Toilet Training BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Toilet Training

1. Pengertian Toilet training merupakan latihan kebersihan, dimana diperlukan kemampuan fisik untuk mengontrol sfincter ani dan urethra dan tercapai kadang-kadangsetelah anak bisaberjalan Whaley Wong, 1999. Menurut Supartini 2004toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler yang harus mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan defekasi. MenururtHidayat 2005Toilet training merupakan suatu usaha untuk malatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil dan buang air besar.Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 tahun dalam melakukan latihan BAB dan BAK pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persipapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol BAB dan atau BAK. 2. Tahap pengendalian kandung kemih Thomson, 2003: a. Kurun waktu anak tidak memakai popok semakin lama. Ini artinya kandung kemihnya makin berkembang dan kapasitas menyimpan lebih besar b. Anak sadar kalau air seninya akan keluar dan memberitahukan kita apabila celananya basah c. Anak bisa melapor tepat pada waktunya sehingga ibu bisa mengantarkannya ke toilet d. Anak bisa pergi kekamar kecil sendiri e. Tidak mengompol disiang hari f. Tidak mengompol di malam hari 3. Latihan Toilet training Menurut Thomson 2003 melatih toilet training dapat dimulai pada anak usia 18 bulan. Namun, usia yang paling tepat adalah 2 tahun. Lebih lanjut Thomson 2003 menegaskan bahwa tidak ada cara yang cepat dan tepat untuk melatih batita ke kamar kecil. Biasanya anak perempuan sudah dapat dilatih sejak usia 18 bulan, sedangkan anak laki-laki setelah hampir berusia 30 bulan. terlalu cepat jika dilatih sebelum usia 18 bulan, tapi jika ingin, anak dapat dibiasakan duduk di toilet pada usia 15 bulan. Anak mungkin akan buang air besar setelah selasai makan. Namun kemampuan untuk ‘mengenali’ tanda-tanda buang air diusia ini bukan latihan kekamar kecil, melainkan suatu reflek. Jika anak berhasil menahan buang air, pujilah, tapi jika tidak, jangan beri komentar apa- apa.Berapapun umurnya waktu mulai berlatih, pilihlah saat ibu punya waktu dan dapat menyemangatinya. Tahapan toilet trainingmenurut Thomson, 2003: a. Memulai menjelaskan apa yang kita ingin anak lakukan dengan bahasa sederhana b. Mengajarkan kata-kata untuk dipakai saat buang air besar c. Memberitahukan bahwa sangat baik untuk buang air besar atau buang air kecil di pispot d. Memastikan pispotnya mempunyai dasar yang kuat sehingga tidak mudah terbalik dan tidak ada bagian yang tajam e. Menaruh pispot ditempat yang sama f. Memakaikan baju yang mudah dilepas dan mengajari cara memelorotkan celana g. jika anak laki-laki jangan memaksa berdiri sewaktu buang air kecil, karena saat pertama lebih mudah dilakukan sambil duduk. 4. Pedoman pelatihan toilet menurut Choby George, 2008: a. Memulai ketika anak menunjukkan tanda-tanda kesiapan umumnya setelah usia 18 bulan b. Memuji keberhasilan menggunakan istilah positif c. Menghindari hukuman, mempermalukan, atau kekuatan d. Membuat pelatihan positif, tidak mengancam, dan alami 5. Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training Thomson, 2003 a. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu latihan memakai toilet b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang air besar c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air lagi ditempat yang tidak seharusnya d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendirianak tidak rela apabila fesesnya di siram. Baginya prestasi buang air besar adalah prestasi menakjubkan dan anaksangat bangga bisa melakukannya. e. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis kelaminnya berbeda buang air kecil. 6. Tanda-tanda anak siap melakukan toilet training Hidayat, 2008: a. Tidak mengompol beberapa jam sehari atau bila anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikitpun b. Waktu buang airnya sudah dipikirkan c. Sudah bisa memberitahu kalau celananya basahsudah kotor d. Tertarik dengan kebiasaan masuk wc dalam toilet seperti kebiasaan orang-orang lain dalam rumahnya e. Meminta diajari menggunakan toilet f. Tahu waktu buang air besar dan buang air kecil g. Tidak betah memakai popok yang basah dan kotor h. Bisa memegang alat kelamin atau minta kekamar mandi jika BAB 7. Tahap toilet training Thompson, 2003. a. Usia 15-18 bulan : dapat memberi tahu kalau popoknya basah b. Usia 2 tahun: memberi tahu apabila ingin kekamar kecil c. Usia 3 tahun: Tidak mengompol disiang hari dan sesekali tidak mengompol dimalam hari 8. Cara yang dilakukan oleh orang tua untuk melatih toilet training. Latihan buang air besar atau kecil pada anak atau dikenal dengan namatoilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air besar dan buang air kecil tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak carayang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan air kecil, diantaranya Hidayat, 2005: a. Teknik Lisan Melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar dan buang air kecil, cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil dan buang air besar dimana dengan lisan ini persiapan psikologis anak akan semakin matang dan akhirnya anak akan mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar. b. Teknik modeling Melatih anak dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh- contoh buang air kecil dan buang air besar atau membiasakan buang air kecil dan buang air besar dengan benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah. Selain cara tersebut diatas terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak melakukan buang air besar dan buang air kecil, tempatkan anak di atas pispot atau ajak ke kamar mandi,berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air besar dan buang air kecil, dudukan anak di atas pispot atau orang tua duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan dikembalikan. 9. Pengkajian masalah toilet training Pengkajian kebutuhan terhadap toilet training merupakan suatu yang harus diperhatikan sebelum anak melakukan buang air kecil dan buang air besar, mengingat anak yang melakukan buang air besar dan buang air kecil melalui proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air besar dan buang air kecil. Proses tersbut akan dialami setiap anak untuk mencegah terjadinya kegagalan maka perlu dilakukan suatu pengkajian fisik, psikologis, dan pengakajian intelektual Hidayat, 2005. a. Pengkajian fisik Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air besar dan buang air kecil dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti: berjalan, duduk, meloncat, dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri. Kemampuan motorik halus ini harus mendapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancar dan tidak ditunjang dari kemampuan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan besar sudah mampu dan siap untuk melaksanakannya.Selain itu yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur, dan lain-lain. b. Pengkajian psikologis Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan besar seperti a Anak tidak rewel ketika buang air besar b Anak tidak menangis ketika buang air besar c Ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri d Anak sabar dan tetap mau tinggal di toilet selama 5-10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya, adanya keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada orangtuanya. c. Pengkajian intelektual a Kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil atau buang air besar b Kemampuan mengkomunikasaikan buang air kecil dan buang air besar c Anak menyadari timbulnya buang air besar dan buang air kecil d Mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan buang air besar 10. Hal – hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya Hidayat, 2005: a. Menghindari pemakain popok sekali pakai b. Mengajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air besar c. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki, dan lain-lain d. Jangan marahi anak bila gagal melakukan toilet training. 11. Dampak toilet training Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orangtua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat relatif dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir.Hal ini dapat dilakukan orangtua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melaranganak saat bepergian. Bila orangtua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara- gara, emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari Hidayat, 2005 12. Yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan dalam latihan memakai toilet Thompson, 2003: a. Tidak boleh membiarkan anak memilih sendiri dudukan toiletnya karena akan berbahaya bagi anak b. Membiarkan anakmenyiram toilet jika anak mau c. Memastikan anak mencuci tangan dengan baik setelah buang air d. Memastikan anak perempuan cebok dari arah depan kebelakang e. Membandingkan kemajuan dengan anak lain

B. Pola Asuh