HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN STRES MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN STRES MAHASISWA YANG SEDANG
MENGERJAKAN SKRIPSI

SKRIPSI

Oleh :
Mulia Sulistyowati
201210230311199

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN STRES MAHASISWA YANG SEDANG
MENGERJAKAN SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi


Oleh :
Mulia Sulistyowati
201210230311192

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi
Mengerjakan Skripsi.
2. Nama Peneliti
3. NIM
4. Fakultas
5. Perguruan Tinggi
6. Waktu Penelitian

: Hubungan Self Efficacy dengan Stres Mahasiswa yang sedang

: Mulia Sulistyowati
: 201210230311199
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang
: 06 Juni 2016 – 19 Juni 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Dr. Iwinarti, M.Si

(

)

Anggota Penguji

: 1. Dr. Diah Karmiyati, M.Si


(

)

2. Dr. Nida Hasanati, M.Si

(

)

3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi

(

)

Pembimbing I

Pembimbing II


Dr. Iswinarti, M.Si

Dr. Diah Karmiyati, M.Si

Malang,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si.

i

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Mulia Sulistyowati

Nim


: 201210230311199

Fakultas/Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:
Hubungan Self Efficacy dengan Stres Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.


Malang, 23 Juni 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi

Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.

Mulia Sulistyowati

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
Dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan
Self Efficacy dengan Stres Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi.” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yag sebesar-besarnya
kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku ketua program studi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dr. Iswinarti, M.Si selaku pembimbing I yang selalu memberikan nasihat, semangat
dan waktunya dalam penyusunan skripsi serta arahan untuk perbaikan skripsi sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berkualitas.
4. Dr. Diah Karmiyati, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan,
arahan ketika penulis kebingungan dan memberikan perbaikan skripsi secara detail
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi selaku dosen wali yang telah mencurahkan
perhatian, bimbingan, doa, semangat yang sangat berarti bagi penulis.
6. Siti Maimunah, S.Psi., M.A selaku Kepala Laboratorium Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang dan Santi Ardhani Palupi, S.Psi selaku staff Laboratorium
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendukung dan
memberikan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
7. Kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Kepada seluruh staff dan tata usaha Fakultas Psikologi Universitas muhammadiyah
Malang yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Kepada Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd A.n Wakil Rektor I, Kepala Biro Adm.Akademik
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ijin pengambilan data
penelitian serta dukungan.
10. Kepada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2012 sebagai
sampel dalam penelitian ini.
11. Kepada Bapak, Ibu, Kakak, Adik serta keluarga besar Chodjin dan Dji’an yang telah
banyak memberikan doa, perhatian, dukungan, semangat yang tak pernah henti demi
kelancaran penyusunan skripsi ini serta bapak dan ibu yang telah menjadi
penyemangat sehingga skripsi ini berjalan lancar.
12. Keluarga besar teman-teman kelas C angkatan 2012 dan keluarga besar teman-teman
Asisten Laboratorium Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan banyak informasi, dukungan dan semangat kepada penulis.
13. Kepada sahabat-sahabat Nur Rahmatul Azkiya, Nanda Puspita Sari, Jeannita
Anyatazha Rose, Eva Ning Tiyas, Siti Elita Akashi, Afi Nindya Priviantisa, Audia
Citra Pradita, Ibnu Munfaridz dan Septian Ceria Suhendri terima kasih telah
memberikan saran, perhatian, bantuan dan berbagi ilmu dalam penyusunan skripsi.

iii


14. Kepada keluarga besar alumni Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah
Yogyakarta khususnya angkatan 86 yang telah memberikan doa dan dukungan serta
menjadi penyemangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.
15. Kepada Anggota KKN 11 2015 terutama Hanna Fauziya yang senantiasa memberikan
doa, dukungan, dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya karena
tanpa bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan berjalan lancar sesuai target.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun, sangat saya harapkan untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.

Malang, 23 Juni 2016
Penulis

Mulia Sulistyowati

iv


DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................................. i
Surat Pernyataan .................................................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................................. v
Daftar Tabel......................................................................................................................... vi
Daftar Lampiran .................................................................................................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2
Stres .................................................................................................................................... 5
Self Efficacy ......................................................................................................................... 6
Stres dan Self Efficacy ........................................................................................................ 9
Kerangka Berpikir ............................................................................................................... 11
Hipotesis .............................................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN .................................................................................................... 12
Rancangan Penelitian .......................................................................................................... 12
Subjek Penelitian ................................................................................................................. 12
Variabel dan Instrumen Penelitian ...................................................................................... 12
Prosedur dan Analisa Data Penelitian ................................................................................. 13
HASIL PENELITIAN ......................................................................................................... 14

DISKUSI ............................................................................................................................. 15
SIMPULAN DAN IMPLIKASI.......................................................................................... 17
REFERENSI........................................................................................................................ 17
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 21

v

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Uji validitas dan reliabilitas skala setelah try out .................................................. 13
Tabel 2. Deskripsi data stres................................................................................................ 14
Tabel 3. Deskripsi data self efficacy .................................................................................... 15
Tabel 4. Uji Korelasi Self Efficacy dengan Stres ...............................................................15

