64
terjadi pada kawasan sempadan pantai yaitu perubahan semak belukar menjadi kebun campuran sebesar 87 ha.
Pada kawasan sempadan anak sungai dan sempadan sungai perubahan yang terjadi juga cukup kecil. Pada kawasan sempadan sungai perubahan yang terjadi
dari penggunaan awal semak belukar menjadi kebun campuran dan permukiman. Pada kawasan sempadan anak sungai perubahan yang terjadi adalah terbentuknya
permukiman baru. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kawasan lindung di luar kawasan hutan mengarah kepada penggunaan lahan untuk kebun
campuran dan permukiman. Perubahan penggunaan lahan ini menunjukkan kebutuhan lahan yang semakin meningkat terutama permukiman. Permukiman
baru pada sempadan anak sungai terbangun di sekitar kota wates sebagai ibu kota kabupaten.
5.3 Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo mempunyai tingkat kelerengan dari datar sampai dengan sangat curam. Semakin ke arah utara kelerengannya semakin curam.
Tingkat kelerengan lahan sangat menentukan kelas kemampuan lahan dimana, semakin curam lereng maka semakin tinggi kelas kemampuan lahan. Selain
tingkat kelerengan, jenis tanah, erosi, singkapan batuan, kedalaman solum tanah, dan rawan longsor merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan
kelas kemampuan lahan. Faktor-faktor tersebut akan membatasi penggunaan lahan sampai batas tertentu. Resiko dari kelas kemampuan lahan yang semakin tinggi
maka semakin terbatas pula pemanfaatan lahan tersebut. Setiap kelas kemampuan lahan mempunyai kesamaan faktor-faktor penghambat utama. Gambar 21 dan 22
memperlihatkan kelas kemampuan lahan di Kabupaten Kulon Progo.
65
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 21 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Kulon Progo Tahun 1996
66
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 22 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009 Berdasarkan peta kelas kemampuan lahan pada Gambar 21 dan 22,
Kabupaten Kulon Progo mempunyai lima kelas kemampuan lahan. Luas dan persentase dari masing-masing kelas kemampuan lahan di Kabupaten Kulon
Progo tersaji dalam Tabel 19.
67
Tabel 19 Luas tiap kelas kemampuan lahan di Kabupaten Kulon Progo tahun 1996 dan 2009
No. Kemampuan Lahan
Tahun 1996 Tahun 2009
Perubahan Luas Ha
Luas Ha Luas Ha
1 Kelas I
16.948 29,2
16.948 29,2
0,0 2
Kelas II 7.992
13,8 7.992
13,8 0,0
3 Kelas III
15.068 26,0
15.068 26,0
0,0 4
Kelas IV 4.864
8,4 4.726
8,1 -138
-2,8 5
Kelas VI 12.435
21,4 12.435
21,4 0,0
6 Tidak Terdefinisi
721 1,2
859 1,5
138 19,2
Jumlah 58.027
100,0 58.027
100,0 Sumber : Hasil Analisis
Gambar 21, 22, dan Tabel 19, menunjukkan bahwa kemampuan lahan kelas I merupakan yang paling dominan dengan luas 16.948 ha atau 29,2. Urutan
kedua adalah kelas kemampuan lahan III dengan persentase 26,0, diikuti dengan kelas kemampuan VI, kelas kemampuan lahan II, dan kelas kemampuan lahan IV
merupakan yang terkecil sebesar 8,41. Lahan kelas I mendominasi wilayah Kulon Progo bagian selatan sampai dengan daerah pesisir dan wilayah bagian
timur tetapi dengan luasan yang cukup kecil. Lahan kelas II mempunyai sebaran terpencar-pencar dan umumnya
berbatasan dengan lahan kelas I, dan tersebar di daerah pesisir. Lahan kelas II juga tersebar di Kulon Progo bagian timur utara terutama di Kecamatan Nanggulan.
Lahan kelas III tersebar dominan di wilayah tengah, bagian timur Kulon Progo dengan kondisi topografi berbukit. Persebaran lahan kelas III juga dijumpai secara
terpencar-pencar di wilayah Kulon Progo bagian utara. Sebaran dari lahan kelas kemampuan IV tersebar di wilayah Kulon Progo sebelah barat dari tengah ke
utara dan berbatasan dengan lahan kelas VI. Kelas lahan VI meliputi wilayah bagian barat dari tengah sampai ke utara dan merupakan lahan dengan topografi
berbukit. Dibangunnya Waduk Sermo pada tahun 1997, berdampak terhadap lahan-lahan dengan kelas kemampuan IV berkurang seluas 138 ha, oleh karena
digunakan untuk areal pembangunan waduk tersebut yang terdapat di Kecamatan Kokap.
Kelas kemampuan lahan mengindikasikan kesamaan potensi dan hambatan atau resiko dari lahan tersebut, sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe
penggunaan atau tindakan konservasi yang perlu dilakukan. Lahan dengan kelas
68
kemampuan lahan I dan II merupakan lahan yang cocok untuk pertanian ataupun penggunaan lahan yang lain mengingat tidak ada hambatan penggunaan dalam
kelas ini. Lahan kelas VI merupakan lahan dengan penggunaan terbatas dan diutamakan untuk dihutankan. Lahan kelas III dan IV dapat dipertimbangkan
untuk berbagai penggunaan lainnya. Kelas kemampuan lahan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang
sesuai dengan kemampuan lahan akan tetap menjaga kualitas lahan, tetapi penggunaan lahan yang tidak sesuai kemampuannya menyebabkan kerusakan
lahan yang berujung ke lahan kritis. Terkait dengan kerusakan lahan atau lahan kritis, kemampuan lahan dapat digunakan untuk pengecekan terhadap ketepatan
penggunaannya. Berdasarkan kelas kemampuan lahan, penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya dapat direkomendasikan perubahan penggunaannya, atau diterapkannya teknologi konservasi sesuai karakteristik lahan tersebut. Hal ini
akan tetap menjaga lahan tidak rusak atau dapat digunakan secara lestari.
5.4 Potensi Terbentuknya Lahan Kritis