geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan, terutama mengenai sifat alaminya, asal mula, proses perkembangan dan komposisi materialnya. Van Zuidam et al., mendefinisikan
geomorfologi studi yang mendeskripsikan bentuklahan, dan proses yang mempengaruhinya dan menyelidiki interrelasi antara bentuk dan proses tersebut dalam tatanan keruangannya.
Verstappen, mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan
menekan pada genesis dan perkembangan pada masa yang akan datang dan konteksnya dengan linkungan.
Ketiga batasan tersebut di atas memberi gambaran pokok kajian geomorfologi secara jelas, yaitu bentuklahan, proses, genetik, perkembangan kronologis, material
penyusun dan konteksnya dengan lingkungan, tidak terbatas di daratan tetapi juga di dasar laut. Atas pokok kajian geomorfologi tersebut maka geomorfologi selain segai ilmu murni
juga mempunyai nilai terapan.
2. Konsep Dasar Geomorfologi.
a. Proses-proses dan hukum-hukum fisik yang sama berkeja sekarang, berkerja pula pada waktu geologi, walaupun tidak harus selalu dengan intensitas yang sama seperti
sekarang b. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan di dalam evolusi
bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya. c. Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekasnya yang nyata pada bentuklahan,
dan setiap proses geomorfologi akan membangun suatu karakteristik tertentu pada bentuklahannya.
d. Akibat perbedaan tenaga erosi yang berkerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan suatu bentuklahan yang mempunyai karakteristik tertentu pada masing-masing tahap
perkembangannya. 2
e. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibanding dengan evolusi geomorfik yang sederhana. Dari konsep ini dikenal adanya berbagai bentuklahan atas dasar
kekomplekan tenaga pembentuknya. 1. Bentuk sederhana simple forms
2. Bentuk campuran compund forms 3. Bentuk akibat satu daur erosi mono cyclic forms
4. Bentuk akibat daur erosi ganda multi cyclic forms 5. Munculnya kembali permukaan lahan terkubur kepermukaan sekarang exhumed
f. Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari Tersier, dan kebanyakan dari padanya tidak lebih dari jaman Pleistosen.
g. Interprestasi secara tepat bentanglahan sekarang tidak akan mungkin dapat tanpa memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa pleistosen.
h. Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda.
i. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya.
3. Aspek-Aspek kajian Geomorfologi
Menurut Karmono 1981, objek utama yang dipelajari dalam studi geomorfologi adalah bentuklahan, proses geomorfologi genesa dan evaluasi pertumbuhan bentuklahan,
serta geomorfologi yang mempelajari hubungannya dengan lingkungan. Berdasarkan hal di atas ada 4 aspek geomorfologi yang menjadi objek kajian geomorfologi sebagai berikut:
a. Aspek morfologi,
Mempelajari relief secara umum yang meliputi aspek a aspek Morfografi, yakni aspek-aspek yang bersifat pemerian suatu daerah seperti; teras sungai, bentuk-benuk yang
3
dihasilkan oleh abrasi, beting pantai, tanggul alam, kipas aluvial, biukit rendah, plato, kerucut gunungapi dan sebagainya. b, Morfometri yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah
seprti; kemiringan lereng, bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, kekasaran medan, bentuk lembah sungai, tingkat pengikisan dan pola aliran
b. Aspek Morfogenesis,
Menekan pada proses geomorfologi,yakin proses yang mengakibatkan perubahan- perubahan bentuklahan waktu pendek serta proses terjadinya bentuklahan. Morfogenesa
mencakup beberapa aspek : a. Morfo Stuktur Pasif, meliputi litologi tipe dan stuktur bantuan yang berhubungan dengan pelapukan mekanis,chemis,dan organis.b Morfologi
Stuktur Aktif,berupa tenaga endogen atau tektonisme yang menghasilkan lipatan dan patahan. cMorfodinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga angin,air,es,gerak
massa batuan dan vulkanisme. Studi yang menekan proses geomorfologi disebut geomorfologi dinamik.
c. Aspek Morfokronologi
Morfokronologi merupakan urutan bentuklahan yang ada dipermukaan bumi sebagai hasil proses geomorfologis. Adanya perbedaan urutan secara alami menyebabkan
terjadinya perbedaan urutan umur bentuklahan dari yang paling awal hingga yang paling akhir,masing-masing paling tua dan paling muda. Dalam kaitannya dengan umur suatu
bentuklahan dapat dilihat pula terjadinya pelapukan,pembetukan tanah dan erosi,serta sedimentasi,sehingga menentukan pula terhadap potensi suatu lahan,yang selanjutnya
menentukan terhadap pemanfaatannya.
d. Aspek Morfo-Asosiasi
Morfoasosiasi merupakan kaitan antar bentuklahan satu dengan bentuklahan yang lain dalam susunan keruangan atau sebarannya dipermukaan bumi. Morfo-asosiasi sangat
penting dalam geomorfologi karena bentuklahan yang ada dipermukaan bumi 4
pembentukannya sangat ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : topografi, batuan, proses, iklim temperatur, curah hujan, kelembaban, vegetasi, organisme, dan waktu.