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................................... 22
Lampiran II. Uji Asumsi ................................................................................................... 26
Lampiran III. Skala penelitian .......................................................................................... 31
Lampiran IV. Blue Print ................................................................................................... 33
Lampiran V. Hasil Analisis Data ...................................................................................... 34
Lampiran VI. Surat Perizinan Bukti Penelitian ................................................................. 36

vii

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN STRES MAHASISWA YANG
SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

Mulia Sulistyowati
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
mulialia02@gmail.com

Stres dapat diartikan sebagai suatu masalah, tuntutan yang membebani atau sangat melampaui
kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahterahannya. Tema ini menjadi sangat
menarik untuk dibahas ketika subjek penelitian adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan
sripsi. Pada saat mengerjakan skripsi mahasiswa mempunyai banyak permasalahan baik dari
dalam diri mahasiswa tersebut atau dari lingkungannya sehingga mahasiswa lebih memilih
untuk menghindari skripsi karena tidak yakin dengan kemampuannya. Keyakinan akan
ketidakmampuan diri ini berkaitan erat dengan tinggi rendahnya self efficacy mahasiswa
tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan stres
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Penelitian dilakukan pada mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2012 dengan jumlah subjek penelitian
sebanyak 280 mahasiswa. Alat pengumpulan data berupa kuesioner self efficacy yang terdiri
dari 25 item dan kuesioner stres yang terdiri dari 23 item. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hipotesa penelitian ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara self efficacy dengan
stres pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi (r=0,005; p= 0,928>0,05).
Kata kunci: self efficacy, stres, mahasiswa
Stress can be defined as a problem, which demands extremely burdensome or exceed the
capabilities of a person and endanger kesejahterahannya. This theme becomes very
interesting to discuss when the research subjects are students who are working sripsi. At the
time of student thesis work has a lot of problems both from within the student or of the
environment so that students prefer to avoid the thesis because it is not confident with his
abilities. The belief in the inability of self is closely related to the level of self-efficacy
students. The purpose of this study to determine the relationship of self-efficacy with stress
student who was working on a thesis. Research conducted on students of Muhammadiyah
University of Malang force in 2012 with a number of research subjects as many as 280
students. Data collection tools such as self-efficacy questionnaire consisting of 25 items and
the stress questionnaire consisting of 23 items. The results showed that the research
hypothesis is rejected, which means there is no relationship between self-efficacy with stress
on students who are doing thesis (r = 0.005; p = 0.928> 0.05).
Keywords: self efficacy, stress, college student

1

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN STRES MAHASISWA YANG
SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

Mulia Sulistyowati
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Mulialia02@gmail.com

Stres merupakan suatu fenomena yang dapat mengenai semua organisme. Pada masyarakat
sekarang stres merupakan hal yang umum dari sudut pandang fisiologis. Stres hanya
merupakan suatu reaksi terhadap sebuah “Perceived Stimulus” yaitu rangsangan yang
dirasakan dan reaksi ini berkemampuan untuk menganggu keadaan homeostatis dari suatu
organisme (Tsatsoulis et al. 2006). Stres dapat menganggu kondisi fisik dan kesehatan mental
kita. Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa
fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon dimana terjadinya kegagalan untuk
memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi esensial (Krohne, 2002).
Stresor atau sumber stres adalah keadaan, situasi, obyek atau individu yang dapat
menimbukan stres. Secara umum stresor dapat dibagi atas: stresor fisik, sosial, psikologis.
Stresor fisik contohnya alah panas, dingin, suara bising, kondisi dan peralatan kerja yang
buruk, polusi udara, keracunan makanan dan obat-obatan. Stresor sosial meliputi ekonomi
politik, keluarga, jabatan dan karir dan hubungan interpersonal. Stresor psikologis: a. Frsutasi,
tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan yang dapat menimbukan frustasi
dan karenannya seseorang bisa mengalami stres, b. Ketidakpastian, bila seseorang sering
berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti akan masa depan, atau pekerjaanya, seseorang
bisa bingung, tertekan dan akan mengalami stres yang negatif (Soewondo, 2012).
Semua manusia dapat mengalami stres tanpa mengenal batasan usia, jenis kelamin, pekerjaan
ataupun status sosial seseorang. Lazarus (dalam Taylor, 2000) mendefinisikan stres sebagai
derajat fungsi kesesuaian lingkungan personal seseorang. Lazarus menekankan aspek kognitif
stres, yaitu cara seseorang menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat
stresor (sumber stres). Menurut Maramis (2009), stres yaitu segala masalah atau tuntutan
penyesuaian diri yang dapat menganggu keseimbangan kita dan bila kita tidak mampu
mengatasinya dengan baik maka akan muncul gangguan pada badan atau jiwa kita. Stres
memiliki ciri identik dengan perilaku beradaptasi dengan lingkungannya, dimana lingkungan
ini bisa berupa hal di luar diri (outer world), tetapi bisa juga dari dalam diri (inner world).
Jadi seseorang dikatakan adaptif jika individu tersebut bisa atau mampu menyesuaikan diri
dengan tuntutan orang lain, tetapi dia juga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. (Sutardjo,
2007).
Menurut Feldman (1989) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai suatu
yang mengancam, menantang ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Reaksi stres seringkali muncul pada
saat mengerjakan skripsi. Reaksi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif, reaksi stres
yang bersifat positif akan menjadikan mahasiswa semakin terpacu untuk mencari referensireferensi tambahan skripsi, mahasiswa juga semakin terpacu untuk mengerjakan skripsi dan
2

