Kajian Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Posisi Merek Handphone Berdasarkan Persepsi Produsen dan Konsumen terhadap Kriteria Handphone

(1)

KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN

POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN

DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE

SKRIPSI

Ahmad Shabri P.

110803057

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN

DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

Ahmad Shabri P. 110803057

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Kajian Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Posisi Merek Handphone Berdasarkan Persepsi Produsen dan Konsumen terhadap Kriteria

Handphone

Kategori : Skripsi

Nama : Ahmad Shabri P. Nomor Induk Mahasiswa : 110803057

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Februari 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si Dr. Sawaluddin, M.IT NIP. 194604041971071001 NIP. 195912311998021001

Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si NIP. 196209011988031002


(4)

PERNYATAAN

KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE

BERDASARKAN PERSEPSI PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP

KRITERIA HANDPHONE

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2015

Ahmad Shabri P. 110803057


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai dengan rencana.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta serta keluarga atas segala perhatian dan dukungan moril maupun materil yang mereka berikan kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sawaluddin, M.IT dan Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. 2. Bapak Dr. Syahriol Sitorus, M.IT dan Dr. Elly Rosmaini, M.Si, selaku dosen

penguji.

3. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika.

5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Matematika.

6. Ibu Prof. Kirti yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan masukan mengenai pengkajian metode Analytic Hierarchy Process (AHP) via email.

7. Penjaga toko handphone yang bertempat di Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 dan No. 26 (jalan Gatot Subroto, Medan) serta mahasiswa dengan NIM 110402011 yang bersedia menjadi responden dalam penyusunan skripsi ini. 8. Justin beserta teman-teman Departemen Matematika stambuk 2011 yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan beberapa informasi terkait dengan urusan skripsi.


(6)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi dan memberikan perlindungan, kesehatan serta rahmad-Nya atas kebaikan-kebaikan tersebut.

Medan, Februari 2015

Hormat Penulis


(7)

KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI

PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE

ABSTRAK

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Berikut adalah algoritma dalam menyelesaikan masalah keputusan dengan menggunakan

Analytic Hierarchy Process yaitu menentukan tujuan dan membuat struktur hierarki dari permasalahan yang ingin diteliti, membuat matriks perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mencari bobot dari tiap-tiap kriteria yang kemudian bobot dari seluruh kriteria tersebut akan digunakan dalam mencari bobot seluruh alternatif dari setiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik dari pendapat responden, mencari nilai vektor eigen maksimum dan vektor eigen dinormalkan yang diperoleh dari matriks sebelumnya dan terakhir adalah melakukan uji konsistensi terhadap bobot dari setiap kriteria maupun alternatif dengan syarat ( ).

Kajian AHP dalam penelitian ini adalah menentukan posisi merek

handphone berdasarkan persepi produsen dan konsumen terhadap kriteria

handphone. Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa Samsung adalah Alternatif yang berada pada posisi pertama (58,4%), posisi kedua adalah Oppo (24%) dan ketiga adalah Sony (17,6%).


(8)

STUDY OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) IN DETERMINING POSITION OF HANDPHONE BRAND ACCORGING TO

PERCEPTION OF PRODUCER AND CONSUMER TOWARD HANDPHONE CRITERIA

ABSTRACT

Analytic Hierarchy Process (AHP) is a decision making method in determining choice priority from any priority. Here is the algorithm in solving decision problem by using Analytic Hierarchy Process, that is determine the goal and make a structur of problem that will be researched, make a pair-wise comparison matrix which has a goal to find the weight of criteria and then the weight will be used to find the weight of alternatives from every criteria with making normal geometric mean of respondent opinion, find the value of eigen vector maximum and eigen vector be normal from matrix in advance and finally do consistency test toward the weight of criteria and alternative in condition ( ).

Study of AHP at this research is determining position of handphone brand according to perception of producer and consumer toward handphone criteria. According to AHP analysis, get a conclusion that Samsung is the first alternative (58,4%), the second position is Oppo (24%) and the third position is Sony (17,6%).


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Kontribusi Penelitian 4

1.6 Kajian Pustaka 4

1.7 Metodologi Penelitian 8 Bab 2 LANDASAN TEORI

2.1 Analytic Hierarchy Process 9 2.1.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process 9 2.1.2 Landasan Aksiomatik 10 2.1.3 Prinsip-Prinsip Dasar AHP 10 2.1.4 Langkah-Langkah Metode AHP 11 2.1.5 Penyusunan Struktur Hierarki Masalah 13 2.1.6 Penyusunan Prioritas 14 2.1.7 Eigen Vector dan Eigen Value 16 2.1.8 Uji Konsistensi 17

2.2 Produk dan Merek 18

2.2.1 Teori Produk 18

2.2.2 Teori Merek 18

2.3 Sikap Konsumen dan Keputusan Pembelian 19

2.3.1 Sikap Konsumen 19

2.3.2 Keputusan Pembelian 19 2.4 Uji Alat Ukur (Kuesioner) 20

2.4.1 Uji Validitas 20

2.4.2 Uji Reliabilitas 22 Bab 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data 23


(10)

3.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif 24 3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Uji Validitas 25

3.2.2 Uji Reliabilitas 27 3.2.3 Perankingan terhadap Kriteria Handphone 29 3.2.4 Perankingan Merek Handphone 31

Berdasarkan Kriteria Desain

3.2.5 Perankingan Merek Handphone 33 Berdasarkan Kriteria Fasilitas

3.2.6 Perankingan Merek Handphone 34 Berdasarkan Kriteria Harga Jual Kembali

3.2.7 Perankingan Merek Handphone 36 Berdasarkan Kriteria Spare Part

3.2.8 Total Ranking 38

Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 40

4.2 Saran 40


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

1.1 Peneliti Terdahulu 6

2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan 15 2.2 Skala Perbandingan Berpasangan 15 2.3 Matriks Perbandingan Berpasangan 16

dengan Nilai Intensitas

2.4 Random Index (RI) 18

3.1 Kriteria Handphone 24

3.2 Skala Saaty 24

3.3 Contoh Penggunaan Skala Saaty 25 3.4 Hasil Kuesioner Pertama 25

3.5 Tabel Pembantu 26

3.6 Tabulasi Hasil Pengukuran I 27 3.7 Tabulasi Hasil Pengukuran II 28

3.8 Tabel Pembantu 28

3.9 Matriks Perbandingan Berpasangan 29 Kriteria yang Disederhanakan

3.10 Matriks Perbandingan Kriteria Berpasangan 30 Kriteria yang Dinormalkan

3.11 Vektor Eigen 30

3.12 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 31 Kriteria Desain yang Disederhanakan

3.13 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 32 Kriteria Desain yang Dinormalkan

3.14 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 33 Kriteria Fasilitas yang Disederhanakan

3.15 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 34 Kriteria Fasilitas yang Dinormalkan


(12)

3.16 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 35 Kriteria Harga Jual Kembali yang Disederhanakan

3.17 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 35 Kriteria Harga Jual Kembali yang Dinormalkan

3.18 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 36 Kriteria Spare Part yang Disederhanakan

3.19 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk 37 Kriteria Spare Part yang Dinormalkan

3.20 Matriks Hubungan antara Kriteria dengan Alternatif 38 3.21 Ranking untuk Semua Kriteria 38


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

1.1 Skema Hierarki Pemilihan Handphone 6 2.1 Struktur Hierarki yang Complete 12 2.2 Struktur Hierarki yang Incomplete 12


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 Tabel Distribusi Chi-Square 43

2 Kuesioner Penentuan Kriteria Tahap I 44

3 Kuesioner Penentuan Kriteria Tahap II 45

4 Kuesioner Penentuan Ranking Kriteria 46

5 Kuesioner Penentuan Ranking Alternatif 48

6 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria 50

7 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 52

terhadap Desain 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 54

terhadap Fasilitas 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 56

terhadap Harga Jual Kembali 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Handphone 58

terhadap Spare Part 11 Responden I (Plaza Madan Fair Tahap I, no. 21) 60

12 Responden II (Plaza Madan Fair Tahap I, no. 26) 61


(15)

KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN PERSEPSI

PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE

ABSTRAK

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Berikut adalah algoritma dalam menyelesaikan masalah keputusan dengan menggunakan

Analytic Hierarchy Process yaitu menentukan tujuan dan membuat struktur hierarki dari permasalahan yang ingin diteliti, membuat matriks perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mencari bobot dari tiap-tiap kriteria yang kemudian bobot dari seluruh kriteria tersebut akan digunakan dalam mencari bobot seluruh alternatif dari setiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik dari pendapat responden, mencari nilai vektor eigen maksimum dan vektor eigen dinormalkan yang diperoleh dari matriks sebelumnya dan terakhir adalah melakukan uji konsistensi terhadap bobot dari setiap kriteria maupun alternatif dengan syarat ( ).

