DAMPAK PENAYANGAN FILM BALIBO TERHADAP HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN AUSTRALIA PADA TAHUN 2009 - 2012

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Invansi Indonesia pada tahun I975 dilatar belakangi dengan pemberontakan Timor Leste yang berhasil menggulingkan kekuasaan Portugis. Pada awalnya Indonesia siap untuk mendukung kemerdekaan Timor Leste, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Keputusan Pemerintah Indonesia berubah menjadi memasukan Timor Leste menjadi provinsi yang kedua puluh tujuh. Ketakutan bahwa adanya indikasi Timor Leste akan menjadi Negara yang berprinsip bertentangan dengan Indonesia. Pada saat itu Pemerintah Indonesia berharap bahwa Portugis mau menyetujui rencana Jakarta mengakuisisi Timor Timur, namun pada pertengahan tahun 1975 Portugis menentukan dan mendukung Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri. 1

Presiden Suharto masih memiliki kebimbangan tentang reaksi barat dan akan memakan waktu untuk mendapatkan anti Fretelin dan kelompok – kelompok yang mendukung untuk integrasi. Pada hari sebelum invasi, Presiden AS Gerald R. Ford dan Kissinger bertemu dengan Presiden Soeharto. Amerika Serikat telah mengalami kemunduran yang disebabkan kehancurannya di Vietnam, pada saat itu Indonesia dianggap sebagai sekutu paling penting di wilayah tersebut. Kepentingan nasional AS "harus berada di sisi Indonesia," kata Ford. Menurut dokumen dideklasifikasi yang dirilis oleh National Security Archive (NSA) pada bulan Desember 2001, mereka memberi lampu hijau untuk invasi. Dalam menanggapi Suharto mengatakan, "Kami ingin pengertian anda jika dianggap perlu untuk mengambil tindakan cepat atau

1

Hamish McDonald, Suharto Indonesia (Blackburn, Australia: Fontana, 1980), 204 dlm: William Burr dan Michael L. Evans, The National Security Archive Electronic Briefing Book Nomor 62 (


(2)

drastis (di Timor Timur)," Ford menjawab, "Kami akan memahami dan tidak menekan qnda dalam masalah ini. Kami memahami masalah dan niat yang anda miliki. " Kissinger setuju, meskipun ia memiliki kekhawatiran bahwa penggunaan senjata buatan Amerika serikat pada invasi tersebut akan terekspose publik, AS juga berharap invasi akan relatif cepat dan tidak melibatkan resistensi yang berlarut-larut. "Adalah penting bahwa apa pun yang Anda lakukan berhasil dengan cepat," kata Kissinger ke Soeharto. 2

Balibo Five adalah sebutan untuk lima jurnalis Australia yang sedang bertugas untuk meliput kejadian di Timor Leste tepatnya di Balibo, dimana mereka tewas pada tanggal 16 Oktober 1975 sebelum Indonesia mengivansi Timor Leste.3 Mereka yang tewas dalam insiden Balibo tersebut adalah Greg Shackleton ( 29 ), Tony Stewart ( 21 ), , Gary Cunningham ( 27 ), Brian Peters ( 24 ) , dan Malcolm Rennie ( 29 ).4

Pihak Australia mengatakan bahwa lima jurnalis tersebut sengaja dihilangkan nyawanya oleh tentara Indonesia untuk menutupi serangan Indonesia yang sudah lebih awal terjadi. Hal ini berbeda dengan pernyataan pemerintah Indonesia yang mengatakan bahwa kelima jurnalis tersebut tewas terjebak dalam baku tembak antara tentara Indonesia dan gerilyawan Fretelin.5 Hingga saat ini masalah Balibo terus diperdebatkan karena antara dua negara Australia dan Indonesia belum ada titik temu.

Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, menyatakan bahwa tentara Indonesia menyiksa dan membunuh lima wartawan asing atau dikenal dengan ”Balibo Five”.

2

Gerald R. Ford Library, National Security Adviser Memoranda of Conversations, Box 13, July 5, 1965 - Ford, Kissinger, Indonesian President Suharto dlm:

http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/doc1.pdf pada tgl 10 november 2012 pkl 15:14 3

Kennedy Les, New Search for Anwers on Balibo five, The Sydney Morning, 17 Oktober 2005 dlm: www.smh.com.au/news/national/new-search-for-answers-on-balibo-five/2005/10/16/ pada tgl 10 November 2012 pkl 18:43

4

Bristol Journalist May Have Been Murdered, BBC Bristol News, 3 Februari 2001 dlm: http://www.bbc.co.uk/bristol/content/news/2001/02/03/timor pada tgl 10

5

Vincent Asido Panggabean, Kontroversi tewasnya lima jurnalis Australia di Balibo, Berita Merdeka, 16 Oktober 2012 dlm:


(3)

Kelima wartawan itu tewas tahun 1975 saat meliput masuknya Indonesia ke Timor Timur.

Ramos Horta mengatakan, dia memeriksa kematian kelima wartawan itu tidak lama setelah mereka tewas di batas kota Balibo. ”Mereka tidak hanya dieksekusi. Dari yang saya ingat saat itu, salah satunya disiksa secara sangat brutal,” kata Ramos Horta saat penayangan perdana film Balibo di Melbourne, Australia.

Pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa kelima wartawan itu tewas tanpa sengaja di tengah baku tembak antara tentara dan kelompok Fretilin. Versi ini telah diterima Pemerintah Australia. Ramos Horta sendiri ketika itu adalah pemimpin Fretilin dan menjadi tokoh sentral dalam film Balibo.6

Balibo adalah film pertama yang dibuat di Timor Leste, yang mengungkapkan kasus tewasnya lima wartawan Australia di masa invasi tentara Indonesia di Timor Timur tahun 1975. Adegan awal film ini memuat tulisan “ based on true story ” . Dikatakan dalam film tersebut bahwa kelima wartawan itu tewas karena dibunuh oleh tentara Indonesia. Hal mana bertentangan dengan apa yang secara resmi telah diungkapkan pihak otorita Indonesia dan Australia.7

Ramos Horta menambahkan, film itu ”hampir 100 persen” akurat, tetapi pembuat film tidak bisa menyampaikan horor dari penyiksaan dan pembunuhan itu karena akan terlalu mengerikan untuk dikonsumsi penonton. Para pembuat film Balibo berharap bahwa film itu akan mendorong Australia untuk bertindak.8

6

‘Balibo Five’ Disiksa, Kompas.com edisi 25 Juli 2009 dlm:

http://internasional.kompas.com/read/2009/07/25/07175140/Balibo.Five.Disiksa pada tanggal 24 November 2012 pkl 16:18

7

Harso Susanto, Film ‘Balibo’ Menyulut Kontroversi, Radio Nederland Wereldoemroep 22 Juli 2009 dlm: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/film-balibo-menyulut-kontroversi pada tanggal 21 November 2012 pkl 18:06

8 Op Cit


(4)

