Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia (Studi Analisis: Dampak Ekonomi Dan Politik Dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ke Malaysia Periode 2004-2009)
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
(STUDI ANALISIS: DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK DARI PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE MALAYSIA PERIODE 2004-2009)
D I S U S U N OLEH
Nama : Utari Romauli Sitorus NIM : 090906042
Dosen Pembimbing : Dra. T. Irmayani, M.Si
Dosen Pembaca :Drs. Tonny P.Situmorang, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
(Studi Analisis Dampak Ekonomi dan Politik dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Periode 2004-2009). Rincian isi Skripsi : 99 halaman, 13 tabel, 3 grafik, 1 diagram, 24 buku, 10 situs internet, 5 dokumen dan artikel, serta 5 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1981-2012).
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi dalam proses pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia ke Malaysia. Kajian mengenai hubungan bilateral Indonesia-Malaysia dalam proses kerjasama di bidang ketenagakerjaan menarik untuk dikaji karena proses mobilisasi tenaga kerja Indonesia telah terjadi sejak abad ke 20. Masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1980an mendorong perpindahan tenaga kerja dari Indonesia bekerja ke luar negeri khususnya dalam penelitian ini adalah Malaysia. Kebijakan pemerintah untuk melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam penyediaan tenaga kerja adalah salah satu cara untuk mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam proses perpindahan tenaga kerja Indonesia ke Malaysia adalah mengenai bagaimana dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia dalam kerjasama bilateral ini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau penggambaran secara mendalam tentang seberapa besar dampak positif di bidang ekonomi dan politik dari hubungan kerjasama ketenagakerjaan antara Indonesia-Malaysia. Dalam penelitian ini ada 5 orang narasumber, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif yaitu data-data yang dikumpulkan kemudian dieksplor secara mendalam.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa pengiriman TKI memberikan dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia. Remitansi (uang) yang dibawa oleh TKI dari Malaysia ke Indonesia merupakan pendapatan yang besar bagi Indonesia untuk menambahkan cadangan devisa Indonesia. TKI menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan proses mobilisasi ini juga mengurangi angka pengangguran dimana setiap tahunnya
(3)
jumlah angkatan kerja di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Dampak di bidang politik adalah hubungan Indonesia-Malaysia yang tetap baik khususnya di bidang ketenagakerjaan.
(4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
INDONESIA-MALAYSIA BILATERAL RELATIONS
(Analysis Study Economic and Political Impact of Delivery of Indonesian Workers (TKI) to Malaysia during 2004-2009). Details of thesis contents : 99 pages, 13 tables, 3 graphs, 1 diagram, 24 books, 10 internet sites, 5documents and articles, as well as five interviews. (Publications from 1981-2012)
ABSTRACT
This study tries to provide an overview of the phenomena that occur in the process of sending Indonesian Workers (TKI) in Indonesia to Malaysia. The study of the bilateral relations between Indonesia and Malaysia in the process of cooperation in the field of labor is interesting to study because of the mobilization of Indonesian workers have occurred since the 20th century. Unemployment problem that occurred in Indonesia since the 1980s to encourage labor migration from Indonesia to work abroad, especially in this study is Malaysia. The government's policy to cooperate with Malaysia in the supply of labor is one way to reduce the problem of unemployment in Indonesia. Issues raised in the process of labor migration from Indonesia to Malaysia is about how a positive impact on the economics and politics for Indonesia in the bilateral cooperation.
This research is a descriptive study which is intended to explain or portrayal in depth about how much positive impact on the economics and politics of labor relations of cooperation between Indonesia and Malaysia. In this study there are 5 speakers, a qualitative descriptive study with the aim of giving an overview of the situation or condition that occurs by using qualitative analysis of data collected then explored in depth.
The results of the analysis concluded that sending workers have a positive impact on the economics and politics for Indonesia. Remittances (money) brought by migrant workers from Malaysia to Indonesia is income for the Indonesian Indonesian to add reserves. TKI become the backbone for the growth of the Indonesian economy. With this mobilization process also reduces unemployment where every year the number of labor force in Indonesia always increase. Impact in politics is the relationship between Indonesia and Malaysia are still good, especially in the field of labor.
(5)
Keywords : INTERNATIONAL RELATIONS, LABOUR INDONESIA, INDONESIA-MALAYSIA
(6)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Utari Romauli Sitorus
NIM : 090906042
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia (Studi Analisis Dampak Ekonomi dan Politik dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Periode 2004-2009)
Menyetujui :
Ketua Departemen Ilmu Politik
(Dra. T. Irmayani, M.Si) NIP. 196806301994032001
Dosen Pembimbing Dosen
Pembaca
(Dra. T. Irmayani, M.Si) (Drs. Tonny P.Situmorang, M.Si)
NIP. 196806301994032001
NIP.196210131987031004
Mengetahui : Dekan FISIP USU
(Prof.Dr.Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002
(7)
Karya ini dipersembahkan untuk
(8)
KATA PENGANTAR
Salam damai sejahtera,
Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat yang berlimpah dari Allah Bapa, yang telah memberikan kasihnya untuk kesehatan jasmaniah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya karena anugerah, penyertaan serta kekuatan yang luar biasa dari Tuhan Yesus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul “HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA (STUDI ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK DARI PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE MALAYSIA TAHUN 2004-2009” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan jenjang S1 pada program studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penyusunan skripsi ini merupakan sebuah rangkaian proses yang dilakukan oleh setiap mahasiswa dalam mencapai kelulusan pada perkuliahan di tingkat akhir, termasuk mahasiswa Departemen Ilmu Politik Fisip USU.
Penelitian ini terdiri dari 4 bab dengan rincian, BAB I: Membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: Membahas sejarah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). BAB III: Memuat penyajian dan analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah diberikan kepada narasumber, data tersebut disajikan dan dianalisis sesuai dengan dampak ekonomi dan politik dari pengiriman TKI ke Malaysia. BAB IV: Berisi kesimpulan atas kritik dan saran yang terkait dengan penelitian.
Melalui skripsi mengenai “Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia” ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi orang banyak, khusus bagi pembaca
(9)
diharapkan dapat mengetahui dan memahami bagaimana hubungan bilateral antara Indonesia-Malaysia khususnya di di bidang ketenagakerjaan (TKI) serta memperluas khasanah dan pengetahuan di bidang politik dan menjadi bahan rujukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik. Sementara bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam membuat karya ilmiah dan menganalisis kondisi negara Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam tulisan, susunan kalimat maupun proses analisisnya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis akan menyambut dan menerima kritik serta saran yang nantinya akan membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 27 Maret 2014
Penulis
(10)
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak masukan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Terima Kasih kepada Ibu T.Irmayani, M.Si. Selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bantuan, arahan, motivasi dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Terima Kasih kepada Bapak Tonny P. Situmorang, M.Si selaku Dosen Pembaca yang telah banyak memberikan bantuan, catatan, dan arahannya dalam setiap penulisan skripsi ini hingga akhir.
4. Terima Kasih Kepada Para dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Terima Kasih kepada seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU yang telah banyak membantu menyelesaikan urusan administrasi terkait perkuliahan selama masa studi di departemen Ilmu Politik FISIP USU. Kepada kak Siti, bang Burhan dan kak Ema terimakasih banyak atas bantuannya selama ini.
(11)
6. Terima Kasih kepada Bapak Lepi selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga kerja Medan, Bapak Raswin Siallagan, Bapak Basri, dan Bapak Rama Doni di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi SUMUT, Bapak Hermansyah di Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Medan, Bapak Misyadi dan Kakak Manalu (TKI) yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini. Tuhan memberkati.
7. Terima Kasih kepada Orang Tua saya Tercinta Ibu L. Marpaung dan Bapak P. Sitorus yang yang selalu mendoakan, mengarahkan dan membimbing saya. Buat bapak, terima kasih untuk pengorbanan, kerja keras dan kesabaranmu. Terima kasih tak terhingga untuk mama yang selalu sabar, menguatkan, menyayangi, mendoakan dan tidak pernah lelah berjuang demi kami anak-anakmu. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Semoga kalian panjang umur, sehat dan diberikan berkat yang indah oleh-Nya. Semoga saya dimampukan Tuhan untuk menjadi anak yang terbaik dan membanggakan kalian di masa depan. Bapak dan Mama adalah motivasi terbesar saya dalam hidup ini. Tuhan memberkati.
8. Terima Kasih kepada ketiga adik saya tercinta Randi A. Sitorus yang sedang menempuh perkuliahan di Teknik Kimia USU, Rinawati Sitorus yang akan mengikuti UN dan SNMPTN dan Chaterine Sitorus kelas 2 SD. Terima kasih untuk adik-adikku yang selalu setia mendoakan dan mendukung saya. Terima kasih juga untuk Novita Siallagan, Alekson Siallagan, kakak Novalin Baringbing, Kakak Meli Silaen, Tante Betty Marpaung, mamatua H. Marpaung, Tante Linda & Lina Marpaung, adikku Etha, Kirey, dan Fiadel yang telah mendoakan dan menguatkan saya dan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tuhan Memberkati.
(12)
9. Terima Kasih kepada sahabat-sahabat terbaik dan tercinta selama menjalani perkuliahan di Departemen Ilmu Politik ini, Evi Rizki Rahmadani (sahabat yang terbaik, selalu sabar dan setia bersamaku), Rita Silalahi (sabahat yang tersabar, baik dan yang terlucu yang pernah kukenal) dan Elisa Laura Munthe (sahabat optimis, selalu berpikir postif dan dewasa). Terima kasih untuk semua bantuan, kebersamaan, dan persahabatan kita. Saya harap waktu dan Tujuan hidup kita tidak pernah memutuskan tali persahabatan kita. I love you dan God bless you. Tuhan membalas semua kebaikan kalian.