tugas-tugas lainnya. Reaksi stres yang bersifat negatif akan membuat mahasiswa menghindar
dengan tidak mengerjakan skripsi dan akan melakukan aktivitas lain yang dianggap menarik,
dan menunda-nunda tugas yang telah ada. Menurut Agung & Santi (2013) Reaksi stres yang
bersifat negatif akibat skripsi jika dibiarkan berlarut-larut menyebabkan mahasiswa tidak
dapat segera menyelesaikan skripsinya dan tidak dapat segera lulus dari bangku kuliah, stres
yang dibiarkan terus-menerus akan dapat mengakibatkan reaksi fisik atau psikologis pada
mahasiswa.
Mahasiswa dapat mengalami stres dalam menjalankn kegiatan perkuliahan. Hal ini di dukung
oleh fenomena yang terjadi pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang
mengalami tekanan dalam menyelesaikan tugas akhir. Hasil observasi dan interview yang
dilakukan oleh peneliti pada beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang
sedang mengerjakan skripsi mengalami banyak permasalahan yang sama seperti kesulitan
menemui dosen pembimbing, kesulitan dalam proses pengambilan data penelitian, kesulitan
dalam mencari subjek, kesulitan mencari referensi, adanya data yang hilang. Pada dasarnya
mahasiswa mampu mengatasi hambatan atau tekanan dalam permasalahan yang dihadapi saat
mengerjakan skripsi namun kebanyakan mahasiswa cenderung untuk menghindar dan takut
akan ketidaksesuaian hasil yang diharapkan oleh mahasiswa itu sendiri. Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang dapat berkembang
menjadi perasaan negatif yang menimbulkan ketegangan dan stres, pada akhirnya mahasiswa
lebih memilih untuk menghindari skripsi karena perasaan takut, kekhawatiran dan ragu-ragu
tersebut akan menimbulkan persepsi ketidakmampuan untuk menyelesaikannya. Menurut
Agung & Santi (2013) Persepsi atau keyakinan akan ketidakmampuan diri ini berkaitan erat
dengan tinggi rendahnya self efficacy mahasiswa tersebut.
Self efficacy adalah penilaian kognitif yang kompleks tentang kemampuan individu di masa
mendatang untuk mengorganisirkan dan memilih tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Konfer dalam Gist & Mitchell 1992). Self efficacy yang kuat dalam diri
individu mendasari pola pikir, perasaan, dan dorongan dalam dirinya untuk merefleksikan
segenap kemampuan yang ia miliki. Self efficacy juga memberikan pijakan yang kuat bagi
individu untuk pengevaluasian dirinya agar mampu menghadapi tuntutan pekerjaan dan
persaingan yang dinamis.
Self efficacy sendiri dapat memunculkan rasa optimis yang akhirnya menimbulkan emosiemosi positif dan menghindarkan seseorang dari emosi emosi negatif seperti depresi
(Luszczynska, Scholz, & Schwarzer, 2005). Seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi
akan membangun suatu kondisi emosional yang baik dan kondusif bagi dirinya untuk
menghadapi permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan kondisi emosional yang baik
inilah, orang tersebut akan lebih siap dalam menangani permasalahan dan mengatasi stres
yang dirasakan.
Self efficacy bisa dikatakan sebagai pemicu bagi mahasiswa dalam melakukan tindakan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Self efficacy dalam bidang akademik berkaitan dengan
keyakinan mahasiswa akan kemampuan dalam melakukan tugas-tugas, mengatur kegiatan
belajar, hidup dengan harapan akademis mereka sendiri dan orang lain, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi self efficacy yang di miliki oleh seseorang mahasiswa,
maka mahasiswa tersebut akan mengeluarkan usaha yang cukup besar agar mereka dapat
meraih hasil yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Turner et, al
(2009) terhadap 146 mahasiswa dan ditemukan bahwa motivasi instristik dan self efficacy
akan mempengaruhi akademik performen seseorang, dimana seseorang yang yakin akan
3