Banyak terdapat adegan yang kontroversial dalam film ini yang dimana jika tidak memiliki penyelesaian atau sikap yang tepat maka tidak dipungkiri akan memiliki dampak yang negatif bagi hubungan Indonesia dan Australia. Mengingat bahwa belum selesainya kasus tewasnya lima jurnalis Australia di Balibo ini, maka dengan hadirnya film tersebut dapat memperkeruh atau membuka luka lama. Skripsi ini berusaha menjawab isu yang lebih krusial yaitu bagaimana film Balibo ini berdampak terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul :

DAMPAK PENAYANGAN FILM BALIBO TERHADAP HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN AUSTRALIA PADA TAHUN 2009 – 2012

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas telah dijelaskan bahwa penayangan film Balibo telah memiliki pengaruh yang kontroversial terhadap hubungan diplomatik Indonesia dan Australia. Dimana film tersebut membuka luka lama yang dapat menyebabkan hubungan antar negara ini sempat memanas kembali dikarenakan kasus yang belum terselesaikan secara hukum. Sehubungan dengan hal diatas maka penulis menemukan permasalahan yaitu “ Bagaimana dampak penayangan film Balibo terhadap hubungan bilateral Indonesia dan Australia “.

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dibutuhkan pembatasan masalah agar masalah yang diteliti tidak meluas sehingga pembahasan masalah dapat lebih terarah dan tidak menyimpang , oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis hanya menjelaskan


(5)

dampak film Balibo terhadap hubungan bilateral Indonesia dan Australia pada tahun 2009 hingga tahun 2012, bukan tertuju pada kasus konflik Indonesia dan Timor Timur pada saat itu.

1.4 Penelitian Terdahulu

Sebelumnya, Nina Nurruwaida Anggita Pradani9 melakukan penelitian yang membahas film My Name is Khan untuk menggambarkan konflik politik global dalam peradaban Hindu, Islam dan dunia barat. Menurutnya sejak kejadian 11 September 2001 banyak terjadi konflik, diskriminasi serta rasisme kepada umat Islam yang sudah dicap sebagai terorisme, dalam film My Name is Khan tersebut digunakan utuk menggalang dukungan bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan dan terorisme, film tersebut juga memberikan pesan mengenai tolerabsi beragama dan hubungan baik antara orang India dan warga kulit hitam Amerika10

Majalah Tempo edisi 7 – 13 Desember 2009 memberitakan tentang Balibo : Antara Film dan Realita yang ditulis oleh wartawan Tempo bernama Kurie Suditomo, Wahyu Dhyatmika, Nieke Indrietta, Martha Warta Silaban, Sutarto, dan Suryani Ika Sari dimana larangan pemutaran film Balibo menyegarkan ingatan tentang tewasnya lima wartawan asing Timor Timur pada tahun 1975. Seorang saksi pelaku, menilai unsur dramatisasi tkak terelakkan dalam sebuah film fiksi memberikan imaji visual akan militer yang brutal.11

9 Nina Nurruwaida Anggita Pradani adalah Mahasisiwi Jurusan Hubungan Internasional. FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.

10 Skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani (2010) yang berjudul: Konflik Politik Global Peradaban Hindu, Islam, dan Barat dalam Film My name is Khan

11 Kurie Suditomo,Wahyu Dhyatmika, Nieke Indrietta, Martha Warta Silaban, Sutarto, dan Suryani 2009. Majalah Tempo: Balibo antara Film dan Realita. Edisi 7 – 13 desember 2009.


(6)

Perbedaan skripsi yang dibuat peneliti dengan penelitan yang dilakukan Nina Nurruwaida adalah perbedaan topik permasalahan walaupun sama mengangkan sebuah penilitian yang berasal dari film, namun film My Name is Khan lebih condong ke arah perdamaian sedangkan film Balibo lebih controversial yang dapat menimbulkan permasalahan baru dan mnenguak kembali luka lama yang dapat mengganggu hubungan antara Indonesia dan Australia.

Sedangkan perbedaan antara majalah Tempo edisi khusus Balibo dan skripsi peneliti adalah di focus permasalahan, majalah Tempo berfokus dalam mengapa film Balibo dilarang ditayangkan di Indonesia dan kebenaran antara realita dan film, sedangkan peneliti lebih memfokusan pada dampak penayangan film Balibo tersebut dengan hubungan diplomatic antara Indonesia dan Australia.

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak penayangan film Balibo terhadap hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia

1.5.2 Kegunaan penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan atau bahan informasi untuk pertimbangan pengambilan keputusan kebijakan bagi pihak terkait.


(7)

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau informasi tambahan bagi pihak lain yang melakukan penelitian yang memiliki kajian dan permasalahan yang sama.

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat menambah pengetahuan ilmu bagi penulis sebagai hasil pengamatan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

Teori dan Konsep

1.6.1 Konsep Hubungan Bilateral

Bilateralisme mengacu pada hubungan politik, ekonomi, dan budaya yang melibatkan dua negara di dalamnya12. Hubungan bilateral merupakan hubungan yang terjalin antara dua negara yang memiliki hubungan yang timbal balik untuk membangun kemitraan yang kuat dan menciptakan suatu persahabatan. Hal ini bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik. Hubungan bilateral terjadi karena adanya faktor kepentingan yang saling menguntungkan antar negara13.

Hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat, juga meliputi adanya aktor utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral ini adalah “negara” (state actors)14.

12 Sukawarsihi Djelantik 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktek, Yogyakarta:Graha ilmu hal : 85 ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )

13 Linda Asri Andrikasari, skripsi : Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia dalam penanganan masalah TKI ilegal. ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )

14 Illa Siti Jamila, Pengaruh Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima dI Semenanjung Korea terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang dlm : http: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=8988 diakses pada 31-05-2011 pkl 09:21 ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )


(8)

Menurut Kusumohamidjojo tentang konsep hubungan bilateral adalah Suatu bentuk kerjasama diantara negara-negara yang berdeketan secara geografis ataupun yang jauh diseberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan perdamaian dengan memperhatikan kesamaan politik kebudayaan dan struktur ekonomi.

Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari tercapainya beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan hubungan yang mana mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam usaha untuk menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan tujuan nasional yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan nasional yang dirumuskan oleh elit suatu negara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plano dan Olton bahwa :

Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara. Kepentingannasional merupakan unsure yang sangat vital yang mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer,dan kesejahteraan ekonomi.

Selanjutnya, dalam kamus politik internasional, Didi Krisna mendefinisikan konsep tentang hubungan bilateral adalah sebagai berikut, bahwa “hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi

atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak (dua negara)”.

Hubungan bilateral yang dimaksud adalah kerjasama dibidang ideology, politik, ekonomi, hokum, keamanan. Namun dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah hubungan bilateral yang difokuskan pada kerjasama ekonomi. Adapun


(9)

menurut Holsty dan Azhary tentang Variabel-Variabel yang harus diperhitungkan dalam kerjasama bilateral adalah :

1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara.