Adanya berbagai faktor penentu tersebut maka keberadaan bentuklahan penyusun permukaan bumi ini diketemukan adanya kaitan antara bentuklahan yang satu dengan yang
lain. Verstappen 1983,mendasarkan pada konsep dasar yang berkembang sebelumnya dan cakupan bidang ilmu yang tercakup dalam geomorfologi, membedakan empat aspek
geomorfologi, yaitu :
a. Geomorfologi statik, mempelajari bentuklahan aktual,yang mencakup morfografi dan morfometri; morfografi menekankan pada deskripsi watak bentuklahan, sedangkan
morfometri menekankan pada aspek ukuran bentuklahan seperti: topografi,relief, panjang lereng,kemiringan lereng dan bentuk lereng;
b. Geomorfologi dinamik, mempelajari proses dan perubahan jangka pendek dari bentuklahan yang diakibatkan oleh proses pelapukan,erosi,gerakan masa batuantanah; pelarutan, dan
abrasi; c. Geomorfologi genetik, mempelajari perkembangan relief dalam jangka panjang, akibat
tenaga tektonik dan vulkanik, termasuk bantuan dan stuktur bantuannya; d. Geomorfologi lingkungan, mempelajari hubungan ekologis bentanglahan antara
geomorfologi dengan ilmu pengetahuan yang terkait atau parameter lahan.
3. SEJARAH GEOMORFOLOGI
Jauh sebelum orang mengenal geomorfologi seperti yang kita kenal sekarang ini, pokok-pokok pikiran tentang beberapa aspek geomorfologi telah
diformulasikan sebelum abad 17, Herodotus 485 – 425 SM, Aristotle 384-322 SM, dan
Strabo 54-25 SM telah memberikan konsep dasar yang berkaitan dengan proses dan 5
genetik bentuklahan Thornbury,1954 Herodotus memberikan sebutan terhadap Mesir sebagai daerah pemberian S.Nil, karena sedimentasi debu dan lempung yang terbawa
oleh banjir S.Nil yang menyuburkan daerah Mesir. Perbukitan di Mesir yang banyak mengandung cakang kerang, pada masa lampau berada di bawah muka air laut. Aristotle,
memberikan konsep tentang genetik dari mata air, yang menyebutkan bahwa air yang keluar dari mata air berasal dari air hujan yang mengalami perkolasi, dan air yang
berada di permukaan bumi dan akan mengalami penguapan melalui berbagai jalan. Strabo, pada masanya telah mencatat adanya proses pengangkatan dan penenggelaman,
dan telah dapat menyebutkan bahwa gunung vesuvius itu termasuk gunung-api,
meskipun semasa hidupnya gunung tersebut belum pernah meletus. Setelah pandangan kuno tersebut muncul peletak dasar geomorfologi dan geologi, seperti
Avicenna 980-1037 dan Leonardo da Vinci 1452-1519. Avicenna, berpandangan bahwa asal mula pegunungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu oleh pengangkatan,
seperti yang terjadi akibat gempa bumi, dan oleh aliran dan gerakan angin yang dapat membentuk lembah pada batuan yang lunak. Leonardo Davinci, mempunyai pandangan
bahwa lembah terkikis oleh aliran sungai itu sendiri dan sungai mengangkut material dari suatu tempat kemudian mengendapkannya di tempat tertentu Thornbury, 1959. Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua pandangan tersebut menghasilkan konsep bentuklahan struktural dan fluvial .
Pada abad 17 dan 18, konsep yang menonjol dalam geomorfologi adalah adalah katasrofisme yang dikemukakan oleh Abraham Gottlob Wegner 1779-1817 dan
uniformitarianisme yang dikemukakan oleh James Hutton, 1726-1819, King,1976. Wegner, berdasarkan pengamatannya pada strata batuan yang setiap stratumnya
mengandung fosil yang khas, merumuskan suatu konsep bahwa lapisan batuan di bumi itu berasal dari basin lautan yang luas Hutton dapat dianggap sebagai pelopor
6
berkembangnya geomorfologi fluvial pertama. Sumbangan pikiran Hutton yang terkenal dan kemudian di ikuti oleh Playpaier adalah : bentuklahan itu bersifat sementara dan
selalu mengalami perubahan dan sungai itu membentuk lembahnya sendiri, serta sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Konsep geomorfologi fluvial
tersebut hingga kini masih dianut Leopold, 1964- Marie Morisawa, 1968. Awal abad 19 minimal ada dua pengarang yang meletakkan dasar geomorfologi,
yaitu Sir Charles Lyell, dan Dean William Buckland Thornbury,1959, dalam Sutikno 1988. Lyell berpandangan bahwa bentuklahan berkembang secara lambat, dan proses yang
meyebabkan perubahan permukaan bumi pada masa lampau mirip dengan proses yang bekerja pada saat sekarang. Buckland memperkuat konsep mengenai siklus hidrologi, tetapi masih
mempertanyakan mengapa aliran sungai dapat membentuk lembahnya sendiri. Buah fikiran lain dari Buckland, antara lain: relief merupakan hasil dari hulu akan ditemuka di dasar laut