10. Terima Kasih kepada teman-teman terbaik lainnya di Departemen Ilmu Politik: Febri Mahyani, Desy Lmbanraja, Riska Deniati Hutasoit, Albert Septian, Frans Sinulingga, Tri Edo Ati Pinem, Novi Hariani, Meiyliska Purba, Dea Darus, Tri Maulia Ningsih, Molly, Kakak Widya Sihite (‘08), Friska Sianturi (Kesos). Terima kasih banyak untuk semua waktu kebersamaan kita selama di Kampus. I always remember about us. Dan kepada seluruh teman-teman stambuk 2009 yang tidak dapat saya sebut satu persatu, terima kasih atas segalanya.
11.Terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia dan terus mensupport saya dalam kesusahan. Sabahat terbaik di masa SMA sampai sekarang yaitu CJ8 (Cinta Jesus 8) Yuliana T Nainggolan (sahabat terbaik yang menjadi inspirasi dalam hidupku), Cronika Lmbn Toruan (my soulmate forever), Carolin (wanita yang kuat), Angeline Sitompul (lemah lembut), Carina Siahaan (Sahabat yang optimis), Octhara Sembiring Keloko (lucu dan gaul), Fani Girsang (penuh canda). Doa terbaik untuk kalian semuanya.Tuhan memberkati.
(13)
Medan, 27 Maret 2014
Penulis
Utari Romauli Sitorus
(14)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
i DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
i BAB I PENDAHULUAN...1
1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Perumusan Masalah ... 1
3. Pembatasan Masalah ... 6
4. Tujuan Penelitian ... 6
5. Manfaat Penelitian ... 6
6. Kerangka Teori ... 7
6.1 Hubungan Internasional ... 7
6.2 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 18
7. Metodologi Penelitian ... 20
7.1 Metode Penelitian ... 20
7.2 Jenis Penelitian ... 21
(15)
7.4 Teknik Analisis Data ... 22 8. Sistematika Penulisan ... 22 BAB II SEJARAH TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) ... 23
II.A Sejarah Migrasi Indonesia pada
Masa Kolonialisme dan orde lama ... 23 II.B Kondisi Ketenagakerjaan
di Era Orde Baru ... 26 II.C Kondisi Ketenagakerjaan
di Era Reformasi ... 31 C.1 Masa Pemerintahan BJ. Habibie
(Mei 1998-Oktober 1999) ... 31 C.1 Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
(Oktober-Juli 2001) ... 33 C.1 Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
(Juli 2001-2004) ... 34 C.1 Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
(2004-2009) ... 37 BAB III DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK
DARI PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)
KE MALAYSIA PERIODE 2004-2009) ... 42 III.A Dampak Ekonomi bagi Indonesia
dari Pengiriman TKI Tahun 2004-2009 ... 42 A.1 Peningkatan Devisa Indonesia
Tahun 2004-2009 ... 42 A.2 Penyerapan Angkatan Kerja
(16)
III. B Dampak Politik bagi Indonesia
dari pengiriman TKI Tahun 2004-2009 ... 66
B.1 Peningkatan Hubungan/Kerjasama Indonesia-Malaysia...66
1. Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia Tahun 1959-2003 ... 66
2. Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia Tahun 2004-2009 ... 74
BAB IV PENUTUP ... 93
IV.A Kesimpulan ... 93
IV. B Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN
(17)
DAFTAR TABEL TABEL 1 Data Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
pada Masa Orde Baru ... 30 TABEL 2 Kebijakan Pemerintah terkait Penempatan
dan Perlindungan Migrasi Tenaga Kerja
mulai Tahun 1966-2004... 36 TABEL 3 Kebijakan Perlindungan Pemerintahan SBY
Terhadap buruh Migran Indonesia ... 39 TABEL 4 Remitansi TKI Tahun 1983-2012 ... 46 TABEL 5 Jumlah Remitansi dan TKI dari Malaysia
Tahun 2004-2009 ... 49 TABEL 6 Jumlah Cadangan Devisa Indonesia
Tahun 2004-2009 ... 53 TABEL 7 Jumlah Angkatan Kerja, Bekerja,
Pengangguran, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) ... 56 TABEL 8 Perbandingan Jumlah TKI di Negara-negara
Kawasan Asia Pasifik Tahun 2004-2009... 62 TABEL 9 Perbandingan Buruh Migran Laki-laki dan
Perempuan Indonesia di Malaysia
dilihat dari Sektor kerja ... 64 TABEL 10 Perkembangan Sektor Kerja TKI di Malaysia ... 65 TABEL 11 Bentuk Perjanjian/Kerjasama Indonesia-Malaysia
Tahun 1959-2003 ... 70 TABEL 12 Perjanjian Indonesia-Malaysia di bidang
(18)
Tenaga Kerja pada Masa Soeharto-Megawati ... 73 TABEL 13 Beberapa Perjanjian Ketenagakerjaan
(19)
TABEL GRAFIK
GRAFIK 1 Angkatan Kerja, Bekerja, dan Pengangguran ... 55 GRAFIK 2 Persentasi Pengangguran Berdasarkan
Pendidikan Tahun 2005 ... 58 GRAFIK 3 Penyebaran TKI di Asia Pasifik ... 60 GRAFIK 4 Komposisi Penyebaran Penempatan TKI di
(20)
TABEL DIAGRAM DIAGRAM 1 Proses Penempatan TKI Menurut
(21)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
(Studi Analisis Dampak Ekonomi dan Politik dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Periode 2004-2009). Rincian isi Skripsi : 99 halaman, 13 tabel, 3 grafik, 1 diagram, 24 buku, 10 situs internet, 5 dokumen dan artikel, serta 5 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1981-2012).
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi dalam proses pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia ke Malaysia. Kajian mengenai hubungan bilateral Indonesia-Malaysia dalam proses kerjasama di bidang ketenagakerjaan menarik untuk dikaji karena proses mobilisasi tenaga kerja Indonesia telah terjadi sejak abad ke 20. Masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1980an mendorong perpindahan tenaga kerja dari Indonesia bekerja ke luar negeri khususnya dalam penelitian ini adalah Malaysia. Kebijakan pemerintah untuk melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam penyediaan tenaga kerja adalah salah satu cara untuk mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam proses perpindahan tenaga kerja Indonesia ke Malaysia adalah mengenai bagaimana dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia dalam kerjasama bilateral ini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau penggambaran secara mendalam tentang seberapa besar dampak positif di bidang ekonomi dan politik dari hubungan kerjasama ketenagakerjaan antara Indonesia-Malaysia. Dalam penelitian ini ada 5 orang narasumber, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif yaitu data-data yang dikumpulkan kemudian dieksplor secara mendalam.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa pengiriman TKI memberikan dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia. Remitansi (uang) yang dibawa oleh TKI dari Malaysia ke Indonesia merupakan pendapatan yang besar bagi Indonesia untuk menambahkan cadangan devisa Indonesia. TKI menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan proses mobilisasi ini juga mengurangi angka pengangguran dimana setiap tahunnya
(22)
jumlah angkatan kerja di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Dampak di bidang politik adalah hubungan Indonesia-Malaysia yang tetap baik khususnya di bidang ketenagakerjaan.
(23)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
INDONESIA-MALAYSIA BILATERAL RELATIONS
(Analysis Study Economic and Political Impact of Delivery of Indonesian Workers (TKI) to Malaysia during 2004-2009). Details of thesis contents : 99 pages, 13 tables, 3 graphs, 1 diagram, 24 books, 10 internet sites, 5documents and articles, as well as five interviews. (Publications from 1981-2012)
ABSTRACT
This study tries to provide an overview of the phenomena that occur in the process of sending Indonesian Workers (TKI) in Indonesia to Malaysia. The study of the bilateral relations between Indonesia and Malaysia in the process of cooperation in the field of labor is interesting to study because of the mobilization of Indonesian workers have occurred since the 20th century. Unemployment problem that occurred in Indonesia since the 1980s to encourage labor migration from Indonesia to work abroad, especially in this study is Malaysia. The government's policy to cooperate with Malaysia in the supply of labor is one way to reduce the problem of unemployment in Indonesia. Issues raised in the process of labor migration from Indonesia to Malaysia is about how a positive impact on the economics and politics for Indonesia in the bilateral cooperation.
This research is a descriptive study which is intended to explain or portrayal in depth about how much positive impact on the economics and politics of labor relations of cooperation between Indonesia and Malaysia. In this study there are 5 speakers, a qualitative descriptive study with the aim of giving an overview of the situation or condition that occurs by using qualitative analysis of data collected then explored in depth.
The results of the analysis concluded that sending workers have a positive impact on the economics and politics for Indonesia. Remittances (money) brought by migrant workers from Malaysia to Indonesia is income for the Indonesian Indonesian to add reserves. TKI become the backbone for the growth of the Indonesian economy. With this mobilization process also reduces unemployment where every year the number of labor force in Indonesia always increase. Impact in politics is the relationship between Indonesia and Malaysia are still good, especially in the field of labor.
(24)
Keywords : INTERNATIONAL RELATIONS, LABOUR INDONESIA, INDONESIA-MALAYSIA
(25)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
(Studi Analisis Dampak Ekonomi dan Politik dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Periode 2004-2009). Rincian isi Skripsi : 99 halaman, 13 tabel, 3 grafik, 1 diagram, 24 buku, 10 situs internet, 5 dokumen dan artikel, serta 5 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1981-2012).
