Kemiskinan Dan Reforma Akses Agraria Di Desa Perkebunan

KEMISKINAN DAN REFORMA AKSES AGRARIA
DI DESA PERKEBUNAN
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun Cigarehong,
Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

VIDYA HARTINI SIMARMATA
I34051442

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

ABSTRACT
Local poverty definition in Padajaya Village and Padajembar Village are
an inability to attain a minimum standard of living and having no house. Agrarian
problems of upland village are contour and fertility of land, relation between
peasants and Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH), small land ownership
by peasants, environment damages, low access of transportation access, credit,
cooperation, and agriculture extension. Agrarian reform consists of landreform

and access reform. Access reforms that must be done in Padajaya Village and
Padajembar Village are: developing peasant organisation, infrastructure,
increasing capacity of agent of change and research, creating credit incentives.
Key Word : Agrarian reform, upland poverty, agrarian problem and access.

RINGKASAN
VIDYA HARTINI SIMARMATA. Kemiskinan Dan Reforma Akses Agraria
Di Desa Perkebunan. Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor (di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA).
Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS per Maret 2008,
menunjukkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia sebesar 34,96 juta orang (15,42%), dan sebagian besar
penduduk miskin berada di daerah perdesaaan (63,47%). Kemiskinan di pedesaan
mempunyai hubungan dengan masalah-masalah agraria khususnya tanah. Menurut
Syahyuti (2006), asumsi dasar yang melandasinya adalah karena sebagian besar
rakyatnya masih menggantungkan hidupnya pada tanah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang digunakan
untuk memetakan dan menganalisis kontruksi kemiskinan, masalah agraria yang
masyarakat hadapi dan kegiatan reforma akses agraria apa saja yang relevan

diterapkan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Peneliti memilih
Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar dikarenakan keunikan dari kedua
kampung tersebut, yang masih termasuk ke dalam daerah perkebunan Cianten,
akan tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dari kampung lainnya. Pada
Kampung Padajaya, sebagian besar masyarakatnya tidak menopangkan hidupnya
pada perkebunan, sedangkan pada Kampung Padajembar, sebaliknya sebagian
besar penduduknya menopangkan hidupnya pada perkebunan.
Definisi kemiskinan lokal Kampug Padajaya dan Kampung Padajembar
adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki rumah dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya selayaknya orang biasa, yaitu tidak dapat makan dua kali
sehari dan tidak dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMP. Tangga
kehidupan masyarakat di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu:
fakir miskin, fakir, miskin, sedang, standar dan mampu. Pembuatan indikator dari
tangga kehidupan ini dibuat berdasarkan tingkat penghasilan yang dimiliki oleh
warga masyarakat di dusun tersebut, yang kemudian dikembangkan.
Hasil pertanian yang terdapat di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar adalah padi, cabe, kacang panjang, jagung, pisang, sayur-sayuran dan
tanaman rempah-rempah yang digunakan untuk memasak. Masyarakat pada
umunya menanam padi sebagai komoditas utama, karena padi adalah kebutuhan
utama pangan mereka. Masalah agraria yang dihadapi oleh petani di Kampung

Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu penguasaan yang sempit oleh petani,
degradasi tanah, akses transportasi yang sulit, tidak adanya penyuluhan, tidak
adanya penyaluran kredit, tidak adanya koperasi.
Reforma akses agraria yang harus dilakukan di Kampung Padajaya dan
Kampung Padajembar yaitu: pembangunan infrastruktur, peningkatan
produktivitas tanah, perbaikan sistem pajak tanah, pemberian kredit, adanya
penyuluhan dan penelitian di yang terakhir yaitu perlu adanya pemerataan akses
agaria di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar sesuai dengan tingkat
kesejahteraan yang dapat dilihat melalui tangga kehidupan warga dan luas lahan
pertanian yang mereka miliki.

KEMISKINAN DAN REFORMA AKSES AGRARIA
DI DESA PERKEBUNAN
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun Cigarehong,
Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

VIDYA HARTINI SIMARMATA
I34051442

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama

: Vidya Hartini Simarmata


Nomor Pokok : I34051442
Judul

: Kemiskinan dan Reforma Akses Agraria di Desa Perkebunan
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun
Cigarehong,

Desa

Purwabakti,

Kecamatan

Pamijahan,

Kabupaten Bogor).

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ivanovich Agusta SP, MSi
NIP. 19700816 199702 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1 001

Tanggal Lulus Ujian: ___________________

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“KEMISKINAN

DAN


REFORMA

AKSES

AGRARIA

DI

DESA

PERKEBUNAN. Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar,
Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM
PERNAH

DIAJUKAN

SEBAGAI


KARYA

ILMIAH

PADA

SUATU

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN
DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN
SESUNGGUHNYA

DAN

SAYA

JAWABKAN PERNYATAAN INI.

BERSEDIA


MEMPERTANGGUNG-

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 20 April 1987 sebagai anak kedua dari
pasangan suami istri Janson P. Simarmata, MSc dan Norma Siahaan, BA. Pada
tahun 1993 penulis masuk Sekolah Dasar Budhi Bhakti Bogor. Tahun 1999
meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Darmaga Bogor dan tahun
2002 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Kornita Bogor. Pada tahun 2005,
penulis diterima masuk ke IPB melalui jalur USMI (Usulan Masuk IPB) dan
tercatat sebagai Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Disamping belajar, penulis aktif sebagai panitia penyelenggara pada
beberapa kegiatan di luar dan di dalam kampus dan sebagai anggota beberapa
organisasi dalam kampus diantaranya sebagai divisi Multimedia And Advertising
(MUSELSI) pada Himpunan Mahasiswa Peminat Komunikasi dan Pengembangan
Masyarkat (HIMASIERA), Humas Onigiri Japan Club IPB, dan Komisi
Pelayanan Khusus (KoPelKhu) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.
Pengalaman kerja penulis adalah sebagai penyiar di Radio Pertanian Ciawi dan
notulen seminar.


KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kasih dan pernyertaan Tuhan Yesus
Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa yang di Surga yang telah
memberikan

kasih,

kekuatan

dan

berkatNya,

sehingga

penulis


dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini tidak
dapat penulis selesaikan tanpa mendapat bantuan. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ivanovich Agusta, SP, MSi selaku dosen pembimbing studi pustaka
sekaligus dosen pembimbing skripsi, yang telah mengajarkan banyak hal
mengenai penulisan, mengembangkan pola pikir dan membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dan pengertian selama proses belajar menulis
skripsi ini.
2. Ir. Said Rusli, MA atas kesediaan menjadi dosen penguji utama pada
sidang dan masukan-masukan berharga yang telah diberikan.
3. Martua Sihaloho, SP, MSi atas kesediaan menjadi dosen penguji
perwakilan departemen pada sidang skripsi, masukan-masukan yang
membangun dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di
KPM.
4. Orang tua penulis, Bapak Janson P. Simarmata, MSc dan Ibu Norma
Siahaan, BA atas dukungan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Saudara dan saudari penulis, Posmalini Simarmata, SE, Astrid Rahayu
Kristi, SKPM, Doris Martugiana, dan Richard Simarmata atas motivasi
dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Pangihutan Sutan Sugondo Samosir, STp, atas dukungan yang selalu
diberikan.
7. Mas Sohib

10. M. Iqbal Banna, partner kerja penulis, atas teguran halus dan teguran
kerasnya, yang membuat penulis belajar banyak hal selama penulis bekerja
sambil mengerjakan skripsi ini.
11. Teman-teman Perwira 45 Teresia Tandean, STp, Veronica Gunawan, STp,
Mervina, SGz, Franz Sahidi, Stella A.G, STp yang selalu mengerti
keadaan penulis dan memberi semangat.
12. Teman-teman KPM 42 Wina, Ficha, Lidia, Mora, Palupi, Tamimi, Edu,
Dito, Bibob, Rio, Yuda, Rizal, Anvina, Fahmi yang selalu membantu
penulis dalam suka dan duka.
13. Sahabat penulis Narendra, Rifan, Kiki, Lina, Wanya, Fitri, dan Wani.
14. Keluarga kelompok kecil penulis Ci uke, Nina, Melda, Vania, dan Nikita
atas doanya.

KEMISKINAN DAN REFORMA AKSES AGRARIA
DI DESA PERKEBUNAN
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun Cigarehong,
Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

VIDYA HARTINI SIMARMATA
I34051442

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

ABSTRACT
Local poverty definition in Padajaya Village and Padajembar Village are
an inability to attain a minimum standard of living and having no house. Agrarian
problems of upland village are contour and fertility of land, relation between
peasants and Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH), small land ownership
by peasants, environment damages, low access of transportation access, credit,
cooperation, and agriculture extension. Agrarian reform consists of landreform
and access reform. Access reforms that must be done in Padajaya Village and
Padajembar Village are: developing peasant organisation, infrastructure,
increasing capacity of agent of change and research, creating credit incentives.
Key Word : Agrarian reform, upland poverty, agrarian problem and access.

RINGKASAN
VIDYA HARTINI SIMARMATA. Kemiskinan Dan Reforma Akses Agraria
Di Desa Perkebunan. Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor (di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA).
Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS per Maret 2008,
menunjukkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia sebesar 34,96 juta orang (15,42%), dan sebagian besar
penduduk miskin berada di daerah perdesaaan (63,47%). Kemiskinan di pedesaan
mempunyai hubungan dengan masalah-masalah agraria khususnya tanah. Menurut
Syahyuti (2006), asumsi dasar yang melandasinya adalah karena sebagian besar
rakyatnya masih menggantungkan hidupnya pada tanah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang digunakan
untuk memetakan dan menganalisis kontruksi kemiskinan, masalah agraria yang
masyarakat hadapi dan kegiatan reforma akses agraria apa saja yang relevan
diterapkan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Peneliti memilih
Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar dikarenakan keunikan dari kedua
kampung tersebut, yang masih termasuk ke dalam daerah perkebunan Cianten,
akan tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dari kampung lainnya. Pada
Kampung Padajaya, sebagian besar masyarakatnya tidak menopangkan hidupnya
pada perkebunan, sedangkan pada Kampung Padajembar, sebaliknya sebagian
besar penduduknya menopangkan hidupnya pada perkebunan.
Definisi kemiskinan lokal Kampug Padajaya dan Kampung Padajembar
adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki rumah dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya selayaknya orang biasa, yaitu tidak dapat makan dua kali
sehari dan tidak dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMP. Tangga
kehidupan masyarakat di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu:
fakir miskin, fakir, miskin, sedang, standar dan mampu. Pembuatan indikator dari
tangga kehidupan ini dibuat berdasarkan tingkat penghasilan yang dimiliki oleh
warga masyarakat di dusun tersebut, yang kemudian dikembangkan.
Hasil pertanian yang terdapat di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar adalah padi, cabe, kacang panjang, jagung, pisang, sayur-sayuran dan
tanaman rempah-rempah yang digunakan untuk memasak. Masyarakat pada
umunya menanam padi sebagai komoditas utama, karena padi adalah kebutuhan
utama pangan mereka. Masalah agraria yang dihadapi oleh petani di Kampung
Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu penguasaan yang sempit oleh petani,
degradasi tanah, akses transportasi yang sulit, tidak adanya penyuluhan, tidak
adanya penyaluran kredit, tidak adanya koperasi.
Reforma akses agraria yang harus dilakukan di Kampung Padajaya dan
Kampung Padajembar yaitu: pembangunan infrastruktur, peningkatan
produktivitas tanah, perbaikan sistem pajak tanah, pemberian kredit, adanya
penyuluhan dan penelitian di yang terakhir yaitu perlu adanya pemerataan akses
agaria di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar sesuai dengan tingkat
kesejahteraan yang dapat dilihat melalui tangga kehidupan warga dan luas lahan
pertanian yang mereka miliki.

