“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang)

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan kemajuan ilmu tehnologi beserta kecanggihan-kecangihan mesin buatan manusia. Manusia kini berpacu dengan keadaaan realita yang memang mengharuskan untuk selalu dapat mereka lewati. Kondisi itu menyebabkan adanya perubahan- perubahan, dimana meletakkan sisi humanitas dan ilmu yang bebas nilai bertarung sesuai kondisi yang ada, hingga menyebabkan manusia dapat memilih sisi efektif dan efisien dari penggunaan ilmu tersebut. Begitupun dengan ilmu yang sudah dikenal lebih dulu, juga terkadang menjadi pijakan terentu, yang memang tidak dapat diganti begitu saja, sehingga meski dalam masa perkembangan saat ini, mereka tetap melihat relevansi dan kebenaran dari ilmu terdahulu itu.

Keadaan yang sesuai dengan keberlangsungan manusia memang menjadi salah satu kajian atas ilmu. Sudah dari dulu, bahwasanya keadaan manusia akan selalu berpindah ke masa yang selalu ingin memperoleh kebaikan1. Bahkan dalam aliran filsafat terdahulu yang diajarkan Aristoteles, Socrates, Plato, Descartes. Semua menerangkan bahwa tentang spirit awal dari sisi humanitas, yang disitu terdapat kekayaan dalam diri setiap individu untuk bisa memperbaiki

1

Menurut Franssisco Fukuyama, dalam bukunya “The Great of Description”, dia mengulas

bahwasanya alasan utama orang lebih memilih modernitas adalah untuk kebaikan kehidupannya seiring dengan kemajuan ilmu. Sedangkan syarat untuk menjadi individu / manusia modern adalah adanya “Social Capital” (Modal Social, berupa kekuatan sosial / pengaruh massa), “Individu Capital” (Modal Individu, berupa potensi yang dimiliki oleh individu / skill, leadership, kepandaian), dan “Psicys Capital” (modal berupa alat bantu, mis telepon, kendaraan,dll)


(2)

2

kehidupannya. Semua perbaikan yang selalu dibarengi oleh kemajuan ilmu yang dipelajari manusia, membuat manusia menjadi sosok individu yang dapat menilai kebaikan dari segala hal yang bisa menguntungkan bagi dirinya ataupun kelompoknya (masyarakat).

Tenaga murni pada manusia memang terdapat pada sisi kekuatan jiwa (rasio atau akal , feel perasaan/hati) dan raga dalam bentuk jasad atau tubuh. Bahkan menurut Plato2 yang membedakan dunia manusia, yaitu “dunia jasmani”

(di mana kita hidup) dan “dunia ide” (dimana merupakan dasar dari dunia kita),

yang memang di dalam dunia jasmani kita menjalankan pengenalan indrawi, sedangkan pengenalan rasionalitas diarahkan ke ide-ide. Jadi, dengan memadukan kedua element penting itulah, maka akan menjadikan kesempurnaan individu atas suatu pilihan tindakan yang akan dilakukan.

Secara pasti menurut Kant3 bahwasanya perilaku keseharian individu atau

kelompok sangat tergantung pada “Daya Imajinasi” dimana adalah faktor yang

mengkaitkan intuisi indrawi dengan pengkategorian pada akal budi. Dari itulah, juga termasuk dalam meletakkan pemikiran untuk melakukan inisiatif atas pemilihan pada suatu pekerjaan (berkaitanprofesi) serta efektifitas dari pola kerja mereka, yang asal mula dulunya dimulai dari sisi tradisi manual (dikerjakan dengan tenaga manusia), hingga kini sampai pada model tradisi kerja yang lebih modern, yaitu memakai alat bantu kerja (memakai mesin agar lebih praktis). Kesemuanya itu mempunyai satu alasan, yaitu untuk meringankan bobot pekerjaan dari manusia itu sendiri. Situasi tersebutlah yang menjadikan manusia

2Bertens, K, “FenomenologiEksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006, hal 17 3Ibid


(3)

3

kemudian harus memilih tindakan sesuai dengan kemampuan dan keadaanya aslinya, yang memang disesuaikan dengan waktu serta kondisi yang sedang dialaminya.

Suatu realitas sendiri menekankan pada metode yang langsung di pilih oleh setiap individu, sesuai dengan ilmu dan pengalaman yang dilewati. Sudut pandang menekankan pada arti penting sebuah perjalanan individu maupun kelompok, yang berjalan dengan komposisi step by step hingga berujung pada tindakan nyata atau riil.

Kenyataan itu pula yang menjadikan masyarakat yang berada di Wonosari, Lawang, Malang. banyak memilih untuk menjadi petani teh. Wonosari adalah kebun teh yang berada di bawah pengelolaan dan pengawasan BUMN lebih tepatnya PTPN XII (PERSERO). Sudah sejak lama kebun ini menjadi komoditi penghasil teh, bahkan menjadi komoditi terbaik penghasil teh di Indonesia. Selain itu pula, pengelolaan kebun ini juga kemudian menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar (dalam artian rekrutmen karyawan luar wilayah tidak banyak dilakukan, rekrutment bahkan hanya didominasi oleh warga sekitar, hal ini disebabkan (a) warga sekitar lebih dekat, (b) tanggung jawab pemerintah untuk mendayakan masyarakat sekitar), bahkan sebelum dikuasai atau dikelola oleh Negara atau dibawah pengawasan PTPN XII (PERSERO).

Sisi alam yang memang berada pada ketinggian di kaki gunung Arjuna, membuat dataran tinggi itu tumbuh subur dan menjadi tempat yang tepat untuk mengelola perkebunan teh. Sesuai dengan konteks fenomenologi yang berusaha mendeskripsikan tanpa hukum sebab akibat (kausal) dan lebih mengutamakan sisi


(4)

4

pengalaman atau suatu kesadaran yang tampak dalam suatu tindakan rill, maka akan lebih memaparkan pada posisi warga yang menjadi karyawan pemetik teh dari segi pengalaman.

Adanya warga yang mau menjadi petani pemetik teh, bukan sekedar kebetulan. Hal ini nampak dari keseharian mereka yang memang seolah mengerti dan mempunyai seni tersendiri dari sekedar memetik teh4. Momentum yang menjadikan para pekerja lebih terampil dalam melakukan tahapan sebagai pemetik teh. Ketrampilan dalam memetik teh, menjadi bentuk fenomena tersendiri, sebab ilmu warisan ini ternyata memang bertahan dan mampu untuk terus dipertahankan. Kewajaran atas pengalaman dan kelihaian, serta nilai yang lain ini dimiliki oleh para keluarga yang memang tidak sedikit dan hampir seluruhnya adalah masyarakat sekitar atau penduduk di Wonosari, Lawang, Malang.

Banyaknya kesulitan atau gangguan lain yang harus dihadapi selama memetik teh adalah ribuan pacet, semacam lintah kecil saat musim hujan; ulat matahari yang gatal dan panas yang biasanya ngendon di tanaman teh yang tua; serbuan lebah serta ulat kaji yang menjijikkan. Tetapi para wanita pemetik teh ini tak surut bekerja, mereka lebih memilih perkebunan teh ketimbang duduk termangu di rumah. Inilah etos kerja para wanita pemetik teh, Sosok teladan paling alami bagi mereka yang ingin belajar bekerja tuntas.

Sebagai petani pemetik teh, mereka rata-rata adalah warga atau penduduk sekitar kebun Wonosari. Seolah sudah terlatih, merekapun menjadi petani yang

4

Tehnik pemetikan teh membutuhkan skill yang cukup tinggi. Ada tehnik-tehnik yang memang

harus dikuasai oleh para pemetik teh, seperti mengambil (pucuk monjing/siap petik,), meninggalkan (burung/induk) , membuang ( cakar ayam, hama, bendera / pucuk tunggal).


(5)

5

terampil dalam hal melakukan pekerjaan atau kegiatan petik teh. Hal yang lebih menarik dalam kajian fenomenologi di masyarakat ini adalah, pada letak warisan keluarga yang memang tak jauh berbeda untuk memilih pekerjaan di wilayah ini. Beberapa keluarga memang bahkan menjadikan warisan budaya (yang dipengaharui oleh skill, pengetahuan, adat) sebagai profesi.