kemampuan dirinya untuk mencapai hasil yang diinginkan maka individu tersebut akan
benar-benar memperoleh keberhasilan akademiknya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Murjito (2003) tentang hubungan antara self efficacy
dengan optimisme masa depan , dapat diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan
antara self efficacy dengan optimisme masa depan. Semakin tinggi self efficacy maka akan
semakin tinggi pula optimisme masa depan seseorang. Optimisme berkaitan dengan
keyakinan individu. Individu yang mempunyai keyakinan tinggi akan kemampuannya akan
mampu memandang masa depan dengan optimisme tinggi.
Penelitian yang di lakukan oleh Cakar (2012) yang bertujuan untuk menguji hubungan antara
self efficacy dengan kepuasan hidup dari orang dewasa muda dapat disimpulkan bahwa ketika
self efficacy dari dewasa muda meningkat maka kepuasan hidup mereka juga akan menigkat
hal ini dapat berdampak pada psikologis, kesejahteraan subjektif dan juga kesejahteraan
mental pada dewasa muda tersebut contohnya seperti dalam hal pengambilan keputusan dan
juga pemenuhan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan begitu juga sebaliknya ketika
self efficacy dari dewasa muda ini menurun maka kepuasan hidup mereka juga menurun.
Hubungan positif antara self efficacy dan kepuasan hidup dapat dipahami oleh fakta bahwa
orang-orang dengan self efficacy tinggi memiliki kemampuan untuk mngatasi situasi stres,
karena orang-orang ini dilaporkan memiliki sikap “saya bisa melakukan ini” (Azar, Vasudeva
& Abdollahi, 2006). Disisi lain, individu yang memiliki self efficacy yang rendah percaya
bahwa hal yang mereka lakukan lebih sulit daripada dalam realita yang dapat meningkatkan
kecemasan dan stres pada saat yang sama dan waktu yang menyempit (Pajeres, 2002).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yasmin Janjhua, Chaudhary & Chauhan (2014)
mengungkapkan bahwa semakin tinggi khasiat kepercayaan diri karyawan mengindikasikan
bahwa mereka percaya pada kemampuan dan kompetensi mereka dan memiliki keyakinan
penuh bahwa mereka dapat menangani lebih buruk situasi buruk dengan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan. Jenis seperti individu selalu tetap termotivasi dan energik.
Tidak termasuk jenis kelamin yang lain variabel demografis memiliki hubungan yang
signifikan dengan keyakinan efikasi diri. Hasil yang dihasilkan dari penelitian ini juga
mengarah pada kesimpulan bahwa peningkatan self efficacy individu cenderung memiliki
pengaruh positif pada mengurangi stres mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Lyrakos (2012) ini adalah salah satu dari sedikit di bidang
yang meneliti dengan cara lintas budaya dampak pada mahasiswa dari beberapa faktor seharihari yang mempengaruhi kehidupan kita, seperti stres, dukungan sosial dan harga diri.
Temuan pada penelitian ini, memang menunjukkan efek pada siswa dengan variabel tersebut.
Selain itu juga disajikan perbedaan antara negara-negara yang berbeda. Penjelasan tentang
Tingkat Stres Sebuah bunga utama adalah bahwa tingkat stres pada siswa peserta selama studi
kedua menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan pertama kalinya.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Schwarzer dan Hallum (2008)
pada guru bahwa self efficacy dapat menjadi prediktor dari stres kerja. Konstruk dari self
efficacy mewakili satu aspek inti dari teori kognitif Bandura. Dalam teori perubahan perilaku,
Bandura menghipotesiskan bahwa self efficacy menentukan apakah tindakan akan diawali
atau bagaimana upaya dicurahkan, dan seberapa lama dapat bertahan menghadapi rintangan
dan kegegalan. Menurut berbagai penelitian bahwa self efficacy membuat perbedaan cara
orang berpikir, merasa, dan bertindak. berkaitan dengan perasaan, rendahnya self efficacy
dikaitkan dengan depresi, kecemasan, dan ketidakberdayaan. Individu dengan self efficacy
4

rendah juga mempunyai harga diri rendah, mereka cenderung mempunyai pemikiran yang
pesimistik tentang kecakapan dan perkembangan pribadi mereka. berkaitan dengan pemikiran,
maka pemahaman terhadap self efficacy yang kuat akan memudahkan proses kognitif dan
kinerja dalam berbagai latar belakang termasuk kualitas pengambilan keputusan dan prestasi
akademik.
Berdasarkan banyaknya fenomena mahasiswa yang mengalami stres dalam meyelesaikan
skripsi dengan keyakinan akan kemampuan yang mereka miliki dalam menghadapi tekanan
stres yang berbeda-beda, maka permasalahan yang akan diteliti oleh peneiti adalah hubungan
antara self efficacy dengan stres pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Penelitian
ini bertujuan mengetahui hubungan self efficacy dengan stres mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sumber
informasi bagi mahasiswa bahwa self efficacy yang tinggi dapat menurunkan stres.
Stres
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan stres psikologis adalah sebuah hubungan antara
individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani
atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraanya. Menurut
Maramis (2009), stres yaitu segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat
menganggu keseimbangan kita dan bila kita tidak mampu mengatasinya dengan baik maka
akan muncul gangguan pada badan atau jiwa kita.
Faktor penyebab gangguan yang disebabkan oleh stres berdasarkan beberapa sudut pandang
atau pendekatan.Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut pandang yang
berbeda dalam melihat penyebab dari berbagai gangguan fisik yang berkaitan dengan stres.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.
a. Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik mendasarkan diri mereka pada asumsi bahwa gangguan
tersebut muncul sebagai akibat dari emosi-emosi yang direpres. Hal-hal yang direpres
akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai contoh, apabila
seeorang merepres kemarahan, maka berdasarkan pandangan ini kondisi tersebut dapat
mmunculkan essensial hypertension (Neale, Davison & Haaga, 1996).
b. Sudut pandang biologis
Salah satu sudut pandang biologis adalh somatic weakness model. Model ini memiliki
asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait dengan
lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya genetik ataupun
penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ tertentu menjadi
lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami
kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit (Neale,
Davison & Haaga, 1996).
c. Sudut pandang kognitif dan perilaku
Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana individu mempersepsi dan
bereaksi terhadap ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat menstimulus
aktivitas sistem simpatetik dan pengeluaran hormon stres. Munculnya emosi yang
negatif seperti perasaan cemas, kecewa, dan sebagainya dapat membuat sistem ini
tidak berjalan dengan lancar dan pada suatu titik tertentu akhirnya memnuculkan
penyakit.

