membentuk struktur lapisan hifa
pada permukaan akar, 3) hifa menginfeksi sel korteks secara intra dan
interseluler, 4) adanya struktur khusus sistem percabangan yang disebut
arbuskula dan pada sub ordo tertentu juga membentuk struktur oval yang disebut
vesikula (Harley dan Smith 1983).
Berbeda dengan yang lainnya, endomikoriza atau fungi mikoriza arbuskula
adalah cendawan yang bersifat obligat dan memiliki toleransi yang luas di
ekosistem.

FMA dapat berasosiasi dengan sebagian besar tumbuhan yang

termasuk Angiospermae, Gymnospermae, Pteridophyta, dan Bryopita. Tanaman
kelompok

dicotyledonous

83%

dan

kelompok

monocotyledonous

79%

berasosiasi dengan CMA (Smith dan Read 1997; Sieverding 1991).
Fungi mikoriza arbuskula termasuk kedalam kelas klasifikasi filum
Glomeromycota yang memiliki 4 ordo, 9 suku (famili) dan 13 marga (genus)
antara lain yaitu 1) Glomales memiliki 2 famili Glomeraceae (Glomus Group A),
Glomeraceae (Glomus Group B); 2) Archaeosporales memiliki 3 famili
Archaeosporaceae, Geosiphonaceae, Appendicisporaceae; 3) Paraglomales
memiliki Paraglomaceae; 4) Diversisporales dengan famili Gigasporaceae,
Acaulosporaceae, Diversisporaceae, Pacisporaceae, dan Entrophosporaceae.
Sedangkan 13 genus yang telah ditemukan sampai saat ini yaitu Gigaspora,
Scuttelospora dari famili Gigasporaceae, Glomus dari famili Glomeraceae,
Geosiphom

dari

famili

Geosiphonaceae,

Acaulospora

dari

famili

Acaulosporaceae, Entrophospora dari famili Entrophosporaceae (Morthon &
Benny

1990),

Archaeospora

dari

famili

Archaeosporaceae,

Paraglomus

dari famili Paraglomaceae (Morton & Redecker 2001), Diversipora dari
famili Diversisporaceae (Walker & Schubler 2004), Pacispora dari famili
Pacisporaceae (Oehl & Sieverding 2004; Walker et al. 2007), Kuklospora
dari

famili

Acaulosporaceae,

Intraspora

dari

famili

Archaeosporaceae

10

(Sieverding & Oehl 2006) dan Appendicispora dari famili Appendicisporaceae
(Spain et al. 2006; Walker et al. 2007) diacu dalam Nusantara (2007).
Bentuk, ukuran, dan warna spora FMA juga bervariasi yaitu globose, oval,
oblong, dengan atau tanpa hifa substending. Ukuran spora bervariasi
dari yang terkecil antara 20-50 μm hingga yang terbesar 200-1000 μm
(Brundrett

et

al.

1994)

tetapi

menurut

Sylvia

(2004)

diameter

spora

Glomus tenue berkisar 10 μm dan beberapa spora genus Scutellospora lebih
dari 1000 μm.
Warna spora Ordo Glomales sangat beragam mulai dari hyaline sampai
hitam (Sylvia 2004) yang meliputi: merah, coklat, kuning, hitam, atau warna
lainnya, dengan atau tanpa ornamen seperti spot. Secara anatomi spora
berbeda-beda dalam hal jumlah dan ketebalan lapisan dinding sel spora maupun
isi sel (Brundrett et al. 2004).
Peranan Fungi Mikoriza Arbuskula Bagi Tanaman
Mikoriza arbuskula telah diketahui memberikan sumbangan yang sangat
besar terhadap pertumbuhan tanaman, serapan hara dan juga produksinya.
Dalam mendapatkan sumber karbohidrat, FMA memberikan kuntungan pada
nitratnya. Hifanya menyebar dalam tanah menyerap air, fosfor dan hara lainnya
(Alexopoulus et al. 1996).
Tanaman bermikoriza umumnya tumbuh lebih baik daripada yang tidak
bermikoriza. Hal ini karena mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur mikro. Selain itu, akar
bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia
untuk tanaman (Serrano 1985), diacu dalam (Setiadi 1989).
Hasil penelitian Coryanti dan Rohayati (2000) menunjukkan bahwa terdapat
respon pertumbuhan tanaman jati yang relatif lebih baik dapat terlihat dari
peningkatan tinggi, diameter dan berat keringnya. Namun terdapat perbedaan
respon yang disebabkan oleh perbedaan isolat FMA yang diinokulasikan, yaitu
pertumbuhan terbaik dihasilkan oleh tanaman yang diinokulasi dengan
Glomus aggregatum, Mycofer, Acaulospora sp dan Glomus manihotis.
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi terhadap serangan
infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungannya adalah sebagai berikut
(Zak 1967), diacu dalam (Setiadi 1989); 1) adanya lapisan hifa sebagai pelindung
fisik terhadap masuknya patogen, 2) mikoriza menggunakan hampir semua

11

kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta kondisi
lingkungan yang tidak cocok untuk patogen, 3) mikoriza dapat menghasilkan
antibiotik.
Menurut Imas et al. (1988) menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan
penyerapan P pada tanaman bermikoriza ditentukan oleh spesies tanaman,
kandungan P dalam tanah, serta infeksi mikoriza yang bergantung pada
tanaman, adaptasi fungi pada lingkungan, dan efisiensi spesies cendawannya.
Unsur P merupakan bahan pembentuk inti sel, dan berperan penting bagi
pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik. Akar tanaman
bermikoriza akan terlindung dari serangan patogen akar karena terhalang hifa,
selain itu secara kimiawi terlindung karena mempunyai anti serangan patogen
(Fakuara et al. 1986).
Peranan FMA dalam menekan perkembangan patogen tanah terutama
disebabkan kolonisasi awal pada perakaran tanaman sehingga mampu
meningkatkan ketahanan tanaman. Secara normal FMA mampu meningkatkan
penyerapan fosfor dan mineral hara lainnya sehingga peningkatan ketahanan
tanaman merupakan efek tidak langsung pada peningkatan ketersediaan hara.
Dengan demikian penurunan serangan penyakit diduga terdapat hubungan
dengan peningkatan ketersediaan fosfor (Setiadi 2000).

Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula Bagi Pertumbuhan Anakan Jati
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan FMA dapat
membantu

meningkatkan

pertumbuhan

anakan

jati.

Hasil

penelitian

Arifanti (1999) menunjukkan bahwa inokulasi Glomus etunicatum dapat
meningkatkan pertumbuhan tinggi rata-rata anakan jati sebesar 35.9