Terutama oleh perempuan yang memang memilih, bahkan dipilih untuk melakukan kegiatan petik teh5. Namun bukan hal yang semata-mata hanya untuk mempertahankan sisi murahnya dalam sistem penggajian, tapi hal ini (kegiatan petik teh dengan tangan) adalah standart ilmu yang memang menjadi ritme dan aturan baku dalam mekanisme kegiatan kerja tersebut. Sebab, kegiatan petik teh dengan tangan, diharapkan mampu dan lebih bisa untuk mendapatkan hasil pemetikan yang lebih baik tersortir di awal dengan lebih tepat. Layaknya ilmu dan didasari dengan pengalaman yang tinggi, pihak pengelola yaitu PTPN XII (PERSERO), lebih cenderung memakai tenaga wanita untuk melakukan kegiatan ini. Ketrampilan dari para petani wanita ini dinilai lebih baik dari pada kinerja laki-laki, dan kemudian ini menjadi pilihan yang memang dipilih sebagai acuan kerja dari kegiatan petik teh oleh PTPN XII (PERSERO) khususnya di kebun teh Wonosari.

Pekerjaan yang sederhana tapi cukup berat. Memetik teh harus memahami seluk beluk pertumbuhan tunas teh dan cara memetik yang benar. Teknik petik yang salah akan berpengaruh terhadap target produksi setiap bulannya, dan

5Pemilihan atas prinsip kerja oleh perusahaan yang menilai dari aspek “daya” serta “cara” kerja, bahwasanya perempuan dinilai lebih bisa tekun, hati-hati serta telaten dalam melakukan kegiatan pemetikan. Sehingga dapat menjaga mutu hasil pemetikan serta kwalitas pohon teh sebelum dan setelah pemetikan dari daun teh


(6)

6

perusahaan tidak mau akan hal itu bila terjadi. Ambil contoh, area perkebunan seluas 500 hektar, siklus petiknya rata-rata sepuluh hari sekali. Artinya, setiap hari area lahan yang harus dipetik seluas 50 hektar. Target petik seluas itu harus tercapai, jika tidak, risikonya pucuk teh mekar atau menjadi tua, dan kualitas turun. Jika ditunda, wanita pemetik ini harus siap lembur. Biasanya pekerja yang sederhana ini tampaknya harus berhadapan dengan deadline. Para pemetik teh ini harus bekerja tuntas, dan darisini kita dapat menilai mereka sama dengan pekerja kantoran, bahwa deadline itu ternyata bukan cuma milik mereka yang bekerja di kantor berAC. Tanggung jawab serta kepekaan dalam bekerja, benar-benar mereka junjung sebagai prinsip kerja yang tinggi.

Tampak sekali bahwa dalam tindakan perempuan serta tindak – tanduknya juga menjadi faktor penting dari pada kegiatan petik teh. Perempuan yang memiliki kecenderungan lemah lembut, lebih teliti, serta lebih suka hidup dalam keteraturan, manjadikan nilai lebih dari sekedar kegiatan memetik teh. Perempuan adalah individu yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai second leadher didalam rumah tangga, dan diperbolehkan untuk bekerja (atau berprofesi dalam hal ini), Namun mereka juga diharapkan tetap untuk memperhitungkan masalah kekeluargaan. Jadi dengan kata lain, mereka diperbolehkan untuk memilih pekerjaan mereka sendiri sesuai dengan kemampuan dan kesukaan mereka sendiri. Untuk itulah kemudian para wanita yang memang sudah ada bakat sebagai pemetik (skill) , ternyata lebih suka untuk melakukan pekerjaan sebagai pemetik teh. Dari situlah bahwa pilihan (preferensi) perempuan di sekitar kebun


(7)

7

teh wonosari, menjadi tanaga buruh petik teh adalah bukan semata-mata tanpa alasan.

Sebagai pemetik teh, kegiatan petik memang merupakan kegiatan yang membutuhkan skill, banyak hal yang harus dipatuhi sebagai aturannya. Pemetikan yang dilakukan dengan metode serabutan, akan membuat tanaman menjadi rusak, belum lagi hasil pemetikan jelek. Pengalaman yang memang tercipta dengan sedemikian rupa dari penduduk setempat, hingga bisa memahami rangkaian pemetikan teh dan merawat tanpa harus mengetahui teori atau kajian ilmu tertentu dan sepihak. Bagaimana tidak? Ilmu warisan atau turun temurun yang kemudian melibatkan 3 generasi (nenek, ibu dan anak) ternyata masih ada. Semua terkesan biasa, tanpa mempengaruhi lajur kehidupan sekitarnya. Hal inilah yang kemudian menjadi terkesan untuk tidak pernah ditampakkan, padahal dalam konstruk fenomenologi eksistensialis, suatu hal yang nampak harus lebih diajabarkan, dan itu tanpa terpengaruh oleh suatu kejadian lain, dengan kata lain haruslah murni kejadian tersebut saja.

Diskursus tentang Fenomenologi sudah banyak di pakai sebagai study terapan, yang mana memang dimungkinkan lebih mudah dan cocok untuk melihat realitas dengan jalan history dan pendekatan langsung yang bersifat empiris serta lebih tepat. Hal ini dikarenakan Fenomenologi dianggab sebagai cara tepat untuk mengungkapkan realitas murni berparadigma kualitatif. Meskipun sebelumnya banyak memakai kerangka filsafat terkuat dari Hussrel, namun dengan jasa Alfred Schutz lah Fenomenologi dapat dibawa pada ranah ilmu sosial yang lebih praktis


(8)

8

dan ilmiah6. Akan tetapi pula, karena konsep Husserl yang banyak dipengaruhi oleh Franz Brentano, Husserl akhirnya bisa memasukkan filsafat sebagai ilmu yang rigoris7, sebagaimana kemudian filsafat menjadi rangkaian yang terdiri atas deskripsi dan bukan penjelasan atas suatu kausal.

Fenomenologi berasal dari kata Yunani phanomai yang berarti

“menampak”, yang dalam kerangka itu kemudian Fenomenologi biasa di

definisikan phainomenon (tentang apa yang tampak) dan logos (ilmu pengetahuan). Menurut The Oxford English Dictionary8 yang dimaksud Fenomenologi adalah (a) the science of phenomena as distinct from being (ontology) dan (b) division of any science which describes and classifies its phenomena Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri.

Menurut Edmund Husserl “fenomen” merupakan realitas sendiri yang tampak (menampak), tidak ada selubung yang kemudian memisahkan realitas dari kita., dan akhirnya realitas itu sendirilah yang tampak bagi kita. Kesadaran menurut kodratnya mengarah pada realitas. Kesadaran selalu berarti kesadaran akan sesuatu. Kesadaran menurut kodratnya bersifat intensionalitas9, dan justru karena itulah maka kesadaran ditandai oleh intensionalitas, yang kemudian

membuat “fenomen” harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan diri.

6 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 1

7

Rigoris disini artinya bebas dari Presuposisi (perkiraan) yang mendahului pengalaman kongkrit. 8

http://informationr.net/tdw/publ/papers/schutz02.html. 9


(9)

9

Fenomenologi yang berpatokan pada pandangan Kant, menjadi lebih empiris dan tidak lagi menjadi suatu bagian atas ide semata. Menurut Husserl sendiri, dunia adalah “apa yang secara universal dan pasif, serta sudah terdapat sebelumnya mendahului setiap aktivitas putusan” dan “satu-satunya dasar kepercayaan dimana bertumpu pada setiap pengalaman mengenai obyek-obyek khusus”. Terkait dengan kehidupan dari individu, mereka menjalankan berdasarkan rasionalitas dan kemampuannya, yang itu terlahir dari pembelajarannya akan keadaan disekitarnya.

Sama seperti Hegel, dalam karya emasnya “Fenomenologi Roh”, Hegel

juga mengupayakan adanya Fenomenologi yang lebih implisit dan bersifat eksistensialis. Hegel memberikan arti penting dengan memberikan metode pemisahan sudut pandang Fenomenologi, dia memberikan pengertian dengan memisahkan antara Fenomenologi akal (rasio) dan Fenomenologi sejarah (history). Dalam Fenomenologi akal yang dia jelaskan, Hegel mengartikan individu dalam bertindak dipengarui oleh tingkat keilmuan yang dia pelajari, dan dalam Fenomenologi sejarah, individu dinggab sebelum bertindak dia dipengarui oleh sejarah atau pengalaman yang telah dilaluinya.

Bagi Hegel, dua aspek terpenting itulah yang kemudian memberikan alasan individu untuk bergerak dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Sisi rasio yang juga terbentuk dari pendidikannya, kemudian dipadukan dengan kondisi pengalaman beradaptasi di lingkungan sekitarnya. Disitulah perilaku akan individu atau kelompok menjadi kegiatan yang kompleks, dan dalam term Fenomenologi eksistensialis berusaha menerangkan situasi akan kegiatan tersebut.