Kajian AHP dalam penelitian ini adalah menentukan posisi merek

handphone berdasarkan persepi produsen dan konsumen terhadap kriteria

handphone. Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa Samsung adalah Alternatif yang berada pada posisi pertama (58,4%), posisi kedua adalah Oppo (24%) dan ketiga adalah Sony (17,6%).


(16)

STUDY OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) IN DETERMINING POSITION OF HANDPHONE BRAND ACCORGING TO

PERCEPTION OF PRODUCER AND CONSUMER TOWARD HANDPHONE CRITERIA

ABSTRACT

Analytic Hierarchy Process (AHP) is a decision making method in determining choice priority from any priority. Here is the algorithm in solving decision problem by using Analytic Hierarchy Process, that is determine the goal and make a structur of problem that will be researched, make a pair-wise comparison matrix which has a goal to find the weight of criteria and then the weight will be used to find the weight of alternatives from every criteria with making normal geometric mean of respondent opinion, find the value of eigen vector maximum and eigen vector be normal from matrix in advance and finally do consistency test toward the weight of criteria and alternative in condition ( ).

Study of AHP at this research is determining position of handphone brand according to perception of producer and consumer toward handphone criteria. According to AHP analysis, get a conclusion that Samsung is the first alternative (58,4%), the second position is Oppo (24%) and the third position is Sony (17,6%).


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dewasa ini, Perkembangan teknologi yang begitu pesat sangat mempengaruhi aktivitas manusia.

Handphone merupakan salah satu jenis teknologi komunikasi yang saat ini banyak digunakan berbagai kalangan masyarakat. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih handphone seperti harga, kualitas kamera, processor,RAM, baterai dan lain-lain.

Dalam pembelian handphone, konsumen yang sebagai pengambil keputusan akan mudah menentukan pilihan jika mampu mengetahui kriteria handphone

mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria pemilihan dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu (Mulyono, 2004).

Dikarenakan kemajuan handphone yang begitu kuat mengakibatkan daya beli masyarakat semakin tinggi dengan kriteria-kriteria yang ada. Namun, ada banyak persepsi produsen dan konsumen dalam memberikan penilaian handphone ketika membandingkan kriteria mana yang lebih penting dan merek handphone apa yang menduduki posisi teratas karena penilaian tidak hanya dilakukan secara kualitatif tetapi juga secara intuitif. Umumnya, penilaian yang dilakukan produsen dan konsumen berdasarkan kualitas handphone adalah pada RAM, baterai, processor, ketahanan dan fasilitas lainnya sedangkan bentuk atau desain dari handphone itu sendiri biasanya penilaian yang diberikan berbeda-beda karena ini merupakan suatu opini yang menyatakan kesenangan atau kesukaan (perasaan/intuisi).


(18)

Perankingan suatu produk dengan metode selain AHP akan sangat sulit dilakukan jika input yang digunakan adalah pendapat para responden di mana pendapat yang diminta terkait dengan faktor-faktor yang bebas satu sama lain sehingga tidak jarang terjadi hasil yang didapat akan mengarah pada ketidakkonsistenan responden.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis (Iryanto, 2008).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik membuat tugas akhir dengan judul “KAJIAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM

MENENTUKAN POSISI MEREK HANDPHONE BERDASARKAN

PERSEPSI PRODUSEN DAN KONSUMEN TERHADAP KRITERIA HANDPHONE”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian sebelumnya dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria apa yang paling prioritas bagi produsen dan konsumen? 2. Bagaimana penentuan urutan prioritas kriteria?

3. Bagaimana menentukan posisi merek handphone berdasarkan persepsi produsen dan konsumen terhadap kriteria handphone dengan menggunakan metode AHP?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah dan adanya bias dalam pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:


(19)

1. Jenis handphone yang dipilih adalah Samsung, Oppo dan Sony.

2. Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menentukan posisi handphone

adalah desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part.

3. Hakikatnya, jumlah responden dalam suatu penelitian yang menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) tidak terbatas. Hal ini disebabkan, karena dalam metode Analytic Hierarchy Process (AHP) syarat responden yang diambil adalah orang-orang yang mempuyai pengalaman, mengetahui atau memahami terkait dengan penelitian. Sehingga, pada penelitian ini mengasumsikan bahwa jumlah responden yang diambil sudah mencukupi syarat kecukupan data.

4. Mengasumsikan bahwa sampel yang diambil sebagai responden pada penelitian dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ini adalah orang-orang yang sudah mengetahui keadaan handphone Samsung, Oppo dan Sony berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part. 5. Objek yang diteliti sebagai responden atau partisipan dalam penelitian ini

adalah penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 kota Medan dan Medan Fair Tahap I No. 26 kota Medan serta seorang mahasiswa yang mempunyai dan mengetahui atau memahami handphone

Samsung, Oppo dan Sony berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part.

6. Metode yang dipakai untuk menentukan posisi merek handphone adalah

Analytic Hierarchy Process(AHP).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk memperoleh kriteria yang paling prioritas berdasarkan persepsi

produsen dan konsumen.

2. Untuk memperoleh urutan prioritas kriteria.

3. Untuk memperoleh urutan posisi merek handphone berdasarkan persepsi produsen dan konsumen terhadap kriteria handphone dengan menggunakan metode Ananlytic Hierarchy Process (AHP).


(20)

1.5 Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini akan memberikan hasil yang akan menggambarkan urutan merek handphone berdasarkan persepsi produsen dan konsumen terhadap kriteria handphone. Hasil ini dapat digunakan sebagai refrensi tambahan bagi konsumen atau pengambil keputusan dalam menentukan pemilihan dari ketiga jenis handphone.

2. Sebagai bahan tambahan bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian dalam sistem pengambilan keputusan terkhusus dengan menggunakana metode Ananlytic Hierarchy Process (AHP).

1.6 Kajian Pustaka

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki, menurut saaty, hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level di mana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, di antaranya adalah decomposition, comparative judgment,

sysnthesis of priority dan logical consistency. 1. Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decompositionyaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin medapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga


(21)

didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut.Oleh karena itu, proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy).

2. Comparative Judgment

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan pairwise comparison.

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemn-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.

3. Synthesis of priority

Dari setiap matriks pairwise comparisonkemudian dicari eigen vectoruntuk mendapatkan local priority. Karena matriks (matriks-matriks) pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 4. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relavansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan kriteria tertentu (Mulyono, 2004).


(22)

Gambar 1.1: Skema Hierarki Pemilihan Handphone

Berikut merupakan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya tentang AHP (Analytic Hierarchy Process) yang diperoleh dari berbagai sumber dan disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan nama peneliti, judul, masalah, kriteria, responden dan kesimpulan.

Tabel 1.1: Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Masalah Kriteria Responden Kesimpulan 1. Antono

Adhi Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana cara menentukan handphone

terbaik dari tiga alternatif merek handphone dengan beberapa kriteria melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

1. Harga 2. Teknologi 3. Desain mahasiswa semester VII Program Studi Teknik Industri Unisbank.

Dari tiga alternatif

handphone : Blackberry, Nokia dan Sony Erickson, ternyata bobot Blackberry sebesar 0.67, Nokia sebesar 0.21 dan Sony Erickson sebesar 0.12.