KEMISKINAN DAN REFORMA AKSES AGRARIA
DI DESA PERKEBUNAN
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun Cigarehong,
Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

VIDYA HARTINI SIMARMATA
I34051442

SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama

: Vidya Hartini Simarmata

Nomor Pokok : I34051442
Judul

: Kemiskinan dan Reforma Akses Agraria di Desa Perkebunan
(Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun
Cigarehong,

Desa

Purwabakti,

Kecamatan

Pamijahan,

Kabupaten Bogor).

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ivanovich Agusta SP, MSi
NIP. 19700816 199702 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1 001

Tanggal Lulus Ujian: ___________________

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“KEMISKINAN

DAN

REFORMA

AKSES

AGRARIA

DI

DESA

PERKEBUNAN. Kasus: Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar,
Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM
PERNAH

DIAJUKAN

SEBAGAI

KARYA

ILMIAH

PADA

SUATU

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN
DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN
SESUNGGUHNYA

DAN

SAYA

JAWABKAN PERNYATAAN INI.

BERSEDIA

MEMPERTANGGUNG-

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 20 April 1987 sebagai anak kedua dari
pasangan suami istri Janson P. Simarmata, MSc dan Norma Siahaan, BA. Pada
tahun 1993 penulis masuk Sekolah Dasar Budhi Bhakti Bogor. Tahun 1999
meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Darmaga Bogor dan tahun
2002 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Kornita Bogor. Pada tahun 2005,
penulis diterima masuk ke IPB melalui jalur USMI (Usulan Masuk IPB) dan
tercatat sebagai Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Disamping belajar, penulis aktif sebagai panitia penyelenggara pada
beberapa kegiatan di luar dan di dalam kampus dan sebagai anggota beberapa
organisasi dalam kampus diantaranya sebagai divisi Multimedia And Advertising
(MUSELSI) pada Himpunan Mahasiswa Peminat Komunikasi dan Pengembangan
Masyarkat (HIMASIERA), Humas Onigiri Japan Club IPB, dan Komisi
Pelayanan Khusus (KoPelKhu) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.
Pengalaman kerja penulis adalah sebagai penyiar di Radio Pertanian Ciawi dan
notulen seminar.

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kasih dan pernyertaan Tuhan Yesus
Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa yang di Surga yang telah
memberikan

kasih,

kekuatan

dan

berkatNya,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini tidak
dapat penulis selesaikan tanpa mendapat bantuan. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ivanovich Agusta, SP, MSi selaku dosen pembimbing studi pustaka
sekaligus dosen pembimbing skripsi, yang telah mengajarkan banyak hal
mengenai penulisan, mengembangkan pola pikir dan membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dan pengertian selama proses belajar menulis
skripsi ini.
2. Ir. Said Rusli, MA atas kesediaan menjadi dosen penguji utama pada
sidang dan masukan-masukan berharga yang telah diberikan.
3. Martua Sihaloho, SP, MSi atas kesediaan menjadi dosen penguji
perwakilan departemen pada sidang skripsi, masukan-masukan yang
membangun dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di
KPM.
4. Orang tua penulis, Bapak Janson P. Simarmata, MSc dan Ibu Norma
Siahaan, BA atas dukungan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Saudara dan saudari penulis, Posmalini Simarmata, SE, Astrid Rahayu
Kristi, SKPM, Doris Martugiana, dan Richard Simarmata atas motivasi
dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Pangihutan Sutan Sugondo Samosir, STp, atas dukungan yang selalu
diberikan.
7. Mas Sohib