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi dalam proses pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia ke Malaysia. Kajian mengenai hubungan bilateral Indonesia-Malaysia dalam proses kerjasama di bidang ketenagakerjaan menarik untuk dikaji karena proses mobilisasi tenaga kerja Indonesia telah terjadi sejak abad ke 20. Masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1980an mendorong perpindahan tenaga kerja dari Indonesia bekerja ke luar negeri khususnya dalam penelitian ini adalah Malaysia. Kebijakan pemerintah untuk melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam penyediaan tenaga kerja adalah salah satu cara untuk mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam proses perpindahan tenaga kerja Indonesia ke Malaysia adalah mengenai bagaimana dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia dalam kerjasama bilateral ini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau penggambaran secara mendalam tentang seberapa besar dampak positif di bidang ekonomi dan politik dari hubungan kerjasama ketenagakerjaan antara Indonesia-Malaysia. Dalam penelitian ini ada 5 orang narasumber, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif yaitu data-data yang dikumpulkan kemudian dieksplor secara mendalam.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa pengiriman TKI memberikan dampak positif di bidang ekonomi dan politik bagi Indonesia. Remitansi (uang) yang dibawa oleh TKI dari Malaysia ke Indonesia merupakan pendapatan yang besar bagi Indonesia untuk menambahkan cadangan devisa Indonesia. TKI menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan proses mobilisasi ini juga mengurangi angka pengangguran dimana setiap tahunnya
(26)
jumlah angkatan kerja di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Dampak di bidang politik adalah hubungan Indonesia-Malaysia yang tetap baik khususnya di bidang ketenagakerjaan.
(27)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
UTARI ROMAULI SITORUS (090906042)
INDONESIA-MALAYSIA BILATERAL RELATIONS
(Analysis Study Economic and Political Impact of Delivery of Indonesian Workers (TKI) to Malaysia during 2004-2009). Details of thesis contents : 99 pages, 13 tables, 3 graphs, 1 diagram, 24 books, 10 internet sites, 5documents and articles, as well as five interviews. (Publications from 1981-2012)
ABSTRACT
This study tries to provide an overview of the phenomena that occur in the process of sending Indonesian Workers (TKI) in Indonesia to Malaysia. The study of the bilateral relations between Indonesia and Malaysia in the process of cooperation in the field of labor is interesting to study because of the mobilization of Indonesian workers have occurred since the 20th century. Unemployment problem that occurred in Indonesia since the 1980s to encourage labor migration from Indonesia to work abroad, especially in this study is Malaysia. The government's policy to cooperate with Malaysia in the supply of labor is one way to reduce the problem of unemployment in Indonesia. Issues raised in the process of labor migration from Indonesia to Malaysia is about how a positive impact on the economics and politics for Indonesia in the bilateral cooperation.
This research is a descriptive study which is intended to explain or portrayal in depth about how much positive impact on the economics and politics of labor relations of cooperation between Indonesia and Malaysia. In this study there are 5 speakers, a qualitative descriptive study with the aim of giving an overview of the situation or condition that occurs by using qualitative analysis of data collected then explored in depth.
The results of the analysis concluded that sending workers have a positive impact on the economics and politics for Indonesia. Remittances (money) brought by migrant workers from Malaysia to Indonesia is income for the Indonesian Indonesian to add reserves. TKI become the backbone for the growth of the Indonesian economy. With this mobilization process also reduces unemployment where every year the number of labor force in Indonesia always increase. Impact in politics is the relationship between Indonesia and Malaysia are still good, especially in the field of labor.
(28)
Keywords : INTERNATIONAL RELATIONS, LABOUR INDONESIA, INDONESIA-MALAYSIA
(29)
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri- industri yang berpondasikan pada sistem ekonomi liberal menjadikan sikap yang kuat untuk berkompetisi di antara negara- negara dunia. Sikap saling membutuhkan dan untuk saling melengkapi menjadi dorongan yang kuat dalam melakukan hubungan kerjasama di berbagai negara. Negara berkembang yang kaya dengan sumber daya alam akan tetapi kurang modal dan tidak memiliki teknologi canggih berusaha keras untuk menjadi pemodal/ investor dari negara maju, sebaliknya negara maju yang ingin mengembangkan usahanya dan untuk semakin mendapatkan keuntungannya akan tetapi kekurangan kawasan membutuhkan negara berkembang untuk melakukan hubungan kerjasama. Negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam dan tenaga kerja serta memiliki kestabilan ekonomi dan politik adalah daya tarik bagi negara maju.
Sejalan dengan perkembangan globalisasi ekonomi dan kekuatan pasar global tentang ketimpangan kesempatan kerja di berbagai negara khusunya di negara-negara ASEAN telah menjadi isu penting yang sering dibicarakan para pakar dan pembuat kebijakan. Salah satu penyebab ketidaksamaan kesempatan kerja itu merupakan dampak dari proses globalisasi ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan berbagai negara menyerap tenaga kerja di berbagai sektor. Keadaan itu juga mempengaruhi pola perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain.1
Negara dengan perekonomian yang terbuka dan makin mengandalkan perdagangan luar negeri, khususnya ekspor nonmigas, migrasi tenaga kerja Rendahnya kesempatan kerja itu juga dipengaruhi oleh ketidaksiapan negara (khususnya negara berkembang) dalam arus liberalisme.
1 M. Arif Nasution,
Orang Indonesia di Malaysia: Menjual Kemiskinan Membangun Identitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hal. 1
(30)
antarnegara (international migration) akan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonominya. Kemampuan pembangunan ekonomi untuk menciptakan kesempatan kerja baru yang belum memadai akan mengakibatkan pengagguran terbuka yang sulit dihindari. Oleh karena itu salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan ini ialah dengan mendorong tenaga kerja ke luar negeri.2
Masalah tenaga kerja ini juga mempengaruhi hubungan ketenagakerjaan antara Indonesia dan Malaysia yang saat ini menciptakan saling ketergantungan bukan hanya di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya tetapi juga tenaga kerja. Hubungan kerjasama ini juga dilandasi dengan hubungan bilateral dan regional (ASEAN). Berjalannya program Dasar Ekonomi Baru di Malaysia membuat kadar pengagguran semakin rendah di Malaysia yaitu turun dari 7,5% pada Tahun 1970 hingga 5,7% pada tahun 1980 dan kadar itu turun lagi hingga 2,8% pada tahun 1995. Pada tahap ini, Malaysia telah sampai ke peringkat yang dinamakan full employment (penyerapan tenaga kerja secara penuh).3
Data Badan Pusat statistik tahun 2009 mencatat bahwa negara tujuan TKI terbagi tiga kawasan yaitu Asia Pasifik dan Amerika, Timur tengah dan Afrika, serta kawasan Eropa. Di kawasan Asia Pasifik dan Amerika, negara Malaysia adalah negara tujuan terbesar yaitu ada 123.886 orang dengan jumlah TKI perempuan sebanyak 62.512 orang dan laki-laki sebanyak 61.374 orang. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika, negara Arab Saudi adalah tujuan terbesar Seakan mengatasi masalah kurangnya tenaga kerja di Malaysia, keberadaan Tenaga Kerja Indonesai (TKI) saat ini juga dipengaruhi oleh berbagai masalah perekonomian dan politik Indonesia sehingga TKI melakukan migrasi besar-besaran ke Malaysia.
2 Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Internasional: Proses, Sistem, dan Masalah Kebijakan, dalam edisi M. Arif
Nasution, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, Bandung: Kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 1999, hal. 107.
3 Hairi Abdullah, Jaringan Sosial di Kalangan Pekerja Indonesia di Lembah Kelang, dalam M. Arif Nasution,
(edisi) Mereka yang ke Seberang: Proses Migrasi Tenaga Kerja ke Malaysia, Medan: USU PRESS, 1997, hal 63.
(31)
yaitu 276.633 orang.4
Ditinjau dari sejarah, pengiriman tenaga kerja ke Malaysia didominasi oleh orang Jawa dimulai pada awal abad ke-20 sebelum masa kemerdekaan Malaysia tepatnya pada masa kolonial Inggris. Kedatangan kuli kontrak atau sering diistilahkan dengan kata merantau tenaga kerja Indonesia ke Malaysia tidak dihalangi oleh posisi kedua negara yang masih dibawah kekuasaan asing. Namun hubungan pengiriman tenaga kerja Indonesia sebagai kuli kontrak ke Malaysia tidaklah menjadi satu penghalang bagi kedua negara. Di era kolonialisme sampai pada Orde Lama pengiriman TKI masih belum meningkat. Awal kemerdekaan Indonesia masih membutuhkan ruang untuk membenahi diri dari penjajahan sehingga arus pengiriman TKI masih belum meningkat.
Berdasarkan data statistik tersebut, Malaysia dan Arab Saudi adalah negara tujuan utama TKI dalam mencari pekerjaan.
Integrasi Indonesia dengan dunia Internasional mulai terbuka pada masa kepemimpinan Soeharto di tahun 1970-an. Masuknya globalisasi di tahun tersebut membuka hubungan kerjasama baik regional maupun internasional. Di Tahun 1966-1998 pada masa pemerintahan Soeharto krisis ekonomi dan masalah stabilitas politik mencapai titik puncak. Tingginya angka pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkatkan keresahan masyarakat dan kebijakan tentang migrasi Internasional mulai disusun. Peraturan tentang pengiriman Tenaga Kerja Indonesia mulai diatur dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1970 yaitu Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Tingginya angka pekerja di Indonesia membuat pemerintah Soeharto berpikir bahwa pembatasan TKI yang tidak terdidik dan terlatih akibat banyaknya permasalahn TKI di Malaysia pada waktu itu bukan solusi sehingga migrasi internasional semakin meningkat. .
4 Lihat Statistik Indonesia 2011 : Statistical Poketbook of Indonesia 2009, Jakarta: Badan Pusat Statistik, hal.
(32)
Di awal Reformasi di tahun 1999 pada masa kepemimpinan Habibie gelombang kebebasan dan demokratisasi terjadi. Paradigma kehidupan sosial, politik, ekonomi berlahan mengarah pada dunia internasional dan regional. Arus globalisasi yang semakin kuat ditambah dengan tingkat partisipasi masyarakat untuk migrasi ke Malaysia menjadikan migrasi besar-besaran terjadi. Hal ini menyebabkan pengiriman TKI ke Malaysia semakin meningkat. Pengiriman TKI adalah kebijakan Habibie pada masa itu dalam menangani titik puncak masalah pengangguran. Kebijakan pengiriman TKI dalam mengatasi masalah pengangguran terus terjadi di setiap pergantian kepemimpinan presiden di Indonesia yaitu pada masa Megawati sampai tahun 2004.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik ada 9.427.590 orang pengangguran terbuka menurut Pendidikan Terakhir yang ditamatkan (Tidak sekolah, Tidak tamat SD, SD, SMP, SMA, SMK, Diploma I/II/III/ Akademi, Universitas) di periode Februari tahun 2008 dan 9.394.515 orang di periode Agustus. Pada tahun 2009 di periode Februari ada 9.258.964 orang dan 8.962.617 orang pada periode Agustus.5
Pengiriman TKI membawa dampak yang positif dilihat dari perspektif pembangunan nasional antara lain: 1) peningkatan pendapatan keluarga, 2) peningkatan devisa negara, 3) peningkatan ketrampilan kerja, 4) pengurangan masalah pengagguran.