dan pasang surut merupakan tenaga dalam transportasi sedimen da dasar laut. Akhir abad 19 telah banyak muncul konsep geomorfologi yang hingga kini masih
tetap digunakan seperti yang ditemukan oleh Powel, Gilbert, dan Greenwood Thornbury 1959, dalam Sutikno 1988. Konsep yang dikemukakan oleh Powel yang terkenal adalah: aras
dasar base level dari erosi adalah permukaan air laut dan klasifikasi bentuklahan menurut genetiknya,termasuk genetik sungai; hingga kini kita masih mengenal dan menggunakan
sebutan sungai konsekuen, sungai anteseden dan sungai superimposed. Konsep yang dikemukakan oloeh Gilbert, antara lain: lereng merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap transportasi material sedimen; dan pengangkutan sedimen di sungai mencakup tiga proses yaitu: pengangkutan material hasil erosi, erosi dasar sungai dan keausan material dasar
sungai. Greenwood mengemukakan konsep: air hujan yang jatuh di permukaan mengangkut
material di sepanjang lereng, membentuk alur-alur dan akhirnya membentuk sungai kecil; dan
lembah dan lereng merupakan bagian dari suatu sistem yang terintegrasi. Konsep-konsep yang 7
dikemukakan sebelum abad 20 tersebut memberikan andil yang cukup besar terhadap perkembangan geomorfolgi selanjutnya. Meskipun konsep dasar yang mendukung
geomorfologi sudah sejak lama muncul, kristalisasinya menjadi ilmu pengetahuan yang mapan diawali pada awal abad 20.
Awal abad 20 William Moris Davis mengemukakan suatu teori yang dikenal dengan siklus geografis. Dalam siklus geografis tersebut disebutkan bahwa semua
bentuklahan akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut tiga stadium, yaitu: muda,dewasa dan tua. Selain itu Davis juga mencetuskan konsep trilogi dalam geomorfologi;
konsep tersebut menyebutkan bahwa aspek dari semua bentanglahan itu ditentukan oleh: struktur, proses dan stadium. Pendapat Davis tersebut ditentang oleh Alberecht Penck dan
Walther Penck. Penck berpendapat bahwa perkembangan bentanglahan itu terpengaruh oleh aktifitas tektonik dan iklim. Perbedaan pendapat tersebut akhirnyan memunculkan dua aliran
dalam geomorfologi , yaitu geomorfologi geografis dan geomorfologi geologis. Dua aliran tersebut dipertegas oleh Zakrezewska Kardono Darmojuwono, 1972 bahwa geomorfologi
geografis itu lebih menekankan pada geomorfografis, yang mempelajari hubungan fungsional bentuklahan dengan gejala fisikal dan kultural, sedangkan geomorfologi geologis lebih
menekankan pada geomorfogeni yang menganalisis proses dan studi bentuklahan secara regional.
Aliran Davis dengan konsep triloginya diikuti oleh banyak geomorfologi hingga tahun 1960, seperti Lobeck 1939, Thornbury 1959 dan Spark 1960. Setelah
tahun 1960 an berkembang geomorfologi topikal, yaitu geomorfologi secara mendalam yang secra garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima sub tema, yaitu:
a. kelompok tentang proses geomorfologi, seperti proses pelapukan Ollier,1969, proses fluvial Leopold, 1964; Marie Morisawa, 1968; Richard, 1982 gunungapi Ollier,1969;
dan pantai Pethick, 1954; 8
b. kelompok metoda dan teknik Dackombe, 1983; King, 1966; dan Goudie, 1981; c. kelompok pemetaan Verstappen et al.,1968; Klimaszewski, 1978; dan Oya, 1983;
d. kelompok terapan Verstappen, 1983; Van Zuidam et al., 1979; Cooke et al., 1974; Hooke et al., 1988.
e. Kelompok regional dan global Summerfield, 1991. Sebagai akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, konsep trilogi
yang dipelopori Davis atau dikenal dengan trilogi Davis. Mengalami suatu perubahan menjadi trilogi King. King 1979 berpandangan bahwa stadium yang menjadi salah satu unsur penciri
bentanglahan itu tidak selalu gayut dan bermanfaat dalam analisis bentanglahan. Disamping itu stadium bentanglahan itu sangat relatif, sulit ditentukan secara kuantitatif, oleh sebab itu King
memunculkan konsep trilogi dalam geomorfologi, yang unsurnya terdiri atas:morfologi,material dan proses. Atas dasar konsep trilogi King tersebut, maka
geomorfologi menjadi lebih mempunyai arti penting dalam ilmu pengetahuan kebumian dan terapannya. Apalagi dengan perkembangan penginderaan jauh yang pesat, maka konsep
tersebut sangat mudah digunakan untuk melaksanakan kajian geomorfologi. Cooke et al.,
1974,Van Zuidam et al.,1979 dan Sutikno1982,1988,1989 telah menggunakan konsep
trilogi tersebut untuk klasifikasi medan terrain.
4. Geomorfologi Terapan