2. Johannes Sinaga Aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemilihan Perusahaan bagaimana menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam pemilihan

1. Gaji 2. Jenjang karir 3. Fasilitas 4. Penempatan (domisili) Mahasiswa Universitas Sumatera Utara program S1 stambuk 2005 dan 2006. Ranking total: 1. PT Pertamina

(23,9%) 2. Bank Indonesia

(20,3%)

3. PT Telkom (13,3%) 4. PT Perkebunan Menentukan posisi merek handphone

Desain Fasilitas Harga Jual Kembali Spare Part


(23)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) (PERSERO) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagi tempat kerja oleh mahasiswa. Nusantara (10,3%) 5. Garuda Indonesia

(7,4%)

6. PT PELNI (6,4%) 7. PT Angkasa Pura

(5,5%) 8. PT PLN (5,4%) 9. PT Kereta Api

(3,5%)

10.PT Pos Indonesia (3,5%)

3. Efendi Studi tentang Variabel Dominan yang Mempengaruh i Minat Belanja di Pasar Modern

dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana menentukan variabel dominan yang mempengaruhi minat belanja di pasar modern

dengan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP).

1. Harga 2. Lokasi 3. Pelayanan 4. Kelengkapan produk 5. Kenyamanan 6. Promosi Mahasiswa FMIPA USU stambuk 2010-2013

variabel dominan yang mempengaruhi minat mahasiswa FMIPA USU belanja di pasar modern

yaitu kriteria harga yang merupakan kriteria paling dominan dengan bobot 0,356 atau 35,6 %, berikutnya adalah kriteria kelengkapan produk dengan bobot 0,265 atau 26,5 %, kriteria lokasi dengan bobot 0,165 atau 16,5 %, kriteria promosi dengan bobot 0,088 atau 8,8 %, kriteria kenyamanan dengan bobot 0,087 atau 8,7% dan untuk kriteria pelayanan dengan bobot 0,038 atau 3,8%. 4. Agus

Apriyanto Perbandingan Kelyakan Jalan Beton dan Aspal dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana cara mengkaji penerapan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menilai kelayakan konstruksi jalan beton dibanding jalan aspal untuk kasus jalan antar kota Demak - Godong.

1. Daya tahan terhadap cuaca 2. Daya tahan

terhadap pergerakan tanah 3. Daya tahan

terhadap perubahan lalu lintas

1.Dinas Bina Marga Propinsi 2. Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Demak 3.Universitas 4.konsultan 5.kontraktor 6.pengusaha 7.masyarakat di sepanjang jalan antar kota Demak – Godong

a. Faktor teknis yang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor daya tahan terhadap cuaca (0,491).

b. Faktor non teknis yang mempunyai bobot tertinggi adalah faktor ketersediaan sumber daya (0,667). c. Dari 8 faktor penilai,

konstruksi beton unggul pada 4 faktor yaitu daya tahan terhadap cuaca, daya tahan terhadap pergerakan tanah, daya tahan terhadap lalu lintas dan jangka waktu perawatan. d. Hasil pembobotan

untuk konstruksi beton mencapai 0,580, sementara


(24)

1.7 Metodologi Penelitian

1. Penulisan dimulai dengan studi kepustakan yaitu proses pengumpulan bahan-bahan referensi baik dari buku, jurnal dan situs internet yang berhubungan dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan handphone.

2. Menentukan goal yang akan diteliti.

3. Menentukan kriteria dan alternatif dari goal penelitian. 4. Merancang kuesioner.

5. Melakukan uji kuesioner.

6. Penyempurnaan dan penetapan kuesioner. 7. Wawancara dan pendistribusian kuesioner. 8. Penentuan nilai koefisien setiap kriteria. 9. Melakukan uji konsistensi kriteria. 10. Penentuan rating kriteria.

11. Penentuan nilai koefisien alternatif. 12. Melakukan uji konsistensi alternatif. 13. Penentuan rating alternatif.

14. Penetapan rating global handphone. 15. Membuat kesimpulan penelitian. 16. Penyusunan laporan.

bobot untuk konstruksi aspal hanya 0,420. 5. Said

Agung Prabowo, Antono Adhi dan Agus Setiawan Penentuan Operator Kartu Seluler Terbaik dengan Metode AHP (Analytichal Hierarchy Process) Bagaimana menentukan operator kartu seluler terbaik dengan metode AHP (Analytichal Hierarchy Process) 1. Harga 2. Sinyal 3. Bonus 4. Layanan Responden yang pernah menggunakan kartu seluler Simpati, IM3 dan XL Bebas maupun masih menggunakan salah satu kartu seluler tersebut. Rangking total: 1. Simpati (0,458773073) 2. XL Bebas

(0,346567324) 3. IM3 (0,194659633)


(25)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analytic Hierarchy Process

2.1.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika yang bekerja pada University of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an (Iryanto, 2008).

Metode Analytic Hierarchy Process dapat membantu menyelesaikan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur. Dalam hal ini, masalah kompleks yang dimaksud adalah masalah yang mempunyai banyak kriteria (multikriteria), ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang serta ketidakakuratan data yang tersedia. Metode ini dapat melakukannya dengan cara menyederhakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yaitu memecahkan masalah atau persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau veriabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Menurut Mulyono (2004), AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. AHP banyak ditemukan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria,


(26)

perencanaan (prediksi), alokasi sumber daya, penyusunan matriks input koefisien, penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik dan lain sebagainya.

2.1.2 Landasan Aksiomatik

Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari (Iryanto, 2008):

1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah kali lebih penting daripada B maka B adalah kali lebih penting dari A.

2. Homogenity, yang mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap jenjang (level) mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy)

4. Expectation, yang artinya menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan persepsi dari pengambil keputusan. Jadi yang diutamakan bukanlah rasionalitas tetapi dapat juga yang bersifat irrasional.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Dasar AHP

Adapun prinsip-prinsip dasar AHP adalah sebagai berikut : 1. Decomposition

Decomposition adalah pemecahan permasalahan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat maka pemecahan dapat dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan


(27)

lebih lanjut. Karena hasil dari pencabangan berbentuk suatu tingkatan maka proses analisis ini dikatakan sebagai hierarki.

2. Comparative Judgment

Comparative judgment adalah penilaian yang diberikan oleh seorang responden atau expert terhadap nilai kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya.

Pemberian nilai ini akan berpengaruh pada prioritas elemen-elemen. Nilai ini dimulai dari angka paling rendah yaitu 1 (sama penting) dan paling tinggi adalah 9 (mutlak lebih penting).

3. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan. 4. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding gula dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirup maka seharusnya madu dinilai manis 10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya dibanding sirup maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat (Mulyono, 2004).

2.1.4 Langkah-Langkah Metode AHP

Berikut ini merupakan langkah-langkah pengerjaan metode AHP : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarki di mana penyusunan hierarki paling atas adalah tujuan, kemudian tingkat kedua adalah kriteria-kritteria dan pada tingkat


(28)

ketiga adalah alternatif-alternatif. Hierarki masalah ini dibuat untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang terlibat dalam sistem. Berikut merupakan contoh struktur hierarki complete dan incomplete.

Gambar 2.1: Struktur Hierarki yang Complete

Gambar 2.2: Struktur Hierarki yang Incomplete

Goal

Kriteria 1

Alternatif 1

Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N

Alternatif 2 Alternatif M

Goal

Kriteria 1 Kriteria 3 Kriteria N

Sub-Kriteria M Sub-Kriteria 4

Sub-Kriteria 3 Sub-Kriteria 2

Sub-Kriteria 1


(29)

Suatu struktur hierarki dikatakan complete jika seluruh elemen-elemen yang berada satu tingkat mempunyai hubungan terhadap semua elemen yang berada pada tingkat berikutnya. Sementara, struktur hierarki dikatakan

incomplete apabila semua elemen yang berada satu tingkat tidak memiliki hubungan terhadap semua elemen yang berada pada tingkat berikutnya. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang akan menggambarkan

bentuk kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing– masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga nilai judgement keseluruhan

yang didapat adalah sebanyak judgment, bilamana adalah banyaknya elemen.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensi. Jika terdapat

judgement koresponden tidak konsisten maka pengambilan data perlu diulang.

