Proses Dekafeinasi TINJAUAN PUSTAKA

8 dalam air maupun dalam pelarut organik pada berbagai tingkatan suhu disajikan dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5. Kelarutan kafein dalam air Macrae, 1985 Suhu o C Kelarutan g100g H2O 0 0.60 20 1.46 40 4.64 60 9.70 80 18-19.23 100 66.67

2.3. Proses Dekafeinasi

Dekafeinasi adalah proses pengurangan kadar kafein suatu bahan hasil pertanian dengan mempertahankan rasa dan aroma. Dekafeinasi pada biji kopi biasanya dilakukan sebelum proses penyangraian atau roasting Anonim, 2000. Standar kisaran kadar kafein pada kopi bubuk hasil dekafeinasi adalah 0.1 – 0.3 Charley dan Weaver, 1998. Secara umum proses dekafeinasi biji kopi menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu air, senyawa organik sintetik metil khlorida, etil asetat, benzene, alkohol, khloroform dan anorganik sintetik asam sulfat, soda dan amonia. Daya larut kafein dalam pelarut sintentik relatif tinggi, namun alasan harga, potensi polusi lingkungan dan pengaruh negatif terhadap kesehatan menyebabkan pelarut sintentik harus digunakan secara cermat Clarke and Macrae, 1989; Katz, 1997. Beberapa penelitian tentang proses dekafeinasi kopi telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Ratna dan Anisah 2000 menyimpulkan bahwa bahwa perlakuan perebusan dalam larutan NaOH 0.6 selama 20 menit dapat menurunkan kadar kafein kopi bubuk Robusta sebanyak 0.31. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan semakin lama waktu perebusan maka kadar kafein yang dihasilkan akan semakin rendah. Sedangkan Mulato et. al. 2001 berhasil menurunkan kadar kafein pada biji kopi robusta sebesar 0.45 dalam waktu 6 jam menggunakan pelarut air, namun cita rasa dan aroma kopi menjadi berkurang seiring melarutnya kadar kafein serta beberapa senyawa pembentuk cita rasa seperti asam klorogenat dan trigonellin. Hasil penelitian Lestari 2004 pada 9 proses dekafeinasi kopi menggunakan pelarut air menghasilkan kadar kafein sebesar 0.31 pada waktu pelarutan selama 6 jam. Pada penelitian yang dilakukan Mulato et.al. 2001 proses dekafeinasi biji kopi dilakukan dalam 2 dua tahap, yaitu proses pengukusan steaming dan pelarutan percolating secara konsekutif di dalam reaktor kolom tunggal dengan pelarut air pada suhu 100 o C. Ratio berat biji kopi dan pelarut air di dalam reaktor adalah 1 : 5. Kadar kafein dalam biji kopi yang semula 2.46 turun menjadi 0.45 setelah proses berlangsung 6 jam. Pemanasan lanjut mampu menurunkan kadar kafein sampai 0.30 , namun citarasa dan aroma seduhan kopinya juga berubah negatif secara signifikan. Menurut penelitian yang telah dilakukan University of Florida Maples Center for Forensic Medicine menyebutkan bahwa proses dekafeinasi tidak dapat menghilangkan seluruh kandungan kafein yang terdapat di dalam biji kopi. Kopi seduhan rendah kafein sebanyak 5 sampai 10 cangkir sebanding dengan kopi tanpa dekafeinasi Study: Decaf coffee is not caffeine-free ScienceDaily.com, 2008 . Pada dasarnya proses dekafeinasi kopi dapat berlangsung dengan dua metode, yaitu metode secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung dengan cara memberikan perlakuan pelarut terhadap biji kopi secara langsung, sedangkan metode tidak langsung yaitu air seduhan kopi yang diberi perlakuan pelarut. Pelarut yang biasa digunakan pada proses dekafeinasi kopi adalah metil kloride dan etil asetat, dimana kedua pelarut tersebut memiliki titik didih yang rendah. Disamping itu, proses dekafeinasi kopi menggunakan pelarut etil asetat sering disebut proses yang alami karena senyawa etil asetat berasal dari etanol yang telah ditemukan dalam buah-buahan www.baldmountaincoffeeCoffee_Decaffeination,2007.. Proses dekafeinasi kopi secara umum menggunakan pelarut etil asetat disajikan dalam Gambar 2.3. Air merupakan pelarut yang paling populer dan memegang posisi sentral untuk proses dekafeinasi. Selain murah, efek samping air terhadap kesehatan dan lingkungan juga rendah. Namun, kemampuan air melarutkan kafein kopi sangat terbatas jika prosesnya dilakukan pada suhu rendah, sehingga paten-paten terdahulu selalu mengkombinasikannya dengan pelarut organik. Khloroform memiliki kemampuan pelarutan kafein paling tinggi, yaitu sebesar 13-18.20 , 10 pada suhu kamar. Namun, khloroform memiliki efek samping yang kurang baik bagi kesehatan di antaranya penyakit kanker. Meskipun alkohol dan etil asetat memiliki kemampuan pelarutan kafein agak rendah, yaitu sebesar 1.20 dan 2.50 , keduanya dianggap cukup aman bagi kesehatan Spiller, 1999. Gambar 2.3. Bagan alir proses dekafeinasi kopi, www.baldmountaincoffeeCoffee_Decaffeination, 2007. Purwadaria, et.al . 2007 telah merancang dan membuat peralatan yang digunakan dalam proses dekafeinasi kopi antara lain adalah kolom reaktor tunggal dan fermentor. Reaktor dekafeinasi kopi terdiri dari tiga komponen utama, kolom pertama adalah kolom tunggal tegak untuk menempatkan biji kopi kapasitas 100 kg, dan dihubungkan langsung dengan komponen kedua yaitu ketel untuk menampung air atau pelarut tersier dari pulpa kakao. Komponen ketiga adalah tungku yang berfungsi sebagai unit pembangkit panas untuk meningkatkan suhu air pada proses pengukusan, dan meningkatkan suhu pelarut tersier dari pulpa kakao untuk proses pelarutan kafein pada biji kopi. Fermentor dibuat dari aluminum setebal 3 mm dengan ukuran diameter dalam 600 mm, diameter luar 900 mm dan tinggi 1 120 mm, dilapisi oleh jaket pemasan, dan mempunyai kapasitas 250 liter per proses Gambar 2.4. Pulpa kakao dapat digunakan untuk memproduksi alkohol, asam asetat dan etil asetat yang dapat digunakan sebagai pelarut dalam proses dekafeinasi kopi Purwadaria et al., 2007. 11 Gambar 2. 4. Reaktor kolom tunggal kanan dan fermentor kiri Purwadaria et al., 2007.

III. METODE PENELITIAN