2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung berbagai tujuan.

3. Kredibilitas ancaman serta gangguan.

4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan

5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan.

Hubungan bilateral mengandung dua unsure pemaknaan, yakni: konflik dan kerjasama. Antara keduanya memiliki arti yang saling bergantian tergantung dari konssep apa yang ditawaarkan antaara kedua negara menurut motivasi-motivasi internal dan opini yang melingkupinya. Setiap terbinanya hubungan bilateral yang diupayakan oleh suatu negara dengan negara lain dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan diantara keduanya. Seperti yang dikemukakan oleh Coplin bahwa:

Melalui kerjasama internasional, negara-negara berusaha memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik. Tipe yang pertama menyangkut kondisi-kondisi di lingkungan internasional yang apabila tidak diatur akan mengancam negara-negara yang terlibat… Tipe kedua mencakup keadaan sosial, ekonomi dan politik domestik tertentu yang dianggap membawa konsekuensi luas terhadap system internasional sehingga dipersepsikan sebagai masalah internasional bersama.


(10)

Selanjutnya dalam konsepsi ideal pengambilan keputusan politik luar negeri senatiasa memperhatikan nilai-nilai ideal, yaitu membentuk system yang lebih menawarkan pola dan tata cara hidup politik dalam arti yang seluas-luasnya, bebas dari kekurangan materil serta bebas untuk mengembangkan nilai-nilai dan martabat kemanusiaan. Dalam kaitannya dengan rationality and foreign policy, bahwa perwujudan atau penentu sasaran, obyek atau mitra hubungan merupakan pillihan yang rasional dengan memperhitungkan sirkumstansi internasional dan kondisi domestik demi meminimalisasi kerugian politik serta mempertahankan posisi politik dipentas internasional. Oleh karena itu hal ini sangat penting untuk diperhatikan dari efisiensi dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun sisi lain yang dapat ditimbulkan dari adanya hubungan bilateral adalah bias jadi mengandung makna konflik dan kerjasama.15

1.6.2 Teori Komunikasi Massa

Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.

Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa

Massa sendiri artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik.

15

Portal Hubungan Internasional, 22 Desember 2011. Konsep Hubungan Bilateral dlm:

http://www.portal-hi.net/index.php/teori-teori-realisme/72-konsep-hubungan-bilateral diakses: 04 Februari 2012, 20.32


(11)

McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:

1. Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.

2. Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.

3. Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.

4. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.

5. Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima

McQuail tentang Media:

1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain.

2. Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat. 3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat

4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma. 5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.16

Efek Komunikasi Masa

Berdasarkan teorinya, efek komunikasi masa dibedakan menjadi tiga macam efek, yaitu efek terhadap individu, masyarakat, dan kebudayaan.

16

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987 dikutip dlm: http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/ tgl 27 – 01 – 2013 pkl 22:08


(12)

Efek komunikasi masa terhadap individu

Menurut Steven A. Chafee, komunikasi masa memiliki efek-efek berikut terhadap individu:

1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan) 2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai

dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar lainnya)

3. Efek penjadwalan kegiatan

4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan 5. Efek perasaan terhadap jenis media

Menurut Kappler (1960) komunikasi masa juga memiliki efek:

1. konversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.

2. memperlancar atau malah mencegah perubahan

3. memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.17

17 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication. Seventh edition. Dikutip dlm: (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_massa) pada tanggal 27 – 01- 2013 pkl 11:57


(13)

1.6.3 Konsep Film

Film menjadi sebuah bentuk komunikasi massa yaitu sebagai salah satu media strategis dimana penikmat film hanya bersifat pasif untuk menikmati tontonannya. Kekuatan dan kemampuan film untuk menjangkau banyak segmentasi sosial, kemudian membuat para ahli memandang bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada kalangan akademis. Pada film-film tertentu, akademisi merasa perlu untuk mengkaji, dan memakai film secara aktif.

Berkaitan dengan film sebagai satu instrumen komunikasi, para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa seperti : surat kabar, majalah, radio dan film. Film sebagai salah satu media dalam komunukasi massa, memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, khususnya terkait dengan kehidupan masyarakat.

Dikemukakan oleh Graeme Turner bahwa film tidak hanya mencerminkan atau bahkan merekam realitas, seperti medium representasi yang lain, tetapi film mengkonstruksi dan menghadirkan kembali gambaran dari realitas melalui kode-kode, konvensi-konvensi mitos dan ideologi-ideologi dari kebudayaannya sebagaimana cara praktik signifikan dari medium.18 Fim Balibo Five merupakan salah satu film yang menggambarkan realitas ke dalam bentuk layar. Film ini termasuk film dokumenter, sebab film ini menyajikan realita kejadian terbunuhnya 5 waratawan berkewarganegaraan Australia. Tidak hanya itu film Balibo Five ini juga mampu

18 Zein Mufarih Mukhtaf, Rasialisme Militer Amerika Serikat dalam Sebuah Kontruksi Sinema, Sebuah Representasi Atas Sentimen Rasial dalam Film Platoon, 2007. IKON: Jurnal

Komunikasi. Hal. 87. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 12)


(14)

menghadirkan kembali gambaran dari realitas melalui fenomena-fenomena dan gambaran kebudayaan Timor Timur pada saat itu.

Film menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat secara umum.19 Dalam prespektif Marxian, film sebagai institusi sosial dianggap memiliki aspek ekonomi sekaligus ideologis.20 Oleh karena itu, meskipun pada awalnya film dikatan sebagai media yang merekam realitas, akan tetapi film masih dan selalu mempertimbangkan aspek ekonomi, dan untuk memenuhi aspek ekonomi ini, maka film akan diciptakan sesuai dengan yang diinginkan oleh khlayak atau dengan kata lain yang “diamini” oleh banyak orang. Di dalam film Balibo Five selain diangkat dari kisah nyata penonton akan disajikan berbagai adegan yang menegangkan, serta aksi pertempuran yang dibuat sesuai / mirip dengan kejadian saat itu yang membuat khalayak semakin penasaran untuk menonton film ini.

1.6.4 Teknik Propaganda

1. Name Calling, teknik memberikan label buruk pada sesuatu gagasan/orang/lembaga supaya sasaran tidak menyukai atau menolaknya.

2. Glittering Generality, teknik menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’ dipakai untuk membuat sasaran menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti.

3. Transfer, teknik membawa otoritas, dukungan, gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung kepada sesuatu yang lain agar sesuatu yang lain itu lebih dapat diterima.

19 Denis McQuail. Op.cit. Hal. 13. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 13)

20

Zein Mufarrih Mukhtaf, Op.cit. hal. 91. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 13)


(15)

4. Testimoni (kesaksian), teknik memberi kesempatan pada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk.

5. Plain Folks, teknik propaganda yang dipakai pembicara propaganda dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka adalah bagian dari ‘rakyat’.