Banyaknya pengganguran di Indonesia menjadi masalah besar oleh pemerintah. Minimnya lapangan pekerjaan sementara angka pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi semakin memicu tingginya angka pengagguran di Indonesia. Banyaknya angkatan kerja yang tidak terdidik juga memicu angka pengangguran di dalam negeri.
6
5
Kestabilan politik Indonesia dimata internasional semakin tinggi di dalam hubungan kerjasama khususnya bilateral dan regional. Indonesia yang dianggap sebelah mata oleh internasional karena dianggap menutup diri kini
(33)
semakin dirangkul oleh dunia internasional. Dalam hubungan bilateral dengan Malaysia di bidang ketenagakerjaan membuka arus kerjasama semakin terbuka dan Indonesia menjadi negara anggota ASEAN yang bisa bekerja-sama.
Dampak pengiriman TKI tentunya memiliki paradoks sendiri karena ketika dunia menjadi semakin terbuka dunia akan semakin timpang. Kesesuaian antara teori dan kenyataan yang diterima oleh negara-negara yang terlibat dari liberalisme dunia ternyata tidak sejalan. Ketimpangan negara-negara berkembang dan negara maju dalam mengikuti arus liberalisme akan semakin melebar. Perlunya membongkar kembali keseimbangan antara teori dan realitas yang terjadi di Indonesia di tengah arus kerjasama dengan Malaysia dalam pengiriman TKI untuk melihat seberapa jauh kerjasama tersebut menguntungkan Indonesia.
Dampak pengiriman TKI adalah masalah penting untuk diteliti lebih dalam. Indonesia sebagai negara pengirim TKI terbesar di Malaysia harusnya menerima hasil dari semua kerjasama ini. Permasalahan seperti penganguran, hubungan bilateral dikedua negara, masalah meningkatnya devisa Indonesia dan berbagai masalah ekonomi sosial di indonesia lainnya harusnya menunjukkan kondisi yang semakin lebih tinggi sebagai manfaat dari hubungan kerjasama ini. Hal ini untuk melihat seberapa besar dampak dari hubungan kerjasama dibidang ketenagakerjaan. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti apa dampak ekonomi dan politik dari pengiriman Tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia Tahun 2004-2009?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah apa dampak ekonomi dan politik dari pengiriman TKI ke Malaysia tahun 2004-2009?
(34)
3. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas supaya hasil penelitiannya tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keuntungan yang diperoleh Indonesia dari segi ekonomi (devisa negara, penyerapan angkatan kerja) pada tahun 2004-2009
2. Dampak positif bagi Indonesia dilihat dari sisi politik (peningkatan hubungan kerjasama Indonesia-Malaysia) pada tahun 2004-2009 4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis keuntungan yang diperoleh Indonesia dari segi ekonomi dalam pengiriman TKI ke Malaysia
2. Untuk menganalisis dampak positif di bidang politik dari pengiriman TKI ke Malaysia
5.Manfaat Penelitian
Manfaat dari diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmiah di bidang politik tentang ekonomi politik.
2. Secara kelembagaan, penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam membenahi hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia di bidang ketenagakerjaan.
3. Secara Individu, penelitian ini memiliki manfaat sebagai proses dalam mengembangkan kemampuan berpikir penulis dan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian proram Strata Satu di Departemen Ilmu Politik.
(35)
6.Kerangka Teori
6.1 Hubungan Internasional
Sejak abad kedelapanbelas hubungan antarnegara disebut hubungan internasional. Dunia negara pada dasarnya merupakan dunia wilayah: ini merupakan cara dalam mengatur secara politis wilayah berpenduduk dunia, suatu jenis tertentu organisasi politik wilayah yang berdasarkan pada sejumlah besar pemerintahan yang berbeda yang secara hukum merdeka satu sama lain. Sebagian besar negara mungkin bersahabat, tidak mengancam dan mencintai perdamaian. Tetapi, sebagian kecil negara mungkin bermusuhan dan agresif, dan tidak ada pemerintahan dunia yang mencegah mereka. 7
Urusan dunia yang menjadi semakin penting menimbulkan keinginan terciptanya suatu pengetahuan yang dapat lebih diandalkan menganai bagaimana caranya bangsa-bangsa di dunia ini saling mengadakan hubungan. Dalam usaha untuk mewujudkan hubungan tersebut maka kemajuan teori memainkan peranan kunci untuk menunjang pengetahuan yang lebih dapat diandalkan.8 Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.9
Kejasama internasional bukan saja dilakukan antarnegara secara individual tetapi juga dilakukan antarnegara yang bernaung dalam organisasi atau lembaga internasional. Mengenai kerjasama internasional Koesnadi Kartasasmita mengatakan bahwa kerjasama internasional merupakan suatu keharusan sebagai
7 Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999, hal 3.
8R. Soeprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1997, hal. 39.
(36)
akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambah kompleksitas kehidupan menusia dalam masyarakat internasional.10
Perkembangan situasi hubungan internasional ditandai dengan berbagai kerjasama internasional dan berkembangnya berbagai aspek diantaranya rasionalisme ekonomi di berbagai kawasan yang telah membawa oengaruh semakin besarnya persoalan sosial ekonomi yang lebih menyita perhatian negara-negara dunia melalui kerjasama internasional. Negara-negara-negara di dunia semakin memperkuat posisi saling ketergantungan secara global yag semakin nyata dengan titik beratnya adalah upaya meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa yang dilandasi prinsip saling percaya, menghargai dan menghormati. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan keamanan dijalin oleh suatu negara dengan satu atau lebih negara lainnya.
Perkembangan yang pesat dalam hubungan luar negeri yang paling penting adalah kerjasama internasional yang dirumuskan dalam bentuk perjanjuan. Setiap perjanjian internasional yang dilaksanakan akan mengikat suatu negara yang menyatakan terikat ke dalamnya melalui suatu peraturan perundang-undangan nasional. Adanya implementasi suatu perjanjian internasional pada perundang-undangan nasional dimaksudkan agar suatu perjanjian internasional dapat dilaksanakan dalam suatu negara.
Menurut Kalevo Jaakko Holsti, kerjasama internasional dapat didefenisikan sebagai berikut:11
a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.
10
Koesnadi Kartasasmita, Administrasi Internasional, Bandung: Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, 1977, hal. 19.
11 K.J Holsti,
Politik Internasional, Kerangka untuk Analisis, Jilid II, Terjemehan M. Tahrir Azhari, Jakarta: Erlangga, 1988, hal. 652.
(37)
b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.
c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan
d. Aturan resmi atau tidak remi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan
e. Transaksi anatara negara untuk memenuhi persetujuan mereka.
Defenisi Schwarzenberger menyatakan bahwa ilmu hubungan internasional adalah bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional. Ilmu hubungan internasional dalam arti sempit mengatakan bahwa ilmu hubungan internasional sebagai subjek akademis terutama memperhatikan hubungan politik antar-bangsa. Defenisi ini memberi tekanan pada aspek hubungan politik karena dipandang perlu untuk memberi arti yang lebih luas mengenai hubungan antarnegara. Jadi hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik tetapi juga unsur-unsur ekonomi, sosial, kultural, dan sebagainya, seperti misalnya dalam hal perpindahan penduduk, perpindahan ide-ide dari suatu negara ke negara melalui imigrasi, pariwisata, atau pertukaran kebudayaan (cultural-exchange).12
Charles McClelland mendefenisikan hubungan internasional sebagai suatu studi mengenai semua bentuk pertukaran, transaksi, hubungan, arus informasi, serta berbagai respon perilaku yang muncul diantara dan antarmasyarakat yag terorganisir secara terpisah termasuk komponen-komponennya. Sprout & Sprout menyatakan bahwa studi hubungan internasional membahas mengenai aktor-aktor (negara, pemerintah, pemimpin, diplomat, masyarakat) yang bertujuan mencapai maksud-maksud tertentu (sasaran, tujuan, harapan) dengan menggunakan
(38)
sarana (seperti diplomasi, pemaksaan, persuasi) yang dikaitan dengan power atau kapabilitasnya.13
Hubungan internasional pada dasarnya adalah merupakan studi tentang interaksi antaraktor atau kesatuan sosial tertentu termasuk segala sesuatu di seputar interkasi dan interkasi tersebut berlangsung dalam suatu sistem internasional. Disebabkan oleh adanya hubungan antar dua atau lebih pelaku terjadilah interaksi, selama terjadinya interaksi tersebut timbulah berbagai aktivitas yang saling mempengaruhi. 14 Dalam membahas interaksi antar negara, J.Frankel mengatakan ada dua tipe hubungan ekstrim yaitu (1) konflik dan (2) kerjasama, sedangkan situasi yang jatuh diantara dua tipe yang ekstrim itu disebut (3) persaingan. 15
Kepentingan nasional merupakan konsep yang inti dalam kajian masalah internasional selama negara-bangsa (nation-state) masih merupakan aktor hubungan internasional yang dominan. K.J. Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional kedalam tiga klasifikasi, yaitu: (1) core values atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara; (2) middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan memperbaiki derajat perekonomian; (3) long-range goals, merupakan sesuatu yang bersifat idela , misalnya keinginan unutk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Donald E. Nuechterlin menyebutkan empat jenis kepentingan nasional:
1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari ancaman negara lain;
2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain;
13Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, Bekasi: Jayabaya University Press, 1999, hal. 3 14 R.Soeprapto, op.cit., hal 155.