(10)

10

Kajian fenomena inilah yang kemudian di angkat menjadi bahan penelitian dengan judul “Preferensi Perempuan sebagai Buruh Pemetik Teh (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis memberikan penjabaran atas permasalahan yang ada dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan sosial dan ekonomi dari buruh pemetik teh?

2. Mengapa para perempuan bisa mempunyai preferensi sebagai buruh pemetik teh?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui latar belakang kehidupan sehari-hari beserta latar sosial dan ekonomi dari buruh petik teh

2. Mengetahui alasan dan motivasi perempuan yang mempunyai preferensi menjadi pemetik teh.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian dan hasil dari Skripsi ini diharapkan mampu memberikan suatu pandangan, referensi serta perbaikan dalam pengembangan khasanah keilmuan, terutama di Universitas Muhammadiyah sendiri


(11)

11

a. Secara teoritis adalah sebagai salah satu kajian dari sebuah ilmu Fenomenologi. Adapun hal tersebut adalah bisa dipakai sebagai bahan referensi dan alat kaji dari salah satu gejala sosial yang ada. Secara keilmuan dapat dipergunakan untuk memperkaya khasanah atas pembahasan dari fenomena yang ada. Untuk itu bisa dijadikan referensi khusus dan atau mejadi arahan atas suatu metode penelitian sosial oleh seluruh civitas akademika yang mempelajari ilmu sosial, khususnya mahasiswa Sosiologi UMM yang berkonsentrasi Industri.

b. Secara praktis penelitian ini bisa dijadikan gambaran dari kehidupan pekerja petik teh sehari-hari, yang kemudian dapat dipergunakan menjadi salah satu referensi untuk membuat arahan kebijakan dalam pengembangan dunia industri.

E. DEFINISI KONSEP

Definisi konsep merupakan batasan atas istilah yang akan diangkat dalam penelitian. Secara umum definisi konsep adalah penegasan atas setiap pengertian dari konsep yang akan diteliti. Penjelasannya mengenai istilah yang dipandang masih belum operasional10. Terkait dengan penelitian skripsi kali ini, adapun wilayah definitif konsepnya adalah sebagai berikut:

1) Preferensi

Menurut arti kata dari kamus bahasa ilmiah, preferensi berati pilihan, atau keadaan yang lebih disukai. Preferensi sendiri biasanya tidak


(12)

12

lahir dengan begitu saja, yang terlebih kemudian dapat dilakukan oleh individu tersebut, sebab biasanya preferensi mempunyai pijakan atau latar belakang, yang kemudian baru menjadi suatu keputusan. Weber sendiri menjelaskan dan membedakan 4 type yang mendasari suatu tindakan, yaitu tindakan rasional tujuan, tindakan rasional nilai, tindakan rasional tradisional, dan tindakan rasional afektif11. Dengan begitu, dapat dipastikan bahwasanya preferensi setiap individu sangat dipengaharui oleh latar belakang rasio (tingkat keilmuan, pendidikan), kultur budaya / kepastian etik (adat istiadat, kekeluargaan), emosional, dan pengalaman yang pernah dilalui.

Untuk itu memang menurut Cambell12 dalam menemukan aspek-aspek ini, maka interpretasi atas makna – makna tidak dapat dipisahkan dari observasi empiris tentang perilaku manusia, disamping menerapkan prosedur verifikasi ilmiah dan logika penjelasan historis. Pada kondisi ini memang diharapkan mampu memberikan hasil latar akan kondisi sebenarnya untuk kemudian dapat dijadikan analisis, sebagai pandangan akan pilihan atas tindakan yang mereka pilih. Pengkategorian ini akan mengarahkan pada identitas yang khusus seperti mengacu pada penjelasan Berger bahwa sebuah typication dapat menjelaskan konsrtuksi sosial dari sebuah tindakan yang habitual (berdasarkan kebiasaan)13

11Hidayat, Rahmat, “

Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004, hal 60

12 Ibid

13 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 167


(13)

13

2) Perempuan

Kata perempuan dalam bahasa anti ”androgini14”, mengacu pada

kata ”female” yang secara literal diterjemahkan menjadi ”betina”15. Sosok Perempuan sendiri dalam kacamata keseharian dapat kita artikan sebagai seorang yang mempunyai organ reproduksi, dan biasa kita panggil dengan

sebutan ”Ibu”, ”Mbak”,”nenek”, ”eyang”. Karakternya menurut F. Tonnies yang membagi dalam tipikal masyarakat, memasukkan perempuan yang bersifat lemah lembut, cenderung sabar, kedalam masyarakat type Gemeinscaft16. Namun dalam keadaan sekarang yang menuntun pada rasionalitas, gerakan feminins mulai mengartikan lain, bahwa perempuan adalah tipikal yang sama dengan laki-laki dalam konteks kemanusian di ruang sosial atau publik.

Batasan perempuan sebagai mahluk reproduksi (biologis), bersifat lemah lembut, dan berperawakan lemah gemulai, kini lebih dikembangkan pada sisi kesetaraan humanism di wilayah publik atau banyak dikaji lewat

gender”17. Perempuan mempercayai bahwa adalah mempunyai sisi

14 Androgni” adalah konsep lama, menurut Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender. Lebih mudahnya androgini adalah suatu posisi yang menyatu antara laki-laki dan perempuan (banci,wandu,waria) 15Putnam Tong, Rosemarie,”

Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006,hal 5 16

Bachtiar,Wardi,“Sosiologi Klasik”,Bandung,ROSDA,2006, hal 83 17Gender

adalah interpretasi mental dan cultural terhadap perbedan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap

tepat bagi laki-laki dan perempuan . (Sumiarni, Endang,”Jender dan Feminisme”,Wonderful

Publishing Company, Yogyakarta, 2004, hal 1), menurut Lindsey adalah segala hal yang menganggab semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau

perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (Umar, Nasaruddin, “Argument Kesetaraan


(14)

14

rasionalitas yang sama dan mempunyai hak untuk dihormati oleh laki-laki, serta mendapat keleluasaan untuk menggunakan skill dan pengetahuan yang dipunyainya. Jadi intinya adalah perempuan adalah sosok yang sederhana, namun tetap harus diperhitungkan potensi serta kiprahnya di mata realitas sosial.

3) Buruh Pemetik Teh

Buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara Jasmani maupun Rohani18. Sedangkan kelas sosial pekerja sendiri terbagi atas 2 klasifikasi besar19, yaitu “Buruh Professional” atau biasa disebut buruh Kerah Putih, yang memang cenderung menggunakan tenaga otak dalam bekerja, dan satunya lagi adalah “Buruh Kasar” atau Kerah Biru yang pada dasarnya menggunakan ketrampilannya untuk bekerja.

Di perkebunan teh20 Wonosari, “Buruh Petik Teh” disebut

“Karyawan Petik Teh”, tugasnya adalah memetik daun pucuk dari

tumbuhan teh yang kemudian akan diproduksi sebagai minuman teh. Kata karyawan sendiri memang digunakan untuk penghormatan atau memperhalus kosakata yang terkait penggambaran pekerja petik teh. Sebenarnya tindakan ini disesuaikan dengan upaya dari pemerintahan

18ibid

19

B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI(jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005, hal 16

20

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara

menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis

dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih (http://id.wikipedia.org/wiki/teh diakses pada tanggal 20 November 2009)


(15)

15

Orde Baru tentang Budaya positivism yang dijalankan seiring dengan sisitem pemerintahanya, yang bertujuan untuk kesinambungan dan meninggalkan kata secara sarkasme, yang juga ditakutkan malah menambah potensi konflik, sebagai akibat stratasocial yang lebih kental.

F. METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah Karyawan pemetik teh perempuan di Kebun Teh di Wonosari, Malang. Subyek yang dipilih secara purposif berdasarkan aktifitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi serta mengartikulasikan pengalaman mereka secara sadar, seperti kata Cresweel: ”in phenomenological study, the participants may be located a single site, although they need not be. Most important, they must be individuals who experianced the phenomenon being explored and articulate their conscious experince”21

. Disisi pentingnya, dan menjadi pedoman awal, fenomenologi tidak menggunakan hipotesis dalam prosesnya, walaupun fenomenologi bisa dan dapat menghasilkan sebuah hipotesis. Jadi, pada praktiknya, fenomenologi akan lebih cenderung pada observasi, wawancara mendalam (kualitatif), dan analisis dokumen dengan metode hermeneutik22.