5

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang mengatasi
kemarahannya ternyata berhubungan dengan penyakit tekanan darah tinggi (Neale,
Davison & Haaga, 1996).
Stresor (Sumber Stres)
Menurut Soewondo (2012) Stresor adalah keadaan, situasi, obyek atau individu yang dapat
menimbulkan stres. Secara umum stresor dapat dibagi atas stresor fisik, sosial, dan psikologis.
a. Stresor Fisik
Contohnya adalah panas, dingin, suara bisisng, kondisi dan peralatan kerja yang
buruk, polusi udara, keracunan makanan, obat-obatan.
b. Stresor Sosial
Stresor sosial, ekonomi, politik, misalnya: inflasi, tak ada pekerjaan, pajak, perubahan
teknologi, kejahatan. Keluarga, misalnya: peran jenis kelamis (sex-role), iri, cemburu,
kematian anggota keluarga, masalah keuangan, dan nilai-nilai yang berbeda. Jabatan
dan Karir, seperti komunikasi, kompetisi, latihan, tenggat waktu. Hubungan
interpersonal dan lingkungan, harapan sosial, pelayanan buruk, hubungan teman atau
atasan, rasa bersalah dan inferior.
c. Stresor Psikologis
Frustasi, tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan yang dapat
menimbulkan frustasi dan karenanya seseorang bisa mengalami stres. Ketidakpastian,
bila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti akan masa depan,
atau pekerjaanya, seseorang bisa bingung, tertekan dan akan mengalami stres yang
negatif.
Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat banyak orang mengalami
stres. Salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang semakin menumpuk. Bila stres
tidak dapat disalurkan dan berkepanjangan maka akan timbul efek negatif seperti keluhan dan
gejala yang menganggu. Stres dapat berpengaruh pada kesehatan fisik dan psikologis sehinga
bisa mengakibatkan tenaga dan produktivitas menurun, dan menimbulkan tingkah laku yang
tidak sesuai.
Gejala – gejala stres
Berikut adalah gejala-gejala stres menurut Cooper, C. L. (Munandar, 2008)
a. Gejala Fisikal
Tekanan darah, Diare, obstipasi.
b. Gejala Psikologikal
Kecemasan dan ketidaktegasan.
c. Gejala Perilaku
Perokok dan peminum.
Self efficacy
Menurut Bandura (1997) Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuankemampuan yang dimiliki dalam mengatasi berbagai macam situasi yang muncul dalam
hidupnya. Self efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, namun berkaitan
dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia
miliki seberapapun besarnya. Self efficacy akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi
6

dan perilaku seseorang, oleh karena itu perilaku individu akan berbeda dengan individu
lainnya (Alwisol, 2008).
Keyakinan-keyakinan dalam diri mempengaruhi bagaimana manusia berfikir, merasa,
memotivasi diri dan bertindak. Self efficacy menjadi faktor penentu tindakan individu melalui
proses kognitif yang berberan sebagai mediator self efficacy dengan jalan mempengaruhi
manusia mengkonstruksi serta menyusun scenario guna kondisi di masa depan, manusia
memotibvasi diri mereka dan mengarahkan perilaku mereka melalui pemikiran masa depan
(motivasional), afektif berperan memantabkan diri dalam menghadapi tantangan, dan selektif
adalah perilaku memilih yang dipengaruhi oleh keyakinan akan kemampuan diri (Bandura,
1997).
Efikasi diri (self efficacy) adalah ekspektasi dari keyakinan mengenai seberapa jauh seseorang
mampu melakukan suatu perilaku dalam situasi tertentu. Efikasi diri yang positif adalah
keyakinan untuk mampu melakukan perilaku yang dimaksud, tetapi apabila efikasi diri
negatif maka seseorang akan enggan untuk mencoba suatu perilaku tertentu (Friedman dan
Schustak, 2006).
Baron & Byrne (2004) menyebutkan efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan seseorang
akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja atau tugas yang diberikan, untuk mencapai
suatu tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Sedangkan menurut Woolfolk (2009), efikasi
diri merupakan perasaan seseorang bahwa dirinya mampu menangani tugas tertentu dengan
efektif.
Menurut Bandura (1997), proses psikologis dalam Efikasi Diri yang turut berperan dalam diri
manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan/seleksi.
a. Proses kognitif
Proses kognitif merupakan proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan,
pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula
dari sesuau yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki Efikasi Diri yang
tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang
Efikasi Diri-nya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang
dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997). Bentuk tujuan personal
juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuandiri. Semakin seseorang
mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin membentuk usahausaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap
tujuannya (Bandura, 1997).
a. Proses motivasi
Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi
motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap
pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat
mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah
ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi
kegagalan (Bandura, 1997).
Menurut Bandura (1997), ada tiga teori yang menjelaskan tentang proses motivasi.
Teori pertama adalah causal attributions (atribusi penyebab). Teori ini fokus pada
sebab-sebab yang mempengaruhi motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu. Individu
yang memiliki Efikasi Diri tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap
kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya,
7