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot dari setiap elemen yang akan memberikan gambaran tingkat prioritas elemen-elemen mulai dari tingkat hierarki terendah sampai ke tingkat tujuan.

8. Menguji konsitensi hierarki. Jika nilai konsistensi hierarki tidak memenuhi maka penilaian harus diulang.

2.1.5 Penyusunan Struktur Hierarki Masalah

Suatu masalah akan menjadi sulit diselesaikan apabila proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu. Maka dari itu hierarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh kriteria keputusan yang terlibat dalam sistem.


(30)

Pada tingkat tertinggi dari hierarki adalah tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusinya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hierarki dalam AHP merupakan penjabaran kriteria yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa kriteria homogen (Ambardi, 2010).

2.1.6 Penyusunan Prioritas

Dalam menentukan prioritas kriteria-kriteria dari suatu sistem hierarki harus terlebih dahulu diketahui bobot relatifnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui intensitas kepentingan suatu kriteria terhadap kriteria lainnya yang berada pada tingkat yang sama.

Langkah pertama untuk menentukan prioritas setiap kriteria adalah membuat perbandingan berpasangan antara kriteria yang dengan yang lainnya. Misal, jika terdapat empat kriteria yaitu A, B, C dan D maka perbandingan berpasangan yang dapat dibuat adalah:

1. A dengan B, 2. A dengan C, 3. A dengan D, 4. B dengan C, 5. B dengan D, 6. C dengan D.

Dengan kata lain bahwa jumlah perbandingan berpasangan sebanyak enam. Kemudian perbandingan antar-kriteria ditransformasikan ke dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik.

Misalkan terdapat sebanyak kriteria dengan unsur-unsur dengan di mana menunjukkan bahwa hubungan perbandingan berpasangan elemen dengan .


(31)

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks pada tabel 2.1 disebut sebagai matriks reciprocal. Suatu matriks dikatakan matriks reciprocal jika kriteria dinilai 3 kali lebih penting dibanding kriteria maka nilai dan nilai perbandingan terhadap adalah , diagonal matriks akan bernilai 1 dan banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks adalah .

Pemberian nilai pada matriks perbandingan berpasangan diperoleh dari skala perbandingan berpasangan yang disebut saaty pada tabel 2.2:

Tabel 2.2 Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan. 3 Sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung dibanding elemen lainnya.

5 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung dibanding elemen lainnya.

7 Sangat penting

Satu elemen yang kuat didukung dan dominannya telah terlihat pada praktek.

9 Mutlak lebih penting

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan

Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan.

Resiprokal

Jika aktivitas mempunyai salah satu angka dari nilai-nilai di atas yang menyatakan nilainya ketika dibandingkan dengan , maka mempunyai nilai kebalikan dari ketika dibandingkan dengan (Saaty, 2008)


(32)

2.1.7 Eigen Vector dan Eigen Value

Misalkan suatu matriks A yang berukuran maka vector tidak nol pada dikatakan eigen vector dari A jika perkalaian matriks A dan vector

merupakan kelipatan skalar dari . Dengan kata lain, vektor eigen adalah suatu vektor yang jika dikalikan dengan suatu matriks maka hasilnya adalah vektor itu sendiri dikali dengan suatu skalar yang disebut sebagai nilai eigen (eigen value). Dapat ditulis sebagai berikut:

(2.1)

Jika matriks A yang berukuran terdapat n elemen yaitu

yang akan dinilai secara perbandingan. Perbandingan berpasangan ini akan dipresentasikan sama seperti pada tabel 2.1 yaitu bilamana

dengan merupakan vektor dari pembobotan semua elemen dan sehingga untuk menyatakan intensitas kepentingan elemen terhadap dapat ditulis dengan atau . Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.3 yaitu matriks perbandingan berpasangan dengan nilai intensitas.

Tabel 2.3: Matriks Perbandingan Berpasangan dengan Nilai Intensitas

Apabila persamaan (2.1) ditulis secara lengkap maka matriksnya adalah sebagai berikut:


(33)

(2.2)

Persamaan 2.1 dan 2.2 digunakan untuk mencari nilai bobot dari kriteria maupun alternatif dan yang merupakan langkah akhir dalam penyelesaian pada metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

2.1.8 Uji Konsistensi

Uji konsistensi merupakan sala satu karakteristik metode AHP yang membedakannya dengan metode-metode pengambilan keputusan lainnya. Karena pada metode AHP menggunakan input berdasarkan persepsi responden dengan syarat konsistensi mutlak.

Pengukuran konsistensi tersebut didasarkan atas eigen value maksimum. Rumus untuk mencari nilai indeks konsistensi adalah:

(2.3)

Keterangan:

= Consistency Index

= Eigen value maksimum = Ordo matriks

Untuk batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapka Thomas L. saaty ditentukan dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yaitu perbandingan

Consistency Index (CI) dengan nilai Random Index (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti tabel 2.4.


(34)

Tabel 2.4 Random Index (RI) Orde

Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.4) Jika nilai CR matriks perbandingan berpasangan lebih kecil 10% maka ketidakkonsistenan responden dapat diterima tetap apabila nilai CR lebih besar dari 10% maka ketidakkonsistenan responden ditolak dan perlu melakukan perulangan data.

2.2 Produk dan Merek

2.2.1 Teori Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Suatu produk tidak hanya sebuah objek fisik, tetapi produk adalah sekumpulan manfaat atau nilai yang dapat memuaskan konsumen (BelchG.E. dan Belch M.A., 2007).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi soerang konsumen ketika hendak memiliki suatu produk seperti merek, kemasan, garansi, layanan, purna jual, nama baik perusahaan, nilai kepuasaan, ketahanan produk dan lain sebagainya.

2.2.2 Teori Merek

Merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasi semua ini, yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual produk atau jasa.


(35)

Kepercayaan atau trust disefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Jadi, ketika suatu perusahaan memberikan merek terhadap suatu produk maka posisi merek bisa sangat mempengaruhi keadaaan atau kondisi produk dalam pasar. Karena merek merupakan sebagai pengenal atau identitas dari produk itu sendiri yang secara tidak langsung akan memrpengaruhi kuantitas konsumen dalam memilih suatu produk (Ferrinadewi, 2008).

Dalam strategi penetapan merek, terdapat istilah brand equity yaitu aset yang tidak terlihat yang melekat pada nilai tambah atau kebaikan yang dihasilkan dari citra yang baik, kesan yang berbeda, dan/atau kekuatan nama perusahaan, nama merek, atau merek dagang di mata konsumen (BelchG.E. dan Belch M.A., 2007).

2.3 Sikap Konsumen dan Keputusan Pembelian

2.3.1 Sikap Konsumen

Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Sikap adalah mempelajari kecendrungan konsumen untuk mengevaluasi baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten sedangkan menurut Hawkins dalam (Ferrinadewi, 2008), sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya.

2.3.2 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan salah satu bagian pokok dari perilaku konsumen yang mengarah kepada pembelian produk atau jasa. Dalam mengambil keputusan seorang konsumen tidak akan lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk mengadakan pembelian. Kemudian, konsumen akan melakukan penilaian ketika sudah mempertimbangkan banyak faktor (jenis, merek,


(36)

kepentingan atau manfaat produk, keunggulan-keunggulan produk dan lain sebagainya) dari beberapa produk atau alternatif dan akan melakukan pengadaan pembelian suatu produk berdasarkan pertimbengan-pertimbangan tertentu.

2.4 Uji Alat Ukur (Kuesioner)

Dalam melakukan penelitian seorang peneliti akan mendapatkan hasil yang mendekati akurat jika penelitian dilakukan dengan mengadakan uji data. Oleh sebab itu, peneliti harus memilih peralatan yang dapat mengukur secara tepat dan konsisten apa yang harus diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini disebut dengan uji alat ukur. Uji alat ukur ada dua, yaitu uji validitas dan reliabilitas.