Sedangkan jenis penelitian yang dipakai dalam fenomenologi adalah penelitian deskriptif23. Hal ini juga sesuai dengan metode deskriptif umumnya, yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena

21 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 124

22ibid , hal 36 23Ibid


(16)

16

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti24. Pada metode dan Penulisan, penulis menggunakan metode kualitatif seperti yang dipakai oleh Fenomenologi umumnya25, yaitu metode dengan cara menjabarkan atau menguraikan data maupun keterangan informasi secara umum.

Untuk menunjang kevaliditas data dan mempertajam pengembangan analisa fenomenologi, namun karena adanya ragam metode penelitian fenomenologi, maka peneliti membatasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data sesuai dengan cara Marshall dan Rossman26, sebagai berikut:

1. Partisipasi peneliti di lapangan

Pada tahapan ini, sebagai tahapan yang awal namun sangat penting. Sebagai langkah awal atau biasa disebut juga dengan pre-fieldwork, peneliti dalam hal ini memilih situs dan dan melakukan kontak dengan subyek (person) yang tinggal dan berada pada lokasi penelitian. Kemudian, secara purposif peneliti melakukan penggalian typification27 atau representasi mental dari para subyek yang diteliti. Itu artinya dalam hal ini peneliti harus bisa diterima oleh komunitas ini.

24

Faisal,Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”,Jakarta,Rajawali Pers,2007, hal 20

25 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 65

26Ibid , hal 64 27

Dalam term fenomenologi, dunia manusia disebut dengan typification atau representasi mental dari tindakan para aktor dan tipifikasi ini menjadi habitual dalam peran resiprokal, yang kemudian diterjemahkan oleh para aktor menjadi tindakan keseharian di dalam relasi diantara mereka.


(17)

17

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan bracketing of exixtence (menyimpan kejadian sebenarnya secara rapat), istilah ini lebih dikenal dengan

the epoche”28. Artinya, peneliti akan meletakkan semua bias, prasangka, teori, termasuk commonsense yang berkaitan dengan fenomena yang berkaitan dengan karyawan pemetik teh di Wonosari. Fenomena diungkap dengan natural yang tujuannya adalah dapat mengungkap apa yang tersembunyi di dalam sedimen-sedimen pengetahuannya.

Pada saat seperti ini, dilakukan reduksi terhadap temuan ke dalam kata-kata yang sederhana dari subyek yang sedang melakukan interaksi sosial dengan teman-temannya, rekan kerja, bahkan kontak yang lebih luas.

2. Observasi/ pengamatan langsung

Tahapan yang kedua dan sudah masuk dalam kerangka inti, yang juga bisa disebut dengan tahapan in the field. Observasi adalah bentuk teknik pengamatan dengan menggunakan indera terhadap gejala atau kejadian yang di tangkap pada suatu waktu.

Langkah awalnya adalah dengan mencari struktur ”fisik” berupa gambaran peristiwa/kejadian di satu ruang dan waktu, termasuk karakteristiknya, artinya

pengalaman subyek akan dilihat atau diamati dari sudut ”dimana kejadiannya” dan ”kapan terjadinya”. Termasuk pada kapasitas ini sesuai dengan habitus

kehidupan sehari-hari mereka, seperti mencari nafkah, dimana dan kapan.

28


(18)

18

Berikutnya, langkah kedua dari observasi adalah menggambarkan makna dari struktur yang diperoleh pada langkah pertama tadi, mencakup tema, motif, citra dan paling pentingnya adalah bagaimana perasaan / emosi komunitas ini pada saat melakukan pekerjaannya. Pengamatan langsung yang dimaksudkan oleh peneliti diharapkan akan memperoleh data-data yang akurat tentang obyek yang akan diteliti, sehingga dapat memahami permasalahan dari gejala sosial yang terjadi.

Peneliti akan menggunakan teknik observasi aktif, yakni peneliti lebih menonjol sebagai pengamat sekaligus pelaku didalam situasi sosial itu. Di partisispasi ini, peneliti juga akan melakukan kegiatan petik teh, yang dimungkinkan agar bisa lebih menjelaskan detail kerja (kemudahan dan kesulitan) petik teh.

3. Wawancara

Metode berikutnya adalah wawancara atau inteviewing. Ada dua tahap di dalam metode ini.

A. Interviw berupa dialog. Pada sesi dialog inilah yang mampu

menggambarkan esensi dari fenomena yang sedang diamati, sebab diceritakan dari sudut pandang orang pertama (orang yang mengalaminya secara langsung). Kegiatan wawancara dilakukan dalam suasana informal


(19)

19

dan terbuka, namun peneliti tetap memegang kendali percakapan sesuai dengan topik atau permasalahan yang dibahas29.

Wawancara adalah teknik dimana peneliti melakukan kegiatan tanya jawab dengan orang-orang yang terlibat dalam obyek penelitian. Dalam hal ini ada dua pihak, yang pertama adalah pihak pewawancara (interviewer) dan yang berikutnya adalah pihak yang diwawancarai (interviewee), dengan cara begitu peneliti diharapkan bisa mendapatkan keterangan yang relevan dengan masalah yang terjadi. (Faisal, 1990: 62). Menjadi catatan pentingnya, peneliti tidak akan melakukan pemaksaan pada interviewee, jadi peneliti akan menghentikan sewaktu-waktu dan meneruskan jika kondisi sudah cukup memungkinkan kembali untuk wawancara.

B. Intensionalitas (ide merujuk pada obyek / not marking) yang bisa dilihat dari tiga aktivitas subyek yaitu (a) mengingat (remembering) bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan kehidupan mereka, (b) menyerap (perceiving) pengetahuan tentang bagaimana mereka bertransaksi, berinteraksi dan melakukan jaringan kerja, termasuk norma resiprokal yang berlaku di komunitas ini (c) menghendaki (desiring), peneliti mendengarkan pengalaman subyek, bagaiman ingatan-ingatanya, mimpi-mimpinya,”kecemasan-kecemasan”,”kegembiraan”, atau bahkan

mungkin ”ketidakpastiannya” ketika menghadapi fenomena yang diteliti

(dalam hal ini pemetik teh). Dari sinilah akan terlihat melalui

29 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 67


(20)

20

ungkapan dari mereka sendiri, tentang gambaran sedimen penting sesuai pengetahuan yang mereka miliki berkaitan dengan obyek penelitian.

4. Telaah Dokumentasi

Proses ini dilakukan untuk validitas data atas sumber- sumber yang telah ada, berupa tulisan maupun data terkait fokus penelitian. Oleh Winarto Surachmad (1984:123) mengartikan bahwa metode dokumentasi adalah metode yang dapat dipakai untuk historis riset yang ditujukan untuk penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu ada melalui sumber dokumen. Peneliti melakukan kegiatan studi dokumentasi untuk mendapatkan data-data penunjang yang dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisis. Data yang diperoleh bisa dari tulisan jurnal, karya ilmiah ataupun hasil diskusi dosen dengan mahasiswa, senyampang itu masih terpaut dengan penelitian dan merupakan rujukan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Sedangkan tematik yang dapat dijadikan dokument tambahan analisis adalah penelitian seputar (1) motivasi perempuan dalam bekerja, hingga pada tingkat pekerjaan yang dipilih oleh perempuan, serta penelitian yang membahas tentang (2) study kasus fenomenologi yang akan dijadikan sebagai pembanding dari penelitian ini.

Fenomenologi adalah tinjauan riil dari kasus, yang didasari oleh pengamatan atau tinjauan langsung terhadap obyek masalah/ yang diamati. Dimana secara pasti data ini adalah diperoleh langsung dari obyek penelitian yaitu


(21)

21

Karyawan petik teh dari pihak perusahaan PTPN XII (Persero) tepatnya yang berada di kawasan Kebun teh Wonosari, Malang.

Adapun kemudian Cooper (1989)30, membedaan data melalui 2 sisi, yaitu data tehnik dan non tehnik, yang terdiri dari:

1. Data teknik, yakni data yang mencakup

a. Kepekaan teoritis (theoritical sensitivity), adalah menangkap konsep dan hubungan antar data, tujuannya untuk mempelajari bagaimana mendekati dan menginterpretasikan data.

b. Data sekunder, menyediakan informasi yang berguna. Contohnya catatan lapangan yang berisi bahan-bahan penunjang yang relevan dengan kejadian, tindakan, dan cara pandang informan, dalam situasi ini sifatnya hanya sebagai memperkaya sudut pandang c. Pertanyaan-pertanyaan penelitian

d. Teori yang relevan dengan masalah penelitian e. Validitas pelengkap untuk keakuratan data

2. Data non teknik (disebut juga data utama), seperti telaah sejarah dan biografi, telaah surat, buku harian, laporan, rekaman video dan koran. Pada posisi tahap ini peneliti juga akan memakai tahap ”focus group” (jika diperlukan), yang mana kelompok ini akan dibentuk dengan melibatkan beberapa anggota komunitas (karyawan pemetik teh), yang bertujuan mendiskusikan topik yang berkaitan dengan tema yang kita teliti.

30Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 63


(22)

22

G. LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan kondisi permasalahan dan penerapan atas alat teori yang dipakai, maka dipilih kebun Teh wonosari sebagai lokasi penelitian. Kondisi iklim masyarakat setempat yang kemudian menjadikan budidaya kebun teh sebagai komoditi ekonomi dan kemudian secara langsung pula di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), serta fenomena pekerja pemetik teh yang terampil, menjadikan sisi fenomena tersendiri untuk dikaji.

H. TEHNIK ANALISA DATA

a) Tahapan-tahapan kegiatan dalam penelitian (jadwal penelitian)

Penelitian dilakukan dengan waktu dan tahapan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan semata-mata agar penelitian tidak terkesan buru-buru, ataupun malah berlebihan. Standarisasi waktu juga berkenaan dengan waktu pembuatan laporan skripsi, untuk itu batasan waktu adalah selama minimal 1 bulan dan maksimal 3 bulan. Namun, senyampang data serta gambaran sudah memenuhi kriteria atas fenomenologi, dan dinilai cukup komperhensif dalam hasilnya, maka kendati di pertengahan waktupun, penelitian bisa saja dihentikan dan sudah bisa dikatakan selesai.


(23)

23

Menurut Creswell, John W31 jumlah informan dalam penelitian fenomenologi (yang pada penelitian positivistik disebut dengan pengambilan sampel), tidak ditentukan. Faktor terpenting adalah

”memilih informan”, sebab dari sinilah diharapkan dapat

menggambarkan makna dari fenomena/ peristiwa secara detail. Biasanya jumlah informan dalam penelitian fenomenologi sampai 10 orang sudah dirasa cukup dalam menggambarkan situasi sebenarnya. c) Kebutuhan perorangan

Kebutuhan perorangan adalah situasi dimana peneliti akan melakukan analisis atau penggalian data berdasarkan perorangan. Pencarian informasi ini berlaku juga untuk mengetahui tanggapan orang lain terhadap pihak subyek penelitian, terkait kehidupan dan cara interaksinya, yang dirasa kurang dapat dikuak sendiri oleh peneliti. Secara umum, terkait penelitian data perorangan ini kemudian akan dijadikan sebagai data tambahan dan penguatan dari penelitian.

d) Kebutuhan sumber data yang lain

Serangkaian data penelitian sebelumnya hingga yang terbaru adalah berupa penguatan, yang memang saling melengkapi suatu analisa atas semua gejala yang ada di dalam masyarakat. Begitupun dengan penelitian ini, suguhan data utama yang memang terdapat dan ditemukan dalam perusahaan PTPN XII (PERSERO), juga akan di tambah dengan data dari dokument lainnya, sehingga diharapkan

31 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 62


(24)

24

mampu lebih bisa melengkapi bahkan lebih bisa memenuhi standart dari laporan hasil penelitian, yang dalam hal ini dalah Skripsi.

e) Pengolahan data

Setelah diperoleh pengetahuan dari sumber yang ada dan bisa menggambarkan situasi sebenarnya, maka kemudian dilakukan coding atau catagorizing terhadap :

1. Tema fenomena yang diteliti (dalam hal ini preferensi wanita menjadi karyawan pemetik teh di Wonosari).

2. Ekspresi berbahasa (apa saja yang mereka cetuskan, dalam bentuk ungkapan-ungkapan)

3. Mendefinisikan narasi yang terkumpul 4. Menformulasikan hipotesa

f) Findings32

Pada tahapan finishing atau penutup peneliti melakukan describing, analizing, dan theorizing dengan memposisikan temuan yang telah ada antara teori dengan realitas. Disinilah peneliti akan memulai reflexivity33.

Secara lebih jelas describing adalah tahapan dimana data-data yang telah dikelompokkan (coding and catagorizing) digambarkan

32

Tehnik ini ditemukan pada tulisan sebelumnya oleh Vina Salvina, dalam bentuk penyampaian secara tertulis untuk mahasiswa ACICIS-FISIP UMM.

33

Reflexivity yaitu membingkai sebuah bentuk pengetahuan, dengan instrument utama untuk keperluan deskripsi dengan cara sensitive murni dari pengalaman-pengalaman subyek penelitian, dan yang hal tersebut mampu mengkonstruk sejumlah perwujudan karakteristik pengetahuan

manusia. Lihat Simon. J. Charleswoth, “A Phenomenology of Working Class, Cambridge


(25)

25

secara mendalam (thick description) sebagai typified meaning. Artinya dibuat deskripsi berkaitan dengan pengkategorian tema-tema realitas yang diteliti. Sedangkan analizing sendiri adalah tahapan dimana peneliti sekaligus melakukan bridging dan reflexivity, yang berarti disni peneliti memposisikan temuan yang ada dan kemudian mengkomparasikan / mensinkronkan dengan teori yang relevan.

I. NILAI DAN LOGIKA DARI PENELITIAN.

Adapun penilitian ini adalah suatu yang hal terkait fenomena masyarakat, yang dididalamnya ada suatu komunitas (pemetik teh di Wonosari). Hubungan yang terjalin dari suatu kekerabatan pada masyarakat disekitar kebun teh, mampu mempengarui sisi pilihan dalam pekerjaan ( work preferens). Seperti yang telah disinggung pada latar belakang, pilihan yang tidak banyak menggunakan rasio sebagai alat utama dalam penentuan dimensi kerja. Nilai adat, kebiasaan, yang semua berkaitan dengan intersubyektivitas, menjadikan masyarakat setempat, khususnya perempuan memilih pekerjaan tersebut. Adapun hal menarik lainnya adalah pada komposisi kekeluargaan, ternyata pilihan sebagai pemetik teh adalah pilihan keluarga (nenek, ibu, anak, saudara, suami).

Kesemuanya mempunyai relativitas sendiri dalam menata kehidupan, akan tetapi dalam menentukan pilihan kerja, mereka mampu menyamakan. Untuk itulah dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan dan akhirnya dapat menjelaskan keadaan sebenarnya, berupa


(26)

alasan-26

alasan, dorongan, serta motivasi apa yang menjadi akar dari suatu pilihan kerja, khususnya kaum perempuan setempat. Hingga dalam term fenomenologi, kesadaran untuk melakukan sesuatu atas dasar nilai sosial, yang kemudian menjadi mereduksi tatanan nilai-nilai yang baru, juga tidak mampu merubah dengan cepat pilihan tersebut.

Untuk itulah kajian ini akan semakin menarik dengan analisis fenomenologi, yang berusaha mengungkap realitas sebenarnya dan jauh dari sekedar anggapan atau claim atas realitas. Dari sini akan nampak suatu cerminan akan kuatnya identitas sosial, dan itu berlangsung sejak lama.


(27)

 

“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO)

di Kebun Teh Wonosari, Malang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan (S-1) pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh:

GIGIH WAHYU PRATOMO 03240041

JURUSAN SOSIOLOGI

KONSENTRASI SOSIOLOGI INDUSTRI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(28)

ii 

 

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Dan diterima Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata 1

Pada tanggal : 12 November 2011 Di Hadapan Dewan Penguji

1. Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si ( ) 2. Rachmad K. Dwi Susilo, S.sos, MA ( ) 3. Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ( )

4. Muhammad Hayat, S.Sos. ( )

Mengetahui, Dekan FISIP - UMM


(29)

iii 

 

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Gigih Wahyu Pratomo NIM : 03240041/201010310312044

Fakultas / Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Sosiologi

Judul : “ PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH ” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang)

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Vina Salviana D. S, M.Si) (Muhammad Hayat, S.Sos.)

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri)

Dekan FISIP Ketua Jurusan Sosiologi


(30)

iv 

 

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Gigih Wahyu Pratomo

Nim : 03240041 / 201010310312044 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Sosiologi

Pembimbing : 1. Dr. Vina Salviana Darvina, M.Si 2. Muhammad Hayat, S.Sos Konsultasi

Tanggal Keterangan Paraf

Pembimbing I Pembimbing II 26 November 2009 Bab I

22 Desember 2009 Bab II 30 Desember 2009 Bab III 15 Maret 2010 Bab IV 11 Juni 2010 Bab V 28 Agustus 2010 Bab VI

Dosen Pembimbing I Pembimbing II

( Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ) ( Muhammad Hayat, S.Sos. )

Mengetahui, DEKAN FISIP UMM


(31)

 

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Gigih Wahyu Pratomo Tempat/tanggal lahir : Tuban, 7 April 1984

NIM : 03240041 / 201010310312044

Jurusan : Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri) Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP)

Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa laporan penelitian skripsi saya yang berjudul “PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang) adalah bukan merupakan laporan orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk referensi atau kutipan yang telah saya sebutkan sumber-sumbernya.