(39)
3. Kepentingan tata internasional, yakni kepentingan untuk mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya;
4. Kepentingan idiologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau melindungi idiologi negaranya dari ancaman idiologi negara lain.
Tujuan utama suatu negara melakukan kerjasama internasional adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang tidak dimiliki di dalam negeri. Untuk itu, negara yang memiliki kebutuhan nasional tersebut memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya yang tidak dapat dipenuhinya dapat melakukan kerjasama dengan negara lain. Negara yang memenuhi kebutuhan negara yang tidak dapat memenuhi negara tersebut kemudian juga dapat memanfaatkan kebutuhan yang tidak ada dalam negaranya ke negara lain.
Kerjasama internasional dilakukan sekurang-kurangnya memiliki dua syarat utama, yaitu, pertama, adanya keharusan untuk menghargai kepentingan nasional masing-masing anggota terlibat. Tanpa adanya penghargaan tidak mungkin dapat dicapai suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula. Kedua, adanya keputusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai keputusan bersama diperlukan komunikasi dan konsultasi secara berkesinambungan. Frekuensi komunikasi dan konsultasi harus lebih tinggi dari pada komitmen.
Konsep hubungan internasional lain yang dianggap penting oleh pakar hubungan internasional adalah kekuasaan (power). K.J. Holsti mengartikan power
sebagai kemampuan umum suatu negara untuk menguasai atau mengawasi perilaku negara lain. Dalam konsep Holsti unsur pokok power adalah pengaruh (influence) dan kapabilitas (capability). Unsur pengaruh diperlukan sebagai perangkat untuk mencapai atau mempertahankan tujuan, sedangkan kapabilitas merupakan kekuatan fisik atau mental yang digunakan sebagai perangkat
(40)
pendesak untuk membujuk, mengacam, atau memberikan sanksi kepada negara lain.16
Columbis & Wolfe juga setuju bahwa power merujuk ada “apa saja” yang bisa menciptakan dan mempertahankan pengendalian aktor (negara) A terhadap aktor (negara) B. Negara yang kuat akan memiliki power yang lebih besar untuk mempengaruhi dan mengendalikan tindakan negara B sesuai dengan keinginan negara A.17
Menurut Morgenthau dalam Politik Antar Bangsa, elemen-elemen yang menentukan power suatu negara adalah sebagai berikut:
Dengan adanya power, negara yang bergantung terhadap negara lainnya akan semakin gampang dikendalikan dan dikuasai. Walaupun power
bersifat eksplisit namun pengaruhnya sangat besar dalam hubungan internasional.
18
1. Letak Geografis
Faktor geografis merupakan fator yang paling stabil dimana tergantungnya power suatu negara. lokasi suatu negara secara geografis merupakan faktor fundamental yang mempunyai kepentingan permanen, terutama dalam menentuka politik luar negeri suatu bangsa.
2. Sumber Daya Alam
Pengaruh power suatu negara dalam hubungannya dalam bangsa lain adalah sumber daya alam. Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri atau kekurangan akan sumber daya alam merupakan faktor yang relatif stabil dalam kekuasaan nasional
3. Kapasitas industri
16 Umar Suryadi Bakry, op,cit., hal 64. 17 Ibid., hal 65
18 Hans J. Morgenthau,
Politik Antar Bangsa: Perjuangan untuk Kekuasaan dan Perdamaian Edisi Indonesia, Cetakan pertama April 1990, A. Knopf,Inc., New York, hal. 116-158.
(41)
Teknologi berupa peralatan perang dan komunikasi modern yang dapat meningkatkan keseluruhan perkembangan industri merupakan elemen power negara yang sangat penting. Kemenangan suatu negara dalam peperangan modern sangat bergantung dari kualitas industri.
4. Kesiagaan militer
Yang memberikan kepentingan sesungguhnya dari faktor geografis, sumber daya alam dan kapasitas industri kepada suatu negara adalah kesiagaan militer. Ketergantungan power negara atas kesiapsiagaan militer terlihat dengan jelas.
5. Penduduk
Penduduk yang banyak memang tidak dapat dikatakan memiliki power yang besar. namun tidak ada negara yang dapat tetap atau mempunyai power yang besar jika tidak termasuk ke dalam golongan bangsa dengan penduduk terbesar. Tanpa penduduk yang besar, tidak mungkin membangun dan memelihara bangunan industri yang diperlukan. 6. Karakter Nasional dan semangat nasional
Karakter nasional dan semangat nasional adalah hal yang penting. Semangat nasional adalah ketetapan hati dengan mana suatu bangsa mendukung politik luar negeri pemerintahannya dalam masa damai dan perang.
7. Kualitas Diplomasi
Dari seluruh faktor yang membentuk power suatu negara yang terpenting dan yang lebih tidak stabil adalah kualitas diplomasi. Semua faktor lainnya yang menentukan power suatu negara adalah merupakan bahan mentah dari hal mana kekuasaan suatu bangsa diciptakan.
Perang/ konflik dan perdamaian adalah dua konsep hubungan internasional yang tidak dapat terpisahkan. Perang dalam konsep hubungan internasional, yakni: 1) Perang merupakan kondisi tidak normal dalam hubungan dua negara atau lebih, 2) Perang merupakan pertikaian yang terorganisir antara dua negara
(42)
atau lebih, 3) Perang melibatkan penggunaan kekuatan bersenjata secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu, 4) perang mengandung sikap permusuhan dengan intensitas yang besar (tinggi), 5) perang berpijak pada sejumlah aturan yang telah dilembagakan atau disepakati bersama. Konsep perdamaian yaitu sebuah kondisi tanpa perang, permusuhan, konflik, kekerasan, dan ketegangan. Keadaan damai yang ideal tidak hanya merupakan kondisi tanpa perang dan bebas dari bentuk kekerasan lainnya, tetapi juga ditandai dengan tingkat interaksi yang tinggi.19
Para pakar liberal hubungan internasional mengatakan bahwa hubungan internasional dapat dicirikan sebagai dunia dimana negara-negara bekerjasama satu sama lain untuk memelihara perdamaian dan kebebasan serta mengejar perubahan progresif.20
Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara (state-actors) maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non-state actors). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama. Permasalahannya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan; bagaimana mencegah dan menghindari konflik serta bagaimana mengubah kondisi-kondisi persaingan (kompetisi) dan pertentangan (konflik) menjadi kerjasama.
Hubungan antar negara ditentukan oleh sifat negara dan masyarakat internasional. Sifat umum negara adalah bahwa negara merupakan bentuk tertinggi dari organisasi manusia dan negara hanya diperintah oleh kepentingan nasionalnya.
21
19 Ibid., hal 70
20 Robert Jackson & Georg Sorensen, op.cit., hal. 6 21 T.May Rudy,
Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global : Isu, Konsep, Teori, dan Paragidma, Bandung: Refika Aditama, 2003, hal. 2.
(43)
Hubungan dan kerjasama internasional muncul karena kedaan kebutuhan masing-masing negara yang berbeda sedangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki pun tidak sama. Hal ini menjadikan suatu negara membutuhkan kemampuan dan kebutuhannya yang ada di negara lainnya. Kerjasama internasional dilakukan sekurang-kurangnya harus memiliki dua syarat utama, yaitu pertama, adanya keharusnya untuk menghargai kepentingan nasional masing-masing anggota yang terlibat. Tanpa adanya penghargaan tidak mungkin dapat dicapi suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula. Kedua, adanya kepetusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai keputusan bersama, diperlukan komunikasi dan konsultasi secara berkesinambungan. Frekuensi komunikasi dan konsultasi harus lebih tinggi dari komitmen. 22
Faktor ekonomi merupakan faktor penting dalam hubungan internasional karenan menentukan atau mempengaruhi national power atau kapabilitasnya. Negara-negara maju atau industri yang telah berhasil mengkombinasikan teknologi dengan modal, tenaga kerja terlatih dan bahan-bahan mentah tidak hanya menikmati standar hidup yang tinggi tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap hubungannya dengan negara lain. Negara yang lebih maju mempunyai power yang kuat untuk dapat melakukan dominasi terhadap negara lainnya.
Dalam pandangan kaum liberal, pilihan kerjasama ekonomi juga mengurangkan politik luar negeri yang bermusuhan dengan negara lain. Kerjasama ekonomi dalam organisasi level regional mengurangkan konflik karena perdagangan dan kolaborasi ekonomi antaranggotanya. Organisasi regional bisa mengubah politik luar negeri dua negara yang selalu bermusuhan menjadi bersahabat. Negara- negara memperluas konsepsi kepentingan nasionalnya dalam rangka memperluas wilayah kerjasama. Perkembangan ekonomi yang saling bergantung membuat negara tidak dapat egois dalam menggunakan kekuatan 22 Sjamsumar Dam dan Riswandi,
Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan dan Masa Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995, hal. 15.
(44)
militer negara ain karena khawatir akan hukuman yang dilakukan negara lain yang merugikan kepentingan ekonomi mereka. 23
Pemahaman tentang hubungan internasional memiliki ruang lingkup yang kompleks. Hubungan internasional dibentuk oleh hubungan antarnegara yang saling memiliki nilai-nilai berharga yang ingin diraih demi kehidupan warga negaranya, nilai-nilai tersebut adalah hal-hal yang sangat dibutuhan oleh warga negaranya seperti keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan dan kesejahteraan. Saling keterkaitan antarmasalah di masing-masing negara menjadi pembahasan hubungan internasional yang terjadi, seperti menyangkut masalah ekonomi, keamanan, budaya, HAM, tenaga kerja dan lain sebagainya. Dengan hubungan internasional maka permasalahan- permasalahan masing-masing negara akan sangat menentukan kemakmuran suatu negara.