6. Card Staking, meliputi pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, dan pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang, atau produk. Teknik ini memilih argument atau bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal-hal yang mendukung posisi itu. Argument-argumen yang dipilih bisa benar atau salah.

7. Bandwagon, teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok.21

1.6.5 Multi-track Diplomacy

Multi-Track Diplomacy adalah cara konseptual untuk melihat proses perdamaian internasional sebagai sistem hidup. Hal ini terlihat pada kegiatan yang saling berhubungan, individu, lembaga, dan komunitas yang beroperasi bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama: dunia yang damai.

21

Alfred McClung Lee & Alizabeth Briant Lee, The Fine Art of Prapaganda, 1939 dikutip dlm: http://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda 28 – 01- 2013 pkl 12:05


(16)

Sejarah Multi-track Diplomacy

Multi-Track Diplomasi merupakan perluasan dari "Jalur satu, jalur dua" paradigma yang telah mendefinisikan bidang resolusi konflik selama dekade terakhir. Jalur satu diplomasi adalah pemerintah diplomasi resmi dimana komunikasi dan interaksi antara pemerintah. Jalur dua diplomasi adalah interaksi tidak resmi dan intervensi dari aktor non-negara.

Penemuan Multi-track Diplomacy

Sistem multi-track berasal karena inefisiensi mediasi pemerintah murni. Selain itu, peningkatan konflik intra (konflik dalam negara) pada 1990-an menegaskan bahwa "Jalur Satu Diplomasi" bukanlah metode yang efektif untuk mengamankan kerjasama internasional atau menyelesaikan konflik. Sebaliknya, perlu ada pendekatan yang lebih interpersonal dalam selain mediasi pemerintah. Untuk alasan itu, mantan diplomat Joseph Montville diciptakan "Track Dua Diplomasi" dalam rangka untuk melibatkan warga negara dengan keragaman dan keterampilan dalam proses mediasi

Namun, Dr Louise Diamond, pendiri IMTD, diakui bahwa kegiatan jalur dua di bawah satu label tidak menangkap kompleksitas atau luasnya diplomasi resmi. Oleh karena itu, ia menciptakan istilah "multi-track diplomacy," dalam rangka untuk menggabungkan semua aspek mediasi dari pekerjaan tanah-tingkat warga swasta sampai pertemuan tingkat kepala negara. Multi-Track Diplomacy memanfaatkan semua lapisan masyarakat untuk menentukan kebutuhan dan memfasilitasi komunikasi antara semua lapisan masyarakat.


(17)

Duta Besar John McDonald menambahkan "jalur" dengan memperluas Jalur Dua Diplomasi menjadi empat jalur yang terpisah: profesional resolusi konflik, bisnis, warga negara swasta, dan media.

Pada tahun 1991, Dr Diamond dan Duta McDonald memperluas jumlah jalur ke sembilan. Mereka menambahkan empat jalurbaru: agama, aktivis, penelitian, pelatihan, dan pendidikan, dan filantropi. jalur dua sampai sembilan membantu mempersiapkan lingkungan yang akan menyambut perubahan positif yang dilakukan oleh jalur satu atau pemerintah. Pada saat yang sama, mereka dapat memastikan bahwa keputusan pemerintah dilaksanakan dan diterapkan dengan benar. Ini fertilisasi silang dari sektor resmi dan non-pemerintah masyarakat memungkinkan perubahan terjadi

Sembilan Jalur dalam Sistem Multi-Track:

Track 1 - Pemerintah, atau melalui Diplomasi Perdamaian. Ini adalah dunia diplomasi resmi, kebijakan, dan perdamaian seperti yang diungkapkan melalui aspek formal dari proses pemerintahan.

Track 2 - nonpemerintah / profesional, atau Perdamaian melalui Resolusi Konflik. Ini adalah dunia tindakan nonpemerintah profesional mencoba untuk menganalisis, mencegah, mengatasi, dan mengelola konflik internasional oleh aktor non-negara. Track 3 - Bisnis, atau Perdamaian melalui Commercial. Ini adalah bidang bisnis dan dampaknya aktual dan potensial pada perdamaian melalui penyediaan peluang ekonomi, persahabatan internasional dan pemahaman, saluran informal komunikasi, dan dukungan untuk kegiatan perdamaian lainnya.


(18)

Track 4 – Penduduk atau Swasta, atau Perdamaian melalui Keterlibatan Pribadi. Ini termasuk berbagai cara yang warga negara terlibat dalam kegiatan perdamaian dan pembangunan melalui diplomasi warga negara, program pertukaran, organisasi sukarela swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok minat khusus.

Track 5 - Penelitian, Pelatihan, dan Pendidikan, atau perdamaian melalui Belajar. Trek ini mencakup tiga dunia terkait: penelitian, seperti yang terhubung ke program universitas, dan minat khusus pusat penelitian, pelatihan program yang berusaha untuk memberikan pelatihan dalam keterampilan praktisi seperti negosiasi, mediasi, resolusi konflik, dan pihak ketiga fasilitasi, dan pendidikan, termasuk melalui program PhD yang mencakup berbagai aspek studi global atau lintas-budaya, studi perdamaian dan ketertiban dunia, dan analisis konflik, manajemen, dan resolusi. Track 6 - Aktivisme, atau Perdamaian melalui Advokasi. Trek ini meliputi bidang perdamaian dan aktivisme lingkungan pada isu-isu seperti perlucutan senjata, hak asasi manusia, keadilan sosial dan ekonomi, dan advokasi kelompok minat khusus, mengenai kebijakan pemerintah tertentu.

Track 7 - Agama, atau Perdamaian melalui Iman dalam tindakan. Ini mengkaji keyakinan dan perdamaian berorientasi tindakan komunitas spiritual dan agama dan moralitas seperti berbasis gerakan seperti pasifisme, perlindungan, dan antikekerasan. Track 8 - Pendanaan, atau Perdamaian melalui Menyediakan Sumber Daya. Hal ini mengacu pada dana masyarakat tersebut yayasan dan dermawan individu yang menyediakan dukungan keuangan bagi banyak kegiatan yang dilakukan oleh trek lainnya.


(19)

Track 9 - Komunikasi dan Media, atau Perdamaian melalui informasi. Ini adalah ranah suara rakyat: bagaimana opini publik akan dibentuk dan diungkapkan oleh media-cetak, film, radio, video, sistem elektronik, seni.22

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskripsi analatik dan jenis penelitian library research, Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Penelitian deskriptif selain bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga focus pada pertanyaan dasar “ bagaimana “ dengan berusaha menyampaikan fakta – fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting seperti dalam penelitian eksplorasi.