Demikian pernyataan keaslian laporan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila ternyata ada ketidakbenaran, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Malang, 12 November 2011 Yang menyatakan


(32)

vi 

 

MOTTO

“ Wahai Tuhanku, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di neraka. Dan jika aku menyembah-Mu karena ingin masuk surga maka keluarkanlah aku kemudian, tetapi jika aku menyembah-Mu demi karena Kamu maka janganlah sembunyikan Keindahan Abadi-Mu dariku ”

(Abunawas)

“ Sedalam dan sebanyak apapun Ilmu yang kita pelajari, tak akan memberikan kontribusi apapun, jika penguasaan manfaat atas ilmu tersebut

masih terbelenggu dengan sisi egoisme yang ada di dalam diri kita ”


(33)

vii 

 

LEMBARPERSEMBAHAN

Kepada Sang Agung, Sang Teman Sejati, Pencipta sekaligus Pelindung, Pengampun atas segala kesalahan dari umat dan seluruh mahluk-Nya, tak ada yang pantas dipersembahkan untuk kuasa-Mu selain kepasrahan

diri dan ketotalan akan Iman kepada-Mu

Buat Bapak, Ibu, dan kedua adikku Arta dan Lidya, keluargaku yang selalu menyemangati dan sangat aku cintai

&

Sang kekasih Tata Pratama, yang selalu berdo’a untuk kebaikan kita esok


(34)

viii 

 

KATAPENGANTAR

Dengan selalu mengucap syukur sebesar-besarnya kehadirat Allah S.W.T. sebab dengan ijin dan ridhoNya-lah tahap akhir berupa penyusunan skripsi dari studi S1 sebagai mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan. Segenap shalawat serta salam juga selalu terhaturkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. selaku junjungan dan pemimpin umat Islam. Dimana dengan perjuangan beliau kita dapat masuk pada golongan yang diRidhoiNya.

Untuk itu Alhamdulillah Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan, hal ini tentunya tidak bisa lepas dari pihak – pihak terkait secara langsung maupun tidak. Oleh karenanya, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang mendorong serta membantu penyelesaian penulisan skripsi hingga pada bentuk penulisan yang tepat, untuk itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua yang amat kucintai, “Bapak”, “Ibu”, yang selalu sabar namun tegas dalam membimbing kami sebagai anak, selalu mengusahakan yang terbaik bagi putra-putrinya tanpa meminta balasan apapun, yang selalu berdoa untuk kesuksesan kami, kedua adikku Arta dan Ratna, ”semoga perjalanan hidupmu dalam berumah tangga semakin membawa kaliyan kedalam ridhoNya, sukses juga untuk kaliyan” dan si kecil Lidya centil yang makin hari buat mas jadi kangen dan harus berpikir cepat untuk sesegera mungkin menyelesaikan studi, biar bisa sekolahin dan rawat kamu

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan FISIP UMM, calon Prof. yang telah banyak membantu saya, Bapak adalah rekan, saudara, sekaligus orang tua bagi saya, yang itu selalu berbagi suka, go a head, “mari kita lakukan yang terbaik untuk setiap detik dalam hidup kita”.


(35)

ix 

 

4. Bapak Drs. Saiman, M.Si selaku pembantu dekan I FISIP UMM, yang telah memberikan rekomendasi serta ijin penelitian.

5. Pak Rachmad,M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UMM, yang senantiasa memberikan arahan pada kami selaku mahasiswanya.

6. Ibu Dr. Vina Salviana D.S., M.Si, selaku Pembimbing I sekaligus wali kelas, yang memberikan motivasi kepada saya untuk segera menuntaskan pendidikan S1, dorongan berupa “materi” dan “non materi” dari ibu adalah hal besar yang sangat membantu studi saya, yang telah sabar dalam memberikan keleluasaan kepada saya untuk berpikir dan berkembang sebagai “intelektual muda” dan bapak Muhammad Hayat S.Sos selaku Pembimbing II yang menyediakan waktu untuk bimbingan.

7. Ir. Budi Styo Iriawan dan Ir. Made Susilatama, selaku pimpinan PTPN XII (Persero) Kebun Teh Wonosari, yang telah memberikan ijin serta memfasilitasi, hingga mempermudah proses penelitian sampai selesai dan Bapak ”Heri” Supangat serta Bapak Harly yang mau memberikan fasilitas tempat tinggal, selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan, sebab kehidupan realitas ”kerja” sudah bukan suatu yang harus ditakuti.

8. Seluruh subyek wawancara yang telah bersedia menyediakan waktu dan diajak ”ngobrol” serta dengan senang hati memberikan keterangan berkaitan apa yang sedang saya teliti dan tanyakan, serta civitas karyawan yang ada di kebun Teh Wonosari yang telah membantu dalam mengantar dan menemani pada saat penelitian.

9. Kekasih tercinta Tata Pratama, tiada hari tanpa omelan dan marahmu, untuk segera menyelesaikan skripsi dan segera lulus, dengan kesabaran dan ketulusanmu tercermin nuansa indah, tenang, sabar, tegas, mulia, yang sebab darisitulah aku melihat wajah dari kuasa Allah S.W.T. sehingga meyakini bahwa rasa cinta itu terlahir untuk sebagian pengabdianku sebagai mahluk-Nya, darisini semoga kita bisa secepatnya meraih dan membuktikan cita-cita dari mimpi kita, amien.

10.Saudara-saudaraku di HMI dan kawan-kawan Ngopi, terima kasih untuk ide-ide cerdas dan kreatif kaliyan yang meski tak jarang terucap lewat


(36)

 

intrik pedas, namun karena itulah membuat otak kita berpikir, sehingga berguna dan bermanfaat hingga tak ternilai harganya.

11.Kawan-kawan Sosiologi ’03 yang selalu memberikan motivasi, kini aku akan datang ikut dalam rombongan Alumni, semoga kita bersama-sama bisa memberikan kontribusi aplikatif yang bermanfaat untuk masyarakat. Serta untuk semua pihak yang tidak dapat dan belum saya sebutkan, terima kasih atas partisipasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Laporan ini sendiri juga diharapkan mampu memberikan kebaikan secara teoritis maupun aplikatif kepada para bibit dari intelektual muda, walaupun penulis secara sadar memang masih perlu untuk adanya perbaikan- perbaikan seiring dengan metode serta konsep yang lebih baru dan baik. Untuk itu penyusun selalu membutuhkan kritik saran berupa ide-ide kreatif yang membangun dalam perbaikannya, demi kemajuan ilmu Sosiologi yang lebih baik di masa mendatang.

Malang, 12 November 2011


(37)

xi 

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan... ii

Berita Acara Bimbingan Skripsi... iii

Lembar Pernyataan... iv

Motto... v

Lembar Persembahan... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi...x

Daftar Tabel... xiii

Daftar Bagan... xiv

Daftar Gambar... xv

Abstraksi... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah...10

1.3. Tujuan ...10

1.4. Manfaat Penelitian...10

1.5. Definisi Konsep... 11

1.6. Metode Penelitian... 15

1.7. Lokasi Penelitian... 21

1.8. Tehnik Analisa Data...21

1.9. Nilai dan Logika Dari Penelitian...24

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Preferensi... 27

2.2 Perempuan... 30


(38)

xii 

 

2.4 Penelitian Terdahulu...34

2.5. Kerangka Teori... 36

2.5.1. Fenomenologi... 36

2.5.2. Teori Rasionalitas Max Weber... 40

2.5.3. Teori Feminisme...42

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Identitas Perusahaan... 48

A.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan...48

A.2. Maksud dan Tujuan Pendirian Perusahaan...48

B. Kondisi Perkebunan...50

B.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan... 52

C. Waktu Kerja dan Tahapan Pemetikan... 52

D. Jaringan Kerja...54

E. Rencana Tindak Lanjut...55

F. Program Pertanggungjawaban Perusahaan pada Masyarakat Sekitar... 56

G. Struktur Organisasi...58

H. Metode Perusahaan Dalam Menjaga Konsistensi dan Etos Kerja Karyawan Pemetik Teh... 58

I. Sejarah Pemetik Teh...60

BAB VI : SAJIAN DATA A. Gambaran Umum Kondisi Latar Belakang Karyawan Pemetik Teh...65