2.4.1 Uji Validitas

Sesuatu dikatakan valid jika alat ukur yang dibuat sesuai dengan apa yang hendak diukur, jika yang diukur adalah panjang, maka penggaris dapat dikatakan sebuah alat ukur yang valid. Akan tetapi bagaimana jika yang akan diukur adalah persepsi seorang responden. Persepsi setiap orang ketika menyatakan kelebihan suatu produk tentu berbeda-beda. Artiya jika obyek yang akan diteliti adalah berbeda akan tetapi variabel yang akan diangkat adalah sama, maka secara operasional akan terjadi perbedaan dalam mengukur indikasi-indikasi yang ada. Dalam penulisan ini, uji yang akan dilakukan menggunakan uji Cochran.

Uji Cochran termasuk pengujian statistik nonparametrik yang digunakan untuk peristiwa atau perlakuan lebih dari dua. Uji Cochran (disebut uji Q) merupakan perluasan McNemar. Uji Cochran berlaku untuk sampel berpasangan dengan data yang berskala nominal atau berskala ordinal yang hanya terbagi dua (dikotomi). Apabila uji McNemar digunakan untuk dua sampel berpasangan maka uji Cochran digunakan untuk tiga sampel berpasangan atau lebih.


(37)

Pada Uji Cochran Q, peneliti mengeluarkan (menghilangkan) atribut-atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria-kriteria statistik yang dipakai sehingga unsur-unsur subyektifitas peneliti sama sekali tidak dilibatkan (Ambardi, 2010). Berikut merupakan langkah-langkah untuk melakukan uji Cochran:

1. Menghitung jumlah responden dari data hasil kuesioner yang setuju bahwa kriteria yang dipertimbangkan dapat dijadikan sebagai kriteria penentu keputusan.

2. Membentuk hipotesa:

: Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang sama : Tidak semua jawaban yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang

sama

3. Menghitung nilai dengan rumus:

(2.5) di mana:

= Jumlah kriteria

= Jumlah responden yang memilih “YA” pada kriteria ke-j = Jumlah kriteria yang disetuji oleh responden ke-i

4. Menentukan dengan tingkat signifikan dan degree of freedom (derajat kebebasan / dk) maka akan diperoleh nilai

dapat dilihat dari tabel Chi Square Distrbution. 5. Membandingkan nilai dengan , dengan syarat:

Jika: ditolak, Jika: diterima.

6. Mengambil kesimpulan dari hasil keputusan yang diperoleh.

a. Jika diterima maka proporsi jawaban “YA” pada semua atribut dianggap sama. Dengan demikian maka semua responden dianggap sepakat mengenai semua kriteria sebagai faktor yang dipertimbangkan. b. Jika ditolak maka proporsi jawaban “YA” masih berbeda. Artinya,

belum ada kesepakatan di antara responden mengenai atribut sehingga diperlukan pengujian lanjutan hingga diperoleh keputusan diterima.


(38)

Pengujian lanjutan dilakukan dengan membuang (menghilangkan) kriteria yang memiliki proporsi jawaban “YA” yang paling kecil.

2.4.2 Uji Reliabilitas

Beberapa item yang mengelompok menjadi indikasi sebuah variabel tidak cukup dilihat dari ukuran validitas saja, namun juga diukur besarnya kehandalan yang terjadi pada kelompok tersebut. Pada uji reliabilitas, penulis mengambil metode uji Chi-Square.

Uji Chi-Square banyak digunakan untuk dua tujuan, yaitu uji keselarasan fungsi dan uji tabel kontingensi. Uji keselarasan fungsi bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari hasil-hasil yang teramati pada suatu percobaan terhadap sampel mendukung suatu distribusi yang telah dihipotesiskan pada populasi sedangkan uji tabel kontingensi, yang sering juga disebut sebagai uji independensi, bertujuan untuk mengetahui apakah data terklarifikasikan silang secara independen (tidak saling terikat) atau tidak. Berikut adalah langkah-langkah uji Chi-Square:

1. Menentukan hipotesis

: Tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II : Terdapat perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II 2. Menentukan nilai dengan rumus:

(2.6) 3. Menentukan angka kritis nilai dengan taraf signifikan dan

derajat kebebasan (dk) = 1. Maka diperoleh angka kritis nilai dari tabel angka kritis nilai .

4. Menarik kesimpulan.

5. Jika nilai yang didapat berada pada daerah di bawah nilai kritis maka diterima. Sebaliknya, jika nilai berada di atas nilai kritis maka ditolak.


(39)

BAB 3

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai data-data penelitian yang diambil. Ada dua jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

3.1.1 Pengumpulan Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan responden. Dalam pemilihan responden, jumlah responden diasumsikan bahwa sudah mencukupi syarat kecukupan data karena pada hakikatnya jumlah responden dalam suatu penelitian yang menggunakan metode Analytic Hierarchy Process

(AHP) tidak terbatas. Hal ini disebabkan, pada metode Analytic Hierarchy Process (AHP) syarat responden yang diambil adalah orang-orang yang mempuyai pengalaman, mengetahui atau memahami terkait dengan penelitian.

Adapun jumlah responden yang diambil adalah sebanyak tiga orang, yaitu penjual handphone yang bertempat di Jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21 kota Medan dan Plaza Medan Fair Tahap I No. 26 kota Medan serta pemakai atau konsumen yang mempunyai handphone Samsung, Oppo dan Sony. Konsumen yang dimaksud sebagai responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan N.I.M. 110402011 yang diasumsikan sudah mengetahui keadaan ketiga handphone tersebut berdasarkan kriteria desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, terdapat beberapa kriteria yang diperlukan oleh responden dalam melakukan penilaian pada handphone yaitu:


(40)

Tabel 3.1 Kriteria Handphone No. Kriteria

1 Desain 2 Fasilitas

3 Harga jual kembali 4 Spare part

3.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner disebarkan sebanyak tiga tahap yaitu kuesioner pertama adalah kuesioner penentuan kriteria yang penting dalam melakukan penilaian jenis

handphone, kuesioner kedua adalah kuesioner peniliaian responden terhadap kriteria handphone dan kuesioner ketiga adalah kuesioner penilaian responden terhadap ketiga jenis handphone berdasarkan kriteria.

Untuk mengetahui penilaian responden tentang tingkat kepentingan kriteria

handphone, penulis menggunakan skala Saaty yaitu sebagai berikut: Tabel 3.2 Skala Saaty

Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan. 3 Sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung dibanding elemen lainnya.

5 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung dibanding elemen lainnya.

7 Sangat penting

Satu elemen yang kuat didukung dan dominannya telah terlihat pada praktek.

9 Mutlak lebih penting

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan

Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan.


(41)

Resiprokal

Jika aktivitas mempunyai salah satu angka dari nilai-nilai di atas yang menyatakan nilainya ketika dibandingkan dengan , maka mempunyai nilai kebalikan dari

ketika dibandingkan dengan

Skala Saaty akan digunakan ketika responden memberikan penilaian terhadap perbandingan antara kriteria dengan kriteria dan alternatif dengan alternatif. Berikut adalah contoh penilaian berdasarkan skala Saaty.

Tabel 3.3 Contoh Penggunaan Skala Saaty

Kriteria (A) Skala Kriteria (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Desain Fasilitas

Pada tabel 3.3 menyatakan bahwa penilaian kriteria desain lebih penting daripada kriteria fasilitas sehingga nilai untuk desain terhadap fasilitas adalah 5. Sementara, untuk nilai fasilitas terhadap desain adalah .

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Uji Validitas

Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan Uji Cochran Q. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kriteria apa saja yang dipentingkan oleh responden dalam melakukan penilaian terhadap handphone. Berikut adalah hasil kuesioner penentuan kriteria dalam melakukan penilaian handphone.

Tabel 3.4 Hasil Kuesioner Pertama

No. Kriteria Responden

1 2 3

1. Desain 1 1 1

2. Fasilitas 1 1 1

3. Harga jual kembali 0 0 1


(42)

Keterangan:

Responden 1: Penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 21, Medan.