individu yang Efikasi Dirinya rendah, cenderung menganggap kegagalanya
diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua, outcomes
experience (harapan akan hasil), yang menyatakan bahwa motivasi dibentuk melalui
harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka
tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory (teori tujuan),
dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.
b. Proses afektif
Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional.
Menurut Bandura (1997), keyakinan individu akan coping mereka turut
mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang
sulit. Persepsi Efikasi Diri tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki
peranan penting dalam timbulnya kecemasaan. Individu yang percaya akan
kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang
negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami
level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang
lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan
terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).
c. Proses seleksi
Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi
efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang
diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu
menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut.
Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan
kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka (Bandura, 1997).
Aspek-aspek Self Efficacy
Aspek-aspek self efficacy menurut Bandura (dalam Hamka, 2010)
a. Memiliki kepercayaan diri dalam situasi yang tidak menentu yang mengandung
kekaburan dan penuh tekanan.
Self efficacy menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh
seseorang dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang yang mengandung
kekaburan, tidak dapat diramalkan dan sering kali penuh dengan tekanan. Keyakinan
individu bahwa dapat melaksanakan tugas dengan baik akan menentukan perilaku atau
tindakan yang benar-benar akan dilakukan individu tersebut. Seberapa besar usaha
yang dilakukan akan menentukan pencapaian tujuan akhir.
b. Memiliki keyakinan mencapai target yang sudah ditentukan.
Seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan menetapkan target yang
tinggi dan selalu konsekuen terhadap target tersebut. Individu akan berupaya
menetapkan target yang tinggi bila target yang sesungguhnya telah dicapai.
Sebaliknya individu dengan self efficacy yang rendah akan menetapkan target awal
sekaligus membuat perkiraan pencapaian hasil yang rendah. Individu mengurangi atau
bahkan membatalkan target yang akan dicapai apabila menghadapi beberapa rintangan
dan pada tugas berikutnya akan cenderung menetapkan target yang lebih rendah lagi.
c. Memiliki keyakinan kemampuan menumbuhkan motivasi, kemampuan kognitif dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Motivasi, kemampuan kognitif, dan ketetapan dalam bertindak sangat diperlukan
sebagai dasar untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Jika berhadapan dengan tugas
8

yang sulit maka dibutuhkan motivasi dan kemampuan kognitif serta tindakan yang
tepat untuk mencapai hasil yang lebih baik.
d. Memiliki keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan yang
muncul.
Self efficacy juga terkait dengan kemampuan individu dalam mengatasi masalah atau
tantangan yang muncul. Jika keyakinanya tinggi dalam menghadapi masalah maka
seseorang akan mengusahakan dengan sebaik-baiknya untuk mengatasi masalah
tersebut. Sebaliknya apabila individu tidak yakin terhadap kemampuannya dalam
menghadapi situasi yang sulit atau muncul, maka kemungkinan kegagalan akan
terjadi.
Pengukuran Self Efficacy
Bandura (dalam Alwisol, 2008) mengatakan bahwa pengukuran self efficacy yang dimiliki
seseorang mengacu pada tiga dimensi, yaitu:
a. Magnitude, yaitu suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau tindakan yang
dapat ia lakukan.
b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia
wujudkan dalam meraih performa tertentu.
c. Generality, diartikan sebagai keleluasaan dari bentuk self efficacy yang dimiliki
seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang berbeda.
Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secra
mantap, dimana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi oleh
kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya diantara mahasiswa ada yang
sudah bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ganda, 2004). Para
psikolog merujuk masa antara masa remaja dan dewasa sebagai tumbuh dewasa. Masa ini
biasanya antara usia 18 hingga 25 tahun ditandai dengan pencarian identitas melalui pekerjaan
dan relasi yang terjalin, ketidakstabilan, dan fokus pada diri sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, diketahui bahwa keyakinan diri adalah representasi mental dan
kognitif individu atas realitas, yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman masa lalu dan
masa kini, dan disimpan dalam memori. Dalam jangka panjang keyakinan ini mempengaruhi
cara-cara sosialisasi yang akan dilakukan serta cara pandang seseorang terhadap kualitas
dirinya sendiri, yang baik ataupun yang buruk.
Stres dan Self Efficacy
Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur 18-25 tahun. Dalam usia tersebut
mahasiswa mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa
juga “kental” dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwan yang dimiliki dalam melihat
sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Susantoro, 2003). Mahasiswa
yang sedang mengambil kuliah S-1 memiliki beberapa syarat untuk lulus, salah satunya
menulis skripsi. Namun pada prosesnya mahasiswa memiliki kendala dalam menyusun skripsi
yaitu kesulitan menemui dosen pembimbing, kesulitan dalam proses pengambilan data
penelitian, kesulitan dalam mencari subjek, kesulitan mencari referensi, adanya data yang
hilang. kendala-kendala tersebut menjadi stresor bagi mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi.