10. M. Iqbal Banna, partner kerja penulis, atas teguran halus dan teguran
kerasnya, yang membuat penulis belajar banyak hal selama penulis bekerja
sambil mengerjakan skripsi ini.
11. Teman-teman Perwira 45 Teresia Tandean, STp, Veronica Gunawan, STp,
Mervina, SGz, Franz Sahidi, Stella A.G, STp yang selalu mengerti
keadaan penulis dan memberi semangat.
12. Teman-teman KPM 42 Wina, Ficha, Lidia, Mora, Palupi, Tamimi, Edu,
Dito, Bibob, Rio, Yuda, Rizal, Anvina, Fahmi yang selalu membantu
penulis dalam suka dan duka.
13. Sahabat penulis Narendra, Rifan, Kiki, Lina, Wanya, Fitri, dan Wani.
14. Keluarga kelompok kecil penulis Ci uke, Nina, Melda, Vania, dan Nikita
atas doanya.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Kemiskinan ......................................................................................... 6
2.1.1 Konsep Kemiskinan .................................................................... 6
2.1.2 Indikator Kemiskinan : Aset dan Pendapatan .............................. 8
2.1.3 Penanggulangan Kemiskinan ...................................................... 12
2.2 Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Perkebunan ........................... 14
2.3 Masalah-masalah Agraria di Perkebunan ............................................. 16
2.3.1 Ketimpangan Penguasaan dan Pemilikan ..................................... 18
2.3.2 Penguasaan yang Sempit oleh Petani .......................................... 19
2.3.3 Kerusakan Lingkungan ............................................................... 20
2.4 Reforma Agraria ................................................................................. 21
2.4.1 Konsep Reforma Agraria ............................................................. 21
2.4.2 Reforma Akses Agraria .............................................................. 24
2.4.3 Dampak Reforma Agraria ........................................................... 26
2.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 31
3.3 Pemilihan Tineliti dan Informan .......................................................... 36
3.4 Metode Pengambilan Data .................................................................. 38
3.4.1 Wawancara Mendalam ................................................................ 39
3.4.2 Pengamatan Berperan Serta ........................................................ 41
3.4.3 Penelusuran Dokumen ................................................................ 42
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 42
3.6 Bias Penelitian .................................................................................... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA, DUSUN, KAMPUNG DAN
PERKEBUNAN
4.1 Desa Purwabakti ................................................................................. 45
4.1.1 Kondisi Geografis Desa Purwabakti ........................................... 45
4.1.2 Kependudukan Desa Purwabakti ................................................ 46
4.1.3 Pendidikan Desa Purwabakti ...................................................... 48
4.2 Dusun Cigarehong .............................................................................. 49
4.3 Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar .................................... 50
4.3.1 Keadaan Geografi Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar50
4.3.2 Pendidikan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar ..... 52
4.4 PTP. Nusantara VIII Perkebunan Cianten ............................................ 55
4.4.1 Keadaan Geografi ....................................................................... 55
4.4.2 Pekerja Perkebunan .................................................................... 57
4.4.3 Sejarah Perkebunan .................................................................... 59
4.4.4 Visi, Misi dan Kontribusi Perkebunan ........................................ 61
4.4.5 Penggunaan Lahan Perkebunan .................................................. 62
BAB V KONSTRUKSI KEMISKINAN LOKAL
5.1 Sejarah Penduduk Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar ....... 64
5.2 Masyarakat sebagai Pekerja Perkebunan ............................................. 65
5.3 Merekonstruksi Ulang Arti dan Indikator Kemiskinan Lokal ............... 72
5.4 Kemiskinan Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar ................ 78
5.5 Mobilitas Sosial .................................................................................. 84
5.5.1 Warga kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yang
Tetap Miskin ............................................................................ 93
5.5.2 Warga kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yang
Jatuh Miskin ............................................................................. 95
5.5.3 Warga kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yang Tetap
Kaya ......................................................................................... 98
5.5.4 Warga Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yang Jadi
Kaya ........................................................................................ 99
5.6 Modal Sosial Masyarakat .................................................................... 101
BAB VI MASALAH AGRARIA
6.1 Kontur Wilayah Perkebunan dan Kesuburan Tanah ............................. 103
6.2 Hubungan Petani dengan TNGH ......................................................... 107
6.3 Penguasaan yang Sempit oleh Petani .................................................... 109
6.4 Kerusakan Lingkungan ....................................................................... 114
6.5 Sulitnya Akses Transportasi ................................................................ 115
6.6 Tidak Adanya Penyuluhan .................................................................. 118
6.7 Tidak Adanya Penyaluran Kredit ........................................................ 121
6.8 Tidak Adanya Koperasi ....................................................................... 124

BAB VII REFORMA AKSES AGRARIA
7.1 Pengembangan Keorganisasian Petani ................................................
7.2 Pembangunan Infrastruktur ................................................................
7.3 Penyuluhan dan Penelitian .................................................................
7.4 Pemberian Kredit ...............................................................................
7.5 Pemerataan Akses ..............................................................................
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan ..........................................................................................
8.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................

128
129
130
131
131
137
138
139
141

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1.

Struktur permasalahan agraria di Indonesia ...........................................

17

2.

Topik Wawancara Penelitian .................................................................

40

3.

Luas dan Penggunaan Lahan Desa Purwabakti ......................................

46

4.

Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Purwabakti ...............

47

5.

Mata Pencaharian Penduduk Desa Puwabakti .........................................

48

6.

Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Purwabakti .....................................

49

7.

Jenjang Kepegawaian dan Jumlah Karyawan PTPN VIII Kebun Cianten

57

8.

Penggunaan Lahan Perkebunan ...............................................................

63

9.

Mobilitas sosial Masyarakat ...................................................................

91

10. Sebaran Masyarakat Berdasarkan Posisi Tangga Kehidupan Masyarakat
pada Tahun 1999 dan Tahun 2009 ..........................................................

93

11. Jumlah Pemilik Sawah Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar .. 123

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1.

Kerangka Pemikiran .............................................................................. 29

2.

Waktu Penelitian ................................................................................... 35

3.

Peta Desa .............................................................................................. 45

4.

SDN Ciasmara IV ................................................................................. 52

5.

Tempat Penitipan Anak (TPA) .............................................................. 53

6.

Pemetik Teh Mengantri Giliran untuk Penimbangan ............................. 66

7.

Juru Tulis Perkebunan ........................................................................... 67

8.

Tangga Kehidupan, Indikator Kemiskinan Lokal Kampung Padajaya
dan Kampung Padajembar .................................................................... 74

9.