Nilai dasar pertama negara yang harus ditegakkan adalah kebebasan, baik kebebasan pribadi maupun kebebasan nasional atau kemerdekaan. Nilai dasar kedua dan ketiga yang harus diterapkan suatu negara adalah ketertiban dan keadilan. Negara- negara memiliki kepentingan bersama dalam membangun dan memelihara ketertiban internasional sehingga mereka dapat hidup berdampingan dan berinteraksi atas dasar stabilitas, kepastian, dan dapat diarmalkan. Nilai dasar ketiga yang diharapkan dari negara adalah kesejahteraan sosio-ekonomi warganegara. Masyarakat mengharapkan pemerintahnya menjalankan kebijakan yang tepat dalam menyedikan lapangan pekerjaan yang tinggi, inflasi yang rendah, investasi yang stabil, pergerakan perdagangan dan komersial yang tidak terganggu dan seterusnya. 24
Saling ketergantungan yang menyebabkan terjadinya dislokasi tenaga kerja khususnya yang terjadi antara Indonesia-Malaysia disebabkan oleh berbagai faktor. Selain dari faktor lokasi dan budaya, faktor ekonomi memgang peranan 23 Abubakar Eby Hara, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri: dari Realisme sampai Konstruktivisme,
Bandung: NUANSA, 2011, hal 64.
(45)
yang sangat penting. Jauh berkurangnya jumlah lapangan kerja Indonesia yang mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran menyebabkan Indonesia harus melakukan mobilisasi ke luar negeri.
Jalur diplomasi merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh kedua negara. Diplomasi merupakan suatu perangkat dalam Prestige politics yaitu suatu politik yang membentuk pemikiran masyarakat atau negara mengenai posisi suatu masyarakat atau negara lain dan bertujuan untuk menekankan kepada bangsa-bangsa lain mengenai kekuasaan yang sesungguhnya dimiliki suatu bangsa atau yang mereka yakini atau yang ingin diyakininya kepada bangsa-bangsa lain bahwa suatu negara memilikinya.25
Diplomasi memainkan peranan besar dalam mengatur kebijakan-kebijakan internasional. Banyak masalah yang bisa diselesaikan melalui diplomasi. Secara umum diplomasi bertujuan untuk mencari cara terbaik menurut Hans. J. Morgenthau dalam Politics Among Nations, sarana diplomasi yang sangat menentukan ada tiga yaitu bujukan (persuassion), kompromi (compromise) dan ancaman kekerasan (threat of force).26
Hubungan Indonesia dengan Malaysia telah bergantung sejak lama dimana kedua negara bekerjasama di bidang ekonomi. Volume investasi dan perdagangan di kedua negara ini dari tahun ke tahun berkembang. Hubungan ketergantungan berlaku dalam penyediaan dan permintaan terhadap tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan seni, kedua negara juga mempunyai hubungan yang meningkat. Kaum liberal melihat ini merupakan bagian dari kerjasama yang saling menguntungkan sebagai dua partner kerjasama dan bukan sebagai dua negara yang sedang berkonflik.27
25 Hans J. Morgenthau, op.cit., hal. 95.
26 Boer Mauna, Diplomasi dan Hukum Diplomasi, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Departemen Luar
Negeri, 2002, hal. 102.
(46)
Pelaksanaan kerjasama internasional permasalahannya bukan hanya terletak pada identifikasi sasaran-sasaran bersama dan metode untuk mencapainya tetapi terletak pada pencapaian sasaran itu. Kerjasama pun akan diusahakan apabila manfaat yang diperoleh diperkirakan akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung setiap negara yang sedang bekerja sama. Sesuai dengan tujuannya, kerjasama internasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Karena hubungan kerjasama internasional dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih negara tersebut.
6.2 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Dalam perkembangan dewasa ini, penggunaaan kata perburuhan, buruh, dan sebagainya sering ditemukana. Kata-kata tersebut sudah digantikan dengan kata ketenagakerjaan. Pada tahun 1969 dengan disahkannya UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja istilah buruh digantikan dengan istilah Tenaga Kerja yaitu orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu perumusan yang luas, karena meliputi siapa saja yang mampu bekerja, baik dalam hubungan kerja (formal) maupun di luar hubungan kerja (informal) yang dicirikan dengan bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah.28
Undang-undang ketenagakerjaan kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkanya UU No. 13 Tahun 2003. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah merumuskan istilah ketenagakerjaan sebagai hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa, yang daitur dalam UU ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerja/buruh, menyangkut hal-hal sebelum masa kerja (pre-employment), antara lain:
(47)
menyangkut pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja dan lain-lain.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja (man power) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labour Force) terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau yangs edang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain atau penerima pendapatan. Tenaga kerja mencakup siapa saja yang dikategorikan sebagai angkatan kerja dan juga yang bukan angkatan kerja sedangkatn angkatan kerja adalah mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja (pengangguran). 29
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian tenaga kerja indonesia (TKI). Menurut pasal 1 bagian (1) UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku pedoman pengawasan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.
Sementara itu dalam pasal 1 Kep. Manakertran RI No Kep 104A/Men/2002 tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI adalah laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka
29 Agusmidah,
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Dinamika dan Kajia Teori, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal. 6.
(48)
waktu tertent berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. Prosedur penempatan TKI ini harus benar-benar diperhatikan oleh calon TKI yang ingin bekerja ke lur negeri tetapi tidak melalui prosedur yang benar dan sah maka TKI tersebut nantinya akan menghadapi masalah di negara tempat dia bekerja Berdasarkan beberapa pengertian TKI tersebut maka dapat dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui penempatan TKI dengan menerima upah.
Aris Ananta dalam bukunya Liberalisasi Ekspor dan Impor Tenaga Kerja Suatu Pemikiran Awal menerangkan bahwa kehadiran tenaga kerja di Indonesia dibutuhkan oleh negara lain ssat sekarang cenderung menawarkan pekerjaan yang sering disebut dengan pekerjaan 3-D (Dirty, Difficult, and Dangerous) yang dikarenkan penduduk negara maju cenderung menolak pekerjaan tersebut. Pada sisi lain dengan jumlah tenaga kerja yang berlebih Indonesia mempunyai kelebihan tenaga kerja yang murah. Pada saat ini adanya suatu kenyataan bahwa Indonesia mengalami kelebihan tenaga kerja yang tidak terampil, dengan upah penghasilan yang rendah. Di samping itu, banyak negara yang lebih maju daripada Indonesia telah mencapai tahap pengimpor tenaga kerja tidak terampil. Dalam bahasa yang lebih teknis dikatakan bahwa terdapat penyumbangan tenaga kerja ke Malaysia untuk tenaga kerja yang tidka terampil dan murah dari Indonesia.
7. Metodologi Penelitian
7.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau
(49)
arena populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.30 Penelitian deskriptif juga merupakan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fata yang tampak sebagaimana adanya.31
7.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi.Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh.32 Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, bersifat deskriptif, membatasi studi dengan fokus.33
7.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini data primer didapat dengan melakukan wawancara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
30 Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil
Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, Bandung: Pustaka Setia, 2002, hal.41
31 Hadari Nawawi,
Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1987, hal 63.
32 Sudarwan Danin,
op.cit., hal 33.
(50)
buku-buku, majalah, jurnal, dan internet yang masih memiliki relevansi dengan penelitian ini.
7.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknika analisis data deskriptif kualitatif yaitu berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian. Data-data yang dikumpulkan baik dari buku-buku mauun data hasil wawancara akan dianalisis dengan teori-teori yang ada sehingga menemukan pemahaman yang lebih dalam terhadap permasalahan ini.
8. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)
Bab ini akan diuraikan tentang sejarah tenaga kerja Indonesia dari masa pra kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, sampai masa reformasi.
BAB III: DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE MALAYSIA TAHUN 2004-2009
Bab ini akan dideskripsikan data-data yang didapat dari berbagai sumber dan hasil wawancara. Bab ini juga akan berisikan tentang hasil analisis data-data yang telah di dapat dengan teori untuk mendapatkan hasil dari rumusan permasalahan. Pada bab ini akan dibahas tentang dampak pengiriman tenaga kerja (TKI) ke Malaysia. BAB IV : PENUTUP
Bab ini beirisi kesimpulan dari hasil analisis tentang masalah pengiriman tenaga kerja dengan tinjauan ekonomi politik dan rekomendasi dari hasil penelitian yang diperoleh
(51)
BAB II
SEJARAH TENAGA KERJA INDONESIA
Dalam konteks ketenagakerjaan, para ahli menyebutkan globalisasi sebagai alasan terjadinya proses kerjasama ketenagakerjaan. Hubungan regional, bilateral ataupun multilateral semakin memperkokoh kerjasama dibidang ketenagakerjaan. Negara-negara dunia memiliki kesempatan untuk saling melengkapi kekurangan di masing-masing negaranya untuk berkompetisi di tengah pasar besar. Dengan adanya hubungan antarnegara juga semakin membuka peluang kepada masing-masing negara untuk memanfaatkan keberadaan hubungan tersebut dengan menerapkan kebijakan tertentu agar tercapainya tujuan bersama.
Perjalanan panjang kerjasama pengiriman tenaga kerja tercatat sebagai proses perkembangan perdagangan ekonomi dunia yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Migrasi tenaga kerja terjadi karena adanya perbedaan antarnegara, terutama dalam memperoleh kesempatan dibidang ekonomi. Migrasi internasional Indonesia dicirikan dengan tingkat pendidikan yang rendah, berumur antara 15-40 tahun. Banyak TKI mempunyai etos kerja yang rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja dari Thailand, Filipina, dan Korea Selatan. Rendahnya kualitas TKI berarti rendahnya pengetahuan mereka tentang hak-haknya.34
II.A Sejarah Migrasi Indonesia pada masa Kolonialisme dan Orde Lama Tenaga kerja Indonesia menjadi sasaran utama oleh beberapa negara Industri besar, khususnya negara-negara tidak menerapkan pendidikan yang tinggi. Negara-negara industri lebih menekankan pada kemampuan ketrampilan dan tenaga dari tenaga kerja tersebut.