9

Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat menganggu
keseimbangan diri kita, apabila kita tidak mampu mengatasinya dengan baik maka akan
mengalami ketegangan pada fisik, psikologis, dan prilaku. Bentuk ketegangan ini dapat
membuat produktivitas menurun sehingga akan muncul rasa sakit dan gangguan-gangguan
mental (Maramis, 2009; Feldman, 1989).
Self efficacy berperan penting dalam menghadapi kondisi stres pada mahasiswa untuk
mencapai tujuan dan target yang sudah ditentukan. Self efficacy adalah perasaan, keyakinan,
persepsi, kepercayaan terhadap kemampuan dalam mengatasi suatu situasi tertentu yang
nantinya akan berpengaruh pada cara individu menangani situasi tersebut.
Mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi dalam mengerjakan skripsi akan mengalami
stres yang rendah, karena mahasiswa tersebut mempunyai percaya diri pada situasi yang tidak
menentu dan penuh tekanan, mempunyai keyakinan akan kemampuan diri dalam
menyelesaikan dan menghadapi masalah, mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk
mencapai target yang ditetapkan dan mempunyai keyakinan akan kemampuan kognitif
sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan dapat melakukan tindakan untuk mencapai hasil.
Begitu juga sebaliknya mahasiswa yang memiliki self efficacy rendah akan mengalami stres
tinggi karena mahasiswa tersebut kurang yakin pada situasi yang tidak menentu dan penuh
tekanan, kurang yakin akan kemampuan diri dalam menyelesaikan serta menghadapi masalah,
kurang yakin akan kemampuan untuk mencapai target yang ditetapkan, kurang yakin akan
kemampuan kognitif dalam menumbuhkan motivasi dan melakukan tindakan untuk mencapai
hasil.
Dengan kata lain ketidakyakinan tersebut dapat menjadi kendala dan menambah beban stres
untuk mencapai keberhasilan. Ketidakyakinan tersebut cenderung dapat menimbulkan stres
pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Kesulitan tugas termasuk skripsi merupakan
tuntutan yang harus diselesaikan mahasiswa dan dapat menjadi sumber stres. Oleh karena itu,
jika mahasiswa memiliki self efficacy yang tinggi akan memiliki tingkat stres yang rendah
ketika menyusun skripsi seperti mampu mengerjakan skripsi dalam keadaan apapun, mampu
menangkap masukan dari pembimbing dengan tepat, santai ketika bertemu dosen
pembimbing dan fokus berkonsentrasi selama menyusun skripsi. Berdasarkan penjelasan
tersebut didapatkan bagan kerangka berpikir seperti yang tercantum dibawah ini :

10

Mahasiswa yang sedang
mengerjakan Skiripsi

Self efficacy

Tinggi

Rendah

1. Percaya diri pada situasi yang
tidak menentu dan penuh
tekanan.
2. Yakin akan kemampuan diri
dalam menyelesaikan dan
menghadapi masalah.
3. Yakin akan kemampuan untuk
mencapai target yang
ditetapkan.
4. Yakin akan kemampuan
kognitif, menumbuhkan
motivasi dan melakukan
tindakan untuk mencapai hasil.

1. Kurang yakin pada situasi yang
tidak menentu dan penuh
tekanan.
2. Kurang yakin akan kemampuan
diri dalam menyelesaiakan dan
menghadapi masalah.
3. Kurang yakin akan kemampuan
untuk mencapai target yang
ditetapkan.
4. Kurang yakin akan kemampuan
kognitif dalam menumbuhkan
motivasi dan melakukn
tindakan untuk mencapai hasil.

Stres rendah

Stres tinggi

Hipotesis
Terdapat hubungan negatif antara self efficacy dengan stres. Jika self efficacy tinggi maka
tingkat stres rendah begitu juga sebaliknya, jika self efficacy rendah maka tingkat stres tinggi.

11

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada
meode kuantitatif ini, menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode statistika dalam rangka menguji hipotesis antara variabel yang diteliti. Peneliti
menggunakan penelitian kuantitatif korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui korelasi antara dua variabelnya dan juga untuk menguji signifikansinya (Azwar,
2010; Arikunto, 2010).
Subjek Penelitian
Populasi dari keseluruhan subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang angkatan 2012 yang sedang mengerjakan skripsi. Sampel penelitian
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel dapat diambil
jika populasinya besar (sugiyono, 2007) untuk menentukan sampel maka diperlukan suatu
teknik pengambilan sampel sehingga bagian populasi yang akan dijadikan sampel dapat
mewakili karakteristik populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
menggunakan proporsive sampling yaitu untuk menetapkan ciri dan tujuan.
Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan pedoman tabel Issac dan Michael. Sesuai
dengan tabel Issac dan Michael, penelitian dengan taraf 5% dari populasi sebanyak 1336,
maka diambil sampel sebanyak 279 (Sugiyono, 2007).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres. Stres diungkap berdasarkan teori Maramis
(2009), yaitu segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat menganggu
keseimbangan kita dan bila kita tidak mampu mengatasinya dengan baik maka akan muncul
gangguan pada badan atau jiwa kita. Skala ini diadaptasi dari Nugraheni (2012), didalam
skala ini terdapat tiga aspek yang diungkap yaitu: a. Gejala fisik, b. Gejala psikologis, dan c.
Gejala keperilakuan. Demikian pada skala stres ini terdapat 36 item valid dengan indeks
validitas 0,326-0,767 dan reliabilitas 0,865.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah self-efficacy. Self efficacy merupakan keyakinan
mahasiswa dengan kemampuan mereka untuk menghasilkan suatu pencapaian. Skala yang
digunakan untuk mengukur self efficacy adalah adaptasi dari skala Hamka (2010). Aspek dari
skala tersebut adalah 1. Memiliki kepercayaan diri dalam situasi yang tidak menentu yang
mengandung kekaburan dan penuh tekanan, 2. Memiliki keyakinan mencapai target yang
sudah ditentukan, 3. Memiliki keyakinan kemampuan menumbuhkan motivasi, kemampuan
kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil, 4. Memiliki
keyakinan akan kemampuan dalam mengatai masalah atau tantangan yang muncul. Pada skala
ini terdapat 40 item valid dengan indeks validitas 0,311-0,639 dan indeks reliabilitas 0,907.
Skala yang digunakan adalah model likert atau lebih dikenal dengan metode rating yang
digunakan prosedur perskalanya berdasarkan pada:
1. Setiap pertanyaan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan favorable dan
unfavorable dimana pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau
memihak pada penilaian subjek, sedangkan unfavorable adalah pernyataan yang tidak
memihak atau mendukung pada penilaian subjek.
12