Grafik Keluarga Miskin Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar 79

10. Indikator Mobilitas sosial ....................................................................... 86
11. Sebaran Masyarakat Berdasarkan Posisi Tangga Kehidupan Masyarakat
pada Tahun 1999 dan Tahun 2009 ......................................................... 92
12. Sawah yang Sesuai dengan Kontur Tanah Daerah Perkebunan ............... 104
13. Sayuran yang di Tanam Sesuai Kontur Tanah ....................................... 105
14. Tanaman Rempah dan Pohon Pisang Warga ........................................ 105
15. Padi Komoditas Utama Pertanian Masyarakat ....................................... 106
16. Grafik Luas Sawah Masyarakat Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar .......................................................................................... 112
17. Batu Kali di Tengah Sawah Masyarakat ................................................ 115
18. Sebaran Sawah Masyarakat Di Kampung Padajaya Dan Kampung
Padajembar ........................................................................................... 124

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1.

Pedoman Pertanyaan Penelitian ............................................................. 141

2.

Daftar Pengkategorian Keluarga Miskin Kampung Padajaya dan
Kampung Padajembar ........................................................................... 160

3.

Karaksteristik Rumah Tangga Miskin Menurut BPS ............................. 166

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Studi mengenai pedesaan di Indonesia tidak lepas dari permasalahan

kemiskinan. Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS per Maret
20081, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia sebesar 34,96 juta orang (15,42%), dan sebagian besar
penduduk miskin berada di daerah perdesaaan (63,47%).
Kemiskinan di pedesaan mempunyai hubungan dengan masalah-masalah
agraria khususnya tanah. Menurut Syahyuti (2006), asumsi dasar yang
melandasinya

adalah

karena

sebagian

besar

penduduk

desa

masih

menggantungkan hidupnya pada tanah. Dalam kondisi demikian, penataan
penguasaan tanah yang lebih adil dan pemerataan akses terkait pengelolaan tanah
tersebut kepada masyarakat merupakan instrumen yang esensial untuk
menanggulangi kemiskinan dan ketimpangan penghasilan di pedesaan.
Upaya untuk menanggulangi kemiskinan di pedesaan salah satunya
dengan implementasi dari program reforma agraria, yang pada tahun 2007
dicanangkan kembali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Agrarian
reform, atau adakalanya disebut reforma agraria dan pembaruan agraria (istilah
resmi sebagaimana tercantum dalam Tap MPR No. IX tahun 2001), memiliki
pengertian yang lebih luas, yang mencakup dua tujuan pokok yaitu bagaimana
mencapai produksi dari tanah yang lebih tinggi, dan bagaimana agar lebih dicapai
keadilan (Cohen, 1978 dalam Pangkurian, 2008).
1

http://www.bps.go.id/releases/Other_Press_Releases/Bahasa_Indonesia/more3.html

Selain itu, urgensi dari reforma agraria tidak hanya untuk menanggulangi
kemiskinan, menahan laju urbanisasi, menciptakan lapangan pekerjaan di desa,
tetapi tujuan-tujuan ekonomis dari pelaksanaan reforma agraria juga akan
mendukung pembangunan nasional yang kokoh. Melalui kokohnya pertanian,
diharapkan Indonesia mempunyai kemadirian pangan dan dapat berdikari

penyuluhan, pemberian bibit unggul, irigasi, maupun peningkatan inovasi
teknologi dalam pertanian.
Reforma agraria dapat dilancarkan dengan titik berat yang berbeda-beda.
Ada yang titik beratnya pada pembangunan ekonomi, di mana redistribusi tanah
tidak diutamakan. Ada pula dengan menitikberatkan kepada perombakan struktur
sosial dan asas pemerataan, dengan sasaran utama adalah redistribusi tanah.
Redistribusi tanah seringkali disebut sebagai aspek landreform yaitu penataan
ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah. Sementara itu, aspek nonlandreform adalah bentuk-bentuk dan cara mengolah tanah dengan menerapkan
teknologi baru, perbaikan infrastruktur, bantuan kredit, dukungan penyuluhan
pertanian, pengembangan pasar komoditas pertanian dan lain-lain (Syahyuti,
2006).

1.2

Perumusan Masalah
Kemiskinan di pedesaan dapat disebabkan oleh masalah pertanian maupun

non-pertanian. Akan tetapi penelitian ini akan lebih difokuskan pada masalah
pertanian yang terdapat di daerah pedesaan, khususnya desa perkebunan, yaitu di
Desa Purwabakti. Menurut Mubyarto (1992), kemiskinan di pedesaan, khususnya
pada desa perkebunan, terjadi karena bekerjanya sistem

Penduduk yang menjadi karyawan dari perkebunan mengusahakan lahan
yang ada disekitarnya untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari karena
kurangnya gaji yang didapatkan dari perkebunan. Di desa-desa perkebunan
ditemukan petak-petak tanah pertanian penduduk yang menggunakan lerenglereng yang tidak digunakan oleh perusahaan perkebunan karena ketinggiannya
yang tidak layak untuk penanaman komoditas perkebunan itu sendiri.
Reforma akses agraria diharapkan dapat memberikan solusi bagi penduduk
di pedesaan untuk keluar dari kemiskinan yang mereka alami. Reforma akses
agraria ini berupa pemberian akses kepada masyarakat terkait pengelolaan tanah
yang mereka gunakan agar dapat memaksimalkan produktivitas tanah mereka,
untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas hasil panen yang maksimal, dengan
tidak merusak alam.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pertanyaan penelitian ialah:
1. Bagaimana konstruksi kemiskinan di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana masalah agraria memberikan kontribusi terhadap kemiskinan
di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun Cigarehong,
Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana masalah agraria di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor dapat diselesaikan dengan reforma akses agraria?

