Pengaruh pemberian tepung cangkang udang yang dihidrolisis terhadap

13 perlakuan ditunjukkan pada Tabel 6 dengan analisa proximat masing – masing perlakuan pada Tabel 7. Pemberian pakan perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali sehari pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 at satiation. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengecekan kualitas air setiap minggu pada masa pemeliharaan. Tabel 6. Komposisi pakan penelitian Perlakuan A 100 TI B 15 TCUh:85 TI C 30 TCUh:70 TI D 45 TCUh:55 TI Tepung Ikan 17,40 14,79 12,18 9,57 TCUh 1 0,00 2,61 5,22 7,83 MBM 2 17,40 17,40 17,40 17,40 Tepung Jagung 26,78 26,78 26,78 26,78 Tepung Kedelai 26,78 26,78 26,78 26,78 Minyak Sawit 3,76 3,76 3,76 3,76 Premix 3 1,88 1,88 1,88 1,88 Tapioka 6,00 6,00 6,00 6,00 Keterangan: 1 TCUh: Tepung Cangkang Udang Terhidrolisis Enzim Kasar Kitinase 2 MBM: Meat Bone Meal 3 Komposisi premix vitamin mineral mix dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel 7 . Komposisi proximat pakan uji bobot kering dan energi Perlakuan A 100 TI B 15 TCUh:85 TI C 30 TCUh:70 TI D 45 TCUh:55 TI Kadar air 7,76 8,89 9,81 6,74 Protein kasar 32,94 31,82 32,63 31,39 Lemak kasar 6,13 5,43 6,21 5,09 Kadar abu 11,97 12,06 11,91 12,09 Serat kasar 4,82 1,92 2,08 2,55 BETN 1 36,38 39,88 37,36 42,14 DE kkalg 2 7,77 8,02 7,90 8,17 Keterangan: 1 BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen 2 DE: Digestible Energy 1 gram protein = 3,5 kkal DE, 1 gram lemak = 8,1 kkal DE, 1 gram karbohidratBETN = 2,5 kkal DE NRC, 1993 Parameter Pengamatan Peubah yang akan diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Huisman et al 1991: Keterangan: Wt = bobot rata – rata individu pada waktu t g Wo = bobot rata – rata individu pada waktu awal g α = laju pertumbuhan harian individu t = waktu pemeliharaan hari b. Jumlah Konsumsi pakan Jumlah pakan yang diberikan setiap hari selama masa pemeliharaan dikurangi jumlah pakan yang tersisa pada akhir masa pemeliharaan. c. Efisiensi pakan Efisiensi pakan dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut NRC 1993: Keterangan: EP = Efisiensi Pakan W t = Bobot ikan pada waktu akhir pemeliharaan g W = Bobot ikan pada waktu awal pemeliharaan g W a = Bobot ikan yang mati selama pemeliharaan g F = Bobot pakan yang dikonsumsi selama penelitian g d. Retensi protein Retensi protein dapat diketahui dengan melakukan analisa proksimat protein tubuh ikan pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus retensi protein adalah sebagai berikut Takeuchi 1988: Keterangan: Fp = Jumlah protein tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan g Lp = Jumlah protein tubuh pada waktu akhir pemeliharaan g P = Jumlah protein tubuh yang dikonsumsi selama pemeliharaan e. Retensi lemak Retensi lemak dapat diketahui dengan melakukan analisa proksimat lemak tubuh ikan pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus retensi lemak adalah sebagai berikut Takeuchi 1988: 15 Keterangan: Fl = Jumlah lemak tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan g ll = Jumlah lemak tubuh pada waktu akhir pemeliharaan g L = Jumlah lemak tubuh yang dikonsumsi selama pemeliharaan f. Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup SR dihitung berdasarkan Zonneveld et al. 1991: Keterangan: SR = kelangsungan hidup ikan Nt = jumlah ikan uji pada awal percobaan ekor No = jumlah ikan uji pada akhir pemeliharaan ekor Analisa Kimia Analisa yang dilakukan dalam uji ini adalah analisa proximat bahan pakan Tepung ikan, meat bone meal, Tepung Cangkang Udang, Tepung Cangkang udang yang dihidrolisis, Tepung Kedelai, Tepung Jagung, dan Tepung tapioka, pakan uji, dan ikan uji; Analisa kecernaan dengan mengukur kromium trioksida Cr 2 O 3 serta analisa energi dengan menggunakan bom kalorimeter pada feses dan pakan