A.1. Pendidikan...65

A.2. Keahlian/Pekerjaan... 68

A.3. Agama / Kepercayaan...70

A.4. Ekonomi...71

B. Deskripsi Motivasi dan Tujuan...74


(39)

xiii 

 

B.2. Tujuan...80

C. Kecenderungan...82

D. Struktural Pengalaman dan Deskripsi Tekstural...86

BAB V : TEMUAN DAN REFLEKSI TEORITIS A. Temuan...104

A.I. Konstruksi Sosial Perempuan Pemetik Teh...104

A.2. Proses Menjadi Pemetik Teh dan Identifikasi Karakteristik... 114

B. Refleksi Teoritis...123

B.1. Fenomenologi Eksitensialis...123

B.2. Teori Rasionalitas Weber...132

B.3. Teori Feminis Liberal...135

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan...141

B. Saran...142

B.1. Bagi Akademik... 142

B.2. Bagi Perusahaan...144

Daftar Pustaka... 146

Lampiran-lampiran...148   


(40)

xiv 

 

Daftar Tabel

Tabel 1 : Budidaya Perkebunan ...hal 51 Tabel 2 : Jumlah Karyawan tetap... hal 53 Tabel 3 : Harga Pokok Teh ... hal 54 Tabel 4 : Hasil Produksi 5 tahun terakhir (terlampir)

Tabel 5 : Pendidikan Karyawan………hal 65 Tabel 6 : Pengalaman Kerja ... hal 68 Tabel 7 : Gaji Karyawan...hal 71 Tabel 8 : Hal-hal yang mempengaruhi Preferensi Profesi...hal 75 Tabel 9 : Lama bekerja... hal 80 Tabel 10: Sebab Mengerjakan Pekerjaan………. hal 81


(41)

xv 

 

Daftar Bagan Bagan 1 : Struktur Organisasi (terlampir)


(42)

xvi 

 

Daftar Gambar Gambar 1 : Absen dan Pemberangkatan (terlampir) Gambar 2 : Aktifitas Petik (terlampir)

Gambar 3 : Penimbangan (terlampir) Gambar 4 : Istirahat Makan (terlampir)

Gambar 5 : Membawa rumput untuk ingon-ingon (terlampir) Gambar 6 : Kondisi salah satu rumah pemetik teh (terlampir) Gambar 7 : Saat Santai Bersama Keluarga (terlampir)


(43)

xvii 

 

ABSTRACT

Name: Gigih Wahyu Pratomo, Nim: 03240041/201010310312044, Title of Tesis: "PREFERENCES FEMALE WORKERS AS A TEA PICKER" (Phenomenology Study Among Workers PTPN XII (Persero) in the Garden Tea Wonosari, Malang), Supervisor I: Dr. Vina Salviana. D. S, Si, Supervisor II: Muhammad Hayat, S. Sos. 

Keywords: Preference, Women, Workers' Picker Tea, Phenomenology  

Which reflects the present condition of humanism have a positive effect for the development of life, one of which is equality in the public domain. The capacity of women in gaining access to education by improving the quality of life is the tendency today is more easily found. The desire to improve these conditions can also be found in women who are in the area around the tea gardens Wonosari Malang, which is exactly at the foot of Mount Arjuna. They are women who in this case not only as a housewife, but also a figure of professional workers (employees), which it aims for the improvement of their household economy. Women's super, working with the double consequence has been played by them. Woman tea picker is a manifestation of the "Professionalism" and "Rationalism" in Preferences toward the achievement of their profession. Departing from the corner of everyday life and spirit to work high, they are driven by itself in this position. Habits of small, giving them their own experiences in the world of farming and harvesting work environment. Term of Hegel's phenomenology that explains that the "reasonable" and "experience" will usher individuals in a better position in life through a series of forms in their everyday business. Performance history of ancestors who later became a living are going down - for generations in this society, as if a cycle is adequate and neatly strung behind these people's lives. 

"The motive of the past" and "The motive of the future" is an impact of their actions in their daily lives. With the background conditions of poverty and dependence on nature, they make a form of existence in harnessing the potential of such nature, and reflected in the formation of their daily lives. Experience over the past reflect the living conditions they who make it the underlying pattern of rationality in their choice to act and finally decided work. Phenomenology trying to express the inter-individual, which will look the situation and make individuals particularly affect women around the tea garden Wonosari persisted in the choice of the will to be a tea picker. The work is based on the experience of everyday life around them. The experience that they may earn from customs and not by theory first occurred to them.  


(44)

xviii 

 

ABSTRAKSI

Nama : Gigih Wahyu Pratomo, Nim : 03240041/201010310312044, Judul Skripsi : “PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang), Dosen Pembimbing I : Dr. Vina Salviana. D. S, M.Si., Dosen Pembimbing II : Muhammad Hayat, S.Sos.

Kata Kunci : Preferensi, Perempuan, Buruh Pemetik Teh, Fenomenologi

Kondisi kekinian yang mencerminkan sisi humanisme memberikan efek positif untuk perkembangan kehidupan, salah satunya adalah kesamaan derajat pada wilayah publik. Kapasitas perempuan dalam memperoleh akses pendidikan demi peningkatan mutu hidupnya adalah kecenderungan yang saat ini lebih mudah dijumpai. Keinginan untuk memperbaiki kondisi ini juga dapat dijumpai pada perempuan yang berada di kawasan sekitar kebun teh Wonosari Malang, yaitu tepatnya di kaki Gunung Arjuna. Mereka adalah perempuan yang dalam hal ini tidak hanya selaku menjadi ibu rumah tangga saja, namun juga menjadi sosok profesional pekerja (karyawan), yang itu bertujuan demi perbaikan ekonomi rumah tangga mereka. Perempuan super, bekerja dengan konsekuensi double telah diperankan oleh mereka.

Perempuan pemetik teh adalah wujud dari sisi “Profesionalisme” dan “Rasionalisme” dalam pencapaian preferesi terhadap wilayah profesi mereka. Berangkat dari sudut keseharian dan spirit untuk bekerja yang tinggi, mereka terdorong dengan sendirinya pada posisi ini. Kebiasaan dari kecil, memberikan pengalaman sendiri kepada mereka dalam dunia pertanian dan lingkungan kerja pemetikan. Term fenomenologi dari Hegel yang menjelaskan bahwa sisi “akal” dan “pengalaman” akan mengantarkan individu pada letak yang lebih baik dalam kehidupannya melalui bentuk-bentuk rangkaian usaha di kesehariannya. Riwayat kinerja leluhur yang kemudian menjadi penghidupan secara turun – temurun pada masyarakat ini, seakan menjadi siklus yang memadai dan terangkai rapi dibalik kehidupan masyarakat ini.

“Motif masa lalu” dan “Motif masa depan” dari mereka sangat mempengarui tindakan dalam keseharian mereka. Dengan latar kondisi kemiskinan dan ketergantungan pada alam, mereka menjadikan suatu bentuk eksistensi dalam memanfaatkan potensi alam tersebut, dan tercermin dalam bentukan keseharian mereka. Pengalaman atas refleksi kondisi kehidupan masa lalu merekalah yang membuat hal tersebut mendasari pola rasionalitas dalam pilihan mereka untuk bertindak dan akhirnya memutuskan bekerja. Fenomenologi berusaha mengungkapkan sisi intersubyektif individu, dimana akan terlihat situasi yang mempengaruhi dan menjadikan individu khususnya para perempuan sekitar kebun teh Wonosari tetap bertahan dalam pemilihan kehendak untuk menjadi


(45)

xix 

 

pemetik teh. Pekerjaan yang berdasar pengalaman keseharian kehidupan sekitar mereka. Yang pengalaman itu boleh jadi mereka peroleh dari kebiasaan dan bukan dengan teori yang lebih dulu terpikirkan oleh mereka.