Penelitian dengan library research ini dilakukan dengan alasan untuk mempelajari secara intensif tentang bagaimana dampak penayangan film Balibo terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia. Analisa dilakukan dengan menggunakan alat analisa realisme media, konsep film dan Agenda Setting Theory untuk menjelaskan bagaimana film Balibo mempengaruhi pemikiran masyarakat dan membentuk pendapat bahkan tindakan. Di samping itu, penulis

22

Dr. Louise Diamond and Ambassador John McDonald, Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to Peace, Kumarian Press, 1996 dikutip dlm: http://imtd.server295.com/?page_id=119 pada tanggal 28-01-2013 pkl 10:40


(20)

menggunakan konsep hubungan bilateral untuk meninjau dampak yang disebabkan oleh film Balibo terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Data – data yang diperoleh dari berbagai referensi seperti buku, jurnal ilmiah, majalah, artikel, surat kabar dan situs – situs internet akan di eksplorasi sesuai dengan permasalahan yang diangkat . jenis penelitian seperti ini mendukung penulis untuk melakukan penelitian secara tidak langsung, yang berarti tidak mengharuskan penulis untuk terjun langsung ke lapangan.

1.7.2 Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisa data secara analitik. Secara umum penelitian akan menggambarkan fenomena yang ada. Beberapa data yang akan di analisa berupa data kualitatif namun apabila terdapat data kuantitatif fungsinya tidak lebih hanya untuk memperjelas pendeskripsian data kualtatif.


(21)

Skema Kerangka Pemikiran

1.7.3 Keterangan

Peneliti melihat dan mengamati respon kedua negara terhadap kejadian di Balibo serta film Balibo itu sendiri. Setelah mengetahui hasil dari respon tersebut maka hal kedua yang akan diteliti oleh penulis adalah dampaknya terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia dengan menggunakan Konsep Hubungan Bilateral sebagai alat analisa serta pola pasang surut kerjasama anatara Indonesia dan Australia untuk mengetahui sejauh mana dampak penayangan film Balibo terhadap hubungan diplomatik kedua negara tersebut.

Balibo

Respon Terhadap Tragedy Balibo

Respon Terhadap Film Balibo

Konsep Hubungan Bilateral dan Kerjasama

Ekonomi

Sosial

Budaya

Pertahanan


(22)

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga jangkauan penelitian. Pertama, menggunakan fenomena – fenomena yang ada yang digambarkan pada film Balibo. Kedua, mengulas data realita sejarah yang berkaitan dengan fenomena sebagaimana yang ada dalam film tersebut sebagai perbandingan dan bahan pembuktian. Ketiga, meneliti dan memaparkan dampak penayangan film Balibo terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia dengan pengaruh dan perilaku masyarakat Australia yang disebabkan oleh film Balibo sebagai pertimbangan.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Merupakan bagian yang berisi mengenai latarbelakang permasalahan serta pokok permasalahan yang akan dibahas, selain itu juga merumuskan beberapa hal pokok antara lain, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka penelitian, modelanalisa, metode penelitian, serta pembabakan dalam penulisan tugas ini.

BAB II : Sejarah Perkembangan Hubungan Kerjasama anatara Indonesia Dan Australia

Menggambarkan tentang bagaimana perkembangan hubungan kerjasama antara dua negara yakni Indonesia dan Australia. Dengan melihat perkembangan tersebut, akan muncul pola hubungan Indonesia dan Australia.


(23)

BAB III : Film Balibo

Menjelaskan tentang latar belakang film Balibo, unsur – unsur apa saja yang terdapat di film tersebut yang dapat membuahkan kontroversi antara hubungan Australia dan Indonesia.

BAB IV Dampak Film Balibo Terhadap Hubungan Indonesia dan Australia Menjelaskan bagaimana respon Indonesia dan Australia terhadap film Balibo, selain itu juga menjelaskan dampak film Balibo terhadap hubungan bilateral dan kerjasama antara Indonesia dan Australia.

BAB V Penutup

Bagian ini menyimpulkan hasil penemuan yang diperoleh yang dijadikan sebagai jawaban yang menjadi pokok permasalahan.


(24)

SKRIPSI

DAMPAK PENAYANGAN FILM BALIBO TERHADAP

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN

AUSTRALIA PADA TAHUN 2009 - 2012

.

Disusun oleh:

Grisqa Farid ( 07260041 )

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013


(25)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Grisqa Farid

NIM : 07260041

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Dampak Penayangan Film Balibo Terhadap Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia Pada Tahun 2009 – 2012

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari: Jumat Tanggal: 18 Januari 2013

Tempat: Labotarium Hubungan Internasional UMM Mengesahkan,

Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji

Tonny Dian Effendi, M,Si ( )

Sugeng Winarno, S.Sos,. MA ( )

Ayusia Sabhita Kusuma M.Soc.Sc ( )


(26)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Dampak Penayangan Film Balibo Terhadap Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia Pada Tahun 2009 – 2012”

SKRIPSI ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya ridha Allah SWT, bantuan, bimbingan, serta pengarahan dari berbagi pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tonny Dian Effendi, M,Si selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.

2. Bapak Sugeng Winarno, S.Sos,. MA selaku dosen pembimbing kedua atas diskusi-diskusinya dan memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang masih kabur dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Ayusia Sabhita Kusuma M.Soc.Sc, dosen penguji yang sudah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini dan menunjukkan berbagai kesalahan didalamnya.

4. Bapak Abdullah Masmuh, Drs., M.Si, dosen penguji kedua yang sudah memberikan solusi akan konsep pada perbaikan skripsi ini


(27)

5. Orang tua, saudara-saudara, dan sahabat yang telah memberikan dukungan moril dan materiil selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Malang, 30 Januari 2013 Penulis


(28)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRACT ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Peneliti Terdahulu…... ... 5

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.5.2 Kegunaan Penelitian ... 6

1.6 Teori dan Konsep………..7

1.6.1 Konsep Hubungan Bilateral ... 7

1.6.2 Teori Komunikasi Massa ... 10

1.6.3 Konsep Film ... 13

1.6.4 Teknik Propaganda ... 15

1.6.5 Multi-track Diplomacy... 17

1.7 Metode Penelitian ... 19

1.7.1 Teknik Pengumpulan data ... 20

1.7.2 Teknik Analisa Data ... 20

1.7.3 Keterangan ... 21

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 22

1.8 Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA DAN AUSTRALIA ... 24

2.1 Indonesia dan Australia saat KTN ... 25

2.2 Masalah Irian Barat ... 26

2.3 Integrasi Timor Timur 1974 ... 28

2.4 Hubungan Indonesia dan Australia Pada Saat Orde Baru ... 29

2.5 Pasca Reformasi ... 31

2.5.1 Timor Timur 1999 ... 32

2.5.2 Terorisme ... 34

BAB III FILM BALIBO ... 37

3.1 Data Film ... 37

3.2 Sinopsis ... 38

3.3 Adegan Kontroversial Pada Film Balibo ... 40 BAB IV


(29)