kecernaan. Analisa proximat meliputi pengukuran kadar air, protein kasar, lemak kasar, kadar abu, serat kasar. Analisa proximat ini dilakukan dengan metode AOAC 1984 dalam Takeuchi 1988 Lampiran 1. Parameter kualitas air diukur meliputi suhu, kadar oksigen terlarut, pH, nitrit dan amoniak. Hasil analisa kualitas air selama masa pemeliharaan masih dalam kisaran optimum untuk pemeliharaan ikan patin Lampiran 9. Analisa Statistik Rancangan penelitian yang digunakan dalam uji pertumbuhan ikan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Data yang akan diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisa mengunakan program Excel MS Office 2007 dan untuk uji ANOVA dianalisis menggunakan program Minitab 16. Perlakuan yang berbeda akan diuji lanjut menggunakan uji Duncan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Hubungan antara aktivitas enzim kasar kitinase dengan waktu disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa aktivitas enzim kasar kitinase terbaik dari bakteri Serratia marcescens adalah setelah kultur selama 60 jam. Setelah kultur bakteri selama 60 jam di media TSB, diperoleh nilai aktivitas sebesar 0,5652 Umg protein yang memiliki arti dalam 1 ml enzim kasar kitinase, mengandung aktivitas enzim kitinase sebesar 0,5652 U. Setelah 60 jam, aktivitas enzim ini kemudian mengalami penurunan dan pada jam ke 72 nilai aktivitas mencapai 0,0436 U. Gambar 1. Pola hubungan antara aktivitas enzim kitinase dengan lama kultur Kurva pertumbuhan bakteri Serratia marcescens disajikan pada Gambar 2. Terlihat bahwa fase lag dari pertumbuhan bakteri terjadi hingga 10 jam kultur, fase log pada waktu kultur 10 - 30 jam dan fase statis terjadi pada kultur selama 30 - 55 jam. Gambar 2. Kurva pertumbuhan bakteri Serratia marcescens Hasil pengamatan terhadap kandungan kitin dari tepung cangkang udang diperlihatkan pada Tabel 8. Kandungan kitin ditepung cangkang udang pada waktu inkubasi 12 jam lebih kecil dibandingkan kandungan kitin yang terkandung pada waktu inkubasi 24 jam. Sedangkan untuk dosis enzim kasar kitinase yang menghasilkan kandungan kitin yang terendah diperoleh pada dosis 4 U100gr tepung yakni sebesar 15,29. 0,2 0,4 0,6 10 20 30 40 50 60 70 80 A kti v itas spe si fi k u n it m g p ro te in waktu jam 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 n il ai OD p ad a 600nm waktu jam 17 Tabel 8. Rata – rata kandungan kitin TCU setelah dihidrolisis oleh enzim kasar kitinase dalam berbagai dosis dan lama inkubasi yang berbeda Dosis U100gr tepung Lama inkubasi jam Kandungan Kitin 2 12 17,69 24 20,71 3 12 16,48 24 19,12 4 12 15,29 24 18,59 5 12 18,62 24 19,12 Keterangan: Kandungan kitin Tepung Cangkang Udang TCU dan tepung Cangkang Udang yang dihidrolisis TCUh dianalisis pada Laboratorium biokimia dan mikrobiologi PAU IPB Hasil proximat dari TCU dan TCUh disajikan dalam Tabel 9. Terlihat bahwa kandungan protein TCUh lebih tinggi 32,05 dibanding kandungan protein TCU 30,86. Sedangkan untuk kadar abu dan serat kasar yang dimiliki TCUh 23,57 dan 16,55 lebih rendah dibanding yang dimiliki TCU 25,06 dan 20,74. Tabel 9. Hasil proximat dari tepung cangkang udang TCU dan tepung cangkang udang yang terhidrolisis oleh enzim TCUh Proximat TCU TCUh Δ Kadar Air 11,78 16,37 4,59 Protein kasar 30,86 32,05 1,19 Lemak 3,78 3,97 0,19 Kadar Abu 25,06 23,57 -1,49 Serat Kasar 20,74 16,55 -4,19 BETN 7,78 7,49 -0,29 Keterangan: Kandungan nutrisi TCU dan TCUh dianalisis pada Laboratorium Nutrisi Ikan FPIK IPB Asam amino yang terkandung didalam TCUh memiliki peningkatan dibandingkan asam amino yang terkandung didalam TCU. Hal ini terlihat dari Tabel 10, dimana semua asam amino TCUh memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan asam amino pada TCU, kecuali asam glutamat yang pada TCU memiliki nilai 2,183 dan di TCUh 2,232.