2. Jawaban yang diberikan individu yang mempunyai penilaian positif harus diberi bobot
atau nilai yang lebih tinggi dan pada yang jawaban oleh responden yang mempunyai
nilai negatif (Azar, 2007).
cara memberikan penilaian jawaban terhadap pernyataan yang mendukung (favorable)
bergerak dari 4 sampai 1.
a.
b.
c.
d.

Nilai 4 jika jawaban SS (Sangat Sesuai)
Nilai 3 jika jawaban S (Sesuai)
Nilai 2 jika jawaban TS (Tidak Sesuai)
Nilai 1 jika jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)

Dan pada pernyataan unfavorable dengan penilaian bergerak dari 1 sampai 4.
a.
b.
c.
d.

Nilai 1 jika jawaban SS (Sangat Sesuai)
Nilai 2 jika jawaban S (Sesuai)
Nilai 3 jika jawaban TS (Tidak Sesuai)
Nilai 4 jika jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)
Tabel 1
Validitas dan Relibilitas Skala Setelah Try Out

Variabel
Stres
Self Effcacy

Jumlah Item
Awal
36
40

Jumlah Item
Valid
23
25

Validitas

Reliabilitas

0,355-0,616
0,319-0,613

0,880
0,864

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukannya try out maka diperoleh jumlah item valid pada
skala stres 23 item dengan indeks validitasnya 0,355-0,616 dan dengan reliabilitas 0,880.
Pada skala self efficacy diperoleh jumlah item valid sebanyak 25 item dengan indeks validitas
0,319-0,613 dan reliabilitasnya 0,864.
Prosedur dan Analisis Data
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan penelitian, tahap
pelaksanaan penelitian, dan tahap penulisan laporan penelitian. Tahap perencanaan penelitian
yaitu tahap sebuah penelitian dipersiapkan. Pada tahap tersebut semua hal terkait pnelitian
dipersiapkan yaitu, merumuskan masalah, mencari landasan teori, penyusunan kerangka
berpikir, penentuan hipotesis, menentukan populasi, menentukan sampel, menentukan jenis
analisis data penelitian dan melakukan uji coba. Pada tahap perencanaan dilakukan uji coba
skala stres dan skala self efficacy pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang untuk
melihat validitas item pada skala tersebut. Tahap pelaksanaan penelitian, yaitu tahap
penelitian dilaksanakan. Pada tahap penelitian, dilakukan pengumpulan data dengan cara
menyebarkan skala pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas
Muhammdiyah Malang kemudian peneliti mengumpulkan skala yang telah di isi dan
menganalisis data dengan cara melakukan scoring, dalam proses menyebarkan skala peneliti
mengunakan dua metode yaitu menyebarkan secara langsung dan menyebarkan skala secara
tidak langsung yaitu dengan menggunakan media sosial. Kemudian melakukan interpretasi
terhadap analisis data dan membahasnya berdasarkan teori, kerangka berpikir, dan membuat
kesimpulan sesuai hipotesis dan tujuan penelitian. Tahapan terakhir yaitu tahap penulisan
13

laporan penelitian, tahap dimana penelitian telah selesai dilaksanakan dan membuat laporan
penelitian sesuai dengan format yang ditetapkan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment.
Korelasi product moment ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang
sama-sama berjenis interval (Winarsunu, 2002).
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 280 mahasiswa angkatan 2012 Universitas Muhammadiyah
Malang yang sedang mengerjakan skripsi. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 106
mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dan 174 mahasiswa yang berjenis kelamin
perempuan.
Sebelum melakukan uji korelasi, peneliti terlebih dahulu melakukan uji kenormalan dan
homogenitas data. Pengambilan keputusan hasil uji kenormalan data dengan one-sample
kolmogrof-smirnov test dengan melihat nilai signifikasi yang menunjukkan 0,882 > 0,05
maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal
berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data
tersebut dianggap bisa mewakili populasi.
Adapun uji homogenitas menunjukkan nilai signifikasi pada levene test sebesar 0,417 > 0,05,
maka dapat dikatakan data pada penelitian ini bersifat homogen atau data yang dianalisis
berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda variansinya Atau mempunyai karakteristik yang
sama. Setelah diperoleh hasil data yang normal dan homogen. Maka selanjutnya
mendiskripsikan data sebagi berikut:
Tabel 2
Deskripsi Data Stres
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Stres
Rendah
75
26,8%
62
22,1%
137
48,9%

Total
Tinggi
31
11,1%
112
40,0%
143
51,1%

106
37,9%
174
62,1%
280
100,0%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 280 subjek penelitian, terdapat 137
subjek atau 48,9% yang memiliki stres ren