Responden 2: Penjual handphone di jalan Gatot Subroto Plaza Medan Fair Tahap I No. 26, Medan.

Responden 3: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan N.I.M 110402011. Angka 1 : Merupakan pernyataan dari responden yang mengatakan “YA”

bahwa kriteria yang dimaksud adalah penting dalam penilaian handphone.

Angka 0 : Merupakan pernyataan dari responden yang mengatakan “TIDAK” bahwa kriteria yang dimaksud adalah tidak penting dalam penilaian handphone.

Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut: a. Menetukan hipotesis yang diuji.

: Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” yang sama : Tidak semua jawaban yang diuji memiliki proporsi jawaban “YA” b. Mencari

Untuk mempermudah perhitungan, maka dibuat tabel pembantu terlebih dahulu (Tabel 3.5).

Tabel 3.5 Tabel Pembantu Kriteria Responden

1 2 3

1 1 1 1 3 9 3 9

2 1 1 1 3 9 3 9

3 1 1 1 3 9 4 16

4 0 0 1 1 1

jumlah 10 28

Dari tabel di atas diketahui bahwa:

; ; ; .

Keterangan:

= Jumlah kriteria

= Jumlah responden yang memilih “YA” pada kriteria ke-j = Jumlah kriteria yang disetuji oleh responden ke-i


(43)

Dengan demikian dapat dihitung dengan persamaan (2.5)

c. Menentukan

Dengan , derajat kebebasan (dk) , maka diperoleh (dari tabel Chi Square distribution)

d. Membuat keputusan Terima karena e. Menarik kesimpulan

Adanya kesepakatan antar-responden mengenai kriteria yang digunakan penulis. Atau dengan kata lain, semua kriteria yang digunakan dalam kuesioner adalah valid.

3.2.2 Uji Reliabilitas

Pada pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran ulang (test-retest). Dalam metode ini, responden yang sama diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali. Hasil dari pengukuran yang pertama dan hasil pengukuran yang kedua kemudian diuji dengan menggunakan teknik uji

Chi-Square. Berikut merupakan langkah-langkah pengujian reliabitas kuesioner: a. Membuat tabel tabulasi hasil pengukuran I dan pengukuran II:

Tabel 3.6 Tabulasi Hasil Pengukuran I Kriteria Responden

1 2 3

1 1 1 1

2 1 1 1

3 0 0 1

4 1 1 1

Jumlah “YA” 10 Jumlah “TIDAK” 2


(44)

Tabel 3.7 Tabulasi Hasil Pengukuran II Kriteria Responden

1 2 3

1 1 1 1

2 1 1 1

3 0 0 1

4 1 1 1

Jumlah “YA” 10 Jumlah “TIDAK” 2

b. Menentukan hipotesis

: Tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II : Terdapat perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II c. Menghitung

Untuk mempermudah perhitungan terlebih dahulu membuat tabel pembantu sebagai berikut:

Tabel 3.8 Tabel Pembantu

Pengukuran I Pengukuran II Jumlah

YA 10 10 20

TIDAK 2 2 4

Jumlah 12 12 24

(3.1)

Keterangan:

A = “YA” pada kolom pengukuran I B = “YA” pada kolom pengukuran II C = “TIDAK” pada kolom pengukuran I D = “TIDAK” pada kolom pengukuran II n = Jumlah pengukuran I dan pengukran II

d. Menentukan angka kritis nilai

Dengan taraf signifikan dan derajat kebebasan (dk) = 1. Maka diperoleh angka kritis nilai sebesar 3,841.


(45)

Karena nilai yang diperoleh lebih kecil daripada nilai kritis maka diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran I dan pengukuran II. Dengan kata lain, kuesioner yang disusun adalah reliabel.

3.2.3 Perankingan terhadap Kriteria Handphone

Berikut adalah langkah-langkah perhitungan bobot kriteria.

a. Penyatuan pendapat responden, yaitu dengan menggunakan rata-rata geometri untuk setiap perbandingan kriteria. Berikut adalah tabel matriks perbandingan kriteria yang disederhanakan setelah melakukan penyatuan pendapat responden.

Tabel 3.9 Mariks Perbandingan Berpasangan Kriteria yang Disederhanakan

Kriteria Desain Fasilitas Harga jual

kembali Spare part Desain 1 0,255 4,217 1,260 Fasilitas 3,915 1 6,257 3,557 Harga jual kembali 0,237 0,160 1 0,303

Spare part 0,794 0,281 3,302 1 5,946 1,696 14,776 6,120 (Lampiran C, hal. 50)

Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut:

dan .

b. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensi kriteria. Untuk menghitung nilai eigen vector, terlebih dahulu membentuk tabel matriks perbandingan kriteria yang dinormalkan yaitu dengan cara membagi nilai setiap kolom dengan jumlahnya. Contoh:

Desain terhadap desain: ; Desain terhadap fasilitas: ;


(46)

Desain terhadap spare part: dan pada perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Matriks Perbandingan Kriteria yang Dinormalkan

Kriteria Desain Fasilitas Harga jual

kembali Spare part

Desain Fasilitas Harga jual

kembali

Spare part

Setelah mendapat nilai matriks perbandingan kriteria yang dinormalkan maka untuk menghitung nilai eigen vector setiap kriteria adalah dengan cara menghitung rata-rata setiap baris pada tabel 3.10, yaitu:

, , , . Keterangan:

vaktor eigen desain, vaktor eigen fasilitas,

vaktor eigen harga jual kembali, vaktor eigen spare part.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.11 Vektor Eigen Kriteria Desain Fasilitas Harga jual

kembali Spare part

Vektor eigen Desain 0,168 0,151 0,285 0,206 0,203 Fasilitas 0,658 0,589 0,423 0,581 0,563 Harga jual kembali 0,040 0,094 0,068 0,049 0,063


(47)

Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.9) dengan nilai vaktor eigen.

(3.2)

Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 kriteria), maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

Untuk , maka:

Dari perhitungan di atas CR = 0,051 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat responden dapat dikatakan konsisten.

Berdasarkan hasil perhitungan vektor eigen menunjukkan bahwa: kriteria fasilitas adalah kriteria terpenting dengan bobot 0,563 (56,3%), selanjutnya adalah desain 0,203 (20,3%), spare part dengan bobot 0,172 (17,1%) dan terkahir adalah harga jual dengan bobot 0,063 (6,3%).

3.2.4 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Desain

Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan pendapat responden diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.12 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Desain yang Disederhanakan

Alternatif Samsung Oppo Sony

Samsung 1 4,217 1

Oppo 0,237 1 0,437

Sony 1 2,289 1

2,237 7,506 2,437

(Lampiran C, hal. 52)

Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: , dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi


(48)

dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:

, , . Keterangan:

vaktor eigen Samsung, vaktor eigen Oppo, vaktor eigen Sony.

Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.13 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Desain yang Dinormalkan

Alternatif Samsung Oppo Sony Vektor eigen Samsung 0,447 0,562 0,410 0,473

Oppo 0,106 0,133 0,179 0,139 Sony 0,447 0,305 0,410 0,388

Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.11) dengan nilai eigen vector.

(3.3)

Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

Untuk , maka:


(49)

Dari perhitungan di atas CR = 0,045 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat responden dapat dikatakan konsisten.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.12 diperoleh urutan alternatif untuk kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,437 (43,7 %), kemudia Sony 0,388 (38,8%) dan Oppo 0,139 (13,9%).

3.2.5 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Fasilitas

Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony dan hasil didapat sebagai berikut:

Tabel 3.14 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Fasilitas yang Disederhanakan

Alternatif Samsung Oppo Sony

Samsung 1 2,621 3,915

Oppo 0,382 1 2,621

Sony 0,255 0,382 1

1,637 4,002 7,536

(Lampiran C, hal. 54)

Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: , dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:

, , . Keterangan:


(50)

vaktor eigen Oppo dan vaktor eigen Sony.

Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.15 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Fasilitas yang Dinormalkan

Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector

Samsung 0,611 0,655 0,520 0,595 Oppo 0,233 0,250 0,348 0,277 Sony 0,156 0,095 0,133 0,128

Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.14) dengan nilai eigen vector.

