PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTAR NELAYAN (Studi Kasus Nelayan Di Kec. Paciran Kab. Lamongan)

PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DALAM
MENGATASI KONFLIK ANTAR NELAYAN (Studi Kasus Nelayan Di Kec.
Paciran Kab. Lamongan)
Oleh: ABDUL KARIM (01230124)
Government Science
Dibuat: 2007-01-29 , dengan 3 file(s).

Keywords: KONFLIK, NELAYAN

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah kelautan terbesar di
dunia, namun merupakan sebuah ironi dengan wilayah laut yang demikian luas tetapi masih
banyak menyisakan kemiskinan dalam kehidupan nelayan. Realitas ini menunjukkan bahwa
dalam konstalasi pembangunan yang ada terjadi sebuah ketimpangan pembangunan yang
cenderung mengarah pada wilayah darat dibanding wilayah kelautan, sehingga kebijakankebijakan yang dihasilkan tidak efektif dan efesien dalam menjawab berbagai macam persoalan
yang berkembang dalam kehidupan nelayan. Kekurangan perhatian dan tidak adanya kebijakan
pembangunan kemaritiman yang komperhensif, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah
ekologi kelautan dan konflik sosial serta ketimpangan ekonomi pada komunitas masyarakat
nelayan Paciran khususnya Weru Kompleks dengan masyarakat nelayan Ujung Pangkah yang
diakibatkan oleh perebutan sumber daya perikanan dan perbedaan penggunaan alat tangkap.
Seiring dengan lahirnya UU No.22 tahun 1999 juncto UU No 32 tahun 2004 yang memberikan
pendelegasian kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengelola sumber daya alam

termasuk aturan penangkapan sumber daya perikanan yang ada di wilayahnya yang mengarah
pada terciptanya suatu keadilan dan kesejahteraan masyarakat di daerah bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang Peranan
Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam mengatasi konflik antara nelayan Kecamatan Paciran
khususnya Weru Kompleks yang terdiri dari Weru, Paloh, Sido Kumpul dan Waru Lor dengan
masyarakat nelayan Ujung Pangkah dengan tujuan untuk mengetahui akar konflik dan
bagaimana Peranan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam menangani dan mereduksi eskalasi
konflik tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisa data kualitatif, dengan tujuan agar
lebih mempermudah peneliti dalam menganalisa data. Data diperoleh dengan cara wawancara
dan melakukan pengamatan langsung terhadap subyek konflik juga dengan pihak yang dianggap
representatif, disamping itu peneliti juga mempelajari berbagai dokumen yang berkaitan dengan
obyek penelitian.
Hasil analisa menunjukkan bahwa realitas konflik yang terjadi antara komunitas nelayan Paciran
khususnya Weru Kompleks dengan nelayan Ujung Pangkah merupakan bentuk konflik yang
diakibatkan oleh ketimpangan penggunaan teknologi alat tangkap yang merupakan ekses
revolusi biru dan terjadinya perebutan sumber daya perikanan yang merupakan dampak dari over
fishing (kondisi tangkap lebih), juga dapat diketahui bahwa Pemerintah Lamongan dalam
menangani konflik tersebut menggunakan model sosio-structural aprouch dengan melakukan
koordinasi internal maupun eksternal dengan pemerintah terkait.

Dari hasil analisa data dapat diperoleh kesimpulan bahwa konflik antara nelayan Paciran
khususnya Weru Kompleks dengan nelayan Ujung Pangkah disebabkan oleh perebutan sumber
daya perikanan dimana nelayan Weru Kompleks melakukan ekspansi penangkapan dengan

menggunakan mini trawl ke wilayah perairan Ujung Pangkah dan melakukan perusakan terhadap
alat tangkap nelayan Ujung Pangkah sehingga melahirkan konflik kolektif antar komunitas
nelayan. Dalam proses penyelesaiannya pemerintah beserta pihak terkait bertindak sebagai
fasilitator dan mediator resolusi konflik dengan melibatkan subyek konflik.