1.3

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

untuk menjawab pertanyaan pada perumusan masalah. Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Memahami konstruksi kemiskinan di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis masalah agraria yang memberikan kontribusi terhadap
kemiskinan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar, Dusun
Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis masalah agraria di Kampung Padajaya dan Kampung
Padajembar, Dusun Cigarehong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor yang dapat diselesaikan dengan reforma akses agraria.

1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan data kuantitatif mengenai

kemiskinan, masalah agraria dan reforma agraria khususnya pada desa
perkebunan. Hasil analisis data tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penerapan program-program kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan di daerah tersebut, dan masukan bagi lembaga
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang hendak melaksanakan reforma
agraria di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar.

BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1

Kemiskinan

2.1.1

Konsep Kemiskinan
Pada hakikatnya, kemiskinan merupakan persoalan yang selalu ada, dari

dulu, dan mungkin akan selalu ada sampai kapanpun. Belum ada upaya
penanggulangan kemiskinan yang berhasil dengan sempurna. Akan tetapi
memahami konsep kemiskinan tetap penting, yaitu untuk menemukan indikator
kemiskinan dan strategi penanggulangan kemiskinan yang tepat. Kemiskinan
diartikan secara berbeda-beda oleh para pakar kemiskinan. Hal ini dikarenakan
sudut pandang yang berbeda dalam melihat akar dari kemiskinan tersebut.
Menurut Sudibyo (1995), kemiskinan adalah kondisi deprivasi terhadap
sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan dasar, sedangkan kesenjangan adalah ketidakmerataan
akses terhadap sumber ekonomi yang dimiliki. Dari kelima deprivation trap
tersebut, kerentaan dan ketidakberdayaan merupakan penyebab yang perlu
mendapatkan perhatian. Kerentaan dan ketidakberdayaan tersebut mengakibatkan
perbedaan kepemilikan faktor produksi. Perbedaan tersebut dicerminkan oleh
ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi, dan masing-masing pelaku
ekonomi hanya akan memperoleh penghasilan yang sebanding dengan apa yang
dikorbankan dan faktor produksi apa yang dimiliki. Menurut Syahyuti (2006),
miskin adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya, dan tak mampu
memanfaatkan tenaga, mental, dan pikirannya dalam kelompok tersebut.

Soedjatmoko pada seminar ilmiah HIPIIS 2 menyatakan terdapat dua
hubungan antara kemiskinan dan ketidakadilan. Ketidakadilan pada pemerataan
terhadap pengadaan sumber-sumber daya maupun pelayanan sosial yang
menyebabkan terjadinya kemiskinan mutlak. Adanya ketidakadilan ini juga
berkaitan dengan pola organisasi sosial dan dengan pola pengaturan institusional.
Sedangkan menurut Amartya Sen dalam Syahyuti (2006),

didasarkan kepada pendekatan kesejahteraan (the welfare approach), sedangkan
sisi subyektif berasal dari penilaian masyarakat setempat
Kemiskinan dapat dilihat pada level individu, keluarga, komunitas,
maupun negara. Kemiskinan pada level individu dipercaya muncul karena
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam hidupnya.
Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena faktor keluarga dimana si miskin
hidup, faktor kultural (subcultural causes) yang membentuk pola hidup, serta pola
pembelajaran dan prinsip berbagi dari komunitasnya, faktor luar misalnya karena
peran kebijakan pemerintah atau karena struktur ekonomi yang tidak adil, dan
penyebab struktural dimana kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial yang
tidak adil. Pada sebagian kalangan, yang melihatnya sebagai isu politik,
kemiskinan disebabkan karena kebijakan politik yang salah selanjutnya
melahirkan ketidakadilan sosial, dan lemahnya kesempatan untuk memperoleh
pendudukan (Syahyuti, 2006).

2.1.2

Indikator Kemiskinan: Aset dan Penghasilan
Terdapat perbedaan pandangan dalam melihat

kemiskinan

yaitu

berdasarkan kepemilikan aset dan tingkat penghasilan. Menurut Sherraden (2006),
aset merujuk pada jumlah kekayaan yang ada dalam keluarga. Sebaliknya,
penghasilan (income) merujuk pada arus sumber daya dalam sebuah keluarga,
sebuah konsep yang diasosiasikan dengan konsumsi terhadap barang dan jasa atau
pelayanan serta terhadap standar hidup. Alasan utamanya adalah bahwa
penghasilan hanya akan mempertahankan budaya konsumtif, sedangkan aset
dapat mengubah cara berpikir masyarakat dan cara mereka berinteraksi dengan

dunia. Aset akan membuat orang berpikir untuk tujuan-tujuan jangka panjang dan
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut menjadi kenyataan. Dengan kata lain,
penghasilan berfungsi untuk mengisi

5. Mesin, alat-alat dan komponen produksi nyata lainnya, dengan bentuk
keuntungan penjualan dari produk yang dihasilkan (juga kerugiannya).
6. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama, dengan keuntungan lewat
meningkatnya efisiensi tugas keluarga.
7. Sumber alam, seperti perkebunan, minyak, mineral dan kayu hutan dengan
keuntungan penjualan panen atau komoditas yang diambil (juga
kerugiannya).
8. Hak cipta dan hak paten dengan keuntungannya dalam bentuk royalti dan
biaya penggunaan lainnya.
B. Aset tidak Nyata (Intangible Asset)
Aset yang tidak nyata lebih bersifat tidak pasti, tidak secara legal diatur
dan seringkali diatur secara tidak jelas oleh karakter individu atau hubungan sosial
dan ekonomi.
1. Akses pada kredit (kapital yang dimiliki oleh orang lain) dengan
keuntungan tergantung dari penggunaan kredit tersebut (layaknya dalam
investasi).
2. Modal manusia (human capital), yang secara umum memiliki intelegensia,
latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan
dan kesehatan, dan juga energi, visi, harapan dan imaginasi, dengan
bentuk pemasukannya adalah gaji dan kompensasi lainnya setelah
melakukan pekerjaan, layanan, dan ide.
3. Modal budaya (cultural capital), dalam bentuk pengetahuan dari subyek
yang secara kultural signifikan, kemampuan untuk menghadapi situasi
sosial dan birokrasi formal, termasuk kosa kata, aksen, cara berpakaian,

penampilan dengan bentuk keuntungan mendapatkan penerimaan dari pola
asosiasi.
4. Modal sosial informal (informal social capital) dalam bentuk keluarga,
teman, koneksi yang kadang disebut dengan