Perpindahan tenaga kerja Indonesia antarpulau dan luar negeri tidak bisa dipisahkan dari masa orde lama dan orde baru bahkan sejak masa penjajahan di 34
Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Internasional: Proses, Sistem, dan Masalah Kebijakan, dalam
edisi M. Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, Bandung: Kerjasama Yayasan
(52)
tahun 1887. Pada tahun tersebut, tenaga kerja dikirim ke beberapa daerah jajahan seperti Suriname, Kaledonia, dan Belanda.35
Selama periode 1875-1940 pekerja Indonesia sudah bekerja sebagai kuli kontrak di Suriname dan New Caledonia. Menurut catatan sensus 1930 jumlah pekerja Indonesia di Suriname sekitar 31.000 orang, di New Caledonia sekitar 6.000 orang. Migran internasional yang bekerja di Suriname dan New Caledonia pada waktu itu adalah migran paksaan/ kuli kontrak. Pada masa kolonial kebanyakan migrasi internasional bersifat paksaan (forced Migration) dan cendrung permanen (mobilitas penduduk yang bersifat menetap).
Di masa kolonial di Indonesia pengiriman tenaga kerja dijadikan alat untuk menghasilkan tujuan kolonial di Indonesia. Banyak buruh-buruh yang dikirimkan ke negara penerima tenaga kerja dengan tujuan untuk mendapatkan kepentingan-kepentingan para kolonial.
36
Kebanyakan para migran bekerja sebagai kuli kontrak di perkebunan-perkebunan milik pengusaha asing. Migrasi internasional berkaitan dengan kepentingan negara penjajah dan para pengusaha asing, bukan karena desakan kebutuhan para migran. Nasib para pekerja sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja tanpa ada perlindungan hukum dan aturan kerja. Upah mereka rendah dan jam kerja panjang tanpa didukung oleh fasilitas kerja. Mereka diperlakukan tanpa ada peri kemanusiaan.
Dimulai pada abad ke 20, migrasi dari Indonesia ke Malaysia yang berlaku secara besar-besaran dalam konteks ekonomi kolonial yang memerlukan tenaga kerja yang ramai di Malaysia. Sebagian orang Jawa datang untuk menjadi kuli kontrak pemodal Inggris. Pada masa yang sama ada juga orang-orang Melayu dari Malaysia yang merantau ke Indonesia dan kemudian terus menetap di 35
Awani Irewati, Kebijakan Indonesia Terhadap Masalah TKI di Malaysia dalam edisi Awani
Irewati, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah TKI ilegal di Negara ASEAN,
Jakarta: Pusat Penelitian Politik LIPI, 2003, hal 34. 36
Tadjuddin Noer Effendi, Peluang Kerja, Migrasi Pekerja, dan Antisipasi menghadapi era Pasar
Bebas 2003 dalam edisi M. Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi antar Negara, Bandung:
(53)
Indonesia.37
Di masa kolonial penggunaan buruh Indonesia di Malaysia dalam berbagai sektor tenyata menjadi tradisi dan adat merantau dalam kehidupan mereka dan menjadi suatu daya hidup yang positif dan dinamik. Pada masa kolonial baik di Indonesia maupun Malaysia pihak pemerintah telah merencanakan berbagai program dan projek pembangunan. Pembangunan tentunya khusus untuk kepentingan membena keutuhan ekonomi dan politik kolonial.
Perantauan yang terjadi baik dari Indonesia ke Malaysia maupun sebaliknya sudah mulai terjadi pada masa kolonial di kedua negara saat itu.
38
Inggris pada abad ke 20an, mulai merencanakan pembangunan ekonomi di semenanjung khususnya untuk pengenalan pertanian ladang. Perencanaan pembangunan ekonomi Inggris pada saat itu adalah untuk memajukan daerah di Malaysia sehingga kepentingan Inggris tercapai. Dalam melaksanakan program tersebut, Inggris membutuhkan pekerja. Kekurangan tenaga kerja di Malaysia membuat Inggris lebih bergantung pada pekerja luar khususnya Indonesia. Malaysia akhirnya secara tidak langsung telah melakukan hubungan kerjasama dengan pihak kolonial Belanda di Indonesia.
British yang merupakan sebutan Malaysia untuk Inggris pada saat itu yang menduduki wilayah Malaysia dan Belanda yang pada saat itu yang menduduki Indonesia.
Dalam jumlah kecil pekerja Indonesia ditemui di Siam dan Serawak. Pada saat itu pekerja Indonesia di Malaysia dan Singapura cukup besar tetapi belum dicatat sebagai migran. Akan tetapi pekerja di Malaysia dan Singapura sangat berbeda dengan pekerja di Suriname dan New Caledonia. Pekerja di Malaysia dan Singapura bekerja melalui kontrak perdagangan secara sukarela (voluntary migration).
37
Mohamed Salleh Lamry, Migrasi Pekerja Indonesia ke Malaysia: Sebuah Pengantar, dalam edisi
M. Arif Nasution, Mereka yang ke Seberang, Medan: USU Press, 1997, hal. 1.
38
Khazin Mohd. Thamrin, Kedatangan dan Pengguna Pekerja Indonesia di Malaysia dari
Perspektif Sejarah, dalam edisi M. Arif Nasution, Mereka yang ke Seberang, Medan: USU Press,
(54)
Memasuki kemerdekaan Indonesia, orde lama, merupakan sejarah awal bagi Lembaga Kementrian perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1947 dibentuk lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan nama Kementrian Perburuhan.39
Pada masa Soekarno pekerja migrasi internasional yang bekerja di luar negeri khususnya Malaysia tetap berlangsung. Walaupun mobilitas penduduk ke luar negeri tidak terlalu berkembang dikarena fokus pemerintahan Soekarno masih pada pembangunan awal negara yang telah lama dikuasai oleh para kolonial. Namun catatan sejarah tak banyak menuliskan tentang kebijakan dan peraturan yang mengatur tentang pengerahan tenaga kerja melintasi batas negara hingga pada kejatuhan rejim Soekarno
Pada masa Soekarno, kekuatan buruh dalam keterlibatan di bidang politik sangat tinggi dan sangat memberikan pengaruh yang kuat. Kementrian Perburuhan ini terbentuk hanya untuk megurusi buruh-buruh yang ada di dalam negara pada masa itu.
II.B Kondisi ketenagakerjaan di Era Orde Baru
Pengiriman TKI mulai mengalami perkembangan di era orde baru dan reformasi. Perkembangan tersebut dalam dibagi ke dalam beberapa fase yaitu:
B.1 Era Orde Baru Kepemimpinan Soeharto (1966-1998)
Sejak lahirnya orde baru, tahun 1966 Soeharto mulai mengintegrasikan diri pada perekonomian dunia. Di masa Orde baru, sumber daya alam berupa minyak menjadi sokongan eksternal dalam bentuk investasi yang masuk dan tumbuh memulai proses industrialisasi. Derasnya sokongan eksternal dan rejeki minyak bumi yang dinikmati oleh rejim Orde Baru yang membutuhkan kebangkitan jalur-jalur tradisional. Migrasi tenaga kerja masih belum dilirik sebagai penopang ekononmi.
39
(55)
Di tahun 1983, Pemerintah telah mencari kompensasi dengan memaksakan deregulasi yang ketat dalam kebijakan-kebijakan perekonomian sebagai usaha untuk membangkitkan pendapatan luar negeri sebagai kondisi menyusul harga minyak yang jatuh. Akhirnya, pemerintah membangun basis ekonomi yang beralaskan tenaga kerja murah didalam negeri untuk menarik penanaman modal luar negeri dan berangkat melalui sebuah program mengekspor tenaga kerja. 40
Kebijakan tentang pengeksporan tenaga kerja ke luar negeri salah satunya disebabkan oleh tingginya angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran pada saat itu adalah karena ambisi Soeharto untuk menumbuhkan pembangunan ekonomi di sektor pertanian. Ambisi Soeharto ini membuat buruh tani Indonesia kehilangan lahan pertaniannya dan menyebabkan pengangguran yang besar-besaran. Penguasaan Soeharto di sektor pertanian ini kemudian membuat pemerintahan Soeharto berpikir untuk mengatasi pengangguran saat itu.
Di masa awal Orde Baru Kementrian Perburuhan diganti menjadi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk kementriannya sendiri.41
Sejak tahun 1970, pemerintah mengeluarkan kebijakan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAD). Pengeluaran ini kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1970. Denpaker kemudian berupaya mengurangi pengiriman tenaga kerja tidak terdidik dan sebaliknya berusaha meningkatkan pekerja yang terdidik. Hal ini dikarena banyaknya TKI Indonesia yang mengalami pelecehan seksual, kekerasan, penyiksaan, bahkan dipulangkan karena sampai meninggal dunia.
40
Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: Demografi Politik Pasca Soharto, Jakarta: LIPI
Press, 2002, hal.4. 41
(56)
Peraturan ini memberikan wewenang kepada pemerintah dan pihak swasta untuk mengatur proses pengiriman TKI ke luar negeri. Setelah peraturan ini dikeluarkan maka pengurusan tenaga kerja bisa dipegang oleh swasta selain pemerintah. 42
Pada tahun 1988, didorong oleh kenyataan bahwa volume migrasi internasional TKI semakin meningkat, Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara (1988-1993), mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PerMen) No. 5 yang mengatur tentang pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Karena besarnya jumlah pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi pada saat yang sama, dikeluarkanlah Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1307 tentang Petunjuk teknis pengerahan TKI ke Arab Saudi.43
Pada dekade awal delapanpuluhan, pemenuhan kebutuhan migran Indonesia di perkebunan dan proyek konstruksi di Malaysia tanpa campur tangan negara. maka sejak tahun 1984 pola tersebut berubah. Melalui memorandum of understanding (MoU) antara Indonesia dan Malaysia mengenai pengaturan aliran migrasi dari Indonesia ke Malaysia yang ditandatangani di Medan pada tanggal 12 Mei 1984 (hingga kemudian dikenal sebagai Medan Agreement), berlangsung penerapan pengaturan sekaligus pengawasan arus migrasi tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia.