RESPON AUSTRALIA DAN INDONESIA TERHADAP FILM BALIBO ... 49 4.1 Respon Australia Terhadap Film Balibo ... 49 4.2 Respon Indonesia Terhadap film Balibo ... 53 4.3 Dampak Film Balibo terhadap Hubungan Diplomatik Indonesia

dan Australia ... 60 BAB V

KESIMPULAN... 78 DAFTAR PUSTAKA


(30)

DAFTAR TABEL


(31)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran ... 23

Gambar 2 Cover Film Balibo ... 37

Gambar 3 Foto 5 Wartawan Australia yang Dibunuh ... 39

Gambar 4 Scene Fakta Sejarah yang Disajikan Pada Awal Film ... 40

Gambar 5 Scene yang menunjukkan helikopter milik Indonesia yang sedang menembaki Jose Ramos Horta dan rekannya Roger East ... 41

Gambar 6 Greg Shackleton sedang melaporkan keadaan di Timor Timur 42 Gambar 7 Adegan saat jurnalis dari Australia menyerahkan diri namun tetap ditembak mati oleh militer dari Indonesia ... 43

Gambar 8 Adegan pada saat pihak militer Indonesia membakar pita film jurnalis beserta mayat kelima jurnalis Australia ... 44

Gambar 9 Adegan saat Roger East diseret keluar oleh pasukan militer Indonesia yang kemudian dieksekusi ... 45

Gambar 10 Adegan ini menampilkan kekerasan dan intimidasi yang dilakukan oleh militer Indonesia kepada warga sipil Timor Timur ... 46


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Graeme Burton. 2008. Yang tersembunyi di Balik Media: Pengantar Kepada kajian Media. Jalasutra: yogyakarta. Hal.258 (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 9)

Denis Mcquail. 1987. Teori Komunikasi Massa. Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal. 253 – 254(Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 9)

Zein Mufarih Mukhtaf, Rasialisme Militer Amerika Serikat dalam Sebuah Kontruksi Sinema, Sebuah Representasi Atas Sentimen Rasial dalam Film Platoon, 2007. IKON: Jurnal Komunikasi. Hal. 87. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 12)

Eriyanto, 2009, Analisis Framing (Cetakan VI), Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang, hal. 68 (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 14)

Koran Republika, Kekuatan Media (Opini), Kamis, 5 November 2009. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 15)

Hafied Canggara. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. PT RajaGrafindo Persada; Jakarta. Hal. 124. (Dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Nina Nurruwaida Anggita Pradani. Hal. 15)

Sukawarsihi Djelantik 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktek, Yogyakarta:Graha ilmu hal : 85 ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )

Linda Asri Andrikasari, skripsi : Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia dalam penanganan masalah TKI ilegal. ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )


(33)

Illa Siti Jamila, Pengaruh Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima dI Semenanjung Korea

terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang dlm: http:

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=8988 diakses pada 31-05-2011 pkl 09:21 ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )

Sejarah Timor Timur dlm:

http://newyorkermen.multiply.com/video/item/431?&show_interstitial=1&u=%2Fvid eo%2Fitem diakses pada tanggal 04-02-2011 pkl 11:45

Aboeprijadi.s. Sabtu, 25 Juli 2009, ‘Balibo’ Tragedi jurnalis dlm: http://politikana.com/baca/2009/07/25/balibo-tragedi-jurnalis.html diakses pada tanggal 04-02-2012 pkl 12:31

Bhayu, 13 Desember 2009, Balibo Five: Resensi Film, di:

http://lifeschool.wordpress.com/2009/12/13/balibo-five-resensi-film/ diakses: 11 Februari 2012,20:04

Finalia Kodrati, Gestina Rachmawati, Rabu, 2 Desember 2009, LSF Tutup Mulut soal Balibo Five dlm:

http://nasional.vivanews.com/news/read/110698-lsf_tutup_mulut_soal_balibo_five diakses pada tanggal 04-02-2012 pukul 12:41

Renne R.A Kawilarang, Selasa, 9 Maret 2010, Publik Australia masih curigai Indonesia dlm: http://cangkang.vivanews.com/seagames/news/read/134911-publik_australia_masih_curigai_indonesia diakses pada tanggal 04-02-2012 pukul 12:58

Hamish McDonald, Suharto Indonesia (Blackburn, Australia: Fontana, 1980), 204 dlm: William Burr dan Michael L. Evans, The National Security Archive Electronic Briefing Book Nomor 62 (http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/) pada tgl 10 November 2012 pkl 14:11


(34)

Gerald R. Ford Library, National Security Adviser Memoranda of Conversations, Box 13, July 5, 1965 - Ford, Kissinger, Indonesian President Suharto dlm:

http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/doc1.pdf pada tgl 10

november 2012 pkl 15:14

Kennedy Les, New Search for Anwers on Balibo five, The Sydney Morning, 17 Oktober 2005 dlm:

www.smh.com.au/news/national/new-search-for-answers-on-balibo-five/2005/10/16/ pada tgl 10 November 2012 pkl 18:43

Bristol Journalist May Have Been Murdered, BBC Bristol News, 3 Februari 2001 dlm: http://www.bbc.co.uk/bristol/content/news/2001/02/03/timor pada tgl 10

Vincent Asido Panggabean, Kontroversi tewasnya lima jurnalis Australia di Balibo, Berita Merdeka, 16 Oktober 2012 dlm: http://www.merdeka.com/dunia/pembantaian-lima-jurnalis-australia-di-balibo.html pada tgl 10 November 2012 pkl 20:06

‘Balibo Five’ Disiksa, Kompas.com edisi 25 Juli 2009 dlm:

http://internasional.kompas.com/read/2009/07/25/07175140/Balibo.Five.Disiksa pada

tanggal 24 November 2012 pkl 16:18

Harso Susanto, Film ‘Balibo’ Menyulut Kontroversi, Radio Nederland Wereldoemroep 22 Juli 2009 dlm: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/film-balibo-menyulut-kontroversi

pada tanggal 21 November 2012 pkl 18:06

Charles W. Kegley & Eugene R. Wittkopf, World Politics : Trend and Transformation

(New York : St. MartinsPress, 1994), hlm. 57

Thomas Kingston Critchley, Dr. Leimena dan Komisi Tiga Negara, Leimena Institute dlm

http://www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara tgl 3-12-2012 pkl 15:06


(35)

Hon Alexander Downer, MP, Minister for Foreign Affairs, Australia & Indonesia's Independence:The Transfer Of Sovereignty: Documents 1949, dlm

http://www.foreignminister.gov.au/speeches/1998/980709_ai_sovereignty.html tgl 3-12-2012 pkl 14:59

Richard Chauvel et.al.,Indonesia-Australia:Tantangan dan Kesempatan dalam HubuPolitik Bilateral (Jakarta: Granit, 2005) hlm. 62 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], (Jakarta: LP3ES, 1998) hlm. 115 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi danKrisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 111 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Paul Keating, Engagement: Australia Forces the Asia Pasific (Sydney, Macmillan, 2000) hlm 126. (dikutip dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf) Tgl 27 Agustus 2012 pkl 16:32Paul Keating, Engagement: Australia Forces the Asia Pasific (Sydney, Macmillan, 2000) hlm 142 - 143