2.1.3

Penanggulangan Kemiskinan
Menurut Syahyuti (2006), setidaknya ada dua paradigma atau teori besar

(grand theory) mengenai kemiskinan, yaitu: paradigma neo-liberal dan sosial
demokrat. Secara garis besar, para pendukung neo-liberal berargumen bahwa
kemiskinan merupakan persoalan individual yang disebabkan oleh kelemahankelemahan, atau karena pilihan-pilihan individu yang bersangkutan. Negara hanya
turun tangan apabila keluarga, kelompok-kelompok swadaya, atau lembagalembaga keagamaan tidak mampu lagi menangani. Secara langsung, strategi
penanggulangan kemiskinan harus bersifat

2.

Pemberdayaan masyarakat (people empowerment) dengan peningkatan
akses kepada sumber daya ekonomi dan politik.

3.

Peningkatan kemampuan (increasing capacity) melalui pendidikan dan
perumahan.

4.

Perlindungan sosial (social protection) untuk mereka yang menderita cacat
fisik, fakir miskin, keluarga terisolir, terkena PHK, dan korban konflik
sosial.
Pada proses perumusan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan,

kurangnya akses pertanahan juga diidentifikasi sebagai salah satu permasalahan
yang dihadapi oleh orang miskin. Berbagai hasil kajian yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa bagi orang miskin tanah menjadi aset yang sangat berharga
dan seringkali menjadi satu-satunya sumber penghidupan. Ini terjadi terutama
pada masyarakat yang hidup di daerah pertanian, hutan dan perkebunan (Godril
dalam, Yuwono 2005).
Pilot project PPAN (Program Pembaruan Agraria Nasional) telah berjalan
di tahun anggran 2007, umumnya terdiri dari dua bentuk yakni pendaftran tanah
perorangan atas tanah-tanah yang dahulu pernah ditegaskan sebagai tanah obyek
landreform, dan penyelesain konflik antara petani dengan perkebunan swasta
dengan cara sebagian tanah diredistribusi secara perorangan pada petani dan
sebagian lagi diberikan perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) pada perusahan
perkebunan. Kedua bentuk ini sama sekali tidak dapat dianggap bentuk yang
dapat diandalkan (adequate solution) untuk menghadapi masalah-masalah agraria
(agrarian questions), yang secara fenomenal ditandai oleh kemiskinan dan
keterbelakangan agraria yang kronis, kesenjangan atau ketidakadilan kepemilikan

aset yang tajam, pengangguran terbuka dan terselubung yang besar, kerusakan
lingkungan yang mengguncang, kekurangan bahan makanan, konflik agraria yang
meledak-ledak, ketidakmampuan rakyat pedesan memiliki tabungan (domestic
capital) dan mengembangkan teknologi untuk memperbaiki produksi, dan
kondisi-kondisi keberlangsungan hidupnya (Fauzi, 2008).

2.2

Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Perkebunan
Perkebunan sering disebut

memperoleh upah kerja sekitar Rp 18.000,00 sampai dengan Rp 20.000,00 per
hari (Herlina, 2002).
Selain upah, kemiskinan di perkebunan terkait juga dengan akses yang
berbeda antara buruh dan kelompok manajemen perkebunan. Menurut Mubyarto
(1992), perbedaan antara kelompok manjemen dan buruh tidak hanya terletak
pada kekuasaan dalam pengambilan kekuasaan tetapi juga dalam hal gaji dan
fasilitas lain yang menyangkut kesejahteraan sosial mereka masing-masing.
Perbedaan dalam mengakses fasilitas dan juga gaji menyebabkan masyarakat
miskin di pedesaan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti masyarakat
lainnya dalam desa tersebut. Kemiskinan di perkebunan ini bersifat struktural,
karena terjadi ketimpangan akses ekonomi, kesehatan dan pelayanan lainnya
antara kelompok buruh dengan kelompok manajemen.
Kemiskinan yang bersifat struktural tersebut memaksa pekerja perkebunan
mencari tambahan penghasilan di luar pekerjaan di perkebunan (Mubyarto, 1992).
Dalam Herlina (2002) yang meneliti di desa perkebunan teh di Desa Sukajembar,
Kabupaten Cianjur, pekerjaan yang banyak ditekuni oleh masyarakat adalah usaha
perkebunan tehPer. Sebagian lagi berusaha tani padi dan holtikultura. Tanaman
holtikultura yang banyak dibudidayakan adalah tomat, sayur putih (sampo),
bakung, cabe dan kacang panjang. Namun pengelolaan usaha tani padat modal ini
tidak dilakukan secara optimal, karena kurangnya pengetahuan teknik bercocok
tanam serta akses terhadap modal yang rendah. Selain usaha tani dan buruh tani,
terdapat

