hidung yang kecil, mulut yang bercelah lebar dengan dua pasang sungut maksila dan mandibula, atau kumis. Inilah yang menjadi ciri khas catfish ikan berkumis
seperti kucing. Pada rongga mulut mempunyai gigi palatin yang terpisah dari tulang vomer. Tutup insang tidak terlalu besar, menutup bagian kepala.
Patin bersirip lima, yaitu sebuah sirip punggung dorsal fin, sebuah ekor caudal fin, sebuah sirip dubur anal fin, sepasang sirip perut ventral fin dan
sepasang sirip dada pectoral fin. Sirip punggung kecil dan pendek, berada tepat di atas perut. Sirip dubur panjang, kurang lebih sepertiga dari panjang tubuhnya,
dan berjari-jari sirip 29 – 33. Selain kelima sirip, Patin memiliki adipose fin yang
letaknya di belakang sirip punggung seperti halnya pada kelompok piranha. Patin Siam dan Patin Lokal dapat dibedakan dari bentuk tubuh, bentuk
sirip punggung, patil pada sirip dada. Patin Siam bertubuh lebih panjang dari Patin Lokal, tetapi memiliki sirip punggung dan memiliki patil yang lebih pendek. Atau
Patin Lokal lebih pendek, hampir menyerupai tubuh ikan betutu. Selain itu, patin siam berdaging agak kuning. Sedangkan Patin Lokal berdaging putih dan rasanya
lebih enak.
2.3.3.2 Habitat
Ikan patin umumnya hidup di air tawar dan payau dengan aliran air yang tenang, terutama di sungai-sungai berlumpur atau berpasir. Kadang-kadang ikan
ini masuk ke dalam rawa yang berdekatan dengan sungai besar. Ikan ini hidup subur di sungai, danau, waduk dan kolam. Penyebaran ikan patin meliputi
Thailand, Burma, India Taiwan, Malaysia, Semenanjung Indocina, Sumatra dan Kalimantan. Ikan patin termasuk ikan dasar, hal ini bisa dilihat dari bentuk
mulutnya yang agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Jenis ikan patin di Indonesia cukup banyak,
diantaranya Pangasius polyuranodon ikan juaro, Pangasius macronema ikan rius, riu, lancang, Pangasius micronemus wakal, riu scaring Pangasius nasutus
pedado dan Pangasius nieuwenhuisl lawang. Ikan patin mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap amonia dan
buangan nitrogen lainnya dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan buatan, seperti dalam sangkar terapung. Ikan ini juga mempunyai daya reproduksi,
benihnya dapat ditangkap di sungai-sungai besar dan baik untuk dikembangkan sebagai ikan kultur.
2.3.3.3 Kebiasaan makan
Ikan patin dilihat dari kebiasaan makanan food habbit, di habitat alami dan pada masa fase cenderung bersifat karnivora. Di dalam kolam-kolam
pemeliharaan ikan ini bersifat omnivora, yaitu memakan segala macam pakan baik jasad-jasad hewani maupun nabati, misalnya macaM-macam buah-buahan
dari tumbuhan pinggir sungai, biji-bijian, udang Crustacea, Molusca, Copepoda, Ostracoda, Cladosera, Isopoda, Amphipoda, cacing dan sisa-sisa organisme
lainnya. Jenis makanan yang dapat dimakan larva berumur sekitar 4
– 5 hari adalah organisme renik berupa plankton. Mula-mula larva ikan memakan plankton nabati
phytoplankton yang berukuran 100 – 300 mikron, misalnya Brachionus
calicyflorus, Synchaeta sp, Notholca sp, Polyarthra platiptera, Hexartha mira, Brachionus falcatus, Asplanchna sp, Chonchilus sp, Filina sp, Brachionus
angularis, Karatella cochlearis dan Keratella quadrata. Larva ikan patin cenderung memangsa hewan-hewan kecil lain yang hidup di permukaan sediment
atau yang melayang-layang di air, seperti larva insekta dan larva Crustacea. Selain
itu ikan patin dikategorikan sebagai ikan bottom feeder.
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda dan Laboratorium Akustik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Kegiatan penelitian ini
terbagi atas pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan hasil kegiatan.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a
Scientific Echosounder Simrad EY-60 frekuensi 120 kHz ES120-7C
b
Jaring berbentuk kerucut dengan diameter alas 1 meter dan tinggi 5 meter.
Bahan jaring terbuat dari PVC polyvinylchoride dengan ukuran mata jaring 0,5 cm, sehingga diupayakan ikan tidak merasa stress selama masa
pengambilan data. c
Ikan air tawar yaitu ikan nila O. niloticus, ikan mas C. caprio, dan
ikan patin P. hypothalmus.
3.3 Data Akustik 3.3.1 Pengambilan Data Akustik
Pengambilan data akustik pada ikan air tawar dilakukan secara in situ dengan metode pengukuran aspek dorsal vertical fixed beaming, dimana ikan
ditempatkan pada jaring net cage yang telah dimodifikasi agar tingkat stress ikan dapat dikurangi akibat terbatasnya ruang gerak. Pengambilan data akustik untuk
tiap jenis ikan sebanyak 5 ekor dengan panjang yang berbeda berlangsung 2 sampai 3 harijenis ikan atau setara memperoleh kurang lebih 6.000 pola
kawanan yang terdeteksi oleh akustik Lampiran 1. Setelah itu, ikan diukur panjang total TL dan berat untuk setiap ukuran untuk memperoleh hubungan
panjang-beratnya. Selain itu diukur pula lebar penampang dorsal B dari masing- masing ikan yang diuji Gambar 7. Untuk memperoleh data hubungan bentuk
gelembung renang swimbladder ikan dengan nilai backscattering σ
bs
maka dilakukan pengambilan foto rontgen ikan foto X-Ray.