Persetujuan antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pemeliharaan keamanan dlm: www.austlii.edu.au/other/dfat/treaties/1996/13.html. diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 pkl 14:38

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 116 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 117 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )


(36)

Keputusan PBB dan manuver Australia. Koran Republika 15 Desember 1999 diakses dari www.mail-archive.com/indonews@indonews.com/msg0432.html pada 29 Agustus 2012 pkl 23:00

Hasnan Habib hlm 579

(dikutip dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf) tanggal 29 Agustus 2012 pkl 23:24

Huala Adolf, “ Hukum Penyelesaian Sangketa Internasional “, diakses dari www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf tanggal 30 Agustus 2012 pkl 20:56

DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR, Pasang Surut Hubungan Indonesia – Australia diunduh dari :

http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/443/pasang_surut_hubunga n_indonesia_australia.ps?sequence=3. pada tanggal 30 Agustus 2012 pkl 21:14

Aby admin, Balibo Five Terbunuhnya 5 Wartawan Australia Di Balibo dlm: http://rumahabi.info/balibo-five-terbununya-5-wartawan-australia-di-balibo.html diakses tgl 13 Oktober 2012 pkl 13:10

Johan P. Fritz, IPI concerned at ongoing failure to establish the truth about the deaths of journalists in Timor-Leste dlm:

http://www.freemedia.at/home/singleview/article/ipi-concerned-at-ongoing-failure-to-establish-the-truth-about-the-deaths-of-journalists-in-timor-les.html?L=0 diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 13:45


(37)

Aris Heru Utomo, Perjalanan ke Balibo, dari Deklarasi hingga Filmdiakses dalam http://arishu.com/2010/03/perjalanan-ke-balibo-dari-deklarasi.html tgl: 13 Oktober 2012 pkl 14:11

Elin Yunita Kristanti, Anggi Kusumadewi, Yunus Yosfiah Jadi Calon Pimpinan BPK: Yunus menyangkal tuduhan dia terlibat dalam peristiwa pembunuhan 'Balibo Five' diakses dalam

.news.viva.co.id/news/read/89271-yunus_yosfiah_jadi_calon_pimpinan_bpk pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 14:45

Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jubir Deplu: Pembukaan kembali Kasus Balibo 5 berpotensi “Shake the Boat” Hubungan RI-Australia diakses dalam:

www.deplu.go.id pada tanggal: 13 Oktober 2012

Hidayah, Aguslia, Ismi Wahid dkk, Pelarangan Film Balibo Diprotes, Koran Tempo, Edisi No. 3027 Tahun IX, 3 Desember 2009.

Triharyanto, Basilius, Mengungkap Misteri Balibo, 2009, Koran Tempo, Edisi No. 3034 Tahun IX, 10 Desember 2009.

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, 1987, Gramedia: Jakarta. Diakses dlm: : http://alfiansyafril.wp.com/2010/01/19/menggali-aspek-ideologi-pencekalan-film-balibo-five-relevansinya-dengan-teori-ideologi-slavoj-zizek/ pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 17:41

Alfian Syafril, Menggali Aspek Ideologi Pencekalan Film Balibo Five (Relevansinya Dengan Teori

Ideologi Slavoj Zizek) diakses dlm: http://alfiansyafril.wp.com/2010/01/19/menggali-aspek-ideologi-pencekalan-film-balibo-five-relevansinya-dengan-teori-ideologi-slavoj-zizek/ pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 17:41

Amirul Hasan, Biarkan Masyarakat Menilai Sendiri film Balibo, 2009, Okezonenews edisi Rabu 02 Desember 2009 diakses dlm :


(38)

http://news.okezone.com/read/2009/12/02/338/281117/biarkan-masyarakat-menilai-sendiri-film-balibo pada tanggal 24 Oktober 2012 pkl 11:03

Hindra, Deplu: 'Balibo Five' Berpotensi Ganggu Hubungan Indonesia-Australia, Koran Kompas edisi Jumat, 11 September 2009

Kunjungan resmi memperkuat hubungan Australia-Indonesia, diakses dlm: http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/SMPM10_002.htmlpada tgl: 14 Oktober 2012 pkl 09:05

Lembar Pakta Ekonomi dan Pernyataan bersama diperoleh dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia yang diakses dlm: http://www.indonesia.embassy.gov.au/ pada tgl 14 Oktober 2012 pkl 18:47


(1)

Illa Siti Jamila, Pengaruh Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima dI Semenanjung Korea terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang dlm: http: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=8988 diakses pada 31-05-2011 pkl 09:21 ( dikutip dari Sub Bab Landasan Teori pada skripsi Rahmi Ruhul Ma’ani. Hal 9 )

Sejarah Timor Timur dlm:

http://newyorkermen.multiply.com/video/item/431?&show_interstitial=1&u=%2Fvid eo%2Fitem diakses pada tanggal 04-02-2011 pkl 11:45

Aboeprijadi.s. Sabtu, 25 Juli 2009, ‘Balibo’ Tragedi jurnalis dlm: http://politikana.com/baca/2009/07/25/balibo-tragedi-jurnalis.html diakses pada tanggal 04-02-2012 pkl 12:31

Bhayu, 13 Desember 2009, Balibo Five: Resensi Film, di: http://lifeschool.wordpress.com/2009/12/13/balibo-five-resensi-film/ diakses: 11 Februari 2012, 20:04

Finalia Kodrati, Gestina Rachmawati, Rabu, 2 Desember 2009, LSF Tutup Mulut soal Balibo Five dlm:

http://nasional.vivanews.com/news/read/110698-lsf_tutup_mulut_soal_balibo_five diakses pada tanggal 04-02-2012 pukul 12:41

Renne R.A Kawilarang, Selasa, 9 Maret 2010, Publik Australia masih curigai Indonesia dlm: http://cangkang.vivanews.com/seagames/news/read/134911-publik_australia_masih_curigai_indonesia diakses pada tanggal 04-02-2012 pukul 12:58

Hamish McDonald, Suharto Indonesia (Blackburn, Australia: Fontana, 1980), 204 dlm: William Burr dan Michael L. Evans, The National Security Archive Electronic Briefing Book Nomor 62 (http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/) pada tgl 10 November 2012 pkl 14:11


(2)

Gerald R. Ford Library, National Security Adviser Memoranda of Conversations, Box 13, July 5, 1965 - Ford, Kissinger, Indonesian President Suharto dlm:

http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/doc1.pdf pada tgl 10 november 2012 pkl 15:14

Kennedy Les, New Search for Anwers on Balibo five, The Sydney Morning, 17 Oktober 2005 dlm: www.smh.com.au/news/national/new-search-for-answers-on-balibo-five/2005/10/16/ pada tgl 10 November 2012 pkl 18:43