beberapa

aktivitas

perekonomian

sebagai

sumber

penghasilan

masyarakat, di antaranya berdagang kebutuhan sehari-hari, tengkulak hasil

pertanian, industri pengolahan teh dan pembuatan gula aren, serta sebagai jasa
angkutan.
Hubungan masing-masing tingkat kepegawaian tersebut dipisah dengan
tegas dan kaku oleh status dan sistem upah. Status dan sistem upah yang ada di
perkebunan menyebabkan timbulnya stratifikasi sosial di daerah perkebunan yang
sesuai dengan jabatannya dalam perkebunan. Menurut Mubyarto (1992)
perbedaan dalam kehidupan sosial ekonomi terjadi pula antara kelompok staf dan
non-staf perkebunan dengan masyarakat sekeliling perkebunan. Rumah-rumah
yang besar dengan fasilitas yang lengkap yang ada dalam perkebunan serta
kehidupan yang serba mewah sangat kontras dengan kehidupan yang sangat paspasan dari masyarakat yang ada di perkebunan. Dalam situasi tersebut tidak dapat
dihindari lagi munculnya rasa kecemburuan sosial di kalangan masyarakat
perkebunan itu sendiri maupun di kalangan masyarakat yang ada di sekitarnya.

2.3

Masalah-Masalah Agraria di Perkebunan
Secara etimologis, istilah

Aspek fisik dapat berupa tanah, baik yang digunakan sebagai perumahan,
perkebunan, pertanian, daerah hutan ataupun pertambangan. Aspek non-fisik
terdiri dari hubungan-hubungan yang terkait dengan tanah tersebut, baik hukum
yang

berlaku

atas

kepemilikan tanah

tersebut,

struktur

agraria

yang

mempengaruhi akses setiap subyeknya terhadap sumber-sumber agraria dan
berpengaruh besar terhadap keadilan dan tingkat kesejahteraan masing-masing
subyek agraria, maupun politik yang mempengaruhi pasar dari hasil tanah tersebut
(bidang pertanian).

2.3.1

Ketimpangan Penguasaan dan Pemilikan
Pada masyarakat di desa perkebunan, pemilikan atau penguasaan lahan

sangat penting sebagai pembuka peluang untuk meningkatkan produksi dan
memaksimalkan keuntungan. Petani di sini berperan sebagai manajer yang dalam
dirinya lekat kekayaan lahan sebagai merupakan sumberdaya ekonomi sekaligus
lambang status sosial di pedesaan. Ada perasaan bangga yang mengikat kuat dan
memotivasi untuk berusaha (Herlina, 2002).
Selain itu, penguasaan dan pemilikan pada masyarakat perkebunan
menjadi penting dikarenakan buruh perkebunan membutuhkan tanah untuk diolah
sebagai tambahan penghasilan dari upah rendah yang mereka dapatkan dari
perkebunan. Berdasarkan kajian Wijarnako (2005) upah rata-rata buruh petik pada
perkebunan teh yaitu Rp 100.000,00 sampai dengan Rp 250.000,00 per bulan.
Ketimpangan penguasaan dan pemilikan yang terjadi di desa perkebunan
yang melahirkan sengketa agraria, menurut Wijarnako (2005), bersumber dari
dominasi sistem pengelolaan tanah dan kekayaan alam termasuk perkebunan,

yang datang atau berasal dari negara, yang secara sepihak memberikan porsi
kesempatan begitu besar pada pemilik-pemilik modal dalam mengelola sumber
agraria. Isu kesenjangan ekonomi antara pihak perkebunan dengan desa
perkebunan sekitarnya merupakan akibat dari tindakan eksploitasi terhadap
sumber daya dan memanfaatkannya secara sepihak demi peningkatan produksi.
Pemilik modal dalam perkebunan yang menekankan pada keuntungan
semata membuat posisi masyarakat di desa perkebunan terdominasi. Pemberian
harga sewa tanah yang mahal membuat masyarakat di desa perkebunan yang
memiliki akses kepada penguasaan dan pemilikan tanah di desa perkebunan
adalah masyarakat yang memiliki posisi dalam perkebunan, karena mereka
memiliki modal yang berasal dari upah dari perkebunan untuk membayar sewa
dan memenuhi kebutuhan dengan mengolah tanah tersebut. Sementara itu buruh
perkebunan yang membutuhkan tanah untuk tambahan penghasilan tidak dapat
menikmati akses dari tanah karena keterbatasan modal. Buruh hanya menjadi
petani yang tidak memiliki tanah, sedangkan akumulasi pemilikan dan
penguasaan tanah hanya terletak pada masyarakat yang memiliki modal
(Wijarnako, 2005).

2.3.2

Penguasaan yang Sempit oleh Petani
Sempitnya penguasaan oleh petani di desa perkebunan dikarenakan

sebagian besar wilayah pertanian yang digunakan merupakan Hak Guna Usaha
yang dikuasai perkebunan. Berdasarkan studi Alfiasari (2004), lahan yang
digunakan oleh masyarakat desa perkebunan untuk budidaya pertanian adalah
lahan-lahan yang tidak digunakan oleh perkebunan. Lahan-lahan yang tidak

digunakan ini merupakan lahan-lahan di lereng-lereng gunung yang tidak
digunakan karena kemiringannya tidak cocok untuk tanaman teh. Pada lahan
pertanian masyarakat, tanaman yang biasanya ditanami antara lain, padi, pisang,
singkong, cabe, tomat, kacang panjang, dan bawang daun. Hasil sawah dan ladang
biasanya mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk dikomersialkan banyak hambatannya, baik dari kuantitas produksi yang
sedikit serta sarana transportasi yang masih sulit.
Menurut Mubyar