(3.4)

Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

Untuk , maka:

Dari perhitungan di atas CR = 0,041 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat responden dapat dikatakan konsisten.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.15 diperoleh urutan alternatif untuk kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,595 (59,5 %), kemudia Oppo 0,277 (27,7 %) dan Sony 0,128 (12,8 %).

3.2.6 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Harga Jual Kembali

Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan pendapat responden diperoleh hasil sebagai berikut:


(51)

Tabel 3.16 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Harga Jual Kembali yang Disederhanakan

Alternatif Samsung Oppo Sony

Samsung 1 3 3,915

Oppo 0,333 1 2,289

Sony 0,255 0,437 1

1,588 4,437 7,204

(Lampiran C, hal. 56)

Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: , dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:

, , . Keterangan:

vaktor eigen Samsung, vaktor eigen Oppo, vaktor eigen Sony.

Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.17 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Harga Jual Kembali yang Dinormalkan

Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector

Samsung 0,630 0,676 0,543 0,616 Oppo 0,210 0,225 0,318 0,251 Sony 0,161 0,098 0,139 0,133

Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.16) dengan nilai eigen vector.


(52)

(3.5)

Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

Untuk , maka:

Dari perhitungan di atas CR = 0,043 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat responden dapat dikatakan konsisten.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.17 diperoleh urutan alternatif untuk kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,616 (61,6 %), kemudia Oppo 0,251 (25,1 %) dan Sony 0,133 (13,3 %).

3.2.7 Perankingan Merek Handphone Berdasarkan Kriteria Spare Part

Perbandingan berpasangan kriteria desain pada jenis alternatif handphone adalah perbandingan antara Samsung, Oppo dan Sony. Berdasarkan hasil gabungan pendapat responden diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.18 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Spare Part yang Disederhanakan Alternatif Samsung Oppo Sony

Samsung 1 3,557 5,593

Oppo 0,281 1 2,884

Sony 0,179 0,347 1

1,460 4,904 9,478

(Lampiran C, hal. 58)

Sehingga untuk jumlah dapat ditulis sebagai berikut: , dan . Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Perhitungan untuk menormalkan matriks yang disederhanakan diformulasikan sebagai berikut: pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan dibagi jumlah kolom 1 (a), pada matriks yang dinormalkan dihasilkan dari pada matriks yang disederhanakan


(53)

dibagi jumlah kolom 2 (b) dan seterusnya. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk tiap baris, yaitu:

, , . Keterangan:

vaktor eigen Samsung, vaktor eigen Oppo, vaktor eigen Sony.

Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.19 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Spare Part yang Dinormalkan

Alternatif Samsung Oppo Sony Eigen Vector

Samsung 0,685 0,725 0,590 0,667 Oppo 0,193 0,204 0,304 0,233 Sony 0,122 0,071 0,106 0,100

Selanjutnya adalah menghitung nilai eigen maksimum ( ). Nilai diperoleh dari hasil penjumlahan perkalian jumlah kolom (Tabel 3.18) dengan nilai eigen vector.

(3.6)

Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 alternatif), maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

Untuk , maka:

Dari perhitungan di atas CR = 0,053 < 0,100 yang artinya bahwa pendapat responden dapat dikatakan konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 3.19 diperoleh urutan alternatif untuk kriteria desain yakni Samsung dengan nilai bobot 0,667 (66,7 %), kemudia Oppo 0,233 (23,3 %) dan Sony 0,100 (10 %).


(54)

3.2.8 Total Ranking

Dari seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap 4 kriteria yaitu desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part maka diperoleh tabel hubungan antara kriteria dengan 3 alternatif jenis handphone yaitu Samsung, Oppo dan Sony. Pada pembahasan ini akan menunjukkan bagaimana posisi dari setiap merek handphone

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Berikut adalah tabel hubungan antara alternatif (Samsung, Oppo dan Sony) dengan kriteria (desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part).

Tabel 3.20 Matriks Hubungan antara Kriteria dengan Alternatif Kriteria

Alternatif

Desain Fasilitas Harga jual

kembali Spare part Samsung 0,473 0,595 0,616 0,667

Oppo 0,139 0,277 0,251 0,233 Sony 0,388 0,128 0,133 0,100

Nilai pada tabel 3.20 diperoleh dari nilai vaktor eigen alternatif terhadap kriteria (desain, fasilitas, harga jual kembali dan spare part).

Elemen-elemen pada matriks merupakan eigen vector atau bobot pada setiap alternatif berdasarkan masing-masing kriteria. Perhitungan untuk semua kriteria memperlihatkan bahwa kriteria yang sangat penting adalah kriteria fasilitas dengan nilai bobot 0,563 (56,3 %). Hasil ranking dan nilai bobotnya dapat dilihat pada tabel 3.21.

Tabel 3.21 Ranking untuk Semua Kriteria Kriteria Nilai Bobot

Desain 0,203 atau 20,3% Fasilitas 0,563 atau 56,3% Harga Jual Kembali 0,063 atau 6,3%

Spare Part 0,171 atau 17,1%

Tabel 3.21 menunjukkan bahwa kriteria terpenting menurut responden adalah fasilitas, kemudian disusul oleh desain, harga jual kembali dan spare part. Selanjutnya, mencari total ranking masing-masing merek handphone dengan cara mengalikan faktor bobot masing-masing alternatif dengan faktor bobot kriteria. Dalam rumus dapat ditulis sebagai berikut:


(55)

(3.7) Keterangan:

Vaktor eigen alternatif = Nilai entri atau elemen matriks hubungan antara kriteria dengan alternatif (tabel 3.20)

= Nilai entri atau elemen dari bobot kriteria (tabel 3.21)

Berdasarkan hasil perhitungan matriks prioritas global di atas, diperoleh total bobot sebagai berikut:

a. Samsung dengan nilai bobot 0,584 atau 58,4% b. Oppo dengan nilai bobot 0,240 atau 24% c. Sony dengan nilai bobot 0,176 atau 17,6%

Hasil perhitungan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan posisi merek handphone berdasarkan persepsi konsumen terhadap kriteria handphone diperoleh bahwa handphone Samsung berada pada posisi pertama dengan nilai bobot 0,584 (58,4%). Hal ini meyakinkan karena dari keseluruhan kriteria, Samsung mendominasi keseluruhannya yakni untuk desain sebesar 0,473 (47,3%), fasilitas sebesar 0,595 (59,5%), harga jual kembali sebesar 0,616 (61,6%) dan spare part sebesar 0,667 (66,7%). Selanjutnya, pada posisi kedua diduduki oleh handphone Oppo dengan nilai bobot sebesar 0,240 (24%) dan kemudian disusul handphone Sony dengan nilai bobot sebesar 0,176 (17,6%). Berikut adalah rincian posisi merek handpone berdasarkan kriteria.

Tabel 3.22 Total Ranking Kriteria

Alternatif

Desain Fasilitas Harga jual kembali

Spare part

Total Ranking Samsung 47,3% 59,5% 61,6% 66,7% 58,4%

Oppo 13,9% 27,7% 25,1% 23,3% 24% Sony 38,8% 12,8% 13,3% 10% 17,6%

Hasil perhitungan metode AHP dalam penilitian ini dilakukan secara manual dengan bantuan Microsoft Excel sehingga mempengaruhi akurasi perhitungan.


(56)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya diketahui bahwa menurut produsen Plaza Medan Fair Tahap I no. 21, Medan dan produsen Plaza Medan Fair Tahap I no. 26, Medan serta konsumen yang merupakan mahasiswa Universitas Sumtera Utara (N.I.M. 110402011) kriteria yang sangat penting dalam menentukan posisi merek handphone adalah fasilitas dengan nilai bobot sebesar 0,563 (56,3%), berikutnya adalah desain dengan nilai bobot sebesar 0,203 (20,3%), spare part sebesar 0,171 (17,1%) dan terakhir menurut responden adalah harga jual kembali dengan nilai bobot sebesar 0,063 (6,3%). Untuk posisi merek

handphone berdasarkan keempat kriteria adalah sebagai berikut: a. Samsung dengan nilai bobot 0,584 (58,4%),

b. Oppo dengan nilai bobot 0,024 (24%), c. Sony dengan nilai bobot 0,176 (17,6%).