Arab Saudi adalah negara pertama yang menjadi tujuan penempatan buruh yang sebagian besar diantara mereka bekerja di sektor domestik. Hal ini menggeser penempatan buruh migran yang sebelumnya bersifat adhoc (pasif) menjadi kebijakan yang regulatif (pengaturan).
44
Kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 184/Men/1984 tentang Pemberian Wewenang Menerbitkan Surat Rekomendasi. Kepmen ini khusus untuk kantor wilayah Depnaker Provinsi 42
Awani Irewati, loc.cit. 43
Riwanto Tirtosudarmo, Dimensi Politik Migrasi Internasional: Indonesia dan Negara Tetangga
dalam edisi M.Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, Bandung: Kerjasama
Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 1999, hal 151. 44
Wahyu Susilo, dkk. Selusur Kebijakan (Minus) Perlindungan Buruh Migran Indonesia, Jakarta:
(57)
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan untuk menerbitkan Surat Rekomendasi bagi Pengerah Tenaga Kerja atau bagi TKI yang akan bekerja di Malaysia. Kemudian Menteri Tenaga Kerja menerbitkan landasan yang lebih kokoh bagi penempatan buruh migran Indonesia ke Malaysia melalui Kepmenaker No.408/Men/1984 tentang Pengerahan dan Pengiriman Tenaga Kerja di Malaysia. Di Kepmen ini (Pasal 11) ditetapkan dua tempat pemberangkatan untuk penempatan buruh migran Indonesia ke Malaysia, yaitu untuk pengiriman ke Malaysia Barat dan Nunukan untuk pengiriman ke Malaysia Timur. 45
Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menyelenggarakan bisnis penempatan buruh migran ke luar negeri dikontrol dengan tegas. Depnaker melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 129/Men/1983 tentang Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri yang mengatur tentang ijin usaha, hak dan kewajiban perusahaan dan sanksi pidana untuk yang melanggarnya.46
Perjalanan regulasi TKI yang mulai diperhatikan oleh Menteri Tenga Kerja membuat proses pengiriman TKI menjadi lebih terstruktur. Kepmen yang dikeluarkan adalah pertanda bahwa negara sangat mendukung proses mobilitas TKI. Peningkatan jumlah TKI yang bekerja di Malaysia dan Singapura pada masa orde baru terus meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah yang ada mulai Pelita I- Pelita VI pada tabel dibawah ini.
Pengerahan TKI tidak hanya diregulasi oleh pemerintah saja akan tetapi disalurkan lewat perusahaan Pengerah TKI.
47
45
Ibid., hal.23. 46
Ibid., hal. 18 47
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah Kebijakan
Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010, Jakarta: Yayasan
(1)
positif bagi kedua negara yang sedang bekerja sama. Dampak politik yang terjadi oleh Indonesia sebagai negara penyedia tenaga kerja adalah peningkatan hubungan dengan negara penerima (Malaysia) dibidang ketenagkerjaan. Selain penguatan hubungan tenaga kerja juga diikuti dengan kerjasama di bidang lain.
Pada masa kepemimpinan SBY, perjanjian tenaga kerja antara Indonesia-Malaysia terus terjadi di dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan diantara keduanya. Di tahun 2004-2009 ada 6 perjanjian yang ditandatangi kedua negara dibidang ketenagakerjaan. MoU pada tahun 2006 antara Indonesia-Malaysia adalah perjanjian terakhir pada masa kepemimpinana SBY jilid I (2004-2009). MoU tersebut adalah menyangkut pemberhentian pengiriman PRT dari Indonesia ke Malaysia.
Meskipun tantangan yang dihadapi oleh kedua negara yaitu banyaknya TKI ilegal di Malaysia namun hubungan Indonesia-Malaysia di bidang ketenagakerjaan tetap baik. Berbagai upaya perjanjian yang dilakukan kedua negara pada tahun 2004-2009 untuk menjaga hubungan diplomasi kedua negara. Meskipun implementasi perjanjian tenaga kerja di tahun 2004-2009 belum terealisasi. Posisi tawar Indonesia yang lemah ditengah masalah tingginya arus pengiriman TKI ilegal membuat implementasi perjanjian belum terlaksana. Bentuk-bentuk perlindungan TKI belum berhasil diupayakan pemerintahan SBY di tahun 2004-2009.
IV.B Saran
1. Pelayanan TKI yang mudah, murah, praktis oleh pihak-pihak instansi harusnya lebih memperhatikan kepentingan TKI agar TKI ilegal dapat dihindari.
2. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan perlindungan bagi TKI yang berada di luar negeri khususnya di Malaysia dengan merevisi undang-undang No. 39 Tahun 2004.
(2)
3. Mempercepat diplomasi Indonesia-Malaysia dalam perlindungan TKI sehingga implemetasi kebijakan dapat dilaksanakan oleh instansi yang berkepentingan di bidang ketenagakerjaan (TKI).
4. Pengawasan proses penempatan oleh pemerintah kepada PPTKIS yang berperan besar dalam proses pra penempatana, penempatan, dan purna penempatan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Agusmidah. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Dinamika dan Kajian Teori. Bogor: Ghalia Indonesia.
Azmy, Ana Sabhana. 2012. Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Bakry, Umar Suryadi. 1999. Pengantar Hubungan Internasional. Bekasi: Jayabaya University Press.
Dam, Sjamsumar dan Riswandi. 1995. Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan dan Masa Depan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora. Bandung: Pustaka Setia.
Hara, Abubakar Eby. 2011. Pengantar Analisis Politik Luar Negeri: dari Realisme sampai Konstruktivisme. Bandung: NUANSA.
Holsti, K.J. 1988. Politik Internasional, Kerangka untuk Analisis, Jilid II, Terjemahan M. Tahrir Azhari, Jakarta: Erlangga.
Irewati, Awani. 2003. Kebijakan Indonesia Terhadap Masalah TKI di Malaysia dalam edisi Awani Irewati, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah TKI ilegal di Negara ASEAN, Jakarta: Pusat Penelitian Politik LIPI.
International Organization for Migration. Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia: Gambaran Umum Migrasi tenga Kerja Indonesia di Beberapa Negara Tujuan di Asia dan Timur Tengah. IOM International Organization for Migration, 2010, Jakarta: IOM.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen, 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakara: Pustaka Pelajar.
Kartasasmita, Koesnadi. 1977. Administrasi Internasional. Bandung: Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi.
(4)
dan Latihan Departemen Luar Negeri.
McClelland, Charles A. 1981. Ilmu Hubungan Internasional: Teori dan Sistem. Jakarta: Rajawali.
Moleong, Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Morgenthau, Hans J. 1990. Politik Antar Bangsa: Perjuangan untuk Kekuasaan dan Perdamaian Edisi Indonesia., A. Knopf,Inc., New York.
Nasution, M. Arif. 1999. Globalisasi dan Migrasi Antar Negara. Bandung: Kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation. Nasution, M. Arif. 1997. Mereka yang ke Seberang: Proses Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia ke Malaysia. Medan: USU Press.
Nasution, M. Arif. 2001. Orang Indonesia di Malaysia: Menjual Kemiskinan Membangun Identitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Rudy, T.May. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global : Isu, Konsep, Teori, dan Paragidma. Bandung: Refika Aditama. Statistik Indonesia 2008 : Statistical Poketbook of Indonesia 2009. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Statistik Indonesia 2009 : Statistical Poketbook of Indonesia 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tirtosudarmo, Riwanto. 2002. Mencari Indonesia: Demografi Politik Pasca Soharto, Jakarta: LIPI Press.
Susilo dkk, Wahyu. 2013. Selusur Kebijakan (Minus) Perlindungan Buruh Migran Indonesia, Jakarta: Migrant CARE.
Internet:
(5)
diakses pada tanggal 20 Mei 2013 pada pukul 14.26 WIB.
diakses pada tangal 10 oktbober 2013 pukul 00.20 WIB. diakses pada Tanggal 13 November 2013 Pukul 22.46 WIB.
diakses pada tanggal 26 september 2013 pukul 20.00 WIB
2014, 14:00 WIB
diakses 12
Januari 2014 Pukul 15:00 WIB.
Wawancara
Wawancara dengan Lepi, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan, 10 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.
Wawancara dengan Hermansyah, Seksi Penempatan TKI di BP3TKI Medan, 28 Januari 2014 Pukul 14.00 WIB
Wawancara dengan Raswin Siallagan, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi SUMUT, 7 Februari 2014 Pukul 11.30 WIB.
Wawancara dengan Misyadi, TKI asal Medan di BP3TKI Medan, 30 Januari 2014 Pukul 14.30.
(6)
Wawancara dengan Manalu, TKI asal Tarutung di BP3TKI Medan, 28 Januari 2014 Pukul 14.46 WIB
Jurnal, Dokumen dan Artikel: Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 Undang-Undang No. 39 Tahun 2004
Kompas, “Arus Pemulangan TKI semakin Deras”, 30 Juli 2002, hal 1 dalam Tesis Irfan Rusi Sadak, Negara dan Pekerja Migran, Fakfor-faktor yang Mempengaruhi Kebijkaan Penanganan Negara terhadap KasusDeportasi TKI di Kabupaten Nunukan pada Tahun 2002, Jakarta: FISIP UI, 2004.
Laporan Perekonomian Indonesia dari Tahun 2004-2009 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Laporan Perekonomian Indonesia 2007 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, hal. 101
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2006 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, hal 19.
Dalam matriks kebijakan yang merupakan penjabaran dari Inpres No.5/2003, masalah TKI masuk dalam Program Stabilitas Ekonomi Makro, sub program Kebijakan Menjaga Kemantapan Neraca Pembayaran dan Program peningkatan Investor, Ekspor dan Penciptaan Kerja Sub program Kebijakan Ketenagakerjaan.