Konsistensi Logis Prinsip Dasar AHP

4 pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya atau mensistesisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Hirarki Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Potensi Wisata di Kampoeng Kopi Banaran Kabupaten Semarang

3.2.2 Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Skor Keterangan 1 kriteria A sedikit lebih penting dibanding dengan B 2 kriteria A lebih penting dibanding dengan B 3 kriteria A sangat lebih penting dibanding dengan B 4 kriteria A mutlak lebih penting dibanding dengan B 5 kedua kriteria sama penting 6 kriteria B sedikit lebih penting dibanding dengan A 7 kriteria B lebih penting dibanding dengan A 8 kriteria B sangat lebih penting dibanding dengan A 9 kriteria B mutlak lebih penting dibanding dengan A Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Tabel 3.2 matriks perbandingan berpasangan Kriteria Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung direct, yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. Perhitungan Perbandingan Kriteria dengan Kriteria Kriteria 1 = K1:K2 + K1:K3 + K1:K4 Kriteria 2 = K2:K3 + K2:K4 + 10 jml data – K1:K2 Kriteria 3 = K3:K4 + 10Jml data – K1:K3 + 10 jml data – K3:k4 Kriteria 4 = 310 jml data – K1:K4 – K2:K4 – K3:K4

3.2.3 Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan yaitu Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks

3.2.4 Konsistensi Logis

Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah- langkah sebagai berikut : a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks. e. Indeks Konsistensi CI = λmaks-n n-1 f. Rasio Konsistensi = CI RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika K1 K2 K3 K4 K1 1 K1:2 K1:3 K1:4 K2 1 K2:3 K2:4 K3 1 K3:4 K4 1 5 rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Untuk kebutuhan data Penelitian di lakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, pemilihan wisata Kampoeng Kopi Banaran diperoleh dari data primer yaitu data statistik pariwisata provinsi jawa tengah yang memiliki kriteria jumlah tenaga kerja, jumlah pendapatan, jumlah wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara tertinggi. Sehingga layak untuk di promosikan dan mengikuti event pameran wisata dan menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Semarang. Namun sangat di sayangkan pengumpulan data yang digunakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah masih menggunakan cara manual yaitu dengan cara pembukuan dari data –data alternative pemilihan potensi wisata terbaik, sehingga akan memerlukan waktu yang lama untuk menentukan kriteria apa saja yang harus di prioritaskan, serta memungkinkan terjadinya kesalahan perhitungan. Selain itu karena data yang diperoleh langsung diwujudkan dalam dokumen dengan media kertas kemudian dirangkum atau direkap dalam suatu buku besar harian yang nantinya dibuatkan laporan rekap bulanan, maka apabila terjadi kesalahan atau koreksi maupun penghapusan data perlu memeriksa secara berulangkali dokumen yang telah tersimpan. Sehingga menyulitakan pegawai DINBUDPAR untuk memlih data karakteristik potensi wisata tebaik berdasarkan kriteria yang dibutuhkan.

4.2 Gambaran

Umum Sistem yang Diusulkan Pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan potensi wisata terbaik menggunakan AHP mampu mengelola proses pendataan wisata, pendataan kriteria, pendataan alternatif, transaksi spk, hingga proses pengelolaan laporan. Yang dapat diterapkan dalam sistem. Gambar 4.1 Sequence Diagram Sequence Diagram diatas menggambarkan sistem yang berjalan, yaitu admin memasukan data kriteria dan alternatif, yang kemudian sistem proses data menggunakan metode AHP, selanjutnya hasil proses akan di keluarkan dan dikonfirmasi oleh admin melalui proses perangkingan. terdapat aktor yang terlibat yaitu admin PDP Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. 5. IMPLEMENTASI 5.1 Implementasi Input dan Output Desain input adalah produk dari sistem pendukung keputusan yang dapat dilihat dan digunakan untuk memasukan data-data yang akan diolah dan nantinya akan menghasilkan informasi-informasi dan pendukung keputusan yang diperlukan maupun menghasilkan data- data untuk diolah menjadi informasi bentuk lain. Berikut ini adalah form ilustrasi desain perancangan input dan output dari sistem pendukung keputusan penentuan potensi wisata di Kampoeng Kopi Banaran. Gambar 5.1 Menu Utama Gambar 5.2 Isi Data Kriteria Gambar 5.3 Perangkingan