4.2 Saran

1. Pada penelitian ini, perhitungan yang dilakukan secara manual. Oleh karena itu, disarankan kepada pembaca yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sama untuk menggunakan program Expert Choice atau Super Decision agar memperoleh hasil yang lebih efisien.

2. Kepada pembaca yang hendak melakukan suatu penelitian dengan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP), disarankan agar terlebih dahulu menentukan responden yang tepat. Responden yang dimaksud adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman, mengetahui atau memahami masalah objek yang akan diteliti agar data penelitian yang diperoleh efektif.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Antono. 2010. Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). (Dinamika Teknik). Vol. IV (2): 24-23.

Ambardi, Didit. 2010. Pemilihan Pemasok dan Penentuan Kuantitas Pesan Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process dan Multi Objective Linier Programming (Studi kasus di Koperasi Jasa Usaha Bersama Puspetasari). [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Apriyanto, Agus. 2008. Perbandingan Kelayakan Jalan Beton dan Aspal dengan

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi kasus di Jalan Raya Demak-Godong). [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Belch, G.E & Belch, M.A. 2007. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective, 7th Edition. New York: McGraw Hill.

Effendi. 2014. Studi tentang Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja di Pasar Modern dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi kasus di FMIPA USU). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Cetakan pertama.

Yogyakarat: Graha Ilmu

Iryanto, 2008. Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara. [Disertasi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS). Prabowo, Said Agung, dkk. Penentuan Operator Kartu Seluler Terbaik dengan

MetodeAHP. [Jurnal]. Semarang: Universitas Stikubank.

Saaty, Thomas L. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process.

(Int. J. Services Sciences). Vol. 1 (1): 83-98.

Sinaga, Johannes. 2009. Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemilihan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) (Studi kasus di Universitas Sumatera Utara). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara (USU).


(58)

(59)

LAMPIRAN A


(60)

LAMPIRAN B

KUESIONER PENENTUAN KRITERIA TAHAP I

Alamat Toko / N.I.M. : No. Handphone :

Pada bagian ini anda diharapkan untuk menentukan sikap anda pada hal-hal di bawah ini berdasarkan tingkat kepentingan yang anda rasakan ketika memutuskan dalam pemilihan handphone.

Ket. : Jika penting tulis dengan angka “ 1 “ dan jika tidak penting tulis dengan angka “ 0 “

No. Kriteria Penilaian 1. Desain

2. Fasilitas

3. Harga jual kembali 4. Spare part


(61)

KUESIONER PENENTUAN KRITERIA TAHAP II

Alamat Toko / N.I.M. : No. Handphone :

Pada bagian ini anda diharapkan untuk menentukan sikap anda pada hal-hal di bawah ini berdasarkan tingkat kepentingan yang anda rasakan ketika memutuskan dalam pemilihan handphone.

Ket. : Jika penting tulis dengan angka “ 1 “ dan jika tidak penting tulis dengan angka “ 0 “

No. Kriteria Penilaian 1. Desain

2. Fasilitas

3. Harga jual kembali 4. Spare part


(62)

KUESIONER PENENTUAN RANKING KRITERIA SURVEI PENENTUAN POSISI MEREK HANDPHONE

OLEH: AHMAD SHABRI P.

MAHASISWA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMTERA UTARA

MEDAN

RAHASIA

IDENTITAS RESPONDEN

Alamat Toko / N.I.M. : ……… No. HP. : ………

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda ceklish ( ) pada kolom skala kriteria (A) atau pada kolom skala kriteria (B) yang sesuai dengan pendapat anda.

Definisi kode:

1: Kedua kriteria sama penting (equal importance)

3: Kriteria (A) sedikit lebih penting (moderate importance) dibanding dengan (B)

5: Kriteria (A) lebih penting (strong importance) dibanding dengan (B) 7: Kriteria (A) sangat lebih penting (very strong importance) dibanding

dengan (B)

9: Kriteria (A) mutlak lebih penting (extreme importance) dibanding dengan (B)

Dan jika ragu-ragu antara 2 skala maka ambil nilai tengahnya. Misalkan anda ragu-ragu antara 1 dan 3 maka pilih skala 2 dan seterusnya.

Contoh: Dalam memilih satu unit handphone, seberapa pentingkah:

No. Kriteria (A) Skala Kriteria (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Desain Fasilitas

Jika anda memberi ceklish pada skala 5 di kolom kriteria (A) atau desain maka artinya desain lebih penting dibanding kriteria (B) yaitu fasilitas.


(63)

Dalam memilih satu unit handphone, seberapa pentingkah:

No. Kriteria (A) Skala Kriteria (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Fasilitas Desain

2. Desain Harga Jual Kembali

3. Desain Spare part

4. Fasilitas Harga Jual Kembali

5. Fasilitas Spare part


(1)

MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN HANDPHONE TERHADAP SPARE PART Contoh:

No. Alternatif (A) Skala Alternatif (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Samsung Oppo

Jika penilaian diberikan pada kolom skala 5 artinya Samsung lebih mudah dicari dibanding Oppo, sehingga nilai Samsung terhadap Oppo (Ss – Op) = 5. Sementara, untuk nilai Oppo terhadap Samsung (Op – Ss) = dan untuk penilaian pada alternatif yang sama diberi nilai 1, misal Samsung terhadap Samsung (Ss – Ss) = 1.

Responden I atau (Plaza Medan Fair No. 21, Medan)

No. Alternatif (A) Skala Alternatif (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Samsung Oppo

2. Samsung Sony

3. Sony Oppo

Responden II atau (Plaza Medan Fair No. 26, Medan)

No. Alternatif (A) Skala Alternatif (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Samsung Oppo

2. Samsung Sony

3. Sony Oppo

Responden III atau (Mahasiswa-USU dengan N.I.M. 110402011)

No. Alternatif (A) Skala Alternatif (B) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Samsung Oppo

2. Samsung Sony

3. Sony Oppo

Perhitungan penyatuan pendapat responden adalah dengan menggunakan rata-rata geometri yaitu:


(2)

Ss – Ss = 1 Op – Ss =

Ss – Op = Op – Op = 1

Ss – Sn = Op – Sn =

Sn – Ss =

Sn – Op = Sn – Sn = 1

Sehingga data diperoleh sebagai berikut:

Ss Op Sn

Ss 1 3,557 5,593

Op 0,281 1 2,884

Sn 0,179 0,347 1


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Antono. 2010. Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). (Dinamika Teknik). Vol. IV (2): 24-23.

Ambardi, Didit. 2010. Pemilihan Pemasok dan Penentuan Kuantitas Pesan Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process dan Multi Objective Linier Programming (Studi kasus di Koperasi Jasa Usaha Bersama Puspetasari). [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Apriyanto, Agus. 2008. Perbandingan Kelayakan Jalan Beton dan Aspal dengan

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi kasus di Jalan Raya Demak-Godong). [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Belch, G.E & Belch, M.A. 2007. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective, 7th Edition. New York: McGraw Hill.

Effendi. 2014. Studi tentang Variabel Dominan yang Mempengaruhi Minat Belanja di Pasar Modern dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi kasus di FMIPA USU). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Cetakan pertama.

Yogyakarat: Graha Ilmu

Iryanto, 2008. Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara. [Disertasi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS). Prabowo, Said Agung, dkk. Penentuan Operator Kartu Seluler Terbaik dengan

MetodeAHP. [Jurnal]. Semarang: Universitas Stikubank.

Saaty, Thomas L. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process.

(Int. J. Services Sciences). Vol. 1 (1): 83-98.

Sinaga, Johannes. 2009. Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemilihan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) (Studi kasus di Universitas Sumatera Utara). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara (USU).


(4)

LAMPIRAN D RESPONDEN I


(5)

RESPONDEN II

(PLAZA MEDAN FAIR TAHAP I, NO. 26)


(6)

RESPONDEN III (LAB TELEMATIKA - USU)