Bristol Journalist May Have Been Murdered, BBC Bristol News, 3 Februari 2001 dlm: http://www.bbc.co.uk/bristol/content/news/2001/02/03/timor pada tgl 10

Vincent Asido Panggabean, Kontroversi tewasnya lima jurnalis Australia di Balibo, Berita Merdeka, 16 Oktober 2012 dlm: http://www.merdeka.com/dunia/pembantaian-lima-jurnalis-australia-di-balibo.html pada tgl 10 November 2012 pkl 20:06

‘Balibo Five’ Disiksa, Kompas.com edisi 25 Juli 2009 dlm: http://internasional.kompas.com/read/2009/07/25/07175140/Balibo.Five.Disiksa pada tanggal 24 November 2012 pkl 16:18

Harso Susanto, Film ‘Balibo’ Menyulut Kontroversi, Radio Nederland Wereldoemroep 22 Juli 2009 dlm: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/film-balibo-menyulut-kontroversi pada tanggal 21 November 2012 pkl 18:06

Charles W. Kegley & Eugene R. Wittkopf, World Politics : Trend and Transformation (New York : St. MartinsPress, 1994), hlm. 57

Thomas Kingston Critchley, Dr. Leimena dan Komisi Tiga Negara, Leimena Institute dlm http://www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara tgl 3-12-2012 pkl 15:06


(3)

Hon Alexander Downer, MP, Minister for Foreign Affairs, Australia & Indonesia's Independence:The Transfer Of Sovereignty: Documents 1949, dlm

http://www.foreignminister.gov.au/speeches/1998/980709_ai_sovereignty.html tgl 3-12-2012 pkl 14:59

Richard Chauvel et.al.,Indonesia-Australia:Tantangan dan Kesempatan dalam HubuPolitik Bilateral (Jakarta: Granit, 2005) hlm. 62 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], (Jakarta: LP3ES, 1998) hlm. 115 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi danKrisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 111 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Paul Keating, Engagement: Australia Forces the Asia Pasific (Sydney, Macmillan, 2000) hlm 126. (dikutip dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf) Tgl 27 Agustus 2012 pkl 16:32Paul Keating, Engagement: Australia Forces the Asia Pasific (Sydney, Macmillan, 2000) hlm 142 - 143

Persetujuan antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pemeliharaan keamanan dlm: www.austlii.edu.au/other/dfat/treaties/1996/13.html. diakses pada tanggal 28 Agustus 2012 pkl 14:38

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 116 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )

Chris Manning, Peter van Diermen (ed.), Indonesia Di Tengah Transisi: Aspek-Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, (Yogyakarta: LkiS, 2000) hlm. 117 ( dikutip dari makalah Shabrina Annisarasyiq )


(4)

Keputusan PBB dan manuver Australia. Koran Republika 15 Desember 1999 diakses dari www.mail-archive.com/indonews@indonews.com/msg0432.html pada 29 Agustus 2012 pkl 23:00

Hasnan Habib hlm 579

(dikutip dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf) tanggal 29 Agustus 2012 pkl 23:24

Huala Adolf, “ Hukum Penyelesaian Sangketa Internasional “, diakses dari www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/203613016/bab2.pdf tanggal 30 Agustus 2012 pkl 20:56

DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR, Pasang Surut Hubungan Indonesia – Australia diunduh dari :

http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/443/pasang_surut_hubunga n_indonesia_australia.ps?sequence=3. pada tanggal 30 Agustus 2012 pkl 21:14

Aby admin, Balibo Five Terbunuhnya 5 Wartawan Australia Di Balibo dlm: http://rumahabi.info/balibo-five-terbununya-5-wartawan-australia-di-balibo.html diakses tgl 13 Oktober 2012 pkl 13:10

Johan P. Fritz, IPI concerned at ongoing failure to establish the truth about the deaths of journalists in Timor-Leste dlm:

http://www.freemedia.at/home/singleview/article/ipi-concerned-at-ongoing-failure-to-establish-the-truth-about-the-deaths-of-journalists-in-timor-les.html?L=0 diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 13:45


(5)

Aris Heru Utomo, Perjalanan ke Balibo, dari Deklarasi hingga Film diakses dalam http://arishu.com/2010/03/perjalanan-ke-balibo-dari-deklarasi.html tgl: 13 Oktober 2012 pkl 14:11

Elin Yunita Kristanti, Anggi Kusumadewi, Yunus Yosfiah Jadi Calon Pimpinan BPK: Yunus menyangkal tuduhan dia terlibat dalam peristiwa pembunuhan 'Balibo Five' diakses dalam

.news.viva.co.id/news/read/89271-yunus_yosfiah_jadi_calon_pimpinan_bpk pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 14:45

Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jubir Deplu: Pembukaan kembali Kasus Balibo 5 berpotensi “Shake the Boat” Hubungan RI-Australia diakses dalam:

www.deplu.go.id pada tanggal: 13 Oktober 2012

Hidayah, Aguslia, Ismi Wahid dkk, Pelarangan Film Balibo Diprotes, Koran Tempo, Edisi No. 3027 Tahun IX, 3 Desember 2009.

Triharyanto, Basilius, Mengungkap Misteri Balibo, 2009, Koran Tempo, Edisi No. 3034 Tahun IX, 10 Desember 2009.

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, 1987, Gramedia: Jakarta. Diakses dlm: : http://alfiansyafril.wp.com/2010/01/19/menggali-aspek-ideologi-pencekalan-film-balibo-five-relevansinya-dengan-teori-ideologi-slavoj-zizek/ pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 17:41

Alfian Syafril, Menggali Aspek Ideologi Pencekalan Film Balibo Five (Relevansinya Dengan Teori

Ideologi Slavoj Zizek) diakses dlm: http://alfiansyafril.wp.com/2010/01/19/menggali-aspek-ideologi-pencekalan-film-balibo-five-relevansinya-dengan-teori-ideologi-slavoj-zizek/ pada tanggal 13 Oktober 2012 pkl 17:41

Amirul Hasan, Biarkan Masyarakat Menilai Sendiri film Balibo, 2009, Okezonenews edisi Rabu 02 Desember 2009 diakses dlm :


(6)

http://news.okezone.com/read/2009/12/02/338/281117/biarkan-masyarakat-menilai-sendiri-film-balibo pada tanggal 24 Oktober 2012 pkl 11:03

Hindra, Deplu: 'Balibo Five' Berpotensi Ganggu Hubungan Indonesia-Australia, Koran Kompas edisi Jumat, 11 September 2009

Kunjungan resmi memperkuat hubungan Australia-Indonesia, diakses dlm: http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/SMPM10_002.html pada tgl: 14 Oktober 2012 pkl 09:05

Lembar Pakta Ekonomi dan Pernyataan bersama diperoleh dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia yang diakses dlm: http://www.indonesia.embassy.gov.au/ pada tgl 14 Oktober 2012 pkl 18:47