(46)

134

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alwisol, “Psikologi Kepribadian”, UMM Press, Malang, 2004

B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI (jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005

Bachtiar, Wardi, “Sosiologi Klasik”, Bandung, ROSDA, 2006

Bertens, K, “Fenomenologi Eksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006,

Cantor, Dorothy W. dkk, “Women In Power”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998

Derrida, Jacques, “Kosmopolitanisme & Forgivness”, Alenia, Yogyakarta, 2005 Engineer, Asghar Ali, ”Pembebasan Perempuan”, LKIS, Yogyakarta, 1999 Faisal, Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”, Jakarta, Rajawali Pers,

2007

Fukuyama, Franssisco, “The Great of Description”, Yogyakarta, Jendela, 2004 Gahral Adian, Donny, “Percik Pemikiran Kontemporer (Sebuah Pengantar

Komperhensif)”, Jalasutra, Yogyakarta, 2007

Hidayat, Rahmat, “Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004

Irwan, Zoer’aini Djamal, “Besarnya Eksploitasi Perempuan dan lingkungan di Indonesia”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009

Khaldun, Ibnu, “Muqadimah”, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000


(47)

135

Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009

Patria, Nezar, “Antonio Gramcy (Negara dan Hegemoni)”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003

Partanto, Pius. A, dan M. Dahlan Al Barry, “Kamus Ilmiah Popular”, Arkola, Surabaya, 2001

Putnam Tong, Rosemarie,”Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006 Ritzer, George,Douglas J. Goodman, “Teori Sosiologi Modern”, Prenada Media,

Jakarta, 2004

Schutz, Alfred, “The Phenomenology of the Social World”, Northwestern University Press, New York, 1967

Soekanto, Sorjono, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Pers, Jakarta, 2003 Soeroso, Andreas ,“Interaksionalisme Simbolik dan Statistik Sosial”, Grha Guru,

Yogyakarta, 2005

Weber, Max, “Etika Protestan & Spirit Kapitalisme”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006

Widyanta, A.B, “Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel”,Cindelaras, Yogyakarta, 2002

Situs

http://id.wikipedia.org/wiki/Preferensi diakses pada tanggal 20 November 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/teh diakses pada tanggal 20 November 2009

Wawancara


(48)

136

Wawancara dengan Ibu Giniah Wawancara dengan Ibu Hariwati Wawancara dengan Ibu Hartatik Wawancara dengan Ibu Khotimah Wawancara dengan Ibu Sukarsih Wawancara dengan Ibu Sumarsih Wawancara dengan Ibu Sunaryah Wawancara dengan Ibu Wartini Wawancara dengan Pak Made Wawancara dengan Pak Heri Wawancara dengan Pak Asmojo


(49)

(1)

xviii   

ABSTRAKSI

Nama : Gigih Wahyu Pratomo, Nim : 03240041/201010310312044, Judul Skripsi : “PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang), Dosen Pembimbing I : Dr. Vina Salviana. D. S, M.Si., Dosen Pembimbing II : Muhammad Hayat, S.Sos.

Kata Kunci : Preferensi, Perempuan, Buruh Pemetik Teh, Fenomenologi

Kondisi kekinian yang mencerminkan sisi humanisme memberikan efek positif untuk perkembangan kehidupan, salah satunya adalah kesamaan derajat pada wilayah publik. Kapasitas perempuan dalam memperoleh akses pendidikan demi peningkatan mutu hidupnya adalah kecenderungan yang saat ini lebih mudah dijumpai. Keinginan untuk memperbaiki kondisi ini juga dapat dijumpai pada perempuan yang berada di kawasan sekitar kebun teh Wonosari Malang, yaitu tepatnya di kaki Gunung Arjuna. Mereka adalah perempuan yang dalam hal ini tidak hanya selaku menjadi ibu rumah tangga saja, namun juga menjadi sosok profesional pekerja (karyawan), yang itu bertujuan demi perbaikan ekonomi rumah tangga mereka. Perempuan super, bekerja dengan konsekuensi double telahdiperankan oleh mereka.

Perempuan pemetik teh adalah wujud dari sisi “Profesionalisme” dan “Rasionalisme” dalam pencapaian preferesi terhadap wilayah profesi mereka. Berangkat dari sudut keseharian dan spirit untuk bekerja yang tinggi, mereka terdorong dengan sendirinya pada posisi ini. Kebiasaan dari kecil, memberikan pengalaman sendiri kepada mereka dalam dunia pertanian dan lingkungan kerja pemetikan. Term fenomenologi dari Hegel yang menjelaskan bahwa sisi “akal” dan “pengalaman” akan mengantarkan individu pada letak yang lebih baik dalam kehidupannya melalui bentuk-bentuk rangkaian usaha di kesehariannya. Riwayat kinerja leluhur yang kemudian menjadi penghidupan secara turun – temurun pada masyarakat ini, seakan menjadi siklus yang memadai dan terangkai rapi dibalik kehidupan masyarakat ini.

“Motif masa lalu” dan “Motif masa depan” dari mereka sangat mempengarui tindakan dalam keseharian mereka. Dengan latar kondisi kemiskinan dan ketergantungan pada alam, mereka menjadikan suatu bentuk eksistensi dalam memanfaatkan potensi alam tersebut, dan tercermin dalam bentukan keseharian mereka. Pengalaman atas refleksi kondisi kehidupan masa lalu merekalah yang membuat hal tersebut mendasari pola rasionalitas dalam pilihan mereka untuk bertindak dan akhirnya memutuskan bekerja. Fenomenologi berusaha mengungkapkan sisi intersubyektif individu, dimana akan terlihat situasi yang mempengaruhi dan menjadikan individu khususnya para perempuan sekitar kebun teh Wonosari tetap bertahan dalam pemilihan kehendak untuk menjadi


(2)

xix   

pemetik teh. Pekerjaan yang berdasar pengalaman keseharian kehidupan sekitar mereka. Yang pengalaman itu boleh jadi mereka peroleh dari kebiasaan dan bukan dengan teori yang lebih dulu terpikirkan oleh mereka.


(3)

134

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alwisol,

Psikologi Kepribadian

”, UMM Press, Malang, 2004

B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “

SOSIOLOGI

(jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 20

05

Bachtiar, Wardi, “

Sosiologi Klasik

”, Bandung, ROSDA, 2006

Bertens, K, “

Fenomenologi Eksistensial

”,

Jakarta, Atmajaya, 2006,

Cantor, Dorothy W. dkk,

“Women In Power”

, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

1998

Derrida, Jacques,

“Kosmopolitanisme & Forgivness”

, Alenia, Yogyakarta, 2005

Engineer, Asghar Ali,

”Pembebasan Perempuan”

, LKIS, Yogyakarta, 1999

Fais

al, Sanapiah, “

Format-Format Penelitian Social

”, Jakarta, Rajawali Pers,

2007

Fukuyama,

Franssisco, “

The Great of Description

, Yogyakarta, Jendela, 2004

Gahral Adian, Donny,

“Percik Pemikiran Kontemporer (Sebuah Pengantar

Komperhensif)”

, Jalasutra, Yogyakarta, 2007

Hidayat, Rahmat, “

Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori

Sosial Maskulin)

”, Yogyakarta, Jendela, 2004

Irwan, Zoer’aini Djamal,

“Besarnya Eksploitasi Perempuan dan lingkungan di

Indonesia”

, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009

Kha

ldun, Ibnu, “

Muqadimah

”,

Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000


(4)

135

Kuswarno, Engkus,

“Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh

Penelitian)”

, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009

Patria, Nezar, “

Antonio

Gramcy (Negara dan

Hegemoni)”,

Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2003

Partanto, Pius. A, dan M. Dahlan Al Barry,

“Kamus Ilmiah Popular”,

Arkola,

Surabaya, 2001

Putnam Tong, Rosemarie,”

Femininst Thought

”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006

Ritzer, George,Douglas J. Goodman,

“Teori Sosiologi Modern”

, Prenada Media,

Jakarta, 2004

Schutz, Alfred,

“The Phenomenology of the Social World”

, Northwestern

University Press, New York, 1967

Soekanto,

Sorjono, “

Sosiologi Suatu Pengantar

”, Rajawali Pers, Jakarta, 2003

Soeroso, Andreas ,

“Interaksionalisme Simbolik dan Statistik Sosial”

, Grha Guru,

Yogyakarta, 2005

Weber, Max,

“Etika Protestan & Spirit Kapitalisme”

, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2006

Widyanta, A.B, “Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel”,Cindelaras, Yogyakarta, 2002

Situs

http://id.wikipedia.org/wiki/Preferensi

diakses pada tanggal 20 November 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/teh

diakses pada tanggal 20 November 2009

Wawancara


(5)

136 Wawancara dengan Ibu Giniah

Wawancara dengan Ibu Hariwati Wawancara dengan Ibu Hartatik Wawancara dengan Ibu Khotimah Wawancara dengan Ibu Sukarsih Wawancara dengan Ibu Sumarsih Wawancara dengan Ibu Sunaryah Wawancara dengan Ibu Wartini Wawancara dengan Pak Made Wawancara dengan Pak Heri Wawancara dengan